Cinta

Cinta
SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA "DODHY HANDAYADI".. SELAMAT MEMBACA.. SEMOGA BISA MENJADI PELAJARAN BUAT KITA SEMUA.. PENTINGNYA MENGHARGAI ARTI CINTA, DIMANA TERKADANG KITA HARUS MENGALAH UNTUK MEMENANGKAN HATINYA NAMUN TERKADANG KITA HARUS MERELAKAN KEHILANGANNYA UNTUK HAL YANG LEBIH BAIK LAGI.. JANGAN MENYERAH TERUSLAH BERJUANG SELAGI CINTAMU MASIH BISA DIPERJUANGKAN

Jumat, 21 Desember 2018

Cinta Setelah Dia Tak Lagi Bersama

Aku seorang wanita yang telah memiliki seorang pacar, kami berpacaran sudah cukup lama yaitu 4 tahun. Disaat usiaku 24 tahun, keluargaku memanggilku untuk membicarakan mengenai pernikahanku di ruangan keluarga. Aku senang sekali mamaku membicarakan hal ini, namun setelah memasuki pembicaraan, aku baru mengetahui bahwa aku akan dijodohkan dengan seorang pria yang masih satu keluarga jauh dari mamaku. 
Awalnya aku menolak mengenai perjodohan ini, namun semua keluarga memaksaku untuk berkenalan dulu dengannya. Seminggu kemudian keluargaku dan keluarganya mempertemukan ku dengannya di rumahku. Yang ku lihat darinya adalah sosok pria yang tegap, lumayan ganteng dan sopan. Tak banyak yang aku tanyakan dengannya, kecuali masalah pendidikan dan pekerjaannya, yang ku tangkap dari obrolan kami berdua dia juga sudah memiliki rumah dan kendaraan berupa mobil dan motor sendiri. Tak heran karena memang jabatan dalam pekerjaannya sangat bagus dan pendidikannya juga sangat tinggi.
Banyak hal yang membuat ku akhirnya luluh dan meng-iyakan kemauan keluargaku, disamping suasana hari ini yang sangat ceria, terlihat dari semua keluargaku yang hadir mereka tertawa lepas dengan senyum yang lebar dan saling melemparkan candaan. 
3 bulan dari pertemuan itu kami menikah, Aku yang memang tidak mencintainya selalu memandang sinis dirinya. Syukurnya dia bisa mengerti aku dan lebih banyak diam saat aku marah dengannya. Aku selalu dimanjanya hingga apa yang aku suruh selalu dia turuti. Terlebih lagi setelah aku mengandung anaknya, semua pekerjaan rumah kebanyakan dia yang mengerjakan walau memang kita sudah mempunyai asisten rumah tangga.
Aku sangat tidak senang mengenai kehamilan ini, karena aku tidak menghendaki keadaan ini, hingga terkadang terbersit untuk keluar dari rumah dan meninggalkan seluruh keluargaku. Aku sering mengancam suami ku saat aku marah, aku mengancam akan pergi dari rumah. Hal ini akhirnya tidak aku lakukan, hingga aku melahirkan sepasang anak kembar. 
Keluargaku sangat bahagia sekali melihat kelahiran anak-anakku. Terlebih sekali suamiku, dia sangat bangga dan bahagia. Aku yang memang biasa saja melihat kelahiran ini, ada yang melihat bahwa aku tak bahagia melihat anakku lahir, namun mereka bisa menjawab sendiri tanpa harus aku katakan. 'Mungkin Febi masih lelah dan sakit setelah melahirkan, berhubung kan yang dilahirkan 2 orang anak, berat badan anaknya pun besar-besar.
Berjalannya hari, kedua bayiku lebih banyak diurus oleh pengasuh bayi, suami dan mamaku. Aku memang masih tinggal bersama dengan orang tuaku, aku yang memang tidak mau tinggal di rumah yang sudah lama dimiliki oleh suamiku. Aku selalu cuek dengan bayi ku bahkan aku tak mau menyusuinya karena banyak pembicaraan teman-temanku diluar sana dan ketakutanku mengenai payudaraku. Melihat hal ini orang tuaku sangat marah kepadaku, namun aku selalu tak peduli dengan nasehat mamaku sendiri. Sampai terkadang suami ku mendengar pertengkaranku dengan mamaku dan dia yang mendamaikannya. Terdengar mamaku sering bilang ke bapak dari anak-anakku 'kamu jangan manjain istri kamu, jangan belain di terus biar dia gak besar kepala, selama ini mama telah salah mendidik dia. Ternyata dia belum mengerti arti sebuah perkawinan dan keluarga. Mama pikir dia sudah cukup umur untuk menikah dan sudah dewasa'.
Semakin hari aku semakin cuek dengan anak-anakku serta suami yang seharusnya aku perhatikan dan aku sayangi. Namun suamiku tetap sabar menghadapi sifatku ini. Setelah anakku sudah mulai besar aku baru mau pindah ke rumah pribadi suamiku. Aku tinggal di sana berempat dengan satu orang asisten rumah tangga, jadi serumah kami ada 5 orang. Orang tuaku setidaknya sebulan sekali pasti mengunjungiku.
15 tahun sudah aku menikah, sifatku masih seperti waktu aku gadis dulu, aku masih suka berbelanja barang-barang mewah, ke salon untuk perawatan diri dan berkumpul dengan teman-temanku dalam waktu yang lama.
Suatu ketika saat aku akan melakukan pembayaran setelah perawatan di sebuah salon, aku lupa membawa dompet. Memang petugas kasirnya sudah sangat mengenal aku, dia mengatakan besok-besok juga gak apa-apa bayarnya. Namun aku tetap ingin membayar saat itu juga. Diluar hujan sangat deras, aku malas kembali ke rumah bolak - balik menggunakan mobil hanya untuk mengambil dompet. Sehingga aku terfikir untuk menelepon suamiku untuk mengambil dompetku di dalam kamar rumah. 
Saat menelepon tersebut suamiku sebenarnya sedang sibuk namun karena aku memaksa dia akhirnya meng-iyakan.

 Hasil carian imej untuk ‪salon‬‏

Lama aku menunggu ke datangan suamiku, hingga terasa perutku sangat lapar, Sampai hari sudah mulai sore suami ku juga belum tiba di salon, hingga akhirnya Handphone ku berbunyi. Terlihat di layar mamaku meneleponku.

     "Febi.. kamu di mana?"

     "Ada apa mah.. kok kayaknya nada suaranya gelisah sekali?"

     "Emang kamu belum tahu! kalau suami kamu kecelakaan. Cepat kamu pergi ke rumah sakit, suami kamu sudah di bawa ke sana sejam yang lalu"

Aku panik, bingung, lemas dan tak tahu harus berbuat apa. Yang aku lakukan saat itu hanya berbicara kepada petugas kasir 'meminta untuk pembayarannya ditunda' dan pamit untuk segera ke rumah sakit. Ku pacu mobilku segera dengan pikiran yang sangat kacau.
Sampai di rumah sakit, ku lihat suami ku sudah terbujur kaku di atas tempat tidur. Menurut informasi yang ku dapat dari orang yang menolong suamiku, bahwa 'saat suamiku menyetir kendaraan, kendaraan tersebut mengerem mendadak dan sempat ke tepi jalan hingga akhirnya menabrak trotoar, saat itu jalanan memang sepi dan sangat licin karena hujan deras yang turun sejak siang hari. Saat kejadian itu kami mengetuk pintu dan bapak masih sempat membuka kunci dan saya langsung mengambil kendali sopir, kemudian bapak dipindahkan ke belakang. Saat perjalanan bapak masih bicara segera bawa saya ke rumah sakit dan tolong bilang istri saya yang sedang ada di salon 1 km dari tempat kejadian. Kemudian sampai di rumah sakit bapak sudah diam dan dinyatakan meninggal saat sampai di ruang IGD (Instalasi Gawat Darurat).
Aku sedih sekali akan hal ini, coba aku tidak menelponnya tadi, mungkin ini tak kan terjadi. Keluargaku semua menenangkanku. Mereka tak tahu jika ini bermula dari kesalahanku.
Dua minggu setelah penguburan, aku mulai bingung harus bagaimana, siapa yang akan menanggu seluruh biaya pendidikan anak-anakku, listrik, telepon dan makan kami. Sudah lama juga aku sudah tidak bekerja, akupun bingung harus bagaimana melamar ke sebuah perusahaan dan umur ku juga tidak muda lagi, apakah ada perusahaan yang akan menerima ku. Aku pusing sekali memikirkan semuanya. Selama ini aku hanya foya-foya, kumpul-kumpul dengan teman dan tidak perhatian dengan keluarga. Sudah 2 bulan aku memakai uang tabungan ku yang sudah hampir habis, aku pun belum juga bekerja.

Hasil carian imej untuk ‪sedih meratapi kesalahan kehilangan suami‬‏

Hingga akhirnya seorang pengacara datang menemuiku di rumah, dia mengatakan bahwa pengacara dari suami ku. Dia menyuruku menyiapkan dokumen-dokumen kematian dan data kelengkapan dari suamiku, akupun sibuk mencari dokumen yang tidak tahu ada di mana. Namun aku temukan di dalam berangkas, di dalamnya ada tulisan dari suamiku.

     "Istriku.. maafkan aku selama ini belum bisa membahagiakanmu, ini adalah semua berkas kelengkapan yang aku sudah siapkan untuk kamu mengurus ke pengacaraku setelah aku sudah tidak ada lagi di dunia. Maaf kalau sudah merepotkanmu, aku yakin kamu bingung harus bagaimana. Maka dari itu aku berinisiatif menyiapkannya untukmu, supaya kamu gampang dan tidak bingung"

Membaca sedikit tilisan darinya, aku sangat sedih. Sebegitu besar cintanya kepadaku hingga dia tidak mau membuat aku susah. Aku langsung membawa berkas tersebut dan foto copy surat kematiannya yang memang sudah ada di atas meja kamar. Banyak yang dijelaskan oleh pengecara suamiku.

     "Bu.. Sebelum meninggal bapak sudah banyak bercerita mengenai ibu.. Dia bilang 'istri saya cantik sekali, dia tidak biasa mandiri dan saya yakin dia juga membutuhkan biaya yang banyak untuk melanjutkan hidupnya beserta kedua anak-anakku. Aku tidak mau menyusahkan dia, aku mau dia memberikan pendidikan terbaik untuk anak-anakku dan mereka bisa melanjutkan kehidupan seperti biasanya'. Dia meninggalkan warisan yang banyak buat ibu.. Bapak menitipkan sertifikat rumah ini kepada saya dan sudah mengganti namanya menjadi nama ibu, Tanah yang di Bogor seluas 1 Ha, Perusahaan tekstil di karawang yang juga diserahkan untuk ibu pimpin serta uang di tabungan bapak sebesar 10 Milyar."

