Sebelum magrib, aku pamit pulang kepada Lisa, namun orang tua dan kakaknya tidak kunjung pulang. Akupun tidak bisa meninggalkannnya sendiri di rumah, hingga akhirnya aku sholat maghrib di rumahnya. Saat sholat maghrib bersama Lisa, kedua orang tuanya datang bersamaan, saat itu kami baru akan masuk raka'at ke 3. Selesai sholat aku salami kedua orang tua Lisa dan langsung berpamitan pulang.
"Pak.. Bu.. saya sekalian pamit pulang yah?"
"Eh, nanti dulu kita makan malam bareng dulu yah. Tadi Bapak beli ayam bakar di depan"
"Iya.. Nak Adi.. sekali-kali makan malam bareng di sini" ibunya berkata..
"Tidak usah repot bu, nanti saya pulang takut kemalaman"
"Jangan nolak rezeki kak, pulang jam 7 mah tidak kemalaman juga kali"
"Ya sudah deh!"
Aku menunggu kedua orang tuanya yang sedang mandi dan sholat terlebih daluhu. Sambil menunggu aku mengobrol dengan Lisa di ruang tamu.
"Kakak disuruh makan susah banget sih? jangan nolak rezeki loh"
"Bukannya begitu, aku takut kedua orang tuaku nyariin, takut dia nunggu-nunggu aku di rumah"
"Kalau begitu, nanti habis makan langsung pulang saja"
"Kalau seperti itu tidak enaklah sama orang tua kamu!"
"Ah, kakak mah.. tidak enakan mulu"
Saat makan malam, kita semua lebih banyak terdiam. paling orang tuanya hanya menanyakan tentang sekolahku. Selesai makan aku duduk kembali di ruang tamu sekitar 15 menitan. kemudian pamit pulang. Benar saja sampai di rumah sudah jam 19.30, kedua orang tuaku langsung menghujani aku pertanyaan.
"Kamu dari mana saja Di?"
"Tadi pulang aku mampir dulu ke rumah Lisa, tadinya mau pulang sebelum maghrib. Karena Lisa sendiri, jadinya aku sholat magrib dulu di rumahnya. Selesai sholat kedua orang tuanya malah ngajakin aku makan malam. Awalnya aku sempat menolak Bu.. tapi mereka memaksa. Jadinya aku makan malam dulu deh di sana"
"Ibu dan bapak khawatir nungguin kamu, takut kamu kenapa-napa. Ibu Bapak pikir, kamu kena tawuran. Ya sudah sana langsung mandi"
"Iya Bu"
Hari sabtunya saat libur sekolah aku bermain bola di lapangan, semua teman-teman berkumpul di lapangan dan bermain hingga jam 04.00 sore. Tim ku memenangkan pertandingan hari ini dengan skor 4 - 2. Setelah itu kami semua meninggalkan lapangan menuju sungai Ciliwung yang berjarak 300 meter dari lapangan ke arah timur. Kami semua mandi dan bermain air, dengan ketinggian air yang tidak merata, paling dalam setinggi 1,5 meter, Senang rasanya bisa bermain, bercanda dan tertawa bersama teman-teman. Saat akan naik untuk berganti pakaian, aku lihat Citra sedang duduk di bawah pohon bambu di pinggir sungai. Kemudian usai berganti pakaian, aku naik ke atas dan melewati dia.
"Hai.. Cit"
"Hallo kak.. sudahan mandinya?"
"Sudah Cit, sudah mau gelap juga nih! Kamu kok tidak ikutan mandi?"
"Aku lagi malas mandi di sungai"
"Oh, begitu.. kenapa?"
"Malas saja.. tidak tahu kenapa!"
"Kamu sudah lama di sini?"
"Baru kok.. paling setengah jaman deh"
"Itu mah sudah lama Cit.. ya sudah aku duluan pulang yah"
"Oh gitu, jadi aku mau ditinggalin disini sendirian..!"
"Lah kan.. itu masih banyak yang mandi.. sendirian gimana sih?"
"Memang kamu begitu orangnya!"
"Begitu gimana sih? kan kamu tadi ke sini datang sendiri? terus mau pulang bareng aku? yah sudah ayuk kita pulang bareng!"
"Kamu mah, orangnya tidak peka yah! egois!"
"Ini kamu ngomongin apa sih.. tidak ngerti aku"
"Emang kamu tidak pernah mau ngerti aku.. sebel!"
"Cit, kalau aku ada salah ke kamu aku minta maaf yah? ya sudah kamu jangan begitu dong kepadaku"
"Memang gampang banget sih untuk ucapin minta maaf, tapi aku di sini sudah terlanjur tersakiti oleh kamu!"
"Tidak ada niatan untuk menyakiti kamu.. harusnya kamu bisa bersikap biasa saja dan kita masih bisa berteman kan?"
"Itukan menurut kakak.. tapi aku tidak bisa terima perlakuan kakak terhadapku"
"Terus kamu mau aku seperti apa?"
"Pakai nanya lagi! pikir saja sendiri! dasar leleki pembohong!"
