Perjalananku menuju Sukabumi adalah untuk mengunjungi kebun keluarga di sana. Hal ini aku dan keluargaku lakukan hampir setiap hari minggu atau tanggal merah atau juga hari libur. Perjalanan dari Jakarta ke sana paling cepat kita tempuh dalam waktu 3 Jam. Itupun kita harus berjalan subuh ke sana. Paling sering jam 8 atau jam 9 pagi kita sudah sampai di lokasi.
Kebun keluargaku luasnya hampir 1 Hektar, dengan ditanami pohon kelapa, durian, rambutan, pisang, pepaya, singkong, sirsak. Yang paling sering kita panen adalah kelapa dan pisang, dimana dia bisa berbuah sepanjang tahun. Aku sangat senang jika akan berpergian ke sana. Jalan mobil untuk masuk ke desa sana memang masih bebatuan kasar, namun kampung tersebut sudah termasuk desa wisata untuk arung jeram.
Aku memang sering ke sana namun aku tidak pernah menemukan pemandangan di pagi hari minggu itu. Saat melewati pertengahan desa ada rumah yang letaknya orang bilang 'tusuk sate'. Gadis itu terlihat sedang duduk di bangku panjang depan rumahnya. Dalam hati 'cantik juga tuh cewek', ingin rasanya berkenalan namun bagaimana dan kapan!, itu yang menjadi pikiranku saat itu.
Seperti biasa saat sudah sampai di kebun yang terletak belakang di lapangan bola depan balai desa. Aku sudah sibuk dengan memanjat pohon kelapa dan menurunkannya, terutama kelapa tua, aku juga berkeliling melihat buah pisang yang sudah tua. Memang yang paling aku senangi saat pergi ke kebun adalah saat akhir tahun, dimana duren dan rambutan sedang berbuah.
Hari itu aku yang sedang sibuk mengangkut buah kelapa dan pisang, saat itu aku melihat gadis yang minggu lalu aku lihat. Dia sedang berjalan tepat di samping ku, entah akan pergi kemana!. Saat itu kesempatan untuk berkenalanpun terlewatkan. Hingga aku memutuskan untuk menuntuskan kembali pekerjaanku. Sebelum pulang aku mampir dulu ke sungai untuk mencuci tanganku
Dilain minggu aku pun diajak oleh teman papaku yang juga penduduk kampung Warung Kiara Sukabumi (Jawa Barat) untuk mencari batu akik (batu cincin) di seberang sungai. Melewati jalan yang kasar dan jembatan kayu dengan penyanggah besi berwarna kuning. Saat mobilku melewati jembatan, kendaraan yang berlalu lalang harus bergantian saat berada lewat di atas jembatan tersebut. Ternyata perjalanan menuju gunung di seberang sungai cukup jauh, butuh waktu 1 setengah jam agar benar-benar sampai ke lokasi. Mobil yang terparkir di pinggir jalan tengah hutan kami tinggalkan. Aku membawa ember kecil ke sana, melewati sungai kecil, terlihat batu berwarna warni di dalamnya, akupun mulai memunguti batu-batu yang berwarna bagus dan berbentuk aneh, hingga ember terisi penuh dan berat.
Lama tidak ke kebunku membuat kangen suasana di sana, sehari sebelum keberangkatan papaku mengajakku ke sana berdua, di sepanjang jalan kita membicarakan mengenai kedepannya kebun kami. Ada rencana papa akan menjualnya karena memang letaknya yang terlalu jauh dan kurang menghasilkan. Seperti biasa rutinitasku yaitu mengambil buah yang ada dan kemudian memasukkannya ke dalam mobil kijangku. Saat itu lah aku melihatnya sedang berada di warung depan lapangan sedang meminum es. Sambil membeli gorengan, aku menghampirinya dan menyapanya.
"Hai.. boleh berkenalan?"
"Namaku Andrew" akupun menyodorkan tanganku untuk berjabatan tangan dengannya..
"Nami abdi Sarah" dia berbahasa sunda
"Sarah sudah lama tinggal di sini?"
"Kuring cicing di kampung ieu saprak kuring oge murit"
"Sarah gak bisa bahasa Indonesia?"
"Bisa.. masa gak bisa.. kan di sekolah juga pakai bahasa Indonesia"
"Oh.. ya sudah pakai bahasa Indonesia saja yah ngobrolnya, jadinya kepalaku gak pusing mencari artinya"
"Hehehe.. emang sengaja"
"Oh gitu.." aku senang dia baru kenal namun sudah bisa bercanda..
Pembicaraanku terputus, karena dari kejauhan papaku memanggilku dan mengajakku pulang kembali ke Jakarta.
Kemudian saat ulang tahun ibuku, kami bersama keluarga dan teman mamaku bersama pergi ke kebunku di Sukabumi. Total mobil yang ikutan kami konvoy sebanyak 13 mobil. Namun yang masuk sampai kebunku hanya 9 mobil. Sisanya diparkir di terminal yang terletak di jalan lintas pelabuhan ratu, itu karena mobolnya berjenis sedan. Acara hari itu sangat riuh, berawal dari ke kebunku untuk memetik buah rambutan, durian serta kelapa muda. Kemudian kami makan bersama di saung pinggir sungai. Ikan mas dan ayam memang sudah kita siapkan dari Jakarta berikut dengan perlengkapan memanggang dan peralatan makan serta tikar. Suasana saat itu sangat ramai dan bahagia. Sesekali kita melihat ke arah sungai karena ada arung jeram yang lewat. Pemandangan hamparan sawah yang luas terletak disisi kanan kiri dan depan saung. Sangat indah pemandangannya hingga kami tak jemu memandangnya dan sangat ingin berlama-lama berada di sana.
Selesai makan aku pergi ke sungai untuk duduk di bebatuan besar di pinggir sungai, aku lihat Sarah sedang mencuci pakaian. Akupun mendekatinya..
"Hai Sarah.."
"Eh, Andrew"
"Aku pikir siapa yang lagi makan-makan di pinggir sawah di atas.."
"Iya seluruh keluargaku pada mau rekreasi, ya akhirnya kami ajak aja ke sini"
"Oh iya Sarah, ini jagung bakar buat kamu" Tidak sengaja aku membawa 2 jagung bakar saat itu, tadinya sih dua-duanya mau dimakan sendiri..
Di atas batu besar kami berdua banyak bercerita, sambil makan jagung yang aku berikan, kami asik berbicara sambil melihat derasnya aliran sungai. Sarah menurutku tergolong orang yang asik untuk dijadikan teman. Aku berharap 'semoga saja bisa menjadi teman spesial di hati'. Hari semakin siang, keluargaku memanggilku untuk segera berangkat ke pantai Pelabuhan Ratu. Akupun pamit ke sarah dan diapun segera melanjutkan pekerjaannya.
Berjalan ke Pelabuhan Ratu, di sepanjang perjalanan aku memikirkan kejadian tadi bersama Sarah. Hatiku semakin berbunga-bunga dibuatnya. Aku seperti menemukan bunga di tengah hutan luas. Tidak ku sangka ada gadis secantik dirinya di kampung tersebut.
Setelah sampai di pantai aku bersama saudaraku bermain pasir dan mandi di pinggir pantai. bersenang-senang deh, kapan lagi bisa ke pantai.
Hari itu terlewatkan sampai 6 bulan lamanya, kami tidak pernah mengunjungi kebun lagi. Hingga saudaraku mengajakku untuk pergi ke Sukabumi untuk menemui temannya di sana. Pagi sampai siang hari kami berada di rumah teman saudaraku, kami disana mancing ikan, kebeneran dia punya kolam luas dengan berbagai macam ikan di dalamnya, seperti ikan lela, ikan emas, ikan bawel, ikan patin dan ikan gurame. Sebagian yang kami peroleh, kami bakar di samping kolam, rasa daging ikannya sangat gurih sekali, mungkin karena baru saja diambil dan langsung dibakar, dan mungkin saja kami lagi lapar juga.
Siangnya aku pergi ke Warung Kiara, ternyata masih ada sisa buah rambutan di pohon, kami mengambil sebanyak 1 karung penuh. Kemudian aku coba mampir ke rumah Sarah. Aku mengajaknya pergi ke Pelabuhan ratu, untungnya dia mau. Jadilah kita berempat pergi ke Pantai. Di pantai aku berlarian berkejaran dengannya. Saat ku pegang tangannya diapun mau. Tak peduli dengan saudaraku yang bersama teman wanitanya. Aku dengannya hanya berdua saja kesana kemari. Saat ditepi pantai, kami bercerita banyak.
