Waktu berjalan, aku mulai mencari tahu siapa Sidiq sebenarnya dan
bagaimana bisa terjadi peristiwa seperti ini. Singkat cerita akhirnya
aku menemukan fotonya, itu di dapat dari adiknya Ikhrom yang kelas 2
SMP. Dari situ aku coba mencari teman dekat Rosa saat sekolah dulu. Dan
akhirnya ditunjukkan album kenangan saat SMA dulu. Disitu aku
mendapatkan alamat rumahnya.
Sampai di depan rumahnya aku mengetuk pintu rumahnya, salah seorang anggota keluarga keluar."Permisi mas, Sidiq ada?"
"Oh, nyari Sidiq yah?"
"Mas siapanya yah?"
"Saya temannya.. teman SMA nya dulu"
"Oh begitu.. masuk mas"
"Mas tidak tahu jika Sidiq sudah meninggal?"
"Inna lillahi wa inna lillahi rojiun.. kapan mas? gimana ceritanya"
"Silahkan duduk dulu!"
"Terima kasih"
"Ceritanya saat itu dia sedang menuju kampusnya di Amerika, saat
berjalan di trotoar jalan, dia tertabrak mobil yang sedang melaju
kencang. Mobil tersebut sedang dikejar polisi karena membawa narkoba"
"Terus kuburannya di mana?"
"Ada di Pondok Rangon"
"Boleh tidak saya diantar ke sana, nanti masnya saya antar kembali ke rumah ini. Maaf jika merepotkan"
"Oh, gitu.. masnya mau lihat kuburannya, nanti yah saya ganti baju dulu"
"Terima kasih yah.. maaf sudah merepotkan"
Aku diantar ke lokasi kuburannya, ku lihat langsung nama di batu nisan tersebut Muhammad Sidiq bin Abdullah.
Keesokan harinya aku pergi ke rumah Rosi untuk menjelaskan hal ini. Namun saat aku berbicara semuanya berubah.
"Kak aku ikhlas jika kakak bisa menikahi kan Rosa"
"Lah kenapa jadi begini sih Ross"
"Iya kak, kemarin aku sudah berbicara sama kak Rosa, dia bahagia banget jika bisa menikah dengan kak Anwar"
"Tapi kan aku pacaran sama kamu bukan dengannya"
"Iya tapi kak Rosa ternyata sering mengintip saat kita berduaan di ruang tamu, dia bilang suka dengan kakak sejak pertama melihat"
"Bagaimana aku bisa menikahi orang yang memang belum aku kenal?"
Mama dan papanya keluar dari dalam rumah..
"Iya Nak Anwar tolong bantu kami" mamanya berkata..
"Bantu bagaimana bu? aku malah jadi bingung nih"
"Iya kamu bisakan menikahi Rosa.. tolong bantu demi Rosa"
"Aku tidak bisa bu.. aku pacaran dengan Rosi, aku tidak kenal Rosa bu"
"Tolong ibu"
"Oke saya akan bantu agar Rosa sembuh, tapi bukan cara seperti ini, saya janji Rosa akan kembali seperti dulu.. tolong kasih saya waktu yah. Tapi izinkan saya untuk beberapa hari ke depan mengajaknya jalan dan pergi dengan Rosa"
"Iya tidak apa-apa" mamanya menjawab..
"Kamu gak marah kan Rosi? kamu gak cemburukan?"
"Enggak kok.. demi kebaikan Kak Rosa"
"Oke jika begitu"
Seminggu kemudian aku mengajak Rosa jalan dan berbicara.
"Ros, kamu mau menikah dengan aku?"
"Mau banget mas?"
"Kenapa kamu pengen sekali menikah dengan aku?"
"Karena kamu kekasihku sejak lama. Jangan tinggalin aku lagi yah"
"Memangnya sudah berapa lama kita pacaran?"
