Cinta

Cinta
SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA "DODHY HANDAYADI".. SELAMAT MEMBACA.. SEMOGA BISA MENJADI PELAJARAN BUAT KITA SEMUA.. PENTINGNYA MENGHARGAI ARTI CINTA, DIMANA TERKADANG KITA HARUS MENGALAH UNTUK MEMENANGKAN HATINYA NAMUN TERKADANG KITA HARUS MERELAKAN KEHILANGANNYA UNTUK HAL YANG LEBIH BAIK LAGI.. JANGAN MENYERAH TERUSLAH BERJUANG SELAGI CINTAMU MASIH BISA DIPERJUANGKAN

Jumat, 18 Januari 2019

Cinta Setengah Abad

Aku seorang wanita yang baru lulus sekolah SMA (Sekolah Menengah Atas), saat ini aku bingung harus bagaimana, cari kerja susah, mau meneruskan kuliah tidak ada biaya atau seperti kebanyakan teman-temanku yang langsung menikah agar tidak memikirkan lagi bagaimana memenuhi kebutuhan hidup, yang dia lakukan hanya meminta uang kepada suami dan mengerjakan kerjaan rumah tangga. Ini lah dilema ku yang terlahir dari keluarga yang kurang mampu. Saat aku mulai melakukan lamaran kerja ke berbagai perusahaan, kebanyakan mereka menanyakan keahlian yang aku punya, bisa komputer atau bahasa Inggris.
Hingga akhirnya aku hanya bisa bekerja di sebuah toko kecil di daerah Depok. Aku bekerja sebagai pelayan toko pakaian, dengan gaji tak seberapa. Ya kalau dibilang.. ini sebagai mengisi waktu luang saja atau dari pada di rumah gak ada kegiatan, karena memang gaji yang saya dapatkan hanya cukup buat ongkos dan makan saja. Sudah 6 bulan aku bekerja disana, bos ku sebagai pemilik toko sangat senang dengan hasil kerjaku. Menurut bos ku aku cantik dan selalu tersenyum kepada pelanggan serta sangat semangat menawarkan barang dagangan di toko. Akupun sangat betah bekerja di sana karena teman-teman di sekitar toko sangat baik dan saat bos ku marah, dia menegurku dengan ucapan dan perkataan yang baik bahkan cenderung mengarahkan aku, sehingga aku bisa belajar banyak darinya.
Saat ini banyak orang yang dekat dengan ku, bahkan sangat perhatian dengan ku. Mulai dari Pria usia muda sampai tua, bahkan duda yang mengejarku juga ada. Mungkin mereka tahu kalau aku belum punya pacar dan karena aku orangnya supel (mudah bergaul dengan siapa pun). Aku orangnya bukan pemilih namun aku adalah seorang penilai, karena sampai saat ini aku melihat, semua pria yang mendekatiku hanya melihat kecantikan ku saja, tak ada yang benar-benar tulus sayang kepadaku.
Siang itu, ada seorang pria tua berjalan dengan istrinya berbelanja di Mall tempat toko ku berada. Saat dia melintasi toko ku dia terjatuh di depan toko, dengan sigap aku papah dia berdiri bersama istrinya, memang saat itu pria tua yang aku papah masih dalam keadaan sadar dan bisa sedikit berjalan. Sesampainya di mobil dengan cepat sang sopir tancap gas menuju rumah sakit terdekat, akupun kembali ke toko tempatku bekerja.
Sebulan setelah kejadian itu ada sepasang suami istri yang datang ke toko dan mencariku. Ternyata beliau adalah pria tua yang aku tolong sebulan yang lalu saat jatuh di depan tokoku. Waktu itu tepat siang hari, aku diajak mereka makan siang bersama. Saat itu mereka hanya ingin mengatakan ucapan terima kasih karena waktu itu telah membantu menolongnya, walau waktu itu banyak laki-laki, namun aku dengan sigap ikhlas membantu beliau. Usai makan aku ditawari mereka bekerja di rumahnya untuk menjadi asisten rumah tangga. 

     "Bella, kalau kamu berkenan.. kamu boleh kerja di rumah saya!"

     "Di mana lokasi rumah Bapak?"

     "Pesona Kayangan Depok"

     "Memang Bapak gak punya asisten rumah tangga sekarang di rumah Bapak?"