"Andrew.. mungkin ini terakhir kali kita bertemu"
"Memang kamu mau ke mana Sar?"
"Aku mau pergi jauh.."
"Maksudnya gimana sih?"
"Aku mau pergi untuk mencari nafkah ke sebuah negara di timur tengah"
"Maksudnya TKW (Tenaga Kerja Wanita)"
Aku terdiam menatapnya..
"Kapan kamu akan berangkat?" aku menghela napas panjang dan berkata pelan..
"Hari senin depan Drew"
"Semoga kamu baik-baik saja di sana yah"
"Ammiin.. terima kasih ya.. sebenarnya sih aku tidak mau seperti ini, tetapi memang karena ekonomi keluarga yang kurang yang membuat aku mau tidak mau harus mencari nafkah untuk membantu orang tuaku"
"Kamu kan cantik, pasti bisa kan cari kerja disini? aku yakin jika orang secantik kamu akan mudah untuk mendapatkan pekerjaan"
"Kalau di sini, terlalu lama untuk mengumpulkan uangnya.. aku melihat di sekeliling tempat tinggalku, banyak yang sukses setelah mereka menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia) di negara luar"
"Jadi keputusan kamu sudah bulat?"
"Ya.. untuk keluarga"
"Berarti intinya kamu sendiri gak mau kan!"
"Ya.. untuk keluarga aku harus melakukannya"
Dia memelukku dengan erat..
"Doain aku yah.. semoga aku baik-baik saja" dia berkata sambil memelukku..
"Iya.. aku akan mendoakan kamu selalu"
Di perjalanan pulang saat aku mengantarnya pulang ke kampungnya, kami berdua duduk di bagian belakang mobil, dia tiduran di pundakku. tak ada pembicaraan di dalam mobil. Saat dia akan turun dia mencium pipiku dan aku membalasnya dengan mencium di bibirnya. Setelah turun kami langsung meninggalkan kampungnya dan mengantar teman wanita saudaraku. Lambayan tangannya saat terakhir kali itu yang masih ku ingat dengan senyumannya yang manis. Aku hanya berharap bisa kembali bertemu dengannya.
Sampai di Jakarta sudah tengah malam. Di malam itu aku tidak bisa tidur, padahal sudah mandi. Kan kata kebanyakan orang kalau kita mandi tengah malam bisa membantu agar cepat tidur. Ternyata itu semua tidak berpengaruh. Tetap saja aku tidak bisa tidur..
Aku memikirkan tentang perjumpaan indah hari ini, harum tubuhnya yang sangat wangi masih terasa saat malam itu, wangi rambutnya dan ciuman perpisahannya masih terus terbayang Sulit rasanya melupakan lambayan tangan perpisahan saat terakhir bertemu waktu itu.
Setahun berlalu, saat aku mengunjungi kebunku dan lewat depan rumahnya, rumahnya masih tampak sepi. Namun aku beranikan diri menanyakan kabar dia ke tetangga dekatnya. Ternyata Sarah sudah meninggal 2 minggu yang lalu karena hukum pancung. Sedih sekali rasanya aku mendengar kabar tersebut. Yang aku dengar dari perkataan tetangganya tersebut, hal itu, kenapa itu bisa terjadi karena dia mempertahankan keperawanannya dari majikannya yang bejat tersebut. Namun karena kematian majikannya tersebutlah dia jadi terkena hukuman.
Aku tahu dia tidak salah, dia hanya membela diri untuk kehormatan dirinya. Namun itulah kelemahannya, hukum negara tersebut tidak bisa melihat sedikitpun kebaikan darinya, yang dia lihat hanyalah akhir, bukan bagaimana kejadian tersebut bisa terjadi. Aku kasian dengannya, dia ke sana untuk keluarganya, namun berakhir tragis. Hal ini lah yang sudah aku duga saat pertemuan terakhir dengannya, saat di pantai itu. Aku sudah menduga kecantikannya akan membuat bumerang untuk dirinya sendiri.