     "Dari mana bapak punya uang dan perusahaan?" saya bertanya sambil menangisi tentang kebaikan-kebaikan suamiku ini

     "Saat bapak bekerja, bapak menyisihkan uangnya dan sedikit demi sedikit membangun perusahaannya di karawang. Ini semua dia siapkan karena dia sayang dengan ibu dan tidak mau menyusahkan ibu dan anak-anaknya"

     "Terima kasih ya pak, sudah membantu saya dan suami saya, saya harus tanda tangan di mana?"

     "Di sini saja bu hanya surat bukti penyerahan saja kok yang harus ditandatangani"

Setelah itu, aku pergi ke kamar menaruh bekas tersebut. Aku melangkah menuju tempat tidurku bersama suamiku dulu, aku tiduran di atasnya dan terbayang akan kebodohan ku saat bersamanya dulu. Dulu aku tidak perduli suamiku kerja pakai baju apa, celana apa, semua sudah disiapkan pembantu. Begitupun dengan makanannya, saat dia pulang malam dia memasak mie instan tanpa aku peduli. Saat dia sakit aku hanya bisa memarahinya dan dia pergi ke dokter sendiri. Berbanding terbalik dengan dia yang sudah menyiapkan segalanya untuk aku dan anak-anakku.
Kenapa aku waktu itu begitu bodoh, tidak bisa mencintainya sedikitpun. Tetapi disaat dia sudah tidak ada aku baru sadar betapa dia sangat mencintaiku dan akupun mulai mencintainya dan tak akan berhenti mencintainya sampai akhir hidupku. Aku tidak mungkin mencari pengganti dirinya dan tak yakin ada seseorang yang sebaik dirinya.

 Hasil carian imej untuk ‪sedih meratapi kesalahan kehilangan suami‬‏

Saat anak-anakku sudah mulai dewasa dan siap akan menikah dia berkata kepadaku.

     "Ibu hebat sudah lama ayah meninggal, namun ibu masih sangat mencintainya dan tidak mau mencari pengganti ayah di hati ibu"

     "Iya nak, kamu harus menjadi seperti ayah kamu.. yang selalu mencantai ibu bahkan teramat sangat mencintai ibu. Sayangilah istrimu kelak dan jangan sekali-kali kamu memarahi atau menyakiti istri kamu. Seperti yang dilakukan ayahmu kepada ibu"

     "Iya bu, aku akan ingat pesan dan nasehat dari ibu tersebut. Karena ibu sudah berulang-ulang kali mengatakannya kepada kami. Terima kasih bu, sudah mendidik dan menjaga kami dengan baik."

Aku yang selalu dilanda kesedihan dan sangat mencintaimu setelah kamu tiada dan sampai nanti ajal memjemputku aku akan tetap mencintaimu. Maafkan aku Tuhan dan maafkan aku juga wahai suamiku yang jauh disana. Semoga kita dipertemukan nanti di surganya Allah.. (KS)

-- DH --

Jumat, 14 Desember 2018

Cinta Hilang Berganti Indah

Sudah 5 tahun aku menjalani hubungan dengan pacarku, walau selama bersamanya sering terjadi putus nyambung. Tetapi aku sangat dekat dan berhubungan baik dengan keluarganya begitu juga dia dengan keluargaku. Bermula dari perjumpaan secara tidak sengaja diacara musik antar sekolahan di Jakarta Timur. Aku yang waktu itu menjadi tamu untuk bermain di sekolahnya, waktu itu aku melihat dirinya tersenyum menatap ke arahku, dengan percaya diri aku mendekati dan berkanalan dengannya. Aku coba dengan perkataan santai, agar tidak terkesan gugup walau waktu itu rasa itu tidak bisa dihindari.
Hingga kemudian kami sering SMS-an dan telepon-teleponan. Pahit manisnya perjalanan cinta kita lalui bersama, Tak peduli ada badai menerjang.. tak perduli banyak pembicaran negatif yang aku perduli kita menjalani hubungan ini dengan keikhlasan, Perhatian, kejujuran dan restu orang tua serta selalu dalam lindungan Allah.
Menurutku 5 tahun adalah waktu yang cukup untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan, karena jika kita umpamakan anak kecil, umur lima tahun itu sudah bisa segalanya, dia sudah bisa mengingat, bicara, berjalan, komunikasi, belajar dan sebagainya.
Aku ingat benar bagaimana aku menjalani kisah-kisah romantis bersamanya. Keceriaan kita berdua sangat membuat orang iri terhadap kami.

Hasil carian imej untuk ‪puncak‬‏

Saat itu aku bersama dengan keluargaku pergi bertamasya ke daerah puncak atau Cibodas. Bagai petir di siang bolong, walau waktu itu memang hari masih siang, aku melihat dia bergandengan tangan dengan seorang laki-laki berjalan dan menaiki mobil mewah. Aku bingung menghadapi kondisi ini dan keluargaku pun melihat semua akan hal ini. Hingga aku pusing, bingung dan lemas di buatnya. 
Aku coba menelpon dia, dan luar biasa dia berani mengangkatnya.

     "Hai Dewi.. kamu di mana?"

     "Aku di rumah, lagi tidur-tiduran aja di kamar"

     "Oh, gitu.. gak lagi ke puncakkan?"

     "Eeengggak kok" terdengar suaranya yang agak gugup

     "Aku gak suka dibohongi yah.."

     "Memang sekarang kamu ada di mana Surya?"

     "Aku lagi jalan dengan keluargaku.. sebentar lagi aku jalan ke rumah kamu yah"

     "Jangan sekarang ke rumahkunya yah, di rumahku lagi banyak saudara"

     "Lah tadi kamu bilang lagi tiduran di kamar?"
      "Ya sudah terserah kamu deh, pokoknya nanti aku akan ke rumah kamu"

Telepon aku tutup, aku dan keluarga segera menuju Jakarta. Setelah aku mengantar keluargaku, aku langsung meluncur ke rumah pacarku itu di Depok. Sampai di sana memang dia sudah berada di rumah. Namun saat aku tanyakan ke orang tuanya mengenai kebenaran adanya saudaranya yang datang tadi siang. Orang tuanya berkata 'ada tapi saudaranya yang memang tetangga dekat rumahnya'. Aku langsung mendekatinya dan berbicara di ruang tamu.

     "Dew.. buat apa sih kamu bohong"

     "Bohong yang mana sih? Masalah saudara yang datang ke rumahku? Ya kalau itu aku lagi malas aja kamu datang ke sini"

     "Oh gitu.. jadi gak mau aku datang ke sini lagi?"

     "Bukan begitu.. hari ini aku lagi pengen sendiri aja"

     "Lagi pengen sendiri atau pengen seneng-seneng sendiri dengan yang lain"

     "Kamu apaan sih Sur.. kok ngomongnya begitu"

     "Aku pengennya segala sesuatu kamu itu jujur.. kalau memang sudah gak sayang lagi bilang.. Aku sih gak papa jika kamu sudah dapat yang lebih baik dari aku. Aku ikhlas, mungkin kamu memang bukan jodohku.. buat apa hubungan kita, kita paksakan"

Terlihat dia menangis dan berlari ke arah kamarnya yang memang tak jauh dari ruang tamu. Aku berdiri mendekati ibunya yang sedang menonton televisi di ruang keluarga. Aku banyak berbicara dengan ibunya.

     "Sur, hari ini kamu pergi ke mana sama Dewi?"

     "Gak ke mana-mana bu.. Emang Dewi sudah cerita apa saja"

     "Kok gak ke mana-mana.. Dewi bilang mau jalan ke puncak berdua dengan kamu. Kamu benerkan jalan sama Dewi hari ini. Karena ibu tadi pagi liat yang jemput dewi mobilnya beda dengan mobil kamu. Tapi kok pulangnya bareng sama kamu. Setelah Dewi masuk, mobil kamu parkir di depan rumah kemudian kamu masuk juga"

     "Oh gitu ya bu.. Ibu coba tanyakan sama Dewi dia jalan sama siapa hari ini!"

Aku akhiri pembicaraan ku dengan ibunya dan pamit pulang. Di jalan aku sudah sangat pusing memikirkan kejadian hari ini, ditambah pula rasa capek karena perjalanan dari pagi yang menyopir mobil dari pagi ke puncak pulang pergi dan sampai saat ini.
Sejak saat itu kami sudah tidak berhubungan lagi, baik melalui telpon maupun ketemu langsung.

Aku benar-benar dalam kesendirian. Yang aku bingung sampai saat ini adalah 'kenapa cinta yang berjalan sudah sekian lama dan sudah saling akrab dengan keluarga masing-masing, bisa bubar begitu saja tanpa penjelasan dan tanpa kata'. Kata orang 'cinta harus diperjuangkan', namun aku tidak selamanya setuju akan hal itu.. menurutku cinta jika sudah ada orang ketiga, adalah cinta yang salah dan tidak perlu diperjuangkan lagi.. karena apa? karena jika dia sudah berpaling dia berarti sudah membandingkan kita dengan orang lain dan berarti cintanya terhadap kita sudah berkurang atau bahkan sudah tidak ada lagi atau bisa jadi karena ada sesuatu yang lebih dari orang tersebut yang memang dia sangat harapkan sebelumnya. Dalam prinsipku saat cinta itu terbangun yaitu seperti alam saja yang di dalamnya mengalir air mengikuti kelokan parit atau jalan air kemudian mengalir menurun mengikuti kondisi tanah dan angin berhembus dengan kencang kadang juga pelan atau bisa jadi hening tanpa hembusan, begitupun cinta disaat rasa sayang tidak mengalir dan kejujuran sudah tidak berhembus lagi diantara kita.. Disitu kita harus berfikir jernih ada apa ini? kenapa? bagaimana? Jika bisa diselesaikan maka selesaikanlah jika tidak maka hanya 2 yang harus di pegang 'Sabar & Ikhlas'. Kecuali pertengkaran karena orang ke tiga adalah sesuatu yang tidak bisa ditawar lagi kecuali kata 'Akhiri' karena suatu saat nanti bukan tidak mungkin hal ini akan terulang lagi. Yang lebih fatal jika terjadi saat kita sudah menikah.

Aku jalani hari dengan berbagai kegiatan, hingga hari itu saat aku berjalan di pusat berbelanjaan ada wanita yang memanggil namaku dari kejauhan.

     "Surya.. Sur.. Suryaaaaaaaaaaaaaa....." Dia memanggil dengan lambaian tangan ke arahku..

Aku terdiam melihat sosok wanita cantik yang berjalan ke arahku, dalam hatiku 'siapakah gerangan?' wanita berkulit putih, berperawakan sedang dan berbadan tinggi dengan muka oval serta berambut panjang melambai-lambai saat dia berlari. Aku masih mengingat saat dia mulai dekat dan berhenti tepat di depanku, namun aku tetap tidak mengenali siapa sosok wanita yang berdiri di hadapanku.
Dia menyodorkan tangan dan berjabatan tangan dengan ku.

     "Hai, Sur apa kabar?"

     "Maaf, aku lupa dengan kamu.. siapa ya? maaf.."

     "Ah, kamu mah gitu.. teman satu SMA dilupakan"

     "Beneran.. Aku lupa banget.. Tapi memang muka kamu serasa pernah liat. Kayaknya di TV ya.. kamu artis yah"

     "Ah, dia mah begitu, aku cantik banget ya kayak artis sampai-sampai kamu tidak kenal aku lagi"

     "Iya"

     "Dulu kita saat kelas 2 pernah jalan kaki dari Kali sari sampai Pasar Rebo, saking enak dan serunya kita bercerita saat itu. sampai kita lupa kalau sudah berjalan terlalu jauh hingga akhirnya kita makan di warung bakso di dalam pasar"

     "Oh iya-iya, kamu Hesti toh.. Ya ampun kamu cantik banget sekarang.. beda banget saat sekolah dulu.. sampai-sampai aku gak bisa mengenali kamu, kalau kamu gak menegurku pasti aku gak akan tahu ini kamu"

     "Bisa aja kamu Sur, Kamu mau kemana?"

     "Iya beneran.. aku cuma mau ke toko buku, mau baca-baca buku. Kamu mau kemana Hes?"

     "Aku mau cari baju untuk acara 'Peragaan busana' besok. Tapi aku bukan artis lo.."

     "Oh, gitu"

Setelah itu kami berjalan berdua, aku menemani dia mencari baju kemudian makan di sebuah tempat makan dalam mall tersebut. Sedang acaraku yang mau ke toko buku sementara batal. banyak yang kami bicarakan saat makan siang itu. Hingga aku tahu bahwa dia juga baru putus dengan pacarnya karena cemburu saat pemotretan 3 bulan lalu.
Malamnya saat akan tidur aku masih teringat akan perjumpaan tadi, aku sangat sejuk memperhatikan wajahnya, cara bicaranya dan prilakunya yang sopan.
Hingga akhirnya kami sering berbicara lewat SMS, bahkan kami sering telepon-teleponan dan janjian ketemuan. Keakraban kami sangat membuat aku bahagia namun aku belum memikirkan hubungan yang lebih jauh karena pekerjaannya yang mungkin akan menimbulkan kecemburuan, karena terus terang aku tidak suka pekerjaannya yang jalani.
Kami menjadi sangat dekat, namun kami belum mengenalkan ke keluarga kami masing-masing dan seperti sebelumnya aku katakan bahwa aku belum memikirkan hubungan yang serius.
Suatu ketika, di hari sabtu di bulan Desember, aku dengannya jalan ke Dufan, Ancol. Kami menaiki hampir segala wahana, bercanda, tertawa dan bergembira. Sore harinya jam 17.00 kami duduk di tepi laut ancol sambil memandangi laut lepas.

 Hasil carian imej untuk ‪dufan‬‏

     "Sur, sudah 4 bulan ini kita menjadi akrab dan saling kenal serta kita juga saling curhat. Adakah kamu memandang aku lebih dari hanya sebagai seorang teman?. Jujur sejak SMA dulu aku sangat suka dengan kamu. Terlebih saat kita bertemu 4 bulan lalu, malam setelah pertemuan itu aku sangat senang sekali, bahkan aku terus mengenang kejadian itu sebelum tidurku"

      "Hes, aku juga ingin hubungan yang serius dengan kamu, aku tahu cinta juga seharusnya tanpa syarat apapun, namun aku tidak begitu suka dengan pekerjaan kamu, karena menurutku tidak bagus dalam segi agama serta kamu juga banyak bersentuhan dengan pria. Maaf aku tidak ada maksud menyinggung kamu. Aku mau kita kedepannya baik dan hubungan kita bisa langgeng. Jika kita saling jujur sebelumnya serta kita gak boleh memaksakan karena suatu hubungan yang baik adalah saling menerima dan saling mendukung"

     "Iya Sur, aku ngerti.. aku ingin serius dengan kamu dan aku akan coba mencari pekerjaan yang lain"

     "Syukurlah, kamu bisa mengerti aku.. aku janji aku akan serius dengan kamu. Besok minggu aku akan perkenalkan kamu kepada mama dan papaku"

Malam itu setelah aku mengantarnya pulang. aku berbicara dengan mama dan papaku mengenai Hesti, pekerjaannya dan segalanya. Kedua orang tuaku merasa semua terserah aku asal aku bisa bahagia bersamannya dan dia bisa dekat dan baik dengan keluargaku.
Minggu pagi aku menjemput Hesti di rumahnya, aku dengan keluarganya sudah kenal dekat karena aku sudah sering mengantar dan menjemput Hesti di rumahnya. Kali pertama Hesti datang ke rumah ku, keluargaku sangat kaget melihatnya kecantikan Hesti dan Untungnya Hesti tidak canggung masuk ke dalam keluargaku.
3 bulan kemudian, Hesti meninggalkan pekerjaan modelnya dan beralih bekerja di sebuah perusahaan property. Perjalanan cinta kita berdua sangat baik dan manis bakan kita sangat klop berdua. 6 Bulan kemudian aku melamar Hesti untuk aku nikahi 4 bulan kemudian.

Saat mendekati hari pernikahan, Mantanku dulu (Dewi) datang lagi menemuiku, dia mengajakku untuk balikan lagi. Dengan tegas aku menolak keinginannya, kenapa tidak waktu itu dia menjelaskan semuanya. Sekarang saat dia juga dihianati pacarnya dia malah beralih ke aku. 2 tahun lamanya dia menjauh, sekarang tiba-tiba dia hadir untuk mengajak kembali bersama. Wow.. gak mungkin banget kan.. aku sudah mendapat kebahagiaan sekarang.. cintaku indah.. Indah seperti dirinya.. (KK)

-- DH --

Jumat, 07 Desember 2018

Cinta Tak Selamanya Salah

September 2016, aku harus meninggalkan negara Amerika untuk kembali ke tanah kelahiranku yaitu negara Indonesia. Perjalanan yang panjang selama lebih dari 30 jam aku harus lalui dan pesawatku juga harus transit terlebih dahulu. Aku kangen sekali dengan negara tercintaku ini, dari makanannya yang khas dan pesona pemandangannya yang memang sangat indah. Ingin rasanya cepet sampai di Jakarta, menghirup udara kota Jakarta.

 Hasil carian imej untuk ‪pesawat garuda di bandara amerika‬‏
Sesampainya di Jakarta, aku langsung menggunakan taxi menuju tempat tinggalku di daerah Lenteng Agung (Jakarta Selatan). Turun dari taksi aku melihat sekeliling rumahku yang sudah begitu padat dengan rumah-rumah mewah. Dari depan pintu pagar kulihat mama dan papaku sudah menunggu di kursi teras rumah dengan ke 2 adikku serta keluarga terdekatku. Ku salami semua yang ada dan berbincang mengenai kabar mereka dan kesehatan mereka. 
Yang ku ingat saat itu aku sangat lapar sekali, hingga akhirnya aku diarahkan menuju meja makan. Ternyata mamaku sudah banyak sekali masak dengan lauk khas Indonesia yaitu soto ayam, tempe dan tahu goreng serta sambal limau khas buatan mamaku. Aku merasa bahagia bisa dekat lagi dengan seluruh keluarga besarku.
Seminggu sudah aku berada di Jakarta, aku mulai mencari waktu untuk membuat surat lamaran. Aku berencana secepatnya bekerja di perusahaan yang sesuai dengan kemampuanku. Semua lamaran kerja ku kirimkan melalui alamat email HRD perusahaan yang memang sedang membutuhkan karyawan. Sudah 2 minggu aku menanti kabar dan sudah ratusan email yang aku kirim, akhirnya aku dipanggil juga di perusahaan BUMN.
Seperti halnya para pembaca di sini, aku mengalami test pesikotes, tes kemampuan dan wawancara. Hingga akhirnya aku diterima menjadi staff administrasi. Di bagian unit kerjaku kebanyakan karyawan adalah wanita, bisa dikatakan sekitar 90% wanita. Hari pertama aku masuk kerja, aku dikenalkan oleh atasanku kepada seluruh karyawan yang ada di ruangan kerjaku kemudian mengenai daftar pekerjaan yang harus aku kerjakan pada setiap harinya.
Seminggu di kantor, aku mulai akrab dengan beberapa orang di sana, namun yang aku bingung mengenai tempat makan di sekitar kantorku. Selama ini aku selalu membawa makanan dari rumah dan makan di ruang kerja bersama yang lainnya. Hari senin di minggu berikutnya aku kebingungan akan mencari makan di mana. Siang itu jam 11.50, aku turun menggunakan lift dari lantai 20. Saat di lobi aku bingung harus berjalan ke arah mana, hingga akhirnya aku berjalan ke jalan besar dan melihat di sekelilingku apakah ada penjual makanan atau restoran. Saat kebingungan itu, ada seseorang yang menepuk pundakku, ku lihat ke belakang ternyata seorang lelaki yang kelihatannya satu ruangan kerja denganku.

     "Hai, Lin.. mau kemana? kayak orang bingung gitu sih?"

     "Hai, enggak kok.. aku lagi cari tempat makan ni.."

     "Oh, lagi bingung cari  tempat makan toh. Ikut sama aku aja yuk"

     "Makan di mana?"

     "Ada di belakang kantor, yuk ikutin aku aja"

Aku berjalan disampingnya, melewati jalanan lebar di samping kantor namun jalan tersebut sangat sepi dan buntu, di kiri kanan jalan hanya ada seng sepanjang jalan tersebut. Perasaanku agak takut saat berjalan hingga ujung gang terlihat pintu kecil, dibukalah pintu tersebut oleh Erik. Di balik pintu tersebut ku lihat banyak sekali tempat makan di sepanjang jalan yang lumayan besar serta jalanannya pun  ramai dengan kendaraan, letaknya persis di belakang kantor ku. Erik langsung mengajak aku makan di sebuah warteg besar dengan menu makanan yang banyak pula.

