Sebelum sampai rumah aku bertemu teman-teman di depan lapangan bola, sedang bersiap untuk bermain galaksin gawang.
"Hai Di, dari mana? Rapi bener!"
"Dari toko buku sob"
"Yuk gabung.. kita mau main galaksin"
"Entar ya, gua pulang dulu untuk ganti baju"
"Ya sudah cepat sana, kita tunggu ya"
"Oke"
Aku melangkahkan kaki dengan cepat menuju rumah dengan melewati jalan menurun, sampai di rumah berganti pakaian dan keluar rumah kembali. Sesampainya di lapangan aku melihat mereka sudah mulai bermain. Aku pun mendekati mereka.
"Ayo di, gabung"
"Iya, gua masuk team mana?"
"Tim Eto" (Kita membagi tim menjadi 2 dengan sebutan nama ketua tim. Saat itu pembagiannya tim Eto dan tim Ebay)
"Oke"
Sebenarnya, badanku sudah capek.. mamun berkumpul bersama teman-teman rasa itu hilang. Aku berlari kesana kemari dengan gesit, memang kegesitan yang dibutuhkan saat bermain galaksin ini dan membutuhkan orang yang banyak agar benteng kita selalu terjaga dengan baik. Strategi yang baik juga dibutuhkan agar kita bisa memenangkan permainan ini. Aku senang timku bisa memenangkan dengan baik, walau angkanya menang tipis. Hari sudah mulai gelap, hingga membuat kita semua harus membubarkan diri.
Saat mandi, azan maghrib berkumandang dari masjid, sangat terdengar jelas sampai ke dalam kamar mandi. Aku mandi dengan air di dalam gentong besar, air tersebut aku ambil dengan gayung kecil. Tidak lama aku mandi karena takut magrib terlewat.
Malam itu aku tidur lebih cepat yaitu jam 08.00 karena badan terasa capek dan ngantuk.
Pagi harinya, bersyukur aku bangun tidak terlambat. Semua kelengkapan sekolah sudah kusiapkan dari sejak semalam, sehingga pagi itu aku tidak repot lagi. Di sekolah hari ini, aku sangat bersemangat, aku mengerjakan praktek lapangan secara kelompok, kita coba belajar bagaimana memperbaiki mesin yang rusak. Saat itu aku melihat Meri mendekati aku terus.
"Di.. gua bantuin ya?"
"Lo lakuin saja tugas bagian lo"
"Gua sudah selesai"
"Gile, seriusan.. cepat banget lo kerjanya.. mantab dah.. kalau kayak begini, kelompok kita bisa sukses terus ni"
"Ah, lo bisa aja! Emang lagi kebeneran aja. Emut gua lagi enak aja ni.."
"Li, gua liat lo kayaknya semangat banget deh"
"Ya iyalah, kan dekat dengan orang yang disayang" celetuk temanku Hari fari arah belakang kanan
"Maksudnya?"
"Lia sudah lama suka sama lo Adi.. lo aja yang tidak peka" Hari nyeletuk dari arah belakang kanan..
"Bener begitu Li?"
"Enggak kok, Hari mah suka asal kalau nyeletuk.. Kan jadi tidak enak gue sama Adi"
"Ya elah Li, akuin ajah kenapa! Susah banget sih.. lagi pula biar Adi tahu, kali aja Adi juga cinta lo" Jawab Hari..
"Gua tahu, Adi punya pacar ngapain juga gua suka sama Adi" jawab Lia
"Ah, lo mah Li, suka pura-pura sih"
"Pura-pura gimana? Sudah ah.. sekarang fokus sama praktikum kita"
Aku melihat dari tatapan mata Lia, jika memang benar yang dikatakan oleh Hari. Namun aku yakin dia membela diri agar tidak malu dengan kita-kita semua. Yang ku lihat Lia adalah orang yang kuat, manis dan enak dipandang. Dia adalah anak Yatim, dia kehilangan Bapaknya 2 tahun yang lalu. Itulah yang menjadi penyebab dia harus masuk Sekolah STM, karena dia harus meneruskan usaha bapaknya yaitu bengkel mobil. Lia adalah anak Pertama dari tiga bersaudara, adiknya seorang perempuan dan laki-laki. Saat ini si bontot masih berumur 5 tahun.
Saat kejadian itu, Lia sedang belajar di sekolah. Bapaknya yang sedang berada di kolong mobil harus memperbaiki bagian bawah depan. Karena harus mengganti kopling yang sudah habis. Saat asik memasang baut kembali, tiba-tiba dongkrak tersenggol dan menyebabkan mobil jatuh tepat mengenai kepala. Menurut karyawannya darah segar langsung mengalir dari bawah mobil. Semua karyawan menolong dan segera dibawa ke rumah sakit terdekat. Namun dokter bekata 'bapaknya meninggal sebelum beliau sampai di rumah sakit'.
Hari itu merupakan beban yang berat buat Lia. Namun dia berhasil bangkit, karena hatinya yang telah menguatkan dia sendiri agar tidak bersedih lagi. Dia juga melihat ibunya yang sangat tegar dan itulah juga yang menjadikan Lia kuat.
Aku mengetahui hal ini karena pernah menanyakan sendiri ke Lia saat aku istirahat makan bersamanya di kantin sekolah. Aku menanyakan karena aneh saja gadis semanis dia bisa mengambil jurusan teknik mesin. Padahal dia bisa saja mengambil jurusan lain yang dia sukai.
Kembali ke praktikum sekolah. Hari itu selesai praktikum kita berempat makan bareng di kantin. Saat lagi makan, aku bertemu Daniel (yang waktu itu pernah menggoda Lisa, saat aku ajak melihat sekolahku yang baru)
"Hai Adi, apa kabar?"
"Saya baik"
"Bukan nanyain elo, tapi kabar Adik lo?"
"Oh, dia baik nal"
"Waduh nal.. nal saja lo ngomong?"
"Panggil gua, bang Ronal.. kecuali gua dah jadian sama adik lo.. lo bisa panggil gua apaan aja"
"Siap bang"
"Ini cewek lo Di?" Dia sambil melinting sedikit rambut Lia yang tergerai panjang
"Eh, lo jangan kurang ajar ya sama gua, emang siapa lo sampai nanya-nanya begitu segala?" Jawab Lia sewot.. sambil menepak tangan Ronald
"Sabar nenk.. tenang-tenang..". "Pacar lo galak juga ya!"
"Iya bang" Jawabku..
"Eh, gua bisa lebih berani dari ini sama lo ya neng, inget itu.. jangan lo pikir gua takut yah!"
"Coba aja kalau berani!"
"Oh lo nantang nih, liat saja entar pulang yah"
Ronald langsung berjalan meninggalkan kami di kantin bersama temannya. Aku melihat dia sangat kesal dengan sikap Lia. Dia pun langsung berbicara dengan teman-temannya, seperti merencanakan sesuatu.
"Li, harusnya lo tidak usah terlalu bersikap keras seperti tadi kepada Ronald!"
"Gua tidak peduli Di.., dia sudah berani pegang-pegang gua"
"Ya sudah, lo yang sabar.. Hati-hati nanti pulang sekolah!
"Iya Di"
"Ya sudah nanti kita pulang bareng yah"
Saat pulang sekolah, kita berjalan bersama berempat, sampai di pintu gerbang, tidak ada tanda-tanda keberadaan Ronald begitupun saat Lia sudah manaiki bus.
Saat malam, aku mendapat kabar dari teman-teman, bahwa Lia belum sampai rumah. Akupun beranggapan pasti Ronald yang melakukan semua ini. Kami semua mencoba mencari nomor telpon Ronald, namun tidak ada yang bisa mendapatkannnya. Hingga 2 hari kemudian, aku menelpon Lia. Diapun mengangkat telponku.