Saat diperjalanan pulang ke Jakarta, aku sedih memikirkannya, saat makan siang di rumah makan padang bersama papaku. Aku juga tidak banyak makan, rasanya tidak napsu dan tidak lapar. Sampai papaku berkata 'Tumben makannya dikit?, biasanya sampai nambah!'. Aku cuma bisa menjawab 'iya pah gak lapar'. Sampai di rumah pun aku langsung ke kamar dan merenunginya sampai-sampai aku menangis dibuatnya.
Sekarang semuanya sudah menjadi kenangan.. kenangan yang indah yang tidak mungkin terlupakan olehku. (KK)
-- DH --
Seperti biasa saat sudah sampai di kebun yang terletak belakang di lapangan bola depan balai desa. Aku sudah sibuk dengan memanjat pohon kelapa dan menurunkannya, terutama kelapa tua, aku juga berkeliling melihat buah pisang yang sudah tua. Memang yang paling aku senangi saat pergi ke kebun adalah saat akhir tahun, dimana duren dan rambutan sedang berbuah.
Hari itu aku yang sedang sibuk mengangkut buah kelapa dan pisang, saat itu aku melihat gadis yang minggu lalu aku lihat. Dia sedang berjalan tepat di samping ku, entah akan pergi kemana!. Saat itu kesempatan untuk berkenalanpun terlewatkan. Hingga aku memutuskan untuk menuntuskan kembali pekerjaanku. Sebelum pulang aku mampir dulu ke sungai untuk mencuci tanganku
Dilain minggu aku pun diajak oleh teman papaku yang juga penduduk kampung Warung Kiara Sukabumi (Jawa Barat) untuk mencari batu akik (batu cincin) di seberang sungai. Melewati jalan yang kasar dan jembatan kayu dengan penyanggah besi berwarna kuning. Saat mobilku melewati jembatan, kendaraan yang berlalu lalang harus bergantian saat berada lewat di atas jembatan tersebut. Ternyata perjalanan menuju gunung di seberang sungai cukup jauh, butuh waktu 1 setengah jam agar benar-benar sampai ke lokasi. Mobil yang terparkir di pinggir jalan tengah hutan kami tinggalkan. Aku membawa ember kecil ke sana, melewati sungai kecil, terlihat batu berwarna warni di dalamnya, akupun mulai memunguti batu-batu yang berwarna bagus dan berbentuk aneh, hingga ember terisi penuh dan berat.
Lama tidak ke kebunku membuat kangen suasana di sana, sehari sebelum keberangkatan papaku mengajakku ke sana berdua, di sepanjang jalan kita membicarakan mengenai kedepannya kebun kami. Ada rencana papa akan menjualnya karena memang letaknya yang terlalu jauh dan kurang menghasilkan. Seperti biasa rutinitasku yaitu mengambil buah yang ada dan kemudian memasukkannya ke dalam mobil kijangku. Saat itu lah aku melihatnya sedang berada di warung depan lapangan sedang meminum es. Sambil membeli gorengan, aku menghampirinya dan menyapanya.
"Hai.. boleh berkenalan?"
"Namaku Andrew" akupun menyodorkan tanganku untuk berjabatan tangan dengannya..
"Nami abdi Sarah" dia berbahasa sunda
"Sarah sudah lama tinggal di sini?"
"Kuring cicing di kampung ieu saprak kuring oge murit"
"Sarah gak bisa bahasa Indonesia?"
"Bisa.. masa gak bisa.. kan di sekolah juga pakai bahasa Indonesia"
"Oh.. ya sudah pakai bahasa Indonesia saja yah ngobrolnya, jadinya kepalaku gak pusing mencari artinya"
"Hehehe.. emang sengaja"
"Oh gitu.." aku senang dia baru kenal namun sudah bisa bercanda..
Pembicaraanku terputus, karena dari kejauhan papaku memanggilku dan mengajakku pulang kembali ke Jakarta.