"Kan dari SMP kelas 2 kita sudah pacaran, berarti sudah 7 tahun loh"
"Oh gitu yah"
"Kamu mah emang gitu mas, emang gak pernah peduli dengan hubungan kita"
"Enggak gitu Rosa"
"Enggak gitu gimana.. emang iya kan!"
"Pokoknya begini, jika nanti kamu sudah sembuh dan sehat aku akan menikahi kamu deh"
"Aku kan sehat mas! janji loh nanti kamu akan menikah denganku"
"Mas, aku mau tanya deh kok kamu sekarang ganti nama sih? biar aku gak ngenalin yah.. kamu mau bikin kejutan yah!"
"Kok tahu!"
"Ya tahu lah, kamu tuh paling bisa deh.."
Awalnya
aku hanya mengajak dia makan-makan di luar sambil ngobrol dan membuat
dia senang. kemudian di hari berikut-berikutnya aku mengajak dia pergi
ke masjid untuk mendengarkan ceramah-ceramah.
Hingga 2 bulan kemudian
dia sudah terlihat ceria dan nyambung saat diajak bicara.
Hari
berikutnya saat aku mengajak pergi naik kereta ke Bogor. Saat di kebun
raya bogor aku banyak berbicara dengannya dan memberikan masukan-masukan
yang positif.
"Ros, gimana keadaan kamu sekarang?"
"Keadaan apa mas?"
"Ya kondisi kamu, badan kamu terasa segar tidak? pikiran kamu bener-bener sudah tidak kemana-mana lagi.. dan yang terpenting kamu selalu mendekatkan diri kepada Allah!"
"Oooo itu.. aku sekarang sudah sholat 5 waktu, walau terkadang suka ada yang lupa atau terlewat. Aku sekarang juga sudah gak mikir macam-macam"
"Mas, terima kasih yah sudah mengajari aku banyak hal, sudah membimbing aku dan membuat aku menjadi lebih baik"
"Iya sama-sama. Ngomong-ngomong kamu pernah berfikir gak sih untuk mencari tahu bagaimana kejadian saat malam itu pas terakhir Sidiq pamit pergi dengan kamu?"
"Ah tidak usah di sebut lagi nama itu mas, gak usah diinget-inget lagi. Aku sudah membuang kenangan itu ke laut. hehehe..."
"Iya memang seharusnya begitu.. namun ada yang belum kamu ketahui bagaimana pristiwa yang sebenarnya terjadi"
"Memang apa yang sebenarnya terjadi?
"Jadi malam itu memang Sidiq datang untuk pamit kuliah ke Amerika, namun mama kamu bilang 'jangan bilang sama kamu yang sebenarnya, kamu menghilang saja sana. Karena kamu akan menyakiti hati anak aku'. Tetapi Sidiq tetap saja memberikan kabar yang sebenarnya ke kamu. Seminggu setelah itu dia terbang ke Amerika untuk melanjutkan sekolah S1 nya. Namun naas dia meninggal kecelakaan di sana"
"Oh, begitu mas! tapi Mas Anwar tidak bohongkan?"
"Kamu mau aku ajak ke rumah Sidiq? agar kamu tahu kejadian yang sebenarnya"
"Boleh, kita sekarang ke sana yah?
"Oke"
Aku
bersama Rosa langsung bergegas menuju rumah Sidiq, sampai disana aku
bertemu kakaknya sidiq kembali. Saat itu aku minta kakaknya langsung
menjelaskan kepada Rosa mengenai keberangkatan Sidiq waktu itu.
"Sidiq sangat mencintai kamu Rosa, dia pergi dengan keadaan tidak bahagia.. Maksud saya adalah tidak ada kamu yang bisa menemaninya sampai dia masuk ke pesawat. Aku sebagai kakaknya juga bertanya kepadanya kenapa dia tidak hubungan jarak jauh saja kepada kamu (Rosa). Dia mengatakan bahwa, dia tidak tahