Sudah sejak 3 tahun yang lalu aku mengenalnya. Saat kami sama-sama satu sekolah SMU (Sekolah Menengah Umum), saat itu kami hanya beda angkatan saja, aku kelas 2 sedangkan dia kelas 1. Sejak awal bertemu saat ada acara pertandingan 17 Agustusan di sekolah.
Sedikit mengenang saat-saat aku pertama kali berjumpa dengannya. Saat itu tanggal 17 Agustus 1998. Seharusnya memang libur tanggal merah namun sekolah mengadakan pertandingan antar kelas, ada banyak lomba yang di pertandingkan saat itu. Saat itu tepat tengah hari, cuaca sangat terik, aku mencari pohon rindang untuk berteduh agar bisa tetap melihat pertandingan yang sedang berlangsung. Tak lama di depanku datang seorang wanita berjumlah 5 orang berdiri di depanku. Aku yang berada di belakang mereka terhalang oleh badan mereka yang berdiri berjajar ke samping. Aku coba mencari celah dari mana yang enak untuk menonton tapi tetap teduh dibawah pohon itu. Namun tidak ku temukan posisi yang pas, hingga akhirnya aku menegur mereka agar bergeser sedikit.
"Hai, cewek-cewek di depanku geseren dikit dong.. gak kelihatan nih"
"Kalau gak kelihatan ke depan dong" salah seorang menyahut tanpa menengok ke belakang (ke arahku)..
"Lah dibilangin bisanya nyaut"
Hingga akhirnya aku mengalah dan hanya duduk saja di belakang mereka. Selesai pertandingan aku ke kantin belakang sekolah untuk makan makanan yang sudah disiapkan oleh sekolah, lagi-lagi aku bertemu dengan ke 5 orang yang tadi.
Pulang sekolah sekitar jam setengah 4 aku menunggu angkot di depan kantor kelurahan Kalisari. Saat angkot 09 lewat akupun menaikinya, tak lama di depan ada yang naik juga. Ternyata salah satu gadis yang berlima tadi naik angkot yang sama dengan ku. Dia duduk percis di depanku.
"Hai.. Kamau yang tadi kan?"
"Iya"
"Kamu pulang ke mana?
"Pasar Rebo"
"Oh, kok kita gak pernah bertemu yah.."
"Masa sih"
"Oh iya kenalin nama saya Anwar" aku menyodorkan tangan kananku untuk berjabatan dengannnya..
"Aku Rosi"
"Kamu kelas berapa Ros?
"Aku kelas 1-8"
"Kakak kelas berapa?"
"2-3"
Kami berbicara banyak mengenai sekolah kami dan syukurnya suasananya tidak kaku, dia enak diajak berbicara dan nyambung.
Itulah sedikit cerita awal perjumpaan dengan Rosi. Saat ini kami sudah pacaran kurang lebih 1 setengah tahun lamanya. Rosi adalah seorang yang tertutup, dia tidak akan bercerita jika aku tidak bertanya dengannya. Rosi juga jarang bercerita mengenai kehidupan keluarganya. Beda sebaliknya dengan aku, aku lebih banyak menceritakan keluargaku dan teman-temanku.
Saat jum'at sore, ketika pulang sekolah aku sering mengajak Rosi ngumpul bareng ke rumah temanku di Munjul. Kita biasanya ngobrol hingga mau masuk waktu maghrib. Setelah itu seperti biasa aku mengantarnya pulang ke rumahnya dulu baru aku pulang ke rumahku.
Saat ini kami sudah kuliah di Universitas yang sama juga namun beda jurusan, dia mengambil Fakultas Ekonomi sedangkan aku di Fakultas Teknik.
Baru beberapa bulan ini aku memberanikan diri untuk main ke rumah Rosi. Dan menjadi kenal dan akrab dengan kedua orang tuanya. Setahu aku rosi mempunyai 2 orang adik cowok yang masih SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan SD (Sekolah Dasar) kelas 3.