"Ah, ya sudah deh terserah apa pendapat kamu kepadaku"
"Ya sudah.."
Aku meninggalkannya yang sedang berdiri menghadapku. Sekitar 2 menit berjalan aku merasa ada yang berjalan mengikuti langkahku. Saat aku menengok ke belakang aku melihat Citra yang berada di belakangku. Dia mengikutiku sampai rumah.
"Mampir cit?"
"Iya.. terima kasih.. entar ada yang marah lagi!"
"Enggak kok, santai aja.."
"Yakin? Aku tidak bertanggung jawab loh jika nanti ada yang marah"
"Iya.. ya sudah yah, aku masuk duluan yah?"
"Ya sudah sana, dasar orang yang tidak peduli.."
Dia terus ngedumel, saat aku tinggalkan dia di luar rumah. Aku tidak perduli terhadap apa yang dia katakan. Aku terus melangkah masuk ke dalam rumah. Sampai dikamar aku berganti pakaian kemudian keruang keluarga untuk menonton televisi.
Saat menonton itu aku teringat akan Citra tadi sore. Sebenarnya Citra anak yang baik dan cantik, namun sudah ada Lisa yang menjaga hatiku.
Malam itu, aku lupa untuk maen ke rumah Lisa. Kemudian jam 08.00 ada telpon dari Lisa.
"Kakak kok tidak ke sini?"
"Besok saja aku ke sananya yah! Aku capek banget"
"Yahh.. sekarang aja kesininya.. trus besok juga"
"Lah kenapa jadi tiap hari ke sananya?"
"Emang kenapa? Kakak sudah bosan yah sama aku?"
"Kok ngomongnya begitu?"
"Habis.. kayaknya gak mau banget ketemu sama Lisa sih"
"Iya deh.. aku ke sana nih sekarang.. tapi tidak apa yah ke sana malam-malam begini?"
"Biasanya kakak maen juga sampai jam 10 malam di rumahku"
"Iya.. Iya.. aku ganti baju dulu yah.. ya sudah aku tutup telponnya yah.. da sayang"
"Dah"
Malam itu aku berjalan ke rumahnya. Ku lihat dari pintu pagarnya dia sedang duduk berdua dengan kakak perempuannya. Malam itu Lisa memakai baju merah dengan rambut dikepang dua. Aku hanya berbicara dengannya di luar rumah berdua.
"Kamu sudah makan sayang?"
"Sudah.. kakak sudah makan?"
"Sudah.. kamu makan dengan apa malam ini?"
"Dengan indomie goreng pakai telur ayam 1 dan sayur sawi hijau"
"Kok.. kamu makannya dengan indomie terus sih, kan itu tidak bagus untuk kesehatan"
"Habis aku suka! gimana dong!"
"Iya kalau suka itu, ambil yang baik-baik saja.. yang tidak baik yah harus ditinggalkan"
"Bodo ah"
"Kok bodo, kalau dibilangin begitu sih kamu"
"Iya kakakku tercinta.. dia mencium keningku"
"Aduh kamu mah, rumah ramai begini pakai cium-cium segala. malah banyak orang yang lewat depan rumah kamu tuh. Kan tidak enak dilihat dan jadi omongan orang"
"Bodo ah"
"Yeee.. kalau dibilanginnya..!"
"Kak.. besok kakak mau ke mana?"
"Rencananya sih tidur-tiduran di rumah saja"
"Temenin aku yuk ke toko buku di Margonda"
"Kamu mau beli buku apa?"
"Buku pelajaran sama novel, tapi lihat-lihat dulu sih.. Belum tentu beli"
"Kita mau jalan jam berapa?"
"Pagi saja yah biar tidak kepanasan. Entar kalo kena terik sinar matahari, kulitku gosong lagi"
"Oke, ya sudah yah.. sudah malam.. aku pulang dulu.."
"Jangan lupa besok ya kak"
"Iya besok aku jemput ke rumah kamu"
Aku pamitan dengan ke dua orang tuanya dengan kakanya yang lagi asik menonton televisi sambil ngemil makanan ringan dan kacang serta minuman dingin.
Keesokan harinya aku terlambat bangun, Lisa sudah membangunkanku dengan menelpon
"Di.. bangun! ini Lisa telpon"
"Iya, Mah.. ini jam berapa ya mah?"
"Jam 09 lewat"
Aku loncat dari tempat tidurku kemudian mengangkat telpon darinya.
"Kakak gimana sih masih tidur saja!"
"Iya sayang, maaf yah.. aku langung mandi sekarang yah.. pokoknya sampai rumah kamu tidak lebih dari jam 10 deh"
"Iya.. aku tunggu ya kak"
"Iya"
Sampai rumahnya aku melihat dia masih memakai baju tidur.
"Kok belum siap-siap sih?"
"Gak jadi.. sudah kesiangan" dia ngambek manja kepadaku..
"Kenapa tidak jadi sih sayang?" sambil aku membelai rambutnya yang duduknya membelakangiku..