     "Ada, tapi saya rasanya butuh 1 lagi untuk urusin istri saya ini dan juga saya jika dibutuhkan"

     "Iya, kamu bisa bantu Ibu dan Bapak.. mau kan?" ibunya berkata

     "Tugas kamu siapkan makanan dan obat untuk kita serta jagain kita.. itu saja. Saya akan gaji kamu sebesar UMR kota Depok" Bapak berkata

     "Iya Pak.. saya mau.. tapi saya bilang ke bos saya dulu yah dan saya butuh waktu untuk keluar dari toko juga"

     "Oke.. kami tunggu yah.. ini nomor Telepon saya" bapak berkata

     "Terima kasih banyak ya Pak.. Bu!" aku berkata sambil melihat ke arah mereka

Aku pun kembali ke toko dengan sebungkus makanan, yang ku bawa dari pemberian bapak dan ibu tadi untuk temanku yang sedang menjaga toko. Di toko kami selalu bergantian jaga saat makan, kecuali kami makan di toko, kami pasti makan bersama. 
Saat Bos aku datang aku langsung mengutarakan niatku untuk berhenti bekerja darinya. Alasanku ingin menjaga orang tua, agar aku diperbolehkan berhenti kerja. Rasa tidak enak untuk mengatakan berhenti kerja itu timbul dalam hatiku, karena bos ku sangat baik denganku bahkan kami di toko seperti keluarga sendiri.
Akhirnya tepat di penghujung bulan Januari aku berhenti bekerja dan langsung mendatangi rumah Bapak Hanafi di Perumahan Pesona Kayangan. Ternyata tidak susah mencari alamat yang diberikan Pak Hanafi saat aku menelopon beliau tadi.
Masuk ke dalam rumahnya yang sangat besar dan megah membuat ku takjub. Dari depan terlihat ada satpam yang menjaga di rumah mulai masuk ke dalam pekarangan yang luas, aku melihat suasanannya sangat sepi sekali. Satpam rumah mengantarkanku ke ruang tamu disana sudah berdiri 3 orang. Bapak memperkenalkan ku kepada semuanya.

     "Ini adalah Bella, asisten saya yang mengurusi makan, minum dan obat-obatan saya"
     "Bella ini adalah tukang kebun.. Bapak Rahmat, di sebelahnya Sari yang mengurusi kebersihan rumah dan sebelahnya lagi Dinda yang mengurusi pakaian kami dan terakhir Satpam rumah bernama Bapak Mardi. Mereka sudah lama ikut saya jadi saya harap kamu bisa belajar dan banyak bertanya dengan mereka jika ada sesuatu yang tidak kamu ketahui atau perlu kamu tanyakan. Di sini saya berharap kalian bisa bekerja sama dan saling mengisi jika ada yang sakit."

    "Iya pak" jawab saya

Setelah semuanya bubar dan kembali kepekerjaannya masing-masing, ibu banyak bercerita kepada saya bahwa bapak memiliki perusahaan besar di Jakarta. Semua diurus beliau dari rumah saja, ya paling sesekali bapak pergi ke kantor untuk meeting dengan karyawannya. Bahkan terkadang jika bapak malas ke kantor bapak memanggil beberapa karyawannya untuk meeting di rumah saja. Memang aku melihat ada ruang yang begitu besar di lantai 2, di sebelah ruang kerja bapak, yang ternyata itu adalah ruang pertemuan untuk berbicara dengan karyawannya atau rekan bisnisnya.
Ibu juga bercerita bahwa usahanya di rintis sejak lama dan dari bawah atau bisa dikata dari nol. sayang sudah 50 tahun mereka bersama, mereka belum diberikan keturunan. Walau begitu mereka terlihat sangat bahagia dan selalu tersenyum.

