Siti merupakan anak dari seorang yang kaya raya. Bapaknya memiliki banyak perusahaan properti di Indonesia, sedangkan ibunya hanya sebagai ibu rumah tangga dan aktif sebagai ibu-ibu pengajian dilingkungannya. Dia adalah anak ke dua dari dua bersaudara.
Keperibadiannya yang mengasikkan, membuat dia memiliki banyak teman di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggalnya. Siti sangat senang membaca Al qur'an, bahkan sholatnya selalu tepat waktu. Jika ada lomba membaca Al qur'an, dia selalu ikut ambil bagian. Bahkan dia selalu menang dalam keikutsertaan lomba tersebut. Memang sejak dalam kandungan, ibunya hampir setiap hari membaca Al qur'an. Mungkin hal itu juga yang mendorong minatnya mengambil kuliah di jurusan Fakultas Agama Islam dan kecintaannya kepada Allah SWT.
Walau dari keluarga mampu, orang tuanya tidak memanjakan dia dengan kemewahan. Kemana-mana Siti masih menggunakan angkutan umum. Kakaknya pun yang laki juga mengunakan motor bebek biasa. Terkadang kakaknya yang mengantarkan Siti jika berpergian jauh.
Saat ini Siti menginjak usia ke 22 Tahun. Belum pernah dia berpacaran dengan laki-laki manapun, tetapi dia memiliki banyak teman lelaki. Saat belajar di sekolah Menengah Pertama, dia sudah mengenakan jilbab kemanapun, bahkan ada tamu lelaki yang bukan muhrimnya pun dia pasti mengenakan jilbab.
Siti sangat menjaga aurat, wudhu, solat, perkataan dan perbuatannya. Cintanya kepada Allah SWT membuat dirinya terkadang berfikir mengenai kebebasan anak-anak jaman sekarang saat bergaul, bercerita maupun bertamu. Banyak pertentangan yang terjadi dalam batinnya. Terkadang dia menasehati anak-anak kecil dan teman sebayanya dengan perkataan lembut agar tidak menyimpang dari ajaran agama yang disebarkan rosul kita Muhammad SAW.
Di kampusnya Siti aktif dalam kegiatan rohis (Rohani Islam), dia sering mengadakan program santunan anak yatim dan orang jompo. Dia mengumpulkan dana dari teman-teman kampusnya. Sedikitpun tidak pernah menggunakan harta orang tuanya untuk setiap kegiatannya. Paling tidak jika terjadi kekurangan dana, dia minta ke Ayahnya agar dicukupkan demi lancarnya kegiatan tersebut.
Jika azan berkumandang, Siti pasti langsung berlari untuk mengambil air wudhu. Kecuali saat perjalanan atau sedang mengikuti ujian. Siti selalu solat 5 waktu secara tepat waktu dan puasa senin kamis. Siti sangat senang dengan kegiatan yang dilakukan di jalan Allah SWT.
Suatu hari siti akan pergi ke rumah sahabatnya di Indramayu. Diperkirakan perjalanannya memakan waktu 5 jam dari tempat tinggalnya di Jakarta. Saat itu sudah masuk zuhur, karena menurut perhitungan jika masuk waktu asar, dia masih diatas bus. maka ia menjamak Takdim asarnya (solat Asar digabung ke zuhur). Dia melakukan dengan penuh khusuk.
Siti pergi dengan menggunakan bus dari kampung rambutan, dia pergi kesana dengan kedua temannya yaitu Lisa dan Suci. Saat diperjalanan cuaca sangat bagus, tampak matahari bersinar dengan terangnya. Namun saat memasuki pantura (pantai utara pulau Jawa), cuaca menjadi tidak bersahabat, terjadi hujan petir dengan disertai angin yang cukup kencang. Di dalam hatinya siti selalu membaca doa dan bersalawat.
Tak disangka bus yang ditumpanginya ikut terbawa longsoran tanah. Dia tak sadarkan diri, yang dia tahu saat sadar dia sudah berada di rumah sakit. dia merasakan sesak di dadanya dan kakinya sulit untuk digerakkan. Saat dia melihat jam, sudah menunjukkan jam 21.00. Dia teringat belum solat maghrib, karena keadaannya yang tak mungkin mengambil air wudhu ke toilet, ia memutuskan bertayamum (berwudhu dengan menggunakan debu) saja, kebeneran juga tempat tidurnya dekat dengan tembok rumah sakit. Ia menjamak Takhir solatnya (Maghrib digabung ke Isya). kecintaannya kepada Allah membuat dia merasa bersalah sudah tidak solat maghrib tepat waktu.
Malam itu dia tidak bisa tertidur, karena rasa sakit teramat menyertainya, akhirnya dia solat tahajud saja. Keluarganya sudah berada bersamanya sejak jam 17.30. Saat dihubungi pihak kepolisian jam 15.00 tadi, ibu, bapak dan kakaknya langsung meluncur ke rumah sakit tempat dia dirawat.
