Cinta

Cinta
SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA "DODHY HANDAYADI".. SELAMAT MEMBACA.. SEMOGA BISA MENJADI PELAJARAN BUAT KITA SEMUA.. PENTINGNYA MENGHARGAI ARTI CINTA, DIMANA TERKADANG KITA HARUS MENGALAH UNTUK MEMENANGKAN HATINYA NAMUN TERKADANG KITA HARUS MERELAKAN KEHILANGANNYA UNTUK HAL YANG LEBIH BAIK LAGI.. JANGAN MENYERAH TERUSLAH BERJUANG SELAGI CINTAMU MASIH BISA DIPERJUANGKAN

Jumat, 19 Februari 2021

Cinta Membuat Gila (Bagian 1)

Tinggal seminggu lagi, hari pernikahan Monita dan Robert. Keduanya saling berhubungan dan saling bahu-membahu untuk mempersiapkan pernikahan mereka. Rencananya pernikahan mereka akan diselenggarakan di sebuah gedung di daerah Tanjung Barat. 
 
 Hasil carian imej untuk gedung resepsi tanjung barat
 
Hingga akhirnya hari yang dinanti mereka tiba, dari pagi Monita dan Robert bersiap dirumahnya masing-masing. Mereka didandani dan memakai pakaian pengantin yang memang sudah dipersiapkan sebelumnya.
Tidak terasa waktu terasa cepat berputar. Hari itu tepat jam 08.00 pagi, mereka berangkat dari rumah mereka, Monita berangkat dari Ragunan sedangkan Robert dari Kelapa Dua. Banyak mobil yang mengiringi keberangkatan mereka hingga sampai di gedung resepsi pernikahan. Dari gedung resepsi menuju masjid tempat mereka berdua akad nikah kira-kira berjarak 100m. 
Dibuka dengan acara adat Betawi yaitu Buka Palang Pintu. Acara diselenggarakan di depan masjid tersebut, tawa dan riuh terdengar dari keluarga kedua belah pihak. Semua keluarga berdiri saat melihat pagelaran acara tersebut. Acara tersebut memakan waktu hingga 30 menit lebih.
 
Hasil carian imej untuk palang pintu
 
Setelah acara adat selesai, semua memasuki masjid. Saat memasuki Masjid, semua terlihat khusuk dan hening. Terlihat mempelai pria berkeringat, entah karena gerogi atau memang cuacanya yang panas, padahal masjidnya sudah dilengkapi dengan AC.
Tak lama penghulu datang, pihak panitia menyambut dan mempersilahkan duduk tepat di depan mempelai perempuan, sedangkan di depan mempelai pria sudah duduk Bapak dari Monita yaitu Bapak H. Musa.
Penghulu, menanyakan kesiapan mereka berdua, kemudian mengisi buku nikah, tidak lupa penghulu menyuruh mereka berdua untuk pamit menikah kepada orang tuanya masing-masing.
Saat memasuki pegucapan Ijab Kabul terlihat Robert semakin gugup dan keringatnya semakin deras.

     "Kenapa Bert, pasti gerogi ya? Takut salah.. atau takut tidak jadi menikah?" Tanya pak Penghulu sambil tersenyum..

     "Bapak tahu saja?"

     "Lah, itu keringet kamu banyak sekali"
     "Tolong, ada yang bawa tisu, buat mempelai pria nih, takut nanti kita semua kelelep keringatnya" Pak penghulu berbicara kepada semua yang ada di lokasi.. dia berkata dengan sedikit candaan dan senyuman..

     "Ah bapak penghulu bisa saja" ada yang menyauti perkataan penghulu..

     "Iya dong, habis diruang AC begini masih keringetan saja"

Kemudian, seorang wanita berbaju warna putih maju dan menaruh tisu tersebut di atas meja, tepat di depan mempelai pria.

     "Silahkan mas Robert"

     "Terima kasih" Jawab Robert..