Kemudian saat ulang tahun ibuku, kami bersama keluarga dan teman mamaku bersama pergi ke kebunku di Sukabumi. Total mobil yang ikutan kami konvoy sebanyak 13 mobil. Namun yang masuk sampai kebunku hanya 9 mobil. Sisanya diparkir di terminal yang terletak di jalan lintas pelabuhan ratu, itu karena mobolnya berjenis sedan. Acara hari itu sangat riuh, berawal dari ke kebunku untuk memetik buah rambutan, durian serta kelapa muda. Kemudian kami makan bersama di saung pinggir sungai. Ikan mas dan ayam memang sudah kita siapkan dari Jakarta berikut dengan perlengkapan memanggang dan peralatan makan serta tikar. Suasana saat itu sangat ramai dan bahagia. Sesekali kita melihat ke arah sungai karena ada arung jeram yang lewat. Pemandangan hamparan sawah yang luas terletak disisi kanan kiri dan depan saung. Sangat indah pemandangannya hingga kami tak jemu memandangnya dan sangat ingin berlama-lama berada di sana.
Selesai makan aku pergi ke sungai untuk duduk di bebatuan besar di pinggir sungai, aku lihat Sarah sedang mencuci pakaian. Akupun mendekatinya..
"Hai Sarah.."
"Eh, Andrew"
"Aku pikir siapa yang lagi makan-makan di pinggir sawah di atas.."
"Iya seluruh keluargaku pada mau rekreasi, ya akhirnya kami ajak aja ke sini"
"Oh iya Sarah, ini jagung bakar buat kamu" Tidak sengaja aku membawa 2 jagung bakar saat itu, tadinya sih dua-duanya mau dimakan sendiri..
Di atas batu besar kami berdua banyak bercerita, sambil makan jagung yang aku berikan, kami asik berbicara sambil melihat derasnya aliran sungai. Sarah menurutku tergolong orang yang asik untuk dijadikan teman. Aku berharap 'semoga saja bisa menjadi teman spesial di hati'. Hari semakin siang, keluargaku memanggilku untuk segera berangkat ke pantai Pelabuhan Ratu. Akupun pamit ke sarah dan diapun segera melanjutkan pekerjaannya.
Berjalan ke Pelabuhan Ratu, di sepanjang perjalanan aku memikirkan kejadian tadi bersama Sarah. Hatiku semakin berbunga-bunga dibuatnya. Aku seperti menemukan bunga di tengah hutan luas. Tidak ku sangka ada gadis secantik dirinya di kampung tersebut.
Setelah sampai di pantai aku bersama saudaraku bermain pasir dan mandi di pinggir pantai. bersenang-senang deh, kapan lagi bisa ke pantai.
Hari itu terlewatkan sampai 6 bulan lamanya, kami tidak pernah mengunjungi kebun lagi. Hingga saudaraku mengajakku untuk pergi ke Sukabumi untuk menemui temannya di sana. Pagi sampai siang hari kami berada di rumah teman saudaraku, kami disana mancing ikan, kebeneran dia punya kolam luas dengan berbagai macam ikan di dalamnya, seperti ikan lela, ikan emas, ikan bawel, ikan patin dan ikan gurame. Sebagian yang kami peroleh, kami bakar di samping kolam, rasa daging ikannya sangat gurih sekali, mungkin karena baru saja diambil dan langsung dibakar, dan mungkin saja kami lagi lapar juga.
Siangnya aku pergi ke Warung Kiara, ternyata masih ada sisa buah rambutan di pohon, kami mengambil sebanyak 1 karung penuh. Kemudian aku coba mampir ke rumah Sarah. Aku mengajaknya pergi ke Pelabuhan ratu, untungnya dia mau. Jadilah kita berempat pergi ke Pantai. Di pantai aku berlarian berkejaran dengannya. Saat ku pegang tangannya diapun mau. Tak peduli dengan saudaraku yang bersama teman wanitanya. Aku dengannya hanya berdua saja kesana kemari. Saat ditepi pantai, kami bercerita banyak.
"Andrew.. mungkin ini terakhir kali kita bertemu"
"Memang kamu mau ke mana Sar?"
"Aku mau pergi jauh.."
"Maksudnya gimana sih?"
"Aku mau pergi untuk mencari nafkah ke sebuah negara di timur tengah"
"Maksudnya TKW (Tenaga Kerja Wanita)"
Aku terdiam menatapnya..
"Kapan kamu akan berangkat?" aku menghela napas panjang dan berkata pelan..