"Hai Li, kamu ke mana saja?"
"Gua ada di rumah saudara gua Di"
"Gua pikir Lo di apa-apain Ronald?"
"Tadinya gua sempat dihadang Ronald saat akan berganti kendaraan"
"Oh, begitu.. terus bagaimana"
"Iya gua teriak aja, kan itu terminal, pasti banyak orang donk.."
"Iya juga yah, hebat juga lo Li.."
"Iya tapi Ronald sempat ngejambak rambut gua, terus temannya sempat narik ke mobil Ronald. Dari gua turun sampai mobilnya dia seret gua dengan menjambak rambut gua dan kedua tangan gua dipegangan oleh kedua temannya. Saat mau dimasukin ke dalam mobil, gua sempat menendang anunya temannya hingga dia kesakitan, terus tangan yang lepas itu gua pakai untuk megang anunya yang megang tangan gua satu lagi. Abis itu Ronald ngelepasin gua. sambil gua juga berteriak minta tolong"
"Hebat juga lo Li"
"Lo mah dari tadi ngomongnya hebat.. hebat mulu!"
"yaaa.. iya lah hebat, orang bisa melawan sendiri gengnya Ronald"
"Hehehe"
"Terus gimana rambut dan tangan lo?"
"Gak apa-apa sih!"
"Terus kenapa lo tidak pulang ke rumah?"
"Hari itu memang gua sudah niat untuk nginep di rumah saudara, makanya gua tidak pulang"
"Oh, begitu.. kita-kita semua sudah panik aja takut lo di apa-apain Ronald"
"Tenang aja.. aman kok.. hehehe"
Keesokan harinya saat hari senin, Lia bercerita banyak kepada ku saat jam istirahat. Sambil makan Bakso dia bercerita.
"Gua gak betah di rumah di"
"Lah, Kenapa?"
"Ibu selalu marahanin gua dan nyalah-nyalahin gua"
"Lah emang kenapa?"
"Iya guakan dirumah malas bangun pagi.. dia bilang tidak mencontoh yang benar buat adiknya.. terus gua dibilang pemalas tidak pernah nyapu dan ngepel, terus ke warung gua juga yang disuruh, dia bilang kalo suruh adik takut salah dan bahaya karena warungnya di jalan besar"
"Menurut gua Ibu lo benar Li, nanti kalau tidak ada ibu lo siapa yang kerjain kerjaan rumah, kalau lo bangun siang terus, ibu lo kapan bisa berangkat cari duit, kan dia harus beres-beres rumah dulu dari pagi. Begitupun dengan ke warung, sekarang banyak banget penculikan anak loh"
"Gitu yah?"
"Ya iya lah.. selagi ibu lo masih tegor elo, berarti dia masih sayang lo.. coba kalau dia sudah masa bodo dengan lo.. lagi pula yah, nanti saat lo sudah berumah tangga, lo juga akan melakukan yang sama seperti ibu lo mengurus rumah seperti sekarang. Kecuali lo nanti jadi orang kaya, tinggal cari asisten rumah tangga juga sudah cukup"
"Ada benernya juga lo Di"
"Ya iya lah.. Nih ya Li, gua aja di rumah juga bantuin ibu cuci piring, cuci baju dan sapu-sapu rumah"
"Ya kalau cuci baju memang semua gua yang lakukan, tapi yang laen sih enggak"
"Nah itu, coba deh.. ringanin pekerjaan orang tua lo, pasti dia seneng.. hidup lo juga akan menjadi lebih baik deh.. pokoknya perasaan akan menjadi lebih lega aja"
"Gitu yah.. emang ngaruh ya?"
"Coba aja buktikan sendiri"
"Terima kasih ya sudah mau dengerin curahan hati aku!"