Imej yang berkaitan
Tak terasa seminggu sudah aku berada di lingkungan rumah tersebut, bapak ibu menganggap kami semua bagian dari keluarganya. Yang aku kagum dari mereka juga dalam hal makanan, mereka selalu menyiapkan makanan terbaik dan makanan yang tersaji adalah untuk Bapak ibu serta kita semua, begitupun dengan isi kulkas dan lemari, bapak ibu tidak pernah melarang siapapun untuk mengambil dan memakan serta meminumnya. Hanya saja kami semua segan dan tau diri. 
Saat keluar rumah, jika bapak ibu keluar bersama pasti saya selalu disuruh ikut serta. Kecuali jika bapak sendiri atau ibu sendiri, aku akan ikut petunjuk saja disuruh ikut siapa. Aku sangat senang bekerja dengan lingkungan yang sangat kekeluargaan seperti ini.
Tiga bulan sudah aku bekerja di rumah ini, kita semua seperti satu keluarga. Malam itu Ibu Gita (Istri Pak Hanafi), jatuh pingsan saat menonton televisi di ruang tengah. Sopir segera melarikannya ke Rumah sakit Mitra Keluarga, aku menemani ibu sedangkan bapak saat itu masih belum pulang dari kantor. Sesampainya di rumah sakit ibu sudah tidak sadarkan diri dan kondisinya sangat lemas. Saat di reservasi di ruang UGD, hanya aku yang menjelaskan kondisi ibu saat akan di bawa ke rumah sakit. 2 Jam kemudian Pak Hanafi datang dan langsung meminta penjelasan dari dokter dan juga aku. Aku melihat kekhawatiran di raut wajah bapak, terlihat rasa cintanya yang sangat tinggi kepada istrinya yang terbaring tak berdaya.
Pagi harinya ibu masuk ke ruang perawatan, aku menunggui beliau hingga akhirnya beliau sadar saat sore hari. Terlihat ibu masih lemah saat berbicara, baru kali ini aku melihat ibu sangat lemah. Bapak yang berada di luar segera aku panggil ke dalam, aku meninggalkan mereka berdua dan pergi sholat maghrib serta makan malam di kantin rumah sakit. Saat kembali, aku melihat bapak menangis di depan pintu kamar di dampingi oleh beberapa karyawan dan keluarga dari bapak dan ibu. Saat sampai di depan bapak..

     "Ibu sudah tidak ada (Meninggal).. maafkan segala kesalahan ibu ya Bel!"

     "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un (Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jugalah kami kembali)"
     "Semoga Allah mengampuni segala dosa-dosa ibu dan menerima segala amal ibadahnya, serta di tempatkan disisi Allah dengan sebaik-baiknya, dilapangkan dan di terangi kuburnya.. Aamiin"
     
     "Aamiin.. terima kasih ya Bel"

Aku melihat pihak keluarga Ibu dan Bapak berperan aktif dalam pengurusan jenazah di rumah sakit bahkan sampai selesai dimakamkan.
Bapak terlihat sangat terpukul kehilangan istri yang dicintai, 51 tahun sudah mereka mengarungi bahtera rumah tangga, suka duka di jalani bersama. Saat ini bapak banyak diam, suasana rumah semakin sepi dibuatnya.
Butuh 3 bulan lamanya, bapak kembali ceria seperti sedia kala. Bapak sudah mulai beraktifitas seperti dahulu. Aku saat ini sering mendampingi bapak kemanapun, bapak pernah berkata..

     "Bel, banyak sekali harta yang aku punya.. buat siapakah semua ini yah! sekian lama kami membangun bisnis dan akhirnya bisa sukses seperti ini. Saat nanti saya menyusul ibu.. saya tidak akan membawa apa-apa kecuali hanya kain kafan yang tidak seberapa harganya"

     "Iya pak.. semua itu titipan Allah.. atau mungkin bapak bisa sumbangkan ke badan amal atau ke masjid"

     "Ya Bel.. terima kasih yah"
     "Dulu saya pikir, saya akan meninggal lebih dulu dibanding ibu.. karena saya sudah sakit-sakitan.. Tapi Allah berkata lain" 

     "Iya pak"

Aku melihat saat ini Bapak lebih banyak fokus ibadah dan berfikir keras mengenai hartanya yang sekian banyak akan di kemanakan.
Setahun berlalu.. kondisi bapak semakin lemah, bapak lebih banyak menghabiskan waktu di rumah serta berbaring di kamar, saat itu bapak memanggilku dan ingin mengatakan sesuatu..

     "Bella.. aku menganggap kamu seperti anakku sendiri.. ingin rasanya aku memelukmu namun kita bukan muhrim. Bel, setahun sudah aku berfikir keras untuk apa harta yang aku punya ini, keturunan aku tidak punya, istri sudah tiada. Jangan sampai ini hanya jadi perebutan diantara keluargaku saja. Pernah terpikir untuk mencari wanita untuk ku jadikan istri namun aku tak pernah mendapatkan sosoknya di kantor bahkan di manapun. Bel, kalau saya meminta kamu untuk menjadi istriku apakah kamu bersedia?"

     "Bagaimana ya pak!"

     "Aku mempunyai maksud bukan sebagai istri secara biologis, namun lebih sebagai ikatan saja karena kamu bisa memiliki hartaku semua ini dengan cara tersebut, agar tidak menjadi pertengkaran di antara keluarga ku dan istriku. Mungkin umurku sudah tidak lama lagi Bel. Mau gak mau kamu harus memutuskan sekarang ini juga. Saya berharap kamu mau dan sudi menerima dan membantuku."

     "Aku izin ke orang tuaku dahulu ya pak.. bagaimanapun restu orang tua adalah segalanya"

     "Iya Bel gak apa-apa, saya tunggu kabar baiknya"

Keesokan harinya saya pergi ke rumah orang tua saya dengan diantar sopir, karena bapak yang suruh saya pakai mobil. Sesampainya di rumah saya ceritakan semua yang terjadi di keluarga Pak Hanafi sampai akhirnya saya minta izin untuk menikah dengan Pak Hanafi. Alhamdulillah orang tua merestuinya.
Seminggu kemudian Pak Hanafi dan keluarganya datang ke keluargaku untuk melamarku secara resmi. Seperti lamaran biasanya mereka tetap membawa banyak makanan dan buahan dan kamipun membalasnya demikian. Walau memang semua sudah di siapkan Pak Hanafi. Saat ini usiaku menginjak umur 21 tahun sedangkan Pak Hanafi berumur 76 tahun. Saat acara berlangsung, aku masih banyak mendengar perkataan miring mengenai aku, namun bapak menenangkan aku. Dalam hatiku 'semoga pernikahan ini ladang amal dan ibadah untuk ku dan Pak Hanafi serta orang tuaku'.
Acara berlangsung dengan baik dan lancar, dari pertemuan ini didapati untuk tanggal pernikahan kami akan diselenggarakan dalam 1 bulan kedepan dan resepsi dilaksanakan di Hotel bintang 5 di daerah Jakarta Pusat dengan akad nikah di Masjid Istiqlal. Selesai acara pak Hanafi langsung berpamitan dan segera pulang ke rumah sedangkan aku masih tinggal di rumah orang tuaku sampai 1 bulan ke depan.
Selama itu aku hanya di rumah saja, semua keperluan menikah diurus oleh team panitia. Paling-paling mereka hanya mengukur badanku untuk membuat gaun (baju nikah), ukuran sepatu dan dekorasi yang aku inginkan, makanan serta bentuk undangan yang aku inginkan. 
Seminggu sebelum hari pernikahan, Aku dan Pak Hanafi pergi berjiarah ke makam Bu Gita. Kami berdoa sekaligus meminta restu, saat di kuburan itu terlihat kesedihan di raut muka Pak Hanafi, Aku takjub dengan cinta mereka, bahkan Pak Hanafi masih sangat cinta dengan istrinya, terlihat dari air mata yang menetes dan jatuh ke tanah. 

Imej yang berkaitan

Tak terasa hari yang dinanti tiba, acara pernikahan kami berlangsung sangat baik dan ramai. Pak Hanafi sangat sehat di hari itu dan dengan lantang mengucapkan ikrar nikah, hingga resmilah aku menjadi istri Pak Hanafi. 
Saat bersama Bapak, awalnya aku merasa kaku, kikuk atau apalah itu.. rasanya seperti bersama Bapak atau Kakek sendiri. Namun lama kelamaan aku bisa beradaptasi, karena Pak Hanafi tidak banyak menuntut banyak dariku, lagi pula selama ini aku sudah biasa mengurusi Bapak.
(KK)
    


-- DH --

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RINGKASAN DAFTAR CERITA

                                                     DAFTAR CERITA Berikut adalah ringkasan judul cerita yang saya sudah terbitkan: CINTA PE...