"Hari senin depan Drew"
"Semoga kamu baik-baik saja di sana yah"
"Ammiin.. terima kasih ya.. sebenarnya sih aku tidak mau seperti ini, tetapi memang karena ekonomi keluarga yang kurang yang membuat aku mau tidak mau harus mencari nafkah untuk membantu orang tuaku"
"Kamu kan cantik, pasti bisa kan cari kerja disini? aku yakin jika orang secantik kamu akan mudah untuk mendapatkan pekerjaan"
"Kalau di sini, terlalu lama untuk mengumpulkan uangnya.. aku melihat di sekeliling tempat tinggalku, banyak yang sukses setelah mereka menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia) di negara luar"
"Jadi keputusan kamu sudah bulat?"
"Ya.. untuk keluarga"
"Berarti intinya kamu sendiri gak mau kan!"
"Ya.. untuk keluarga aku harus melakukannya"
Dia memelukku dengan erat..
"Doain aku yah.. semoga aku baik-baik saja" dia berkata sambil memelukku..
"Iya.. aku akan mendoakan kamu selalu"
Di perjalanan pulang saat aku mengantarnya pulang ke kampungnya, kami berdua duduk di bagian belakang mobil, dia tiduran di pundakku. tak ada pembicaraan di dalam mobil. Saat dia akan turun dia mencium pipiku dan aku membalasnya dengan mencium di bibirnya. Setelah turun kami langsung meninggalkan kampungnya dan mengantar teman wanita saudaraku. Lambayan tangannya saat terakhir kali itu yang masih ku ingat dengan senyumannya yang manis. Aku hanya berharap bisa kembali bertemu dengannya.
Sampai di Jakarta sudah tengah malam. Di malam itu aku tidak bisa tidur, padahal sudah mandi. Kan kata kebanyakan orang kalau kita mandi tengah malam bisa membantu agar cepat tidur. Ternyata itu semua tidak berpengaruh. Tetap saja aku tidak bisa tidur..
Aku memikirkan tentang perjumpaan indah hari ini, harum tubuhnya yang sangat wangi masih terasa saat malam itu, wangi rambutnya dan ciuman perpisahannya masih terus terbayang Sulit rasanya melupakan lambayan tangan perpisahan saat terakhir bertemu waktu itu.
Setahun berlalu, saat aku mengunjungi kebunku dan lewat depan rumahnya, rumahnya masih tampak sepi. Namun aku beranikan diri menanyakan kabar dia ke tetangga dekatnya. Ternyata Sarah sudah meninggal 2 minggu yang lalu karena hukum pancung. Sedih sekali rasanya aku mendengar kabar tersebut. Yang aku dengar dari perkataan tetangganya tersebut, hal itu, kenapa itu bisa terjadi karena dia mempertahankan keperawanannya dari majikannya yang bejat tersebut. Namun karena kematian majikannya tersebutlah dia jadi terkena hukuman.
Aku tahu dia tidak salah, dia hanya membela diri untuk kehormatan dirinya. Namun itulah kelemahannya, hukum negara tersebut tidak bisa melihat sedikitpun kebaikan darinya, yang dia lihat hanyalah akhir, bukan bagaimana kejadian tersebut bisa terjadi. Aku kasian dengannya, dia ke sana untuk keluarganya, namun berakhir tragis. Hal ini lah yang sudah aku duga saat pertemuan terakhir dengannya, saat di pantai itu. Aku sudah menduga kecantikannya akan membuat bumerang untuk dirinya sendiri.
Saat diperjalanan pulang ke Jakarta, aku sedih memikirkannya, saat makan siang di rumah makan padang bersama papaku. Aku juga tidak banyak makan, rasanya tidak napsu dan tidak lapar. Sampai papaku berkata 'Tumben makannya dikit?, biasanya sampai nambah!'. Aku cuma bisa menjawab 'iya pah gak lapar'. Sampai di rumah pun aku langsung ke kamar dan merenunginya sampai-sampai aku menangis dibuatnya.
Sekarang semuanya sudah menjadi kenangan.. kenangan yang indah yang tidak mungkin terlupakan olehku. (KK)
-- DH --
Tidak ada komentar:
Posting Komentar