      "Sama-sama"

Saat pembacaan ijab kabul, Robert berbicara lantang namun harus mengulanginya 2 kali karena salah menyebut nama orang tua mempelai wanita.
Setelah sah menikah, semua menuju ruang resepsi. Penganten di dandani kembali dan memakai baju adat.
Hari berlalu, 2 hari setelah menikah Monita terjatuh di kamar mandi karena terpeleset cairan sabun mandi yang tumpah di lantainya, bersyukur dia tidak apa-apa. Namun sorenya dia memanggil tukang urut untuk mengurut seluruh badannya.
Saat diurut, dia berteriak kesakitan, ternyata banyak uratnya yang tegang dan di bagian pantat sedikit memar.
Keesokan harinya, mereka berangkat menuju Bali untuk bulan madu. Mereka menaiki pesawat pertama yang berangkat hari itu ke Bali. Mereka duduk bersebelahan saat di pesawat, mereka berdua terlihat sangat bahagia dan bersemangat. Butuh 1 jam perjalanan hingga mereka sampai Bandara I Gusti Ngurah Rai.
Sedikit insiden terjadi saat menunggu koper turun dari bagasi pesawat, koper Monita hilang. Mereka harus mencari dan menanyakan ke petugas bandara. Butuh waktu lama untuk menemukan koper tersebut, yang ternyata tertumpuk pada koper-koper rombongan pesawat lain.

     "Pak, kami menemukan ada 1 koper tertinggal di sebelah sana, namun koper ini ada di rombongan yang bukan pesawat anda tumpangi. Tolong di cek apakah koper tersebut milik istri bapak" pihak keaamanan bandara berkata sambil menunjuk lokasi koper yang dimaksud..

      "Baik pak, mari kita ke sana"

Kami berjalan menuju tempat yang dimaksud pihak keamanan bandara. Monita terlihat lelah sehabis mencari kopernya ke setiap sudut bandara. Setelah didekati dan mengecek namanya, benar sekali bahwa itu adalah koper Monita.

     "Terima kasih pak, iya benar ini milik istri saya"

     "Iya, sama-sama pak. Hati-hati dijalan, semoga liburannya menyenangkan"

     "Aamiin.. terima kasih pak"

Mereka menuju pintu keluar bandara dan mencari taksi yang menuju ke hotel. Menurutku jalanan di bali tidak semacet di Jakarta.
Pihak hotel menyambut kedatangan mereka dan membantu menunjukkan kamar hotel yang sebelumnya sudah mereka pesan.
Hari pertama mereka disana, semua berjalan lancar, rencananya mereka 4 hari akan berada di bali. Hari ke 2 dan ke 3 berjalan sesuai rencana, mereka terlihat sangat bahagia.
 
 Hasil carian imej untuk pantai jimbaran bali
 
Saat hari terakhir Robert dan Monita pergi ke Pantai Jimbaran, pagi sekali mereka berangakat ke pantai dengan taksi.

     "Pak.. bu.. silahkan makan dulu" petugas hotel menyapa..

     "Terima kasih mba" mereka berdua menuju ruang makan..

Selesai makan, mereka bergegas menaiki taksi dan berjalan menuju pantai. Di dalam taksi mereka saling melempar candaan. Terlihat pasir terhampar luas dengan ombak yang menggulung silih berganti menuju daratan. Monita berlari di atas pasir, dengan robert yang menyusul di belakangnya. Berlarian di sepanjang pantai antara mereka berdua.
Setelah memesan minuman mereka duduk di tepi pantai. Tak lama Monita pamit kepada Robert ingin ke toilet. Setelah menunggu 30 menit lamanya Monita belum juga kembali. Robort pun beranjak mencari ke setiap toilet yang berada di sana, namun tetap tidak menemukan istrinya. Dia kembali ke tempat duduk mereka berdua terakhir kalinya, berfikir positif bahwa istrinya akan kembali. Sudah 3 jam dia kehilangan Monita, dia mencari ke sana-kemari saat dipantai Jimbaran bali. Akhirnya Robert melaporkan ke petugas keamanan pantai. Mereka mencari Monita bersama-sama. Termasuk kemungkinan hanyut di pantai. Malam itu yang seharusnya Robert bersiap-siap merapikan pakaiannya dan barang bawaannya untuk kemvali ke Jakarta, dia malahan dibuat pusing dengan kehilangan Monita.
3 jam saat pertama kali hilang tadi, telepon genggamnya masih bisa dihubungi, namun saat malam itu, berkali-kali dihubungi telepon genggamnya sudah tidak aktif lagi. Kecemasan Robert bertambah, menurutnya tidak mungkin Monita tidak bisa menemukan jalan pulang ke hotel, diakan bisa bertanya kepada semua orang yang dia temui di Bali untuk menunjukkan jalan menuju hotel. 
Dia juga berfikir, kalau tersesat pun istrinya bisa menghubunginya. Ini sama sekali tidak dia lakukan. Malam itu Robert tidur dengan gelisah, dia selalu terbangun. Hingga keesokan paginya diapun menghubungi keluarganya dan keluarga Monita.