Saat hari minggu aku sering mengajak kedua adiknya untuk bermain bola di taman depan rumahnya. Di setiap minggu akhir bulan aku juga sering mengajak Rosi ke nonton film di bioskop terdekat. Aku semakin dekat dengan Rosi, pernah selesai menonton di dalam mobil dia berbicara serius denganku mengenai hubungan kita.
"Kak Anwar, maaf jika Rosi seperti ini.. Rosi ingin tanya ke kakak apakah kakak serius dengan hubungan yang kita jalanin ini?"
"Maksud kamu gimana Ros?"
"Iya maksudku, hubungan kita mau dibawa kemana setelah ini?"
"Aku sih mau kita jalanin saja dulu, kalau aku sih inginnya kita lanjut ke jenjang pernikahan setelah kita berdua tamat kuliah dan sudah bekerja nanti."
"Beneran kak?"
"Beneran lah, masak pacaran terus.. kan enggak! emang kamu mau pacaran seumur hidup?"
"Iiiih kakak kalau ngomong sembarangan.. amit-amit deh.."
"Ya sudah kalau begitu kamu harus yakin dengan hubungan kita"
"Iya kak"
Sampai rumah sudah jam 11 Malam, Aku mengantarnya sampai depan pintu rumah, kedua orang tuanya sudah tidur semua, sehingga aku langsung pamit pulang dengannya.
Seminggu kemudian aku pergi ke rumahnya, tanpa bilang dulu dengannya. Dia keluar dengan pakaian tidur dan seksi, kali ini dia sangat berani denganku. Dia menciumku membabi buta dan bertanya kapan akan menikahiku. Dalam hati bukankan aku pernah mengatakan dengannya mengenai kapan aku akan segera melamarnya. Akupun langsung membuang pikiran negatifku. Dia pun kemudian juga berani duduk di atas pangkuanku.
"Jangan begini Ros, nanti orang tua kamu melihat bisa marah"
"Ah mama papa kan tidak ada"
"Tapikan ada adik-adik kamu?"
"Semua adik-adikku juga pergi"
"Oh yah, semua pergi kemana?"
"Pada ke Mall, mereka biasanya belanja saat mama papa sudah gajian"
"Oh begitu, terus kenapa kamu tidak ikut?"
"Ogah ah, aku kan jarang diajak.. jadi mending aku main di rumah ajaaa"
Terlihat ada yang aneh dengan Rosi hari. Dia ngomong blak-blakan dan terlalu berani. Takut nanti kedua orang tuanya segera pulang dan berfikiran macam-macam, akupun pamit pulang ke Rosi.
"Ros, aku pulang yah?"
"Kok cepat banget sih.. nanti aja dong tunggu mama papa pulang dulu"
"Aku ada kerjaan lain nih"
"Oh, ya sudah deh.. besok-besok datang lagi yah"
Sampai rumah, aku kepikiran dengan kejadian tadi, dalam pikiranku 'kenapa Rosi berubah dragtis seperti itu'.
Keesokan harinya saat aku bareng dengannya ke kampus, di kampus aku memegang tangannya dan memandanginya.
"Kamu kenapa Anwar, ada yang aneh denganku?"
"Enggak.. gak papa kok"
"Kok mandangin aku seperti itu"
"Kamu cantik sekali hari ini" aku mengatakannya agar tidak memperpanjang pertanyaannya"
"Ah masa, pada hari ini aku tidak dandan loh"
"Berarti kamu cantiknya natural, jadi gak perlu dandan emang sudah cantik" aku gombal sedikit..
"Ah kakak bisa aja, jadi malu aku"
Sebulan kemudian aku menelpon dia, maksud hati ingin mengajaknya ke Puncak.
"Hallo, Ros" dia mengangkat telponku..
"Iya kak, besok kita ke puncak yuk?"
"Hayuk, aku siapkan baju dulu yah"
"Gak usah sekarang, kan ke Puncaknya besok"
"Oh Iya.. ya"
"Iya, jadi gak usah buru-buru yah"
"Iya kak, tapi kakak gak usah jemput ke rumah yah!"
