Aku berjalan melangkah pulang keluar ruangan menuju pintu gerbang sekolahan. Saat sebelum sampai di
pintu gerbang sekolahan Ronald ternyata mencegatku dangan temannya yang
sangat banyak di sekelilingnya.
"Ngapain loh ke ruangan Tata Usaha?"
"Itu Nal, saya mau tanya kapan mulai masuk sekolah"
"Yang bener lo?"
"Bener Nal.."
"Awas.. kalau lo berani ngadu yang tidak-tidak yah"
"Iya nal"
"Terima kasih, semoga kita bisa menjadi saudara" dia menepuk pundakku..
"Sekarang lo mau ke mana?"
"Pulang Nal"
"Pulang ke daerah mana?"
"Jakarta Selatan"
"Oh, begitu.. ya sudah sana.. hati-hati di jalan..!"
Aku berjalan ke arah halte bus bersama Lisa, Hingga 20 menit lamanya kami di halte tersebut, menunggu bus yang akan kita naiki datang. Lisa terlihat agak kurang ceria dan lebih banyak terdiam.
"Kamu kenapa sayang?"
"Tidak apa-apa kak!"
"Kok mukanya jutek banget"
"Iyaaa.. habis, belum masuk sekolah saja, kakak sudah digituin. apalagi entar sudah sekolah!"
"Sudah tidak usah dipikirin, insyaAllah aku tidak apa-apa"
"Aku takut kak"
"Ya sudah, kamu yang tenang yah.. aku bisa jaga diri kok"
Aku yang sedari naik tadi duduk bersampingan dengannya kemudian mengusap kepalanya dan merebahkannya ke pundakku. Aku biarkan dia beristirahat dipundakku, hingga ku lihat dia tertidur.
Aku mengantarnya pulang kerumahnya terlebih dahulu baru kemudian aku pulang ke rumahku.
Waktu berlalu dengan begitu cepat, tidak terasa hari ini adalah hari pertama aku masuk sekolah. Setelah masuk kelas ternyata di kelas hanya ada 2 orang siswi wanita dari total 40 murid. Dihari itu, kita diberi pengarahan oleh kepala sekolah saat upacara bendera pagi. Seminggu lamanya masa Orientasi Siswa Baru, kami dibimbing oleh kakak kelas pada setiap jurusan yang diambil. Banyak peristiwa yang tidak mengenakkan terjadi, kami disuruh merangkak di lapangan yang becek hingga membuat bajuku kotor, kemudian diberikan pengarahan bagaimana bekerja tim dan permainan kekompakan dalam tim. Pada hari pertama 4 orang kulihat pingsan, dan segera di bawa dengan tandu ke ruang kesehatan sekolah. Banyak kejadian yang tidak mengenakkan selama Orientasi berlangsung, rata-rata siswi wanita banyak yang dilecehkan, kekerasanpun banyak terjadi diantara kita. Aku melihat ini karena kurangnya pengawasan guru pada masa orientasi tersebut.
Seminggu terlewatkan, aku sudah mulai mengenal teman-teman di sana. Aku sangat bangga sekolah di sini, karena guru-gurunya yang sangat pintar dan cekatan. Pada dasarnya memang praktek kerja lebih mendorong untuk cepat mengerti dari pada hanya teori.
Aku merasa sekolah di sini sangat menyenangkan, tidak seperti pemikiran banyak orang bahwa STM (Sekolah Teknik Menengah) sering tawuran, orang-orangnya arogan dan masih banyak pemikiran lainnya. Menurutku mereka semua baik, kompak dan bersahabat. Yang memang tidak aku sukai disana adalah senioritasnya, mereka selalu ingin di pandang dan dihormati.