     "Linda cobain deh makanan disini enak-enak kok. Kalau gak biasa setidaknya makan sekali ini saja. dari pada kelaparan"

     "Ah, kamu bisa aja Rik, ya sudah kali ini aku ikut kamu aja"
 
     "Silahkan, kamu duluan deh yang pesan"

     "Oke"

 Hasil carian imej untuk ‪warteg belakang harmoni‬‏

Aku bingung melihat lauk yang di sajikan di sana, hingga aku memilih ayam goreng saja, sayur sop dan sambel. Hal berbeda dengan Erik dia ku lihat memilih menu yang sangat sederhana yaitu tempe orek, sambel kentang yang dipotong kotak-kotak, usus goreng serta kikil. Tadinya aku tidak tahu apa nama makanan yang dia makan, namun setelah dia akan memakannya dia menjelaskan kepadaku dulu nama makanan yang belum pernah aku lihat tersebut.
Dia memberikan ku orek ke dalam piringku, sambil dia berkata

     "Maaf ya Lin, kamu harus coba ni tempe oreknya. ini menu terenak di sini"

     "Enggak usah Rik, besok kalau ke sini lagi aku akan coba"

     "Tapi aku maksa boleh ya.. maaf lo"

Akhirnya aku menerimanya dan langsung mencobanya, dan memang benar rasanya sangat istimewa manis, asin dan gurihnya sangat pas di lidah. Dalam hati 'ini pas buat menu gua besok'. Usai makan Erik banyak cerita mengenai tempat makan ini, yang ternyata menjadi tempat makan kesukaannya saat bekerja di kantor. Hari itu Erik membayariku makan, walau sudah sekuat tenaga aku tolak, namun sekuat tenaga juga dia mau membayariku makan hingga aku hanya bisa berucap 'terima kasih ya Rik'.
Pengalaman hari ini sangat ku ingat, sampai saat aku berada di dalam bus TransJakarta dan saat akan tidur, masih terbayang akan kejadian tadi siang. Besok paginya aku sudah disiapkan ibuku makan untuk aku bawa ke kantor.

     "Lin, mama sudah siapkan untuk makan siang kamu nanti di kantor yah"

     "Gak usah mah.. aku makan di restoran dekat kantor aja, menu makanan di sana banyak dan enak-enak kok. Walau masih enakan masakan mama sih"

     "Kok tumben sih, kemarin kamu marah-marah saat tidak mama siapkan makan, sekarang malah nolak makanan mama"

     "Bukannya nolak, kalau kemarin aku marah karena aku belum tahu tempat makan di sekitar kantor, sekarang mah sih aku sudah tau"

Aku pergi meninggalkan rumah dengan berpamitan dengan ke dua orang tua ku. Sampai di kantor jam masih menunjukkan pukul 8 kurang, aku masih bisa dandan dulu di toilet dan menyiapkan berkas yang akan ku kerjakan. Seperti halnya kemarin saat makan siang aku langsung ke tempat makan kemarin, aku celingak-celinguk  mencari Erik namun tidak aku dapatkan di tempat itu hingga aku akhirnya selesai makan, dia baru datang dan langsung menegurku.

     "Waduh, sudah selesai aja Lin!"

     "Iya nih, kok baru makan kamu?"

     "Iya baru habis meeting dengan bos.. tuh piring bersih amat! kayaknya dah cocok makan disini ya atau memang lagi keleparan! hehehe.. becanda Lin" sambil tersenyum lebar..

     "Iya nyobain orek dan menu kamu kemarin, ternyata enak banget"

     "Tunggu yah, aku pesan dulu"

Erik langsung maju untuk memesan makanan, sambil dia makan kami sambil bercerita banyak dengannya. Kamipun kembali ke kantor bersama. 

Kami semakin sering makan siang bersama bahkan kami sering janjian keluar kantor bersama, pernah aku disuruh pesan menu semur jengkol, sempat menolak karena takut rasanya aneh, namun setelah aku rasakan 'seperti makan kentang saja dan rasa manis kecapnya pas banget'. Kemudian saat libur hari minggu aku coba membeli nasi uduk dekat rumah dan ternyata ada menu semur jengkol juga, aku coba membelinya karena aku pikir di kantorkan rasanya enak dan empuk seperti kentang. Namun yang ini rasanya beda, rasa khas jengkolnya kerasa banget dan masih bau khas jengkolnya. Yah begitulah.. ternyata beda yang masak beda juga rasanya.

Tak terasa sudah setengah tahun aku bekerja di sana, aku dan Erik sudah sangat dekat. Bahkan sudah seminggu terakhir aku selalu pulang bareng menggunakan motor Erik sampai depan Halte taman Lenteng Agung (seberang kampus IISIP).
Ke dekatan kami berdua, semakin lama semakin menjadi omongan orang seruangan kerjaku, namun kami cuek saja karena kami memang benar tidak ada hubungan apa-apa kecuali pertemanan. Pekerjaanku lancar-lancar saja dan baik, atasanku puas dengan hasil kerjaku selama satu tahun ini. Namun ada hubungan ku dengan teman sekelilingku yang tidak enak. Mereka banyak berpandangan sinis terhadapku. Aku yang merasa tidak sangup mendengarkan omongan mereka akhirnya berusaha menjauh dengan Erik mulai dari membawa makan siang dari rumah dan tidak pulang bareng lagi dengan Erik.
Sebulan lamanya aku berbuat begitu, sampai akhirnya Erik berbicara banyak lewat WA (WhatsApp). Dia berkata 'coba lihat sebulan ini, mereka tetap saja membicarakanmu padahal kita sudah tidak dekat lagi, itu berarti mereka hanya mencari bahan omongan saja. Karena kamu cantik dan aku ganteng mereka jadi iri melihatnya'. Setelah ku pikir-pikir lagi omongan di dalam WA Erik 'ada benarnya juga perkataannya' hingga akhirnya kita berdekatan kembali, bahkan semakin dekat karena berangkatpun kami bareng.
Aku tahu Erik sudah mempunyai istri dan seorang anak laki-laki. Tak ada rasa spesial di hatiku mengenai dia, kecuali hanya teman makan siang bareng, teman curhat di WA dan teman pergi pulang bareng karena kita searah, dia pulang ke Depok sedangkan aku Lenteng Agung.
Memasuki tahun kedua, pembicaraan di kantor semakin lebar bahkan sampai ke lantai-lantai lain bahkan atasanku pun sampai memanggilku dan mengingatkanku. Aku semakin bingung harus bersikap apa.. dan harus bilang apa lagi hingga mereka percaya bahwa aku juga seperti mereka yang hanya berteman saja. Memang Erik semakin dekat denganku bahkan dia sering menanyakan di WA 'sudah sampai rumah belum?'.
Aku sempat sakit memikirkan hal ini, 3 hari lamanya aku istirahat di rumah, diapun di hari ke dua sempat mampir ke rumah menanyakan keadaanku membawakan aku buah.

     "Lin, gimana sudah enakan? kamu sakit apa sih? Nih aku bawakan buah"

     "Makasih ya Rik.. kamu gak usah repot-repot"

     "Enggak kok, aku kan cuma sambilan lewat saja saat pulang kantor"

     "Sekali lagi terima kasih ya Rik"

Erik tidak lama berada di rumahku, dia segera pamit karena sudah maghrib.
Dia beranjak pulang dan aku terus berfikir 'bagaimana untuk mengembalikan suasana kantor menjadi nyaman kembali'. Hingga akhirnya aku benar-benar menjauh darinya, Erik pun memahami maksudku. Saat bener-benar jauh darinya aku merasa ada yang hampa dalam diriku dan seperti ada yang hilang saja. Mungkin cara bicara dia berbeda dengan teman perempuan di kantorku.


Selama 12 tahun lamanya aku berada di negeri orang, sampai akhirnya aku menamatkan S2 ku di sana. Negara Indonesia yang sudah aku tinggalkan sejak akan masuk ke SMP (Sekolah Menengah Pertama), membuat aku tidak mempunyai banyak teman terutama teman laki-laki. Tetangga aku pun banyak yang tidak mengenaliku. Banyak juga lelaki yang merasa bahwa aku terlalu cantik sehingga mereka enggan dekat denganku, mungkin mereka takut aku cuekin atau gimana aku tak tahu. Teman lelaki kebanyakan berasal dari saudara bapak dan ibuku saja.
Semakin lama waktu berjalan dan jauh dari Erik, aku semakin teringat dan terbayang saat dekat dengannya. Hingga akhirnya aku terlalu pusing dengan keadaan ini dan memutuskan berhenti dari perusahaan. Agar aku benar-benar bisa jauh dengannya dan tidak melihatnya lagi. Sosoknya sangat ku kagumi, kedekatan dengannya, cara bicaranya, canda tawanya yang membuatku kagum dengannya. Namun aku harus tahu diri dan ingat bahwa 'Dia sudah ada yang punya dan tak ada kata lain selain menjauh'.
Setelah surat pengunduran diriku ke perusahaan aku diberikan, aku diberikan waktu satu bulan untuk menyelesaikan sisa pekerjaanku.
Ke luar dari sana aku istirahat di rumah dahulu, baru akhirnya aku berkutat kembali dengan lamaran-lamaran kerja. Saat ini aku sudah bekerja kembali di Perusahaan minyak negara. Pengalaman yang lalu sangat aku pegang, hingga berteman dengan laki-laki saja aku lebih selektif dan berusaha berteman dengan semua orang. (KK)