"Lah, biasanya kan aku izin orang tua kamu dulu! gimana sih"
"Nanti biar aku saja yang bilang mama papa, kakak jemput aku di depan jalan masuk mau ke rumah saja yah"
"Oke.. aku besok tunggu kamu di Jalan depan jam 8 pagi yah"
"Iya, sampai ketemu besok yah!"
"Oke.. daaah"
"Daahhhh kakak"
Besoknya tepat jam 8 pagi aku sudah berada di tempat yang dijanjikan. Aku menunggu 10 menit lamanya hingga dia datang. Aku melihat dia berpakaian rapi dengan menggunakan topi dan bawa tas besar.
"Kamu bawa tas besar banget! isinya apa?"
"Ini baju ganti"
"Lah kok pake bawa baju ganti segala, biarin kita gak usah beli baju lagi kak"
"Maksudnya gimana sih Ros? kamu mau kabur dari rumah ya?"
"Sudah jalan aja deh cepat, nanti aku jelasin"
Akupun tancap gas menuju puncak, diperjalanan dia banyak diam bahkan tertidur dikursi sebelahku. Dalam hatiku 'ni orang aneh banget sih sudah bawa tas besar banget, tidur pula.. padahalkan aku mau ajak dia jalan-jalan untuk senang-senang dan mengobrol, masa tidur sih'.
Dia pun aku biarkan hingga aku tiba di perkebunan teh. Di kebun teh kami duduk berdua, berbicara tentang masa depan yang indah. Dia terlihat cantik dan bersemangat saat cerita, aku melihat didirinya sosok yang bersemangat dan periang, dia sangat terlihat berbeda. Siang harinya kami makan jagung dan bakso hangat di puncak pas. Lalu kami sholat di masjid atta'awun. Jam 3 siang aku sudah turun dari atas menuju rumahnya.
Saat melewati taman safari, Hp ku berbunyi, terlihat di layar nomor Rosi. Aku bingung, karena Rosi berada di sebelahku, lalu siapa yang menelponku. Dalam hati 'apakah Hp-nya ketinggalan jadi orang tuanya menelponku'. Aku segera mengangkatnya..
"Hallo kak.. Kakak dimana?"
"Hallo.. aku lagi jalan ke sana.. ini siapa yah?"
"Ini Rosi kak.. masa gak kenal suaraku" akupun bingung siapa sebenarnya orang yang mirip Rosi yang berada di sebelahku..
"Rosiii!, ah becanda ni.. ini nelpon saya ada perlu apa yah?"
"Beneran ini Rosi.. emang kakak gak simpan nomor aku di Hp kakak yah?"
"Kak aku ada penting nih, kakak ke rumah yah"
"Ada apa? ini aku lagi jalan ke sana?"
"Ya sudah pokoknya ke sini aja.. tar aku jelasin.. cepetan yah kak, bantuin aku!"
"Sebenarnya ada apa sih?" aku kepikiran bahwa ini adalah saudara kembar Rosi yang kabur, makanya dia panik mencarinya..
"Entar aja, aku kasih tahu di rumah!"
"Kamu lagi cari saudara kembar kamu yah?"
"Kok kakak tahu sih..!"
"Ini lagi sama aku di sini"
"Ya Allah kak.. jadi sama kakak, kok kakak gak bilang pergi sama kak Rosa"
"Oh namanya Rosa toh.."
"Iya.. emang kakak gak kenalan"
"Emang aku tahu kalau kamu ada saudara kembar? emang kamu pernah cerita sama aku?"
"Ya sudah deh kak aku tunggu di rumah segera yah"
Sesampainya di rumah Rosi, aku mengajak Rosa masuk. Diapun tidak mau turun, sampai akhirnya mama dan papanya datang untuk menjemputnya turun.
"Rosa ayo turun nak!"