4 bulan sudah aku berada di sekolah itu, sejauh ini aku selalu datang dan pulang dengan menggunakan baju biasa. Bersyukur tidak pernah terjadi tawuran (perkelahian antar sekolah) di sana. Namun di hari itu saat aku pulang sekolah terlihat temanku berlarian masuk ke dalam sekolah kembali, sambil berteriak 'kita diserang.. kita diserang'. Semua berteriak dan mengulangi perkataan tersebut. Aku yang sudah sampai pagar sekolahan, melihat begitu banyak anak sekolah lain yang berlari ke arah sekolahanku sambil melemparkan batu dan mengacungkan senjata tajam. Akupun kembali masuk ke dalam sekolahan, ku lihat dengan sigap satpam sekolahku menutup pintu gerbang sekolah bersama anak murid lainnya dan menggembong pintu. Bersama-sama kita semua berlari masuk. Aku yang sudah berganti pakaian terpaksa ikut bersembunyi di dalam sampai suasana bener-benar tenang. 1 Jam kemudian sirine mobil polisi terdengar dari arah pintu gerbang, satpam pun berlari membuka kunci gembok pagar. kami semua mendekati ke luar, setelah Kepolisian mengumumkan keadaan tenang, kita semua keluar dan pulang ke rumah masing-masing. Begitulah himbauan yang aku dengar dari dalam mobil kepolisian.
Sore itu aku pulang dengan menggunakan transportasi kereta API, dengan menggunakan Bajaj aku pergi ke stasiun Juanda. Di atas kereta api, aku bertemu seorang wanita tua. dia mengajakku berbicara.
"Nak, kamu mau berangkat kuliah yah?"
"Oh, bukan bu.. saya baru pulang sekolah"
"Kamu sekolah di mana?"
"STM bu.. Ibu mau ke mana?"
"Ibu mau ke rumah cucu di daerah Lenteng Agung. Kamu turun di mana nak?"
"Aku turunnya sama dengan ibu"
"Oh begitu, nanti kasih tahu ibu yah jika sudah sampai stasiun tujuan"
"Iya bu, nanti saya kasih tahu dan kita turun bareng"
Aku memegangi pundak ibu itu, saat akan turun ke peron stasiun, saat itu aku melihat ada gadis cantik tersenyum di belakang ibu. Sepertinya dia juga akan ikut turun. Saat sudah di peron kereta, aku masih memegang pundak ibu sambil berjalan keluar stasiun.
"Sudah nak sampai di sini saja, nanti biar Suci saja yang menuntun ibu"
"Suci???"
"Oh, iya saya belum mengenalkan kalian yah.. Ini anak bontot ibu!" sambil menarik tangan anaknya..
"Oh pantas tadi jalan mengikuti kita terus. Aku Adi!" sambil menjulurkan tanganku ke Suci..
"Iya kak" dia terlihat selalu tersenyum
"Aku pamit ya bu.. Suci.."
"Iya kak"
Aku pergi meninggalkan mereka berdua. Dari stasiun aku berjalan kaki menuju rumah, walau membutuhkan waktu 20 menit untuk sampai di rumah namun aku tetap senang melakukannya. Saat di tengah jalan, ada suara wanita memanggilku dari arah belakangku.
"Adi.. Adi.. Adi!"
Akupun reflek menengok ke arah asal suara.. Tidak jelas itu siapa, hanya terlihat wanita berlari dengan rambut panjang tergerai, terkibas ke kanan dan ke kiri.
"Et.. hati-hati.. sampai segitu larinya.. aku kirain siapa.. "
"Emang dikiranya siapa"
"Gak tau!"
"Bilang saja dari jauh kok ada gadis cantik banget manggil.. kayak bidadari"
"Ngarep banget sih.. percaya diri banget sih kamu" Hehehe.. aku tertawa..
"Iya dong.. Iya, tadi aku lihat kamu saat kamu masuk gang, karena jauh aku langsung lari deh"
"Ya ampun.. kenapa gak panggil saja"
"Sudah kali!, sampe semua orang pada lihatin aku.. mungkin karena terlalu jauh kali"
"Oh gitu yah, ya sudah jalannya pelan-pelan saja, biar tidak kecapean"
"Iya, aku ngos-ngosan nih"
"Aku beliin kamu minum dulu yah"
Aku masuk ke dalam warung yang kami lewati, aku belikan dia air putih 1 botol ukuran 600ml. Keluar dari warung aku langsung memberikan kepadanya. Kemudian kami berjalan kembali sambil berbicara.
"Kamu apa kabar Citra?"
"Baik Kak.. Kakak apa kabarnya? sudah lama tidak ketemu, apalagi kakak sekarang sudah beda sekolah denganku"
"Kabarku baik Cit.. Kamu apa kabarnya? Iya aku sekarang sekolah di STM 1"
"Aku baik kak, aku kangen deh sama kakak!"
"Masa!"
"Iya, aku sebenarnya sudah lama mau main ke rumah kakak, tapi aku belum percaya diri. Aku belum menjadi orang yang kakak inginkan. Sekarang aku sudah seperti orang yang kakak mau. Aku sudah panjangin rambutku sampai sepinggang seperti ini" dia sambil memegang rambutnya..
"Iya kamu beda sekali!"
"Semakin cantik kan?"
"Iya"
"Kok iya nya begitu doang?"
"Emang maunya bagaimana?"
"Akunya dipuji gitu atau dibelai atau kalau perlu ditembak boleh juga?"
"Widih segitunya? emang kamu suka banget sama aku?"
"Ya Iya lah kak, buat apa aku lakukan perubahan ini kalau bukan buat kakak"
"Gitu yah!"
"Kakak belum punya pacarkan?"
"Itu dia Cit, aku sudah pacaran dengan Lisa"
"Lisa temannya adik kamu, yang rumahnya di RT 10?"
"Iya"
"Kok kakak jahat sih"
"Apanya yang jahat?"
"Iya, kakak tidak nungguin aku.. aku percuma menuruti semua maunya kakak"
"Bukannya begitu.. waktu itu kan kamu juga tidak mengatakan bahwa kamu akan menuruti yang aku katakan dan kamu juga tidak menyuruhku untuk menunggumu"
"Kakak alasan saja, aku sebel sama kakak.. kakak jahat"
Dia berlari dan aku mengejarnya dari belakang, kemudian menarik tangannya. Dia pun berhenti dan berbalik menatapku. Ku lihat matanya berkaca-kaca dan air matanya menetes sedikit. Aku coba menghapus air mata tersebut, hingga dia tersenyum kecil kepadaku.
"Tolong kamu mengerti aku, aku sudah memiliki pacar. Tidak mungkin kamu jadi yang kedua"
"Tapikan kakak bisa putusin dia"
"Jika dia adalah kamu!, kamu mau aku putusin karena ada wanita lain yang mencintaiku"
"Tidak"
"Nah, maka dari itu aku tidak mau mengecewakannya dan aku akan menjaga perasaan kamu juga. Tolong kamu mengerti keadaanku"
"Jadi aku harus bagaimana kak?"
"Kamu harus ikhlasin aku dengannya, suatu saat nanti jika kamu memang jodohku, kita pasti akan bersatu"
"Tapi, aku tidak bisa terima ini semua.. pengorbananku selama ini sia-sia saja dong"
"Ayuk kita jalan lagi, tidak enak ribut di sini.. di lihatin orang juga"
Kami berjalan kembali melewati jalan setapak yang muat hanya untuk dua orang saja. melewati pekuburan yang sepi dengan sungai kecil mengalir di sisi yang berbeda. Aku masih melihat Citra terdiam dengan lesu dan tertunduk tanpa ada kata lagi yang keluar dari mulutnya.
Sampai di gang masuk rumahnya aku mengambil jalan yang berbeda.
"Cit, aku lewat jalan sana yah! sampai ketemu lagi!"
Dia hanya jalan lurus saja tanpa memperdulikan pembicaraanku. Akupun hanya terdiam melihatnya dari belakang dan kemudian melanjutkan perjalananku. Sepanjang jalan aku masih teringat kejadian barusan dan berharap semoga semua baik-baik saja.
Malam saat selesai makan malam, aku pergi ke kamar untuk menulis sebuah buku catatan. Aku tulis semua kejadian hari ini di atas meja belajarku dengan penerangan lampu belajar seadanya. Malam itu, rasa kantuk datang, aku pun pergi ke tempat tidurku namun tiba-tiba ada suara telpon rumah berdering. Tidak lama adikku memanggil namaku.
"Kak Adi.. Kak.. Kak.. ada telepon nih"
"Dari siapa de?'"
"Terima aja dulu.."
Aku berjalan keluar kamar dan mengangkat telepon yang berada tepat di depan kamarku.
"Hallo"
"Hallo, kak.. lagi apa?"
"Oh, kamu Lisa.. Lagi mau tidur.."
"Yan.. tutup teleponnya yang dibawah, mau nguping aja sih omongan orang" aku teriak, karena telpon rumahku paralel..