     "Assalam mualaikum pah"

     "Wa alaikum salam"

     "Ini Robert pah"

     "Oh, Robert.. bagaimana liburannya? Kalian jadi pulang siang ini?"

     "Pusing ni pah, kemungkinan saya harus tambah beberapa hari lagi di sini"

     "Oh, pusing kenapa? Cutinya sudah habis ya?"

     "Bukan pah! Maaf sebelumnya.. Monita hilang dari kemarin siang di Pantai Jimbaran"

     "Apaaaaaa! Kok bisa, bagaimana ceritanya?"

     "Iya, saat kami duduk ditepi pantai Jimbaran , Monita pamit ingin ke kamar kecil. Sampai akhirnya aku sadar Monita belum kembali dalam waktu 1 jam. Akupun mencarinya di setiap kamar kecil"

     "Kok bisa hilang ya! Diakan sudah besar! Kalau begitu pasti dia diculik"

     "Iya Pah, akupun berfikir begitu, tapi siapa yang menculik dia dan untuk apa?"

     "Iya sih, motifnya memang papa tidak tahu, apalagi tidak ada seorang pun yang dia kenal di Bali"

     "Bener banget pah"

     "Ya semoga pihak kepolisian bisa menemukannya segera. Kamu sudah lapor polisi kan?"

     "Sudah pah"

     "Rencana kamu tambah berapa hari lagi di sana?"

     "2 hari pah, sampai hari minggu.. karena seninnya aku harus masuk kerja"

     "Ya sudah, fokus saja dulu.. cari dengan baik, jika harinya kurang, telepon ke kantor minta tambah hari cuti. Ceritakan ke kantor masalah kamu, biar kantor bisa mengerti keadaan kamu"

     "Iya pah.. terima kasih.. sudah dulu ya pah"

     "Iya, hati-hati di sana, jaga diri baik-baik"

     "Iya pah"

Robert, tidak tahu harus mencari kemana, yang dia bisa lakukan hanya menunggu di kamar hotel sambil berkordinasi dengan pihak kepolisian. Hari itu tidak ada tanda-tanda dari Monita, Robert pun cemas.
Hingga akhirnya di hari minggu sore dia harus meninggalkan bali untuk kembali ke Jakarta. Dia berjalan sendiri dengan membawa banyak koper milik Monita juga.
Di dalam pesawat dia terbayang saat berada di pesawat ketika berangkat ke Bali. Dia tidak menyangka harus kembali ke Jakarta sendirian.
Sampai bandara Soekarno Hatta dia sudah di jemput oleh adiknya Robert yang bernama Hasan.