"Gak mau.. mama papa selalu begitu, gak pernah merestui aku untuk pacaran! mama papa maunya sendiri gak perduli perasaanku"
"Maafin mama ya Ros"
"Jadi aku harus bagaimana nih, apa-apa gak boleh. sekarang aku mau pergi sama pacarku yang baru juga gak boleh" diapun turun dari mobil sambil dipegangi mamanya
"Iya boleh, tapi bukan sama Anwar.. dia itu pacar adik kamu Rosi"
"Gak boleh.." dia berlari kearah aku dan megang serta memeluk tanganku "Ini pacar aku"
"Iya.. iya.. ayuk masuk"
Diruang tamu aku berbicara dengan Rosi, sedangkan Rosa masuk ke kamarnya..
"Kakak kemana aja sama kak Rosa"
"Kamu kenapa gak bilang dari dulu sih, punya kembaran?"
"Aku takut kakak malu punya pacar tapi keluarganya ada yang stres, apalagi dia adalah kembaranku"
"Ngapain harus malu sih Rosss.. dia kan bagian dari keluarga kamu.. lagi pula mau gak mau pasti aku akan tahu juga suatu saat nanti.. seperti sekarang ini kan aku akhirnya tahu. Coba kamu sudah bicarakan hal ini dari awal, jadi hal ini kan tidak akan terjadi"
"Iya kak Anwar maafin aku yah! kakak kok bisa Pergi sama kak Rosa?"
Gak lama papa mamanya datang dari arah kamar Rosi.
"Iya.. kemarin aku telepon kamu, aku pikir kemarin itu kamu yang angkat, jadilah aku janjian dengan kakak kamu itu. Memang aku agak ragu karena dia maunya dijemput di jalan depan rumah, katanya sih biar dia saja yang bicara ke papa mama. ya akupun mengiyakan karena aku pikit itu kamu."
"Terus kakak kemana aja hari ini"
"Tadi aku jalan jam 08.10 langsung ke puncak, nah disitu juga aku curiga kok kamu bawa tas besar banget, kayak orang mau kabur dari rumah. Tapi karena memang aku gak tahu kamu punya saudara kembar, lagi-lagi aku pikir itu kamu ya sudah, aku jalan saja. Di jalan aku juga sudah curiga nih kok kamunya tidur aja. Mau diajak jalan malah tiduran, tapi ya sudah lah"
"Oh gitu.. terus-terus ngapain lagi"
"Ya kita ngobrol di kebun teh lalu makan jagung dan bakso di puncak pas dan sholat baru setelah itu kita pulang"
"Kak Anwar bicara apa saja ke kak Rosa?"
"Dia bicara banyak tentang masa depannya, dia ceria banget dan selalu tersenyum. Memang terkadang dia nyambung, kadang juga ngaco"
Kami terdiam semua di ruangan tamu..
"Trus apa yang kamu tangkap dari omongannya saat bersama kamu War?" Papanya Rosi berkata..
"Kalau saya pikir Rosa harus dinikahkan pak, sepertinya jika dia memang sudah mempunyai pacar silahkan bapak nikahkan saja. Karena saya lihat dia tadi bahagia jalan bersama saya"
"Oh, begitu yah"
"Kalau boleh tahu Pak sebenarnya apa yang terjadi dengan Rosa yah?"
"Begini kak.." Rosi berkata namun terhenti
"Biar bapak saja yang menjelaskan.. Begini nak Anwar dulu dia mempunyai pacar bernama Sidiq, Rosa pacaran sejak kelas 2 SMP, kemudian saat awal kuliah kemarin pacarnya memutuskannya karena akan kuliah di Amerika. Nah Rosa pikir saya dan mamanya yang tidak suka dengan Sidiq dan menyuruh sidiq mengatakan itu kepada Rosa. Karena pada malam hari sebelumnya memang saya dan mamanya banyak bicara dengan Sidiq di ruang tamu ini. Jadi ini adalah kesalah pahaman Rosa kepada kita saja, karena menurutnya sebelum kita berbicara di ruangan ini, hubungan mereka baik-baik saja, namun setelah itu Sidiq jadi berubah dan memutuskan hubungan mereka yang sudah berjalan selama 5 tahun."