"Iya kak, sudah aku tutup" Yani berkata..
"Maaf ya.."
"Iya kak.."
"Kamu belum tidur?"
"Emang kaya kakak.. baru jam 09.00 sudah tidur"
"Habis bingung mau ngapain lagi, nonton televisi bosan, mau keluar rumah sudah malam, mau nongkrong sama teman-teman, besok sekolah.. ya sudah mendingan maen sama guling aja"
"Maen apa kak sama guling?"
"Maen tidur-tiduran lah.. maunya sih, maennya sama kamu, cuma kamunya jauh sih. Ya sudah sama yang ada saja deh"
"Ya sudah deh, aku ke sana yah?"
"Ke sana mana?"
"Ya ke rumah kakak lah"
"Et, tidak usah.. sudah malam juga.. sudah gitu besok kan kamu sekolah"
"Emang kakak tidak kangen sama aku?"
"Kangen sih, tapi ini sudah malam.. besok saja yah kita ketemuan di tempat biasa.. atau kamu tunggu di rumah saja deh, tar kamu lama lagi tungguin akunya"
"Ya sudah, berarti aku tungguin di rumah saja yah kak?"
"Iya, ya sudah sana tidur.. met bobo ya sayang!"
"Met bobo juga kak"
Pagi keesokan harinya, aku menaiki kereta menuju sekolahanku, semua gerebong kereta penuh sesak. Banyak orang kantoran yang berjejal di dalamnya, aku saja merasa sangat sempit, kasihan aku melihat nenek-nenak atau kakek-kakek yang tidak mendapatkan tempat duduk hingga harus berdiri seperti aku.
Sampai di sekolahan, bel masuk berbunyi, aku langsung ke kamar mandi dan berganti pakaian menjadi pakaian sekolah. Bersyukur aku tidak pernah terlambat untuk sampai ke sekolah dan aku juga bisa mengikuti semua pelajaran yang ada, di lingkungan sekolah, aku juga mudah bergaul. 3 orang teman akrabku di sekolah yaitu Lia, Yoga dan Hari. Hampir setiap hari kita selalu bersama. Kitapun, jika disuruh membuat kelompok kerja, pasti selalu berempat.
Pulang sekolah seperti biasanya aku berjalan kaki melewati jalan kampung, tidak lupa janjiku semalam untuk mampir dahulu ke rumah Lisa. Sampai depan pintu rumahnya aku melihat dia sudah duduk di teras rumah dengan mengenakan baju kaos putih dengan celana pendek.
"Masuk kak"
"Tumben.. kamu duduk di teras rumah.. pasti nungguin aku yah?"
"Iya, kakak kok datangnya lama banget sih?"
"Kan seperti biasa aku pulang pasti jam segini"
"Aku kangen sama kakak" dia memelukku..
"Hei, nanti dilihat ibu sama kakak kamu" akupun melepaskan tangannya yang memelukku..
"Orang aku cuma sendiri di rumah, mama arisan.. kakak dari tadi belum pulang dari sekolah"
"Oh, begitu.. pantesan kamu ada di depan rumah.. pasti takut yah sendirian di dalam"
"Ah, kakak sok tahu.. aku mah orangnya pemberani.. kan tadi aku sudah bilang aku lagi tunggu kakak datang"
"Ya sudah yuk kita duduk"
"Kak, duduk di dalam saja yuk!"
"Di sini aja Lis, entar apa kata orang kita hanya berduaan di dalam rumah"
"Oh, ya sudah.. aku bikin minum dulu yah buat kakak.. kakak mau minum apa?"
"Sudah duduk saja sini kita ngobrol"
"Kakak pasti haus kan.. jalan dari stasiun ke sini?"
"Iya sih"
"Ya sudah, kakak tunggu dulu.. aku bikinin es sirop"
"Terima kasih yah"
Dia meninggalkanku yang sedang duduk di teras rumah, kemudian ke dalam rumah untuk membuatkanku minuman. 10 menit aku menunggu akhirnya dia keluar membawa 2 gelas es sirop jeruk dengan tahu goreng yang tadi aku beli di depan stasiun Lenteng Agung. (KK)
-- DH --
Tidak ada komentar:
Posting Komentar