-- DH --


Jumat, 30 November 2018

Cinta Di Atas Gunung

Saat itu akan memasuki liburan panjang, aku bersama ke 6 temanku berencana akan liburan selama 5 hari ke daerah Jawa Barat. Tetapi kami belum menemukan ide akan pergi ke mana bersama, apakah itu ke Gunung, Pantai atau danau. Liburan semakin dekat kami belum ada tujuan kemana akan mengisi liburan, hingga akhirnya kita mencari di internet mengenai destinasi alam yang indah untuk kita kunjungi.
Tiga hari sebelum libur kami sepakat pergi mendaki gunung Cikuray di Garut (Jawa Barat). Persiapan perlengkapan kita bagi bersama dan makanan diharapkan setiap orang wajib membawa bekal untuk dirinya sendiri. Pagi itu kami bertujuh berangkat dari terminal Kampung Rambutan, kami janjian bertemu semua di sana. Kami bertujuh semuanya seorang Pria, Tak banyak yang kami ketahui selain kami berjalan dengan menaiki bus Kampung Rambutan menuju Terminal Guntur (Garut). Dalam perjalanan kami hanya beristirahat dan tidur, mempersiapkan tenaga untuk nanti naik ke puncak gunung.
Sampai di  Terminal Guntur sudah pukul 14.00, kami sholat di musolah dan kemudian makan bersama di sebuah kedai di ujung terminal tersebut. Sambil makan kita sambil berkompromi untuk perjalanan selanjutnya. 45 menit setelah itu kami melanjutkan menaiki angkot yang menuju Cilawu lalu turun di daerah Sukamulya, suasana alam yang kita lewati sangatlah sejuk dan indah. Rasanya sangat nyaman dan asri, jauh dari kesan macet dan polusi.
Sampai di kaki Gunung Cikuray sudah memasuki waktu sholat asar, kamipun sholat bersama kemudian melanjutkan perjalanan pukul 16.00. Kami melewati pos dan mengisi buku tamu di sana serta membayar uang administrasi sebesar dua ribu rupiah. Tanah yang lembab membuat jalan agak licin, hingga kami sangat hati-hati menapakinya. Saat itu cuaca sudah mendung dan sudah banyak sekali kabut yang turun sehingga pandangan terbatas.
Walau licin namun kami harus bergegas naik karena hari akan semakin gelap. dua jam perjalanan kita berhenti sejenak untuk sholat dan menyiapkan penerangan yang sangat kami perlukan untuk menuju puncak. Malam itu hujan turun sangat lebat terpaksa kami mencari tanah yang datar untuk segera mendirikan tenda dan bermalam di tempat itu sampai besok pagi.
Paginya cuaca sangat dingin dan cerah, setelah semalaman di guyur hujan yang cukup deras. Setelah sarapan pagi bersama, kami melanjutkan perjalanan kembali. Tak ada kejadian yang cukup berarti saat perjalanan mendaki gunung, hanya saja nafas yang terengah-engah karena medannya yang cukup terjal, ada satu temanku yang merasa pusing dan kelelahan.. syukurnya itu hanya sementara saja hingga membuat kami cukup banyak berhenti untuk istirahat.
Hingga akhirnya kami sampai di puncak Gunung Ciparay. Gunung dengan pesona alam yang sangat indah, seperti berada di atas awan. Kami mengabadikan dengan mengambil gambar dari kamera ponsel kita. Setelah lama berada di  atas kami mulai mencari tempat untuk memasang tenda. Hingga kami menemukan tempat yang pas untuk membangun tenda di sana. Setelah semua beres kita mulai beramah tamah dengan teman-teman yang sudah lama berkemah di sana.

  Imej yang berkaitan

Satu yang tak pernah ku lupa aku melihat sosok gadis putih, dengan badan tidak terlalu tinggi dan berambut pirang jatuh lurus hingga siku. Saat ku menatap ke arahnya dia menatapku dengan senyuman dan aku pun membalas senyumannya. Aku coba mendekatinya namun 5 langkah sebelum kakiku sampai dihadapannya dia dipanggil temannya untuk mengambil air, untuk persiapan nanti malam sampai besok pagi. Sehingga segera ku balik badan dan kembali ke tendaku lagi.
Berfikir cepat bagaimana aku bisa berkenalan dengannya, hingga aku memutuskan untuk mencoba mengambil air juga mengikutinya. Saat dia sedang mengambil air sendiri aku pun mencoba mengambil air di dekatnya.. aku menegurnya dan berbicara sedikit dengannya.

     "Hai"

     "Hai juga"

     "Asal dari mana?"

     "Saya dari Jakarta"

     "Oh sama dong.. Jakartanya di mana?"

     "Saya di Jakarta Selatan"

     "Oh, sama donk"

     "Aah.. si masnya sama-sama trus"

     "Ya kan memang sama"

Pembicaraan terhenti karena dia dipanggil oleh temannya untuk segera kembali ke tenda. Dalam hatiku "waduh belum tanya nama sudah kabur lagi, ya sudah lah". 
Setelah itu akupun kembali ke tenda. Ternyata aku dicariin teman-teman ku. Kata mereka aku harusnya bilang jika mau kemana-mana. Karena mereka khawatir, ya namanya gunung.. tempat di mana orang gak boleh sembarang berbicara dan bertindak serta tempat yang jauh dari kehidupan yang sesungguhnya. Ya sudah aku hanya bilang ke mereka "maaf".
Hari itu aku coba mencari keberadaannya, namun tak terlihat lagi sosoknya, namun yang aku lihat tendanya masih ada terpasang. sampai akhirnya aku tertidur dan terbangun saat hari sudah akan gelap. Aku melihat keindahan matahari yang akan tenggelam. Warna merah merona sangat besar dan jelas, senang rasanya melihatnya, yang belum tentu aku bisa kisini lagi melihat peristiwa ini.
Keesokan harinya yaitu hari ke 3, suasana di Camp Pos 7 sudah mulai sepi dan digantikan oleh yang baru tiba. Kami masih mengabadikan suasana di sekitar gunung dan bercengkrama. Pagi itu aku melihat, tenda wanita kemarin itu sudah tidak ada.
Keesokah harinya, saat hari ke 4, setelah melihat matahari terbit dan makan mie instan. kami mulai berjalan menuruni gunung dan kembali ke Jakarta. Rasa capek terbayar akan keindahan matahari terbit dan tenggelam serta pemandangan awan yang terasa seperti 'negeri di atas awan' serta suasana dan kicauan hewan yang berada di hutan tersebut.
Saat meninggalkan Terminal dan menuju ke Jakarta aku sempat ke temu wanita itu lagi.
 
     "Hai, kok masih disini?'

     "Iya kemarin tim kami nyasar seharian, karena kita baru pertama kali mendaki gunung Cikuray"

     "Lah, kita juga baru sekali.. sama donk"
     "Oh iya namaku Riski"

     "Namaku Riska"

     "Kok, nama kita sama sih.. kayak anak kembar"

     "Iya yah.. aneh"

Lagi-lagi aku dipanggil oleh temanku, mereka bilang bis akan berangkat, akupun segera menulis nomor handphone ku di secarik kertas. Kemudian memberikannya kepada Riska, dan berlari pergi meninggalkannya menuju bus. Dari kejauhan aku melihatnya masih memandangiku dan kemudian aku pakai isyarat tangan dengan mengepal tangan kananku dengan ketiga jariku tengahku aku genggam kecuali jempol dan kelingking, setelah itu aku mengarahkan ke telinga dan mulutku.

Aku sangat senang melihat  responnya, berharap semoga dia segera menghubungiku.

Dua hari setelah berada di Jakarta, dia memberi pesan lewat WA (WhatsApp). Aku sangat senang membacanya. Itu lah awal kedekatanku dengannya. Hingga akhirnya kita sering ketemuan dan jalan bareng. (KK)

-- DH --

Jumat, 23 November 2018

Cinta Karena Kemiripan

Saat melihat wanita yang sangat mirip dengan wajah pacarku dulu, aku sangat senang dan tak ingin membuang pandangan mataku dari dirinya. Entah kenapa wajahnya begitu berkesan di hati ku sampai saat ini. Saat dimana kita sudah tidak pernah bertemu 1 tahun lamanya.
Ketika itu aku baru mulai masuk kuliah, seminggu itu aku harus mengikuti Ospek (Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus), perkenalan mengenai sejarah kampus, teman, belajar bersama dan praktikum. Banyak yang aku harus siapkan pada saat itu mulai dari tas yang dibuat dari karung goni dengan berlogokan kampus, papan nama yang dibuat dari kertas karton bewarna warni, baju hitam putih dan surat menyurat.
Hal yang membuatku teringat sampai saat ini adalah diri dan namamu yang begitu indah, Luci adalah nama panggilan dia. Saat itu kami semua yang hadir diberi tugas untuk menulis surat cinta yang ditujukan kepada teman yang ada di kelas ku itu dan surat ke 2 untuk orang tua kita. Aku sangat senang mengerjakan tugas tersebut, untungnya memang ada wanita yang aku taksir di kelas itu.
Aku tulis surat tersebut dengan hati dan benar-benar berisikan ungkapan perasaanku kepadanya. Diakhir surat aku tutup dengan nama inisialku, karena aku tak yakin surat itu akan berbalas cintanya. Aku berfikir 'masa iya sih kita belum saling mengenal sudah mengatakan cinta'. Masa Ospek berakhir dan kita memasuki masa perkuliahan, aku seorang yang pendiam dan sedikit pemalu hanya bisa memandanginya dari jauh. Mencoba melihat sisi lain yang memang terpancar dari sosok dirinya. Keindahan sosoknya yang membuatku selalu terbayang dimanapun bahkan saat akan mau tidur.
Terus terpikirkan, bagaimana cara ku berkenalan dengannya lebih dekat lagi namun semua tak ku lakukan, karena keberanianku yang tak cukup mampu mendekatinya. Hingga semua hanya menjadi angan-anganku saja.
Pada semester genap (semester berikutnya), mantanku mulai menghubungiku lagi, namun rasanya sulit untuk bersamanya. Karena semua kebohongan yang dilakukannya saat kita pacaran dahulu hingga membuat kita mengakhiri hubungan. Aku tak ingin terulang begitu lagi hingga aku belum berani merespon lebih dirinya. Namun desakannya yang begitu besar ingin bertemu denganku membuat aku akhirnya luluh. 
Aku bertemu dengan dirinya kembali di rumahnya, aku diberikan alamat rumahnya dan bermain ke sana pada siang hari. Singkat cerita aku jadian kembali dengannya dan kita berpacaran selama lebih dari 4 tahun yang akhirnya kandas kembali karena orang ketiga. Lagi-lagi seperti dahulu, dia menghianatiku.
Aku pun tak ambil pusing, walau memang terasa pusing.. aku coba mencari kesibukan dan membuang jauh kenangan bersamanya. Ku berharap ini terakhir aku menerima cintanya, hatiku pedih karena ketidak jujurannya. Hanya bisa berdoa 'Semoga keputusannya adalah jalan yang terbaik untuk kehidupannya'
6 bulan berlalu, aku kembali melihat sosok seperti dirinya.. kali ini namanya Heni. Namun sekarang aku sedikit berani mendekatinya. Walau tidak terlalu dekat dengannya namun aku sering mengobrol dengannya. Aku sering bertemunya diangkot, ternyata dia tinggal di kosan dekat kampus, karena dia berasal dari luar kota.
Pernah sekali aku berbicara banyak dengannya di kelas, kita berbicara banyak mengenai masalah pelajaran kuliah dan kampus. Ingin rasanya menanyakan kepadanya mengenai cowok yang lagi dekat dengannya, tapi tidak jadi aku lakukan karena takut menyinggungnya dan membuat aku menjadi jauh dengannya.
Entah kenapa saat aku jatuh cinta kepada wanita, aku hanya melihat sosok wajahnya ada di wanita tersebut. Bayang-bayang wajah dan postur tubuhnya selalu menjadi acuanku untuk suka kepada wanita.
Entah kenapa juga, aku tidak memiliki teman wanita special di kampus.. temanku hanya seorang cowok dan cowok. Mungkin karena perawakanku yang kurus tinggi, jadi kurang menarik.. tapi entahlah (KN)

-- DH --

Jumat, 16 November 2018

Keraguan Cinta

Di pagi yang cerah itu aku pergi, melangkahkan kakiku menuju kantorku yang terletak di daerah Kelapa Gading. Pagi itu masih gelap, terlihat di jam tanganku menunjukkan pukul 05.40. Aku berjalan menyusuri aspal hitam menuju halte bus yang berjarak 900 meter dari rumahku, kurang lebih 10 menit jika berjalan kaki. Sesampainya di halte bus, untungnya tak lama aku menunggu bus-nya datang, syukurnya aku dapat duduk di posis tengah bus. Bus berjalan menyusuri kemacetan jalan ibu kota Jakarta yang sangat menyita waktu. Tak lama terlihat ada seorang wanita menaiki bus dan duduk di sebelah ku, karena bangkunya masih kosong. Memasuki Tol wanita tersebut tertidur di bahuku. Aku bingung harus berbuat apa, aku bangunkan atau hanya diam saja. Ya terpaksa aku hanya mengikhlaskan pundakku menjadi bantal untuknya.
Rutinitas ini aku jalani setiap hari kecuali sabtu dan minggu, ya setidaknya aku selalu melihat hampir semua orang yang sama setiap pagi berangkat kerja. Akupun mulai mengenal gadis itu, Sisil nama panggilannya. Akupun akrab dengan dengannya mulai berbagi cerita setiap paginya hingga akhirnya kita sering janjian lewat SMS. Aku mulai dekat dengan Sisil karena dia wanita yang murah senyum dan senang bercerita.
Waktu itu aku pulang kerja aku janjian dengannya di perempatan jalan Pulomas. Kami berencana ingin menonton film di bioskop terdekat. Aku ingat bener waktu itu tahun 2006 aku menonton film yang berjudul 'Cinta Pertama', ceritanya sangat sedih hingga Sisil dibuatnya menangis. Pulang dari sana sudah hampir jam 9 malam, sangat sulit mencari bus yang menuju ke Depok. Namun kami masih tetap menunggu hingga setengah jam, mobil yang kita tunggu datang. Mobil sudah penuh hingga hanya menyisakan 1 kursi saja. Ku persilahkan dia untuk duduk sedangkan aku berdiri di sampingnya. Memasuki Tol ku lihat Sisil sudah terlelap di bangkunya, dari raut wajahnya terlihat dia sangat capek sekali.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiNRGuNk9uLTWsW_dt23k7H07GVUuOmsFSTfpb1NpHgkmUU86LVR3hs0uocqH05IJJIA1F8t04ggCPclrMoVH7FNiGn9Ayqk_wL7cN9wH0ouD1o387eCJ1KgzGK_CSOGO3d1AXFG4P8xi0/s1600/cinta+pertama.jpg

Saat itu belum ada rasa cintaku terhadapnya, aku hanya menganggapnya sebagai teman dan seorang wanita yang berparas manis. Pernah sesekali aku pergi bersamanya untuk makan siang, ku lihat dia mengajak teman prianya bernama Budi. Aku melihat dia sudah akrab sekali dengan pria tersebut. Iri rasanya aku melihat kedekatannya. Terbesit dalam hati 'Apakah ini yang namanya cemburu? namun aku kan tidak mencintai dia'. Kubuang jauh pikiran itu dan mengakrabkan diri dengan Budi yang baru aku kenal hari ini.
Saat Sisil membayar makanan kami, berhubung dia Ulang tahun hari ini jadi dia yang meneraktir. Saat itu aku berbicara dengan Budi.

     "Kamu sekantor dengan Sisil Bud?"

     "Iya kami teman sekantor, tadi saat mau turun makan kami gak sengaja ketemu, dia bilang mau makan di mall, lalu ku lihat dia menunggu angkot lama sekali, dia bilang mau jalan tanggung. Karena dekat aku tawarin saja untuk aku antar menggunakan motorku. Eh.. malah aku diajak makan bareng"

     "Oh begitu"

     "Eh, maaf yah kalau aku mengganggu acara makan kalian!"

     "Oh.. gak papa Bud.. santai aja lah"

     "Ngomong-ngomong kalian pacaran yah Nan?

     "Enggak.. kami hanya teman kok"

     "Kok nanyanya begitu sih? memang terlihat seperti pacaran yah!"

     "Enggak kok.. Tapi  Sisil sering cerita mengenai sosok Yunan, sepertinya dia mengidolakan kamu loh. Atau bisa dibilang dia suka sama kamu, tapi enggak tahu juga ya, karena dari mulutnya belum pernah keluar kata itu. Namun dari caranya bercerita aku bisa mengerti kalau dia suka sama kamu loh."

     "Terus terang yah Nan, Sisil itu manis dan gak ngebosenin orangnya, aku aja suka sama dia"

     "Lah, kenapa gak kamu nyatakan saja cinta kamu kepadanya".

     "Enggak lah, aku belum terlalu dekat dengannya.. belum seperti kamu dengan dirinya"

Percakapan kami terhenti saat Sisil menghampiri, setelah selesai membayar makan.

     "Nan, aku langsung ke kantor lagi yah.. bareng Budi"

     "Oke Sil.. hati-hati di jalan yah"

Saat bekerja di depan komputer, aku teringat akan pembicaraan ku dengan Budi. Aku banyak berfikir mengenai hubunganku dengannya. Banyak yang terfikirkan oleh ku mengenai 'apakah bener dia mencintaiku, rasanya sulit jika aku menyatakan cinta ke kepadanya dan budi pun mencintainya". Itulah segelintir pikiranku terhadapnya.
Berjalannya hari, kami tetap bersikap seperti biasanya. Hingga akhirnya aku pindah bekerja di daerah Jl. M.H. Thamrin, Jakarta Pusat. Perjalanan yang tidak searah lagi membuat hubunganku semakin jauh. Terlebih lagi pekerjaanku yang padat dan sangat beda dengan sebelumnya membuat aku tenggelam dalam rutinitasku dan Sisil pun terlupakan oleh ku.
Setahun kemudin, saat aku menelpon dia, ternyata dia sudah berpacaran dengan Budi. Pernah dia meledekku 'Abis orang yang diharap gak nembak-nembak, trus mau berharap sampai kapan, sekarang aja sudah semakin jauh, karena Ada yang berani menyatakan cinta kepadaku ya aku terima saja'. Aku terdiam mendengar kalimat tersebut keluar dari mulutnya.
Aku bingung dibuatnya, namun aku berlaga acuh saja, agar tidak menimbulkan pertanyaan yang membuat aku terpojok. Sulit rasanya menjalani hubungan yang memang belum mencintai terlalu dalam terlebih lagi sosok dirinya yang belum banyak aku ketahui.
Itulah cinta yang tak mungkin terjadi jika tak ada yang buat kita 'klik' terhadapnya. Dan kita selalu berfikir yang terbaik untuk kita, keluarga, hubungan kita, dan juga dia. Aku cuma bisa berdoa semoga semua berjalan baik. (KK)

-- DH --


Jumat, 09 November 2018

Cinta Kupu-kupu Malam

Hari itu aku dan temanku berencana pergi ke pasar untuk berbelanja persiapan bakar ayam nanti malam minggu. Aku pergi dengan temanku menaiki sepeda motor bebek. Semua catatan yang akan kita beli sudah dipersiapkan begitu juga dengan uangnya, yang didapat dari patungan 10 orang yang akan ikut nanti malam. Usai solat zuhur kita berjalan menuju pasar, namun ku lihat temanku, salah jalan, yang seharusnya belok kanan ini malah terus saja. Dalam hati 'ah mungkin belok di depan'. Setelah berjalan lagi kok semakin terus saja, dalam hati lagi 'mungkin ada jalan pintas'. Namun perasaan sudah tidak enak, akhirnya perasaanku terjawab.. benar saja dia mampir dulu ke kawasan prostitusi.

     "Ril, lo mah bener-bener dah.. ngapain sih kita ke sini?"

     "Udah ayo kalau mau ikut, lo tinggal pilih aja tar gua yang bayar"

     "Enggak ah, gua gak mau gitu-gituan. Lo aja deh biar gua tunggu di sini aja sambil jagain motor"

     "Ah, terserah lo deh, gua masuk dulu ya.."

     "Ya sudah sana, jangan lama-lama yah. tar ada razia gua ditangkep disangka berbuat gituan lagi. Gua gak mau pokoknya"

     "Udah, tenang aja.. pasti aman kok di sini"

Aril pergi masuk ke sebuah rumah.. meninggalkanku yang duduk di bangku luar dekat parkiran motor.
Tak lama keluar wanita cantik menegurku..

     "Hai, gak masuk?

     "Enggak, gua disini aja nungguin motor"

     "Yuk, sama gua aja"

     "Enggak, gua di sini gak mau gituan.. gua cuma mau temenin teman aja"

     "Jangan munafiklah.. yuk gua kasih diskon deh"

     "Beneran nggak mba.. Mba kok di luar"

     "Gua lagi sepi pelanggan nih, sudah seminggu ini gak dapat pelanggan.."

     "Kok bisa sih.. embak kan cantik" aku melihat dia tipe aku banget deh kulit putih bersih, parasnya sangat cantik, tinggi semampai.

     "Ya namanya jualan dan persaingan bisnis"

     "Ngomong-ngomong umur lo berapa?"

     "Oh, iya namaku Rudi.. Umur 17 tahun.. trus siapa nama mba" 

     "Gua Lisa.. ternyata lo berondong yah? lo masih sekolah?"

     "Masih kelas 3 SMA"

     "Ayo dong, maen sama gua.. gua kasih harga spesial deh atau 100 ribu juga gak papa"

     "Kok sampai segitunya sih mba?"

     "Gua lagi butuh duit nih, buat biaya operasi ibu gua di rumah sakit, harus ada dalam minggu-minggu ini, malah gua gak pernah dapat pelanggan lagi nih".

     "Emang mba butuh duit berapa?

     "Hanya 2 juta aja kok"

     "Ya sudah tar gua bantu, tar kalo duitnya sudah ada gua akan kasih mbak yah!"

     "Emang lo punya? lo duit dari mana? kan lo masih sekolah"

     "Ada lah, gua minta nomor telepon mba.. nanti jika sudah ada duitnya, gua akan hubungin mbak" dalam hatiku 'aku hanya mengumpulkan setengahnya saja.. cukuplah aku kumpulkan duit itu dalam waktu seminggu karena aku sudah punya tabungan 1 juta rupiah'.