"Oh begitu, Boleh tidak aku bantu berbicara dengan Rosa besok?"
"Gak usah nak Anwar, nanti malah tambah runyam"
"Oh ya sudah kalau begitu, tapi kalau boleh tau ada tidak foto Sidiq? apalagi jika ada alamat rumahnya atau nomor telponnya?"
"Kami tidak punya"
Beranjak malam, selesai makan malam bersama, akupun pamit pulang. Saatakan tidur malam, di atas tempat tidur aku teringat akan kejadian hari ini. Aku memikirkan bagaimana Rosi bisa menutupi saudara kembarnya, padahal sudah beberapa bulan ini aku sering bertamu ke rumahnya. (KK)
Bersambung..
-- DH --
Saat melewati taman safari, Hp ku berbunyi, terlihat di layar nomor Rosi. Aku bingung, karena Rosi berada di sebelahku, lalu siapa yang menelponku. Dalam hati 'apakah Hp-nya ketinggalan jadi orang tuanya menelponku'. Aku segera mengangkatnya..
"Hallo kak.. Kakak dimana?"
"Hallo.. aku lagi jalan ke sana.. ini siapa yah?"
"Ini Rosi kak.. masa gak kenal suaraku" akupun bingung siapa sebenarnya orang yang mirip Rosi yang berada di sebelahku..
"Rosiii!, ah becanda ni.. ini nelpon saya ada perlu apa yah?"
"Beneran ini Rosi.. emang kakak gak simpan nomor aku di Hp kakak yah?"
"Kak aku ada penting nih, kakak ke rumah yah"
"Ada apa? ini aku lagi jalan ke sana?"
"Ya sudah pokoknya ke sini aja.. tar aku jelasin.. cepetan yah kak, bantuin aku!"
"Sebenarnya ada apa sih?" aku kepikiran bahwa ini adalah saudara kembar Rosi yang kabur, makanya dia panik mencarinya..
"Entar aja, aku kasih tahu di rumah!"
"Kamu lagi cari saudara kembar kamu yah?"
"Kok kakak tahu sih..!"
"Ini lagi sama aku di sini"
"Ya Allah kak.. jadi sama kakak, kok kakak gak bilang pergi sama kak Rosa"
"Oh namanya Rosa toh.."
"Iya.. emang kakak gak kenalan"
"Emang aku tahu kalau kamu ada saudara kembar? emang kamu pernah cerita sama aku?"
"Ya sudah deh kak aku tunggu di rumah segera yah"
Sesampainya di rumah Rosi, aku mengajak Rosa masuk. Diapun tidak mau turun, sampai akhirnya mama dan papanya datang untuk menjemputnya turun.
"Rosa ayo turun nak!"
"Gak mau.. mama papa selalu begitu, gak pernah merestui aku untuk pacaran! mama papa maunya sendiri gak perduli perasaanku"
"Maafin mama ya Ros"
"Jadi aku harus bagaimana nih, apa-apa gak boleh. sekarang aku mau pergi sama pacarku yang baru juga gak boleh" diapun turun dari mobil sambil dipegangi mamanya
"Iya boleh, tapi bukan sama Anwar.. dia itu pacar adik kamu Rosi"
"Gak boleh.." dia berlari kearah aku dan megang serta memeluk tanganku "Ini pacar aku"
"Iya.. iya.. ayuk masuk"
Diruang tamu aku berbicara dengan Rosi, sedangkan Rosa masuk ke kamarnya..
"Kakak kemana aja sama kak Rosa"
"Kamu kenapa gak bilang dari dulu sih, punya kembaran?"