     "Aku turut prihatin ya kak, kakak yang sabar yah"

     "Iya, doain saja Kak Monita bisa cepat diketemukan"

     "Iya kak.. aamiin"

Di dalam mobil, terlihat Robert sangat murung dengan tatapan mata yang kosong. Bahkan saat di ajak bicara sering tidak menjawab.
Sesampainya di rumah, Robert langsung jalan menuju kamar, dia berjalan lunglai, lemah tidak bertenaga. Sebenarnya Hasan ingin sekali menghibur kakaknya tetapi melihat kondisi kakaknya seperti itu dia lebih memilih diam. Hasan mengangkat semua barang bawaan kakaknya, dia melihat tidak ada oleh-oleh yang dibawa kakaknya, kecuali hanya koper pakaian. Hasan mengerti duka kakaknya, beban yang kakaknya sedang tanggung sekarang ini. Bahagia bulan madu malah menjadi duka.
Di ruang makan ada papa dan mamanya Robert. Mendengar suara tarikan koper Hasan, membuat mereka berdua keluar dari ruang makan menuju ruang keluarga.

     "San, dimana kakak kamu?"

     "Sudah ke atas mah, ada dikamarnya, mungkin lagi mandi"

     "Gimana keadaannya?"

     "Dia terlihat lesu dan murung mah, bahkan saat di mobil aku tanya-tanya, dia kebanyakan tidak menjawab. Tadinya aku ingin menghibur dia, namun melihat kondisinya seperti itu jadi bingung deh mau menghibur kayak gimana"

     "Jadi dia belum cerita apa-apa ke kamu?" Tanya papa..

     "Iya, San.. dia cerita apa saja ke kamu?" Tanya mama mengikuti..

     "Belum cerita apa-apa, orang kalau tidak ditanya ya tidak akan ngomong. Kita tanya saja juga tidak denger, semaunya dia saja yang mau dijawab"

     "Oh, begitu.."

     "Ya paling, kakak tadi cuma ngomong, dimana yah Monita? Apa memang dia sengaja ninggalin kakak? Apa dia tidak bahagia dengan kakak? Apa memang dia benar-benar diculik? San, tolong bantu kakak cari Kak Monita. Terus aku jawab 'iya kak aku pasti akan bantu cari Kak Monita'.."

     "Kasihan ya kakakmu"

     "Tadi mama sudah hubungi besan, mereka juga sudah hubungi semua teman Monita dan saudara mereka, namun tidak ada yang tahu keberadaan Monita"

     "Ya sudah kita berdoa saja supaya Monita cepat ketemu dengan keadaan baik-baik saja dan sekarang biarkan saja kakakmu beristirahat dulu, jangan pusingin dia dengan pertanyaan-pertanyaan" papa berkata..

     "Iya pah"

Malamnya, sudah jam 20.00 Robert belum juga keluar dari kamarnya. Takut terjadi sesuatu atau paling tidak, dia harus makan supaya tetap sehat, mamanya pun masuk ke dalam kamar. Mama melihat Robert sedang tertidur diatas kasurnya. Berjalan mendekati anaknya, Robert pun sadar ada seseorang yang berjalan ke arahnya. Kemudian beranjak bangun.

     "Mah, maaf tadi saat pulang aku langsung ke kamar dan tidur" Robert sambil menyalami mamanya..

     "Iya tidak apa-apa. Kamu tidak lapar nak?"

     "Tidak tahu mah, kenapa perutku tidak pernah terasa lapar"

     "Iya.. tapi kamu tetap harus makan, kamu harus selalu sehat biar bisa mencari Monita"

     "Iya mah"

     "Ya sudah yuk kita turun, kita makan bareng di bawah, ada papa dan adik kamu Hasan yang menunggu di bawah"

Robert dan mamanya turun ke bawah, sampai dimeja makan dia disambut papanya dan Hasan.

     "Sini duduk Bert, kita makan sama-sama"

     "Iya kak kita makan bareng sini"

Robert mendekati papanya dan bersalaman.

     "Kamu yang sabar ya Nak, kita doakan yang terbaik untuk Monita" papanya berkata sambil mengelus pundaknya.. 

     "Iya pah, aamiin.. terima kasih ya pah"

     "Yuk, kita makan dulu"

Terlihat Robert makan dengan pelan dan tidak banyak. Setelah selesai makan, Robert pamit duluan menuju kamarnya. (KK)

--- DH ---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RINGKASAN DAFTAR CERITA

                                                     DAFTAR CERITA Berikut adalah ringkasan judul cerita yang saya sudah terbitkan: CINTA PE...