Sejak hari itu aku mengnyisihkan uang jajanku.. hingga terkumpul sebanyak yang dia minta. Saat aku mengumpulkan duit tersebut, aku juga mencoba bermain ke sana untuk menanyakan ke temannya, apakah benar ibunya Lisa sedang sakit dan akan dioperasi. Ternyata Lisa benar dan tidak membohongiku.

 Imej yang berkaitan


2 minggu kemudian aku menghubunginya dan mengajaknya jalan ke pantai. Di pinggir pantai kami duduk dan berbincang.

     "Sebenarnya lo cuma mau ngajak jalan gua atau mau gituan sih sama gua?"

     "Gua cuma ngajak jalan aja keliling-keliling lihat pantai"

     "Dua-duanya juga boleh kok gua ikhlas"

     "Mba kok segitunya sih, gua seriusan mau ngajak jalan aja sekalian mau kasih uang yang pernah gua janjikan"

     "Selama ini setahu gua cowok cuma mau tubuh gua aja lalu pergi ninggalin gua, tapi ternyata lo beda banget. Lo nepatin janji lo.. gua gak nyangka banget anak segede lo bisa baik banget sama gua. Terima kasih ya, semoga operasi ibu gua bisa berjalan baik." Lisa berlinang air mata saat berbicara

     "Semoga operasinya lancar ya mba.." sambil aku mengelus bahunya dan membantu usap air matanya yang mengalir deras jatuh di pipinya dan menghujam jatuh ke pasir pantai.

     "Gua selama ini berfikir dunia ini kejam dan gua tidak pernah merasakan kebahagiaan serta gua juga harus banting tulang memenuhi segala kebutuhan keluarga. Tapi setelah ada kamu pikiran gua sedikit berubah dan bahagia"

     "Iya mba, saran saya mba harus meninggalkan dunia hitam ini, cari pekerjaan yang lebih baik lah mba"

     "Lo panggil gua Lisa aja yah, biar enak" berbicara terbata-bata karena masih dalam keadaan menangis

     "Iya.. oke Lis"

Banyak yang kami bicarakan mulai dari dia berkecimpung ke pekerjaannya sekarang sampai keadaan keluarganya yang berantakan serta miskin.
Sejak saat itu kami sering bertemu. Syukur operasi ibunya berjalan lancar dan baik. Saat operasi ibunya lagi-lagi aku coba bermain ketempat kerjanya Lisa. Aku menanyakan kepada temannya mengenai 'kenapa Lisa susah mencari pelanggan'. Ternyata aku menemukan jawabannya, walau tadinya susah mencari orang yang mau berterus terang kepadaku, setelah aku mengatakan bahwa 'aku adalah temannya Lisa' barulah aku mendapatkan jawaban bahwa ternyata dia terkena penyakit kelamin. Hal itulah yang membuat pelanggan tidak mau lagi bersamanya. Aku juga bertanya kenapa pelanggan tau prihal penyakitnya. Temannya hanya mengatakan ' Ya namanya persaingan bisnis mas, jadinya banyak yang bocorin'.
Keesokan harinya usai pulang sekolah, Lisa ingin bertemu aku, sehingga aku mampir ke rumahnya. Aku diperkenalkan dengan keluarganya. Aku banyak berbicara dengan dia dan keluarganya.

     "Rud, terima kasih yah sudah mau nolongin gua.. gua pasti ganti kok uang yang sudah lo kasih"

     "Ga usah dipikirin Lis, yang penting ibu lo sudah sehat"

     "Gua gak abis pikir yah.. ternyata masih ada orang baik di dunia ini"

     "Lo kok mikirnya gitu sih.. ya pasti ada lah"

Sejak saat itu aku semakin dekat dengan Lisa dan akhirnya kami berpacaran. Lisa mau menurutiku agar tidak bekerja di sana lagi dan mencari pekerjaan yang layak dan baik. Setiap pulang sekolah aku menemaninya mencari pekerjaan yang layak untuknya, hingga akhirnya dia mendapat pekerjaan di sebuah perusahaan.
Perjalanan cintaku berjalan baik dengannya, aku sangat senang bisa bersamanya begitupun dengan dia. 3 bulan berjalan terlihat badan Lisa mulai kurusan, hingga dia tidak bisa berjalan lagi keluar rumah. Aku sangat sedih melihat keadaannnya. Aku coba membujuknya untuk dirawat di rumah sakit. Namun selalu dia tolak karena alasan biaya. Setelah aku paksa barulah dia mau, aku hanya berkata 'biar aku yang menanggung semua biaya rumah sakit'. Seminggu di rumah sakit keadaannya semakin membaik, namun di hari ke 9 dia memberikanku berupa kalung yang ada di lehernya dan surat yang berada di dalam amplop tertutup.

     "Rud, simpan kalung ini dan surat ini dibaca jika aku sudah tidak bersama kamu lagi"

     "Lis, jangan berkata seperti itu" aku mengusap air mata di pipinya

     "Aku gak sanggup lagi, sakit banget Rud.. aku ingin sekali sembuh dan selalu bersamamu kapanpun dan dimanapun. Tapi kayaknya aku sulit bertahan Rud, dokter juga sudah menyerah atas penyakitku ini". menangis sambil menahan sakit di perut bagian bawahnya..

     "kamu yang sabar yah.. banyak berdoa dan yakin kepada Allah bahwa kamu akan sembuh" aku membelai kepalanya dan mengusap punggungnya.

     "Kamu berjanji yah Rud akan selalu bersamaku."

     "Iya, kamu tenang aja"

 Imej yang berkaitan

Sore itu aku harus meninggalkannya karena aku ada ujian kelulusan besok. Dia pun menyemangatiku untuk belajar dengan rajin agar bisa lulus SMA (Sekolah Menengah Atas).
Keesokan harinya usai ujian aku sempatkan mampir ke rumah sakit dahulu. Aku lihat Lisa sedang dalam keadaan koma dan di tangani dokter di ruangannya. Aku berharap cemas 'Semoga Allah memberikan kesempatan kedua untuk Lisa sembuh'. Namun takdir berkata lain sore itu hari senin dia menghembuskan nafas terakhirnya. Aku dan keluarganya sangat bersedih dan benar-benar kehilangan dirinya. Aku tidak menyangka dia pergi meninggalkan kenangan indah dalam waktu yang sangat singkat (hanya dalam 6 bulan saja) aku mengenalnya.
Setelah penguburannya aku pulang ke rumah dan membaca surat yang diberikannya 2 hari yang lalu, begini isi suratnya:

Sayangku..

Maafin aku yang sudah banyak menyusahkanmu..
Aku banyak dibantu oleh mu..

Yang tidak aku sangka adalah mendapatkan orang sebaik kamu..
Walau usia kamu jauh di bawahku..
Namun kamu sangat baik kepadaku..

Aku hanya berharap kenangan indah bersamamu, bisa berjalan lama..
Tapi aku tidak yakin dengan sakit yang aku derita..
Dulu aku berpikir dunia sangat kejam..
Namun dengan ke hadiranmu, aku sangat merasakan kebahagiaan..
Bahkan saat kamu tahu aku sakitpun.. kamu masih mau bersamaku..

Kamu adalah hal yang terindah dalam hidupku..
Terima kasih ya.. buat semua kebaikan yang kamu berikan kepadaku..
Dan juga keluargaku..

Ingat jangan pernah lagi pergi ke sana..
Karena bagaimana iman kamu dan pertahanan kamu..
pasti akan membuat kamu goyah juga..

Semoga kamu bisa mendapatkan gadis impian terbaikmu..
Salam dariku untuk bidadarimu..

Aku cinta kamu dan sangat sayang kamu..
melebihi apapun..
bahkan cintamu tak akan bisa melebihi cintaku kepadamu..

Lisa
Yang mencintaimu

Sangat Sedih aku membaca surat darinya, hingga sampai saat ini aku masih belum bisa melupakan dirinya. Semoga dia tenang di alam sana dan mendapatkan tempat yang layak di sisi-Nya.. (KS)

-- DH --

Jumat, 02 November 2018

Cinta Anak Terhadap Ibu

Setiap hari aku harus bangun pagi menyiapkan makanan untuk bapak dan ibuku. Aku ke pasar untuk membeli makanan untuk sehari atau 2 hari ke depan. Jika tidak ada uang aku pergi ke hutan untuk mencari tumbuhan yang bisa dimakan. aku belanja tidak terlalu banyak karena keluargaku tidak memiliki kulkas, yang bisa mengawetkan dan membuat makanan tetap segar selama beberapa hari. Kami hidup sangat sederhana di sebuah desa di pinggiran hutan. 
Rumahku terletak di desa terpencil, masuk pedalaman. Rumahku berhadapan dengan kebun keluarga dan sungai kecil yang airnya mengalir sangat deras dan sangat jernih. Jalan menuju desaku sangat jelek dan masih tanah, apalagi saat hujan turun.. semuanya becek dan menjadi kubangan lumpur.
Luas rumahku tidak lebih dari 50 meter, terdiri ruang keluarga, 2 kamar tidur dan dapur. lantainya hanya beralaskan tanah dengan dinding yang terbuat dari anyaman pohon bambu yang dibuat sendiri oleh bapakku. Isi rumah pun tidak banyak hanya berupa tikar untuk alas tidur, tungku kayu untuk memasak beserta peralatan memasak. Dulu sebelum ibu sakit, kita masih mempunyai televisi, radio, kursi, meja. Namun itu dijual untuk menambah biaya berobat ibu.
Hasil carian imej untuk ‪anak merawat ibu sakit‬‏
Walau umurku baru berusia 7 tahun namun aku yang harus mengurus semua keperluan rumah, mulai dari memasak makanan, mencuci pakaian, mencuci piring dan gelas, menyapu rumah, memandikan ibu bahkan menyuapi ibu sampai semua kegiatan ibu aku yang mengawasi. Setiap 3 hari sekali aku mencuci rambut ibu dengan sabun yang ada, karena ketidak adaan biaya untuk membeli sampo.
Pernah sesekali aku meminta dana dari pemerintah untuk perawatan ibu, hingga akhirnya pemerintah iba melihat kami dan memberikan bantuan dana yang cukup untuk kehidupan kami sebulan, disitulah kami bisa makan enak, aku membeli daging sapi atau ayam untuk kita masak.
Bapakku bekerja serabutan, lebih banyak menjadi buruh angkut kayu atau kuli bangunan atau hanya membantu ladang warga kampung yang akan panen. Bapakku sangat kuat, pekerjaan yang biasa 7 orang lakukan seharian.. ini dia bisa lakukan hanya seorang diri. Disitulah banyak orang kampung yang puas dengan pekerjaannnya. Hasil dia bekerja, lebih banyak digunakan untuk pengobatan ibu.
Yang tersulit aku lakukan adalah melarang ibu pergi ke luar rumah, ke pasar atau ke kota. Karena jika ibu berada di keramaian hanya akan membuat orang kampung takut dan aku takut ibu di lukai orang yang marah dengan tingkah laku ibuku. Aku terkadang harus menarik ibuku untuk kembali ke rumah, sering kali aku tak kuat melakukannya karena apalah aku, hanya seorang gadis kecil yang tidak memiliki tenaga besar untuk membawa ibu kembali pulang ke rumah. Terkadang juga ibu sangat mengerti jika aku ajak bicara, sehingga dengan sendirinya dia kembali pulang ke rumah.
Menurut cerita orang kampung ibuku dulunya adalah seorang kembang desa di kampung itu. Banyak orang tergila-gila oleh kecantikan wajahnya. Terlihat juga foto yang tersimpan rapi di kamar bapak, bagimana wajah ibu saat muda dulu, ibu terlihat sangat cantik pada foto tersebut. Setelah dia menikah dan mempunyai anak, dia masih bekerja sebagai buruh pabrik di kampung sebelah yang berjarak 5 kilo meter dari kampung halaman ku ini. Ibuku biasanya pergi bekerja setelah menyiapkan makanan untuk aku dan bapak. Ibu berjalan dari rumah sampai gerbang desa kemudian dilanjutkan naik angkutan umum sampai tempat kerjanya.
 