"Aku takut kakak malu punya pacar tapi keluarganya ada yang stres, apalagi dia adalah kembaranku"
"Ngapain harus malu sih Rosss.. dia kan bagian dari keluarga kamu.. lagi pula mau gak mau pasti aku akan tahu juga suatu saat nanti.. seperti sekarang ini kan aku akhirnya tahu. Coba kamu sudah bicarakan hal ini dari awal, jadi hal ini kan tidak akan terjadi"
"Iya kak Anwar maafin aku yah! kakak kok bisa Pergi sama kak Rosa?"
Gak lama papa mamanya datang dari arah kamar Rosi.
"Iya.. kemarin aku telepon kamu, aku pikir kemarin itu kamu yang angkat, jadilah aku janjian dengan kakak kamu itu. Memang aku agak ragu karena dia maunya dijemput di jalan depan rumah, katanya sih biar dia saja yang bicara ke papa mama. ya akupun mengiyakan karena aku pikit itu kamu."
"Terus kakak kemana aja hari ini"
"Tadi aku jalan jam 08.10 langsung ke puncak, nah disitu juga aku curiga kok kamu bawa tas besar banget, kayak orang mau kabur dari rumah. Tapi karena memang aku gak tahu kamu punya saudara kembar, lagi-lagi aku pikir itu kamu ya sudah, aku jalan saja. Di jalan aku juga sudah curiga nih kok kamunya tidur aja. Mau diajak jalan malah tiduran, tapi ya sudah lah"
"Oh gitu.. terus-terus ngapain lagi"
"Ya kita ngobrol di kebun teh lalu makan jagung dan bakso di puncak pas dan sholat baru setelah itu kita pulang"
"Kak Anwar bicara apa saja ke kak Rosa?"
"Dia bicara banyak tentang masa depannya, dia ceria banget dan selalu tersenyum. Memang terkadang dia nyambung, kadang juga ngaco"
Kami terdiam semua di ruangan tamu..
"Trus apa yang kamu tangkap dari omongannya saat bersama kamu War?" Papanya Rosi berkata..
"Kalau saya pikir Rosa harus dinikahkan pak, sepertinya jika dia memang sudah mempunyai pacar silahkan bapak nikahkan saja. Karena saya lihat dia tadi bahagia jalan bersama saya"
"Oh, begitu yah"
"Kalau boleh tahu Pak sebenarnya apa yang terjadi dengan Rosa yah?"
"Begini kak.." Rosi berkata namun terhenti
"Biar bapak saja yang menjelaskan.. Begini nak Anwar dulu dia mempunyai pacar bernama Sidiq, Rosa pacaran sejak kelas 2 SMP, kemudian saat awal kuliah kemarin pacarnya memutuskannya karena akan kuliah di Amerika. Nah Rosa pikir saya dan mamanya yang tidak suka dengan Sidiq dan menyuruh sidiq mengatakan itu kepada Rosa. Karena pada malam hari sebelumnya memang saya dan mamanya banyak bicara dengan Sidiq di ruang tamu ini. Jadi ini adalah kesalah pahaman Rosa kepada kita saja, karena menurutnya sebelum kita berbicara di ruangan ini, hubungan mereka baik-baik saja, namun setelah itu Sidiq jadi berubah dan memutuskan hubungan mereka yang sudah berjalan selama 5 tahun."
"Oh begitu, Boleh tidak aku bantu berbicara dengan Rosa besok?"
"Gak usah nak Anwar, nanti malah tambah runyam"
"Oh ya sudah kalau begitu, tapi kalau boleh tau ada tidak foto Sidiq? apalagi jika ada alamat rumahnya atau nomor telponnya?"
"Kami tidak punya"
Beranjak malam, selesai makan malam bersama, akupun pamit pulang. Saatakan tidur malam, di atas tempat tidur aku teringat akan kejadian hari ini. Aku memikirkan bagaimana Rosi bisa menutupi saudara kembarnya, padahal sudah beberapa bulan ini aku sering bertamu ke rumahnya. (KK)
Bersambung..
-- DH --
Tidak ada komentar:
Posting Komentar