"Iya tuh Adi, Lisa dari jam 8 sudah siap, terus nungguin kamu kelamaan tuh" Ibu nya berkata saat keluar dari kamarnya menuju ruang tamu tempat kami duduk..
"Maaf ya sayang!" aku merayunya..
"Tidak mau, kita di rumah saja"
"Ayuk kita jalan sekarang, ini kan tidak siang-siang banget.. masih jam 10"
"Jam 10 apaan.. sudah jam setengah 11 lewat tuh.. makanya liat tuh jam"
"Ya kamu sih ngambek terus, padahal tadikan aku datang jam 10"
"Kan, kakak janji tidak lebih dari jam 10. Gak bisa nepatin janji banget sih!"
"Aku Beli ini dulu buat kekasihku tercinta" aku mengeluarkan coklat dari dalam sakuku dan memberikan kepadanya..
"Asik, makasih ya kak"
"Aku sudah tahu, kamu pasti akan ngambek, makanya kakak beli coklat ini dulu buat kamu"
"Ya sudah aku siap-siap dulu ya kak!"
"Lah.. tadi katanya tidak jadi.. kita dirumah aja"
"Aaah kakak mah begitu.."
"Jadi.. kita tetap jalan nih?"
"Jadi dong.. hehehehe" dia langsung berlari ke kamarnya..
Tidak lama menunggunya, dia dengan cepat berganti baju dan berdandan dengan rambutnya yang dia biarkan tergerai.
Kami berjalan ke jalan besar selama 5 menit kemudian menaiki angkot kecil menuju Margonda Raya. Ternyata jalanan siang itu sudah sangat padat, terlihat keringatnya membasahi dahi dan mukanya.
"Maaf ya, aku kesiangan tadi.. harusnya kamu gak sampai keringatan seperti ini"
"Ya sudah kak, tidak usah dibahas lagi.. mungkin ini memang kehendak Allah, kita harus jalan siangan"
"Iya yah.. ok deh.. sekarang saatnya kita senang-senang yah"
Sampai di depan toko buku, kta berjalan masuk melewati tangga eskalator untuk menuju lantai dua. Ini memang toko buku terbesar dan luas yang berada di Depok.
Aku melihat Lisa asik memperhatikan semua buku yang terdapat di setiap rak disana. Tidak sedikit buku yang dia baca terlebih dahulu saat itu. Aku pun meninggalkannya untuk mencari judul buku yang asik untuk aku baca. Setelah dia mendapatkan buku yang dia cari, dia mengajakku untuk pulang, setelah membayar kedua buku itu di kasir. Kasir wanita itu terlihat tersenyum dan sangat ramah kepada setiap orang.
Saat pulang, kita harus menyebrang jalan untuk menaiki angkot yang menuju rumah kita. Tidak lama menunggu angkot itu datang karena ada banyak sekali angkot yang lewat saat itu. Cukup setengah jam saja waktu yang dibutuhkan untuk sampai di depan masuk gang rumah Lisa. Kita pun harus kembali menyebrang jalan besar juga jalan kereta.
Sebelum sampai rumah Lisa, dia mengajakku untuk makan mie ayam terlebih dahulu.
"Kak, kakak sayang tidak sama Lisa?"
"Menurut kamu bagaimana?"
"Kok.. menurut aku.. kan aku tanya bagaimana hati kakak?"
"Kenapa kamu tanya seperti itu sayang?"
"Ya tanya aja.. dijawab dong kak!"
"Emm.. gimana yaaa..!"
"Ah, kakak mah.. ngeledek aja"
"Hehehehe.. cinta ku tidak usah kamu ragukan deh.. pokoknya aku akan berikan yang terbaik untuk kamu. Selain kamu cinta pertamaku, kamu juga orangnya baik dan nyambung dengan aku. palingan ngambek dan manjanya aja yang tidak ketolongan.. hehehe"
"Aaah kakak mah..!"
"Tuh kan, baru aku bilang"
Aku melihat di bibirnya belepotan saos dan akupun membersihkannya dengan tisu bersih.
"Aduh kamu makannya belepotan begini sih" tangan kananku membersihkan bibirnya..
"Yuk kita pulang kak"
"Sudahan makannya?"
"Sudah"
"Itu es jeruknya dihabiskan dulu, sekalian aku bayar dulu ke kasir"
Kami berjalan berdua, dia terlihat sangat ceria dan tersenyum sepanjang jalan menuju rumahnya.
"Aku bersyukur melihat kamu bahagia seperti ini, selalu tersenyum yah untukku"
"Ih, kakak.. apaan sih?"
"Iya emang kenapa?"
"Kak, aku seneng banget hari ini bisa jalan dengan kakak"
"Iya, nanti aku tidak mampir ke rumah kamu ya! aku antar kamu sampai depan rumah saja"
"Yaaahhh, kok"
"Ini sudah sore sayangku, aku mau istirahat, kan besok kita sekolah pagi"
"Ya sudah.. iya deh"
Di depan rumahnya aku melihat ibunya sedang menyiram tanaman bunganya. sekalian aku tegur dan pamitan untuk pulang. (KK)
-- DH --
Tidak ada komentar:
Posting Komentar