Waktu itu hari sudah mulai malam, bapak sudah bingung mencari ibu yang belum sampai juga ke rumah sedangkan aku baru berusia 5 tahun saat itu. Malam itu pukul 9.00 ibu sampai di depan rumah dan mengetuk pintu, hingga bapak segera membukakan pintu rumah. Di dapati ibu sudah tergeletak di depan pintu dengan darah yang sangat banyak di kepala dan bajunya. Bapak segera membersihkan tubuh ibu serta membawa ibu ke dokter ke esokan paginya, saat hari mulai terang dan banyak angkutan umum. Bapak membawa ibu dengan menggunakan grobak yang ditarik oleh sapi.
Sampai di tempat praktik dokter, Ibu diperiksa dengan teliti, Terdapat luka benturan di kepala dan luka gores ditangan dan kakinya. Dokter menyatakan jika ibu hanya trauma saja. Namun setelah ibu sadar, bapak mendapati ibu sudah linglung, tidak mengenali siapapun bahkan dia lupa tentang segala hal, yang dia ingat hanya memiliki suami, seoarang anak dan rumah. Namun terkadang hal itupun dia juga lupa. Sampai saat ini tidak ada perubahan dari ibu, obat yang diberikan hanya membuat dia lebih tenang saja.
Ibu sudah seperti anak kecil saja setiap hari yang segala kegiatannya harus dibantu. Dia hanya bisa bermain ke pasar lalu memakan makanan yang dia suka kemudian pulang saat hari akan gelap, dia duduk semau dia saja, bahkan saat pulang terlihat pakaiannya sudah sangat kotor dengan tanah. Makanan yang diambil dari pasar harus kita ganti dengan uang jika pemilik toko meminta kita menggantinya, namun walau begitu ada saja orang yang mengikhlaskannya. Yang membuat aku sangat pusing jika obat sudah habis dan bapak belum punya uang untuk membelinya. Disitu aku harus menjaga ibu baik-baik agar dia tidak mengamuk di kampung dan pasar. Terkadang aku juga menjadi amukannya karena selalu menahannya saat dia akan pergi.

 Hasil carian imej untuk ‪anak merawat ibu sakit‬‏

Bapak setiap harinya selalu pergi keluar rumah mencari kerjaan yang bisa dia kerjakan dan menghasilkan uang. Aku pernah membantunya menebang pohon bambu di tepi hutan, setelah bapak menebang pohon bambu tersebut aku membersihkan bambu tersebut dari ranting-ranting kecil yang melekat pada bambu tersebut. Bapak menebang pohon bambu jika ada orang yang memesannya saja.
Sampai saat ini aku belum bersekolah karena keterbatasan dana, obat adalah prioritas utama di dalam kehidupan keluarga kami, agar ibu cepat sembuh seperti dahulu. Bagiku ibu adalah sosok orang yang terbaik, dihatiku asal ada seorang ibu.. itu merupakan kebahagiaan. Aku sayang sekali sama ibuku, aku ingin ibu cepat sembuh. memasak makanan yang enak untukku, menyayangiku seperti anak-anak kecil yang lain yang sangat diperhatikan oleh ibunya, aku juga berkeinginan bermain bersama ibu. Untungnya aku masih memiliki bapak yang sayang kepadaku, begitu pun aku.. aku sangat sayang kepada bapak.
Walau bapak seorang pendiam dan kurang perhatian kepadaku namun dia tidak pernah marah kepadaku jika aku salah dan dia sering bermain denganku. (KN)

-- DH --


Jumat, 26 Oktober 2018

Cinta Sejak Kecil

Saat kecil aku tinggal di pedalaman pulau Kalimantan, kampung yang sangat indah dan aku kagumi. Saat itu aku masih menyandang status siswa SD, dimana saat itu aku tak banyak bermain dengan teman-teman seusiaku, namun selepas bersekolah aku lebih banyak membantu bapak di ladang. Kami menanami kebun kami dengan tanaman berupa lada, saat panen tiba aku selalu membantu bapak dan ibu kemudian menjualnya ke kota Samarinda (Kalimantan Timur).

 Hasil carian imej untuk ‪kebun lada di sebelah sungai dan kampung‬‏
Siang itu saat aku membantu bapak terlihat dari kejauhan gadis kecil berambut panjang dengan pita biru diatas rambutnya. Mataku memandang mengikuti dia berlari mengejar hewan capung. 'Terlihat sangat manis wajahnya yang selalu tersenyum ceria saat mengitari perkebunan'. Saat itu ingin rasanya aku menghampiri dan berkenalan dengannya kemudian bersama-sama kita berlarian mengejar hewan capung dan kupu-kupu. Tapi itu tak kulakukan karena harus memanen lada yang cukup banyak.
Sering aku melihat dia selalu bermain di pinggiran ladangku, dia bermain air di saluran irigasi kampung yang sangat jernih airnya. Namun yang aku lihat dia lebih banyak bermain sendirian, walau terkadang ada anak-anak kampung juga yang ikut bermain bersamanya. Melihat dia berlari dan bermain bahagia sekali aku melihatnya terlebih lagi senyumannya yang manis.
Aku memang satu sekolah dengannya, hanya kelas kita dipisahkan oleh dinding sekolah sebagai petanda perbedaan kelasku dengannya. Saat itu aku sudah kelas 5 SD sedangkan dia kelas 3 SD (Sekolah Dasar), saat di lingkungan sekolahpun aku sering memperhatikannya. Yang aku lihat dia adalah seorang gadis kecil yang manis, periang, pintar, murah senyum, smart dan energik. Pokoknya kalau melihat dia adem sekali rasanya.
Hingga saat di sekolah Menengah Pertama (SMP) dia kembali satu sekolahan dengan ku, aku melihat dia kembali saat kelas 3 SMP. Selesai menamatkan SMP aku mengambil Sekolah Kejuruan atau STM (Sekolah Menengah Kejuruan), aku mengambil jurusan Penerbangan. Sejak saat itu aku tidak lagi melihatnya. Terlebih lagi dia sudah pindah rumah di kampung sebelah yang berjarak 3KM dari kampungku. Teringat sosoknya yang ngangenin hingga aku akhirnya menyimpan rasa itu menjauhi hatiku. Walau bayangannya tetap hadir dalam ingatanku.
7 Tahun berlalu aku sudah mulai bekerja sebagai pilot di maskapai penerbangan swasta terbesar di Indonesia. Aku sangat senang sekali bisa menerbangkan pesawat-pesawat besar, terkadang rasa was-was selalu menghantui, namun semua aku serahkan hidup matiku kepada Allah.
Saat penerbangan Jakarta Samarinda, aku bertemu seorang gadis cantik, sangat menarik hati.. rasanya aku seperti mengenal wajahnya. Sebelum masuk pesawat aku yang sudah mengenakan pakaian seragam pilot lengkap mencoba bertegur sapa dengannya.

     "Hai, sepertinya kita pernah kenal.. aku Andre"

     "Aku Nita" berkata dengan senyumnya yang manis

     "Nah benarkan, kamu ingat tidak saat di kampung, kita waktu itu pernah satu kampung di Samarinda.

     "Wah.. saya lupa nih"

Setelah aku cerita mengenai letak rumahku di kampung serta kegiatanku waktu kecil dahulu serta kita yang pernah satu sekolah SD dan SMP. Barulah dia sedikit mengingat tentang aku, walau sedikit tapi gak papa deh dari pada gak sama sekali..
Diperjumpaan singkat di bandara Soekarno Hatta tersebut kami bertukar nomor handphone. Dari situlah kami sering mengobrol lewat WA (WhatsApp). Senang sekali rasanya bertemu kembali gadis impianku saat masa kecil dulu, jangankan bertemu.. membaca tulisan di WA diapun aku sangat bahagia sekali. Berharap ini bukan mimpi dan semoga cintaku berbalas manis, bukan cinta bertepuk sebelah tangan.
Saat aku lepas tugas, aku pergi bermain ke rumahnya. Tidak susah mencari alamat rumahnya, mungkin karena aku memang juga orang sana. Ternyata semua keluarganya berada di rumah di hari itu dan menyambut kedatanganku. Setelah aku duduk dan berbincang-bincang di ruang tamu rumah mereka, Nita sudah bercerita banyak kepada orang tuanya mengenai aku. Sehingga aku kesana banyak bercerita mengenai masa kecilku dan kampungku waktu lampau.
Aku semakin sering bermain ke rumahnya begitupun Nita. Kami semakin dekat dan tidak butuh waktu lama untuk berpacaran. Cukup setahun kemudian kami menikah di sebuah gedung dekat dengan kampung kami. Pernikahan sangat meriah dengan 1.000 undangan. Aku gak menyangka gadis semasa kecilku.. yang aku impikan dulu menjadi istriku saat ini. Padahal kami sudah lama sekali tidak bertemu.
Itulah cerita singkatku..(KS)

-- DH --


RINGKASAN DAFTAR CERITA

                                                     DAFTAR CERITA Berikut adalah ringkasan judul cerita yang saya sudah terbitkan: CINTA PE...