"Iya sama-sama"
Bell berbunyi tanda jam istirahat sudah selesai, kami bergegas masuk ke dalam kelas. Pulang sekolah Lia minta aku temenin ke sebuah mall di daerah tempat tinggalnya di kali bata. Namun belum keluar kelas Ronald masuk ke kelas dan menarik aku dengan Lia untuk duduk di bangku kembali. Mereka menahan kami hingga sekolahan sepi dan gelap. Selepas magrib kita di tarik ke toilet laki-laki.
"Lo tau! kenapa kalian berdua gua seret ke kamar mandi ini"
"..." Kami berdua hanya diam, duduk di atas lantai yang kotor..
"Jawab.. jangan cuma diam.. lo juga cewek kemaren lo galak sama kita-kita, kenapa sekarang diam"
"Iya nal gua minta maaf ya.. dan gua mewakili Lia juga"
"Oh, nama lo Lia.. lo berani juga sama gua yah.. selama ini tidak ada orang yang berani melawan gua"
"Emang lo siapa?" Jawab Lia ketus..
"Nah keluar juga bacot lo ya!"
"Sudah Li, kamu diam saja" Kataku..
"Enaknya kita apain ni orang berdua?" Tanya Ronald kepada ke 6 orangnya yang berada di dalam toilet"
"Kita telanjangin aja bos berdua, biar disangka guru mereka sudah berbuat mesum di sini atau mereka akan mati kedinginan di sini" Jawab salah satu temannya..
"Botakin aja yang ceweknya Bos, biar dia tidak bisa ngomong lagi" Jawab temanya yang lainnya..
"Sudah bos rendem aja ke WC, biar dia tahu rasanya air kotor"
"Gantung aja bos biar mati sekalian"
"Lo denger tuh, temen-temen gua bicara, tapi sadis juga lo Andri.. sampe gantung orang segala!"
"Iya lah bos, biar tahu rasa mereka" Jawab Andri..
"Enggak harus begitu kali"
"Lo mau gua telanjangin berdua?"
"Jangan Nal, lo jangan begitu sama kita.. inikan berhubungan dengan masa depan kita"
"Gua tidak perduli.. yang penting kita semua senang.. atau gua botakin rambut cewek lo yang panjang sepantat ini ya" Dia sambil memegang gunting dan rambut Lia..
"Jangan nal, tolong!"
"Oh, ya sudah.. kalau tidak mau semua berarti pilihan terakhir yak..!"
Ronald menarik rambut Lia ke arah kamar mandi, dia benamkan kepala Lia ke dalam toilet. Ronald melakukannya berkali-kali, tanpa perlawanan dari Lia. Setelah puas dengan semuanya mereka meninggalkan kami berdua.
Aku mendekati Lia, dan membatunya membersihkan pakaiannya, merapikan rambutnya yang kusut. Aku pergi keluar untuk membeli sampo serta sabun untuk Lia membersihkan diri. Berlari aku ke arah pintu gerbang sekolah untuk mencari warung terdekat. Sampai pos satpam di gerbang sekolah, aku ditanya.
"Mau kemana mas?"
"Itu, Ronald nyiksa anak sekolahan ini, masa Bapak tidak tahu sebagai keamanan di sini?"
"Tidak.. saya tidak tahu"
"Ah, bapak bohong, tolong pak bantu saya beli sampo dan sabun, saya mau tolong Lia dulu"
"Oh, yang dikerjain cewek? ya sudah saya ambil di rumah saya saja.. kamu tunggu di dalam toilet saja"
Dia mengambil sampo dan sabun ke rumah dinasnya yang terletak di belakang sekolahan. Kemudian mendatangi kita yang berada di toilet laki-laki bersama istrinya.
"Emang di sini sering begitu mas, mba.. kita mah disini tidak bisa berbuat apa-apa. Kita takut, kita cuma mau cari duit saja di sini."
"Gitu yah bu.. tadi saya sudah curiga, pasti Pak Satpam sudah tahu ni!"
"Makanya Mas, mba.. mendingan diem saja deh kalau menghadapi Ronald" (KK)
-- DH --
Tidak ada komentar:
Posting Komentar