Saat ia solat bapaknya yang menjaganya, melihat Siti hanya bersedekap di raka'at ke dua, tidak ada gerakan lagi dalam waktu yang cukup lama. Bapaknya coba mendekatinya, ia melihat tidak ada gerakan nafas didadanya dan monitor jantung berubah menjadi 0. Segera bapaknya membangunkan ibu dan kakaknya serta memanggil dokter yang bertugas malam itu.
Dokter sudah berusaha, namun Allah berkehendak lain, Siti meninggal dalam solatnya. Semoga dia meninggal dalam Khusnul khotimah dan ditempatkan di surganya Allah. Aamiin..
Usai pengurusan jenazah, siti langsung dibawa pulang ke rumahnya di Jakarta. Pagi di hari Jum'at itu berita duka langsung menyebar ke teman dan sahabatnya. Pelayat banyak sekali yang datang ke rumah Siti, bahkan saat akan disholatkan, Masjidnya tidak bisa menampung jama'ah yang akan menyolatkan. karangan bunga membanjiri halaman rumah dan jalanan sekitar rumahnya. Saat pemakamanpun, pekuburan tempat dia disemayamkan terakhir kalinya, benar-benar seperti lautan manusia. Semua orang terlihat benar-benar merasa kehilangan akan sosok Siti..
Siti meninggalkan kenangan yang indah dan mendalam dimata sahabat, teman, tetangga dan saudaranya. Mereka dirundung duka yang mendalam. Bapak, ibu serta kakaknya mencoba tabah atas musibah yang terjadi. Mereka terlihat tegar dan kuat, walau sesekali meneteskan air mata.
Seminggu kemudian kedua teman Siti yang ikut pergi bersamanya saat ke Indramayu, datang ke makam Siti. Mereka berdua baru saja keluar dari rumah sakit. Mereka hanya bisa memanjatkan doa, tanpa melihat jasad Siti yang terakhir kali. (KK)
--- DH ---
Tak disangka bus yang ditumpanginya ikut terbawa longsoran tanah. Dia tak sadarkan diri, yang dia tahu saat sadar dia sudah berada di rumah sakit. dia merasakan sesak di dadanya dan kakinya sulit untuk digerakkan. Saat dia melihat jam, sudah menunjukkan jam 21.00. Dia teringat belum solat maghrib, karena keadaannya yang tak mungkin mengambil air wudhu ke toilet, ia memutuskan bertayamum (berwudhu dengan menggunakan debu) saja, kebeneran juga tempat tidurnya dekat dengan tembok rumah sakit. Ia menjamak Takhir solatnya (Maghrib digabung ke Isya). kecintaannya kepada Allah membuat dia merasa bersalah sudah tidak solat maghrib tepat waktu.
Malam itu dia tidak bisa tertidur, karena rasa sakit teramat menyertainya, akhirnya dia solat tahajud saja. Keluarganya sudah berada bersamanya sejak jam 17.30. Saat dihubungi pihak kepolisian jam 15.00 tadi, ibu, bapak dan kakaknya langsung meluncur ke rumah sakit tempat dia dirawat.
Saat ia solat bapaknya yang menjaganya, melihat Siti hanya bersedekap di raka'at ke dua, tidak ada gerakan lagi dalam waktu yang cukup lama. Bapaknya coba mendekatinya, ia melihat tidak ada gerakan nafas didadanya dan monitor jantung berubah menjadi 0. Segera bapaknya membangunkan ibu dan kakaknya serta memanggil dokter yang bertugas malam itu.
Dokter sudah berusaha, namun Allah berkehendak lain, Siti meninggal dalam solatnya. Semoga dia meninggal dalam Khusnul khotimah dan ditempatkan di surganya Allah. Aamiin..
Usai pengurusan jenazah, siti langsung dibawa pulang ke rumahnya di Jakarta. Pagi di hari Jum'at itu berita duka langsung menyebar ke teman dan sahabatnya. Pelayat banyak sekali yang datang ke rumah Siti, bahkan saat akan disholatkan, Masjidnya tidak bisa menampung jama'ah yang akan menyolatkan. karangan bunga membanjiri halaman rumah dan jalanan sekitar rumahnya. Saat pemakamanpun, pekuburan tempat dia disemayamkan terakhir kalinya, benar-benar seperti lautan manusia. Semua orang terlihat benar-benar merasa kehilangan akan sosok Siti..
Siti meninggalkan kenangan yang indah dan mendalam dimata sahabat, teman, tetangga dan saudaranya. Mereka dirundung duka yang mendalam. Bapak, ibu serta kakaknya mencoba tabah atas musibah yang terjadi. Mereka terlihat tegar dan kuat, walau sesekali meneteskan air mata.
Seminggu kemudian kedua teman Siti yang ikut pergi bersamanya saat ke Indramayu, datang ke makam Siti. Mereka berdua baru saja keluar dari rumah sakit. Mereka hanya bisa memanjatkan doa, tanpa melihat jasad Siti yang terakhir kali. (KK)
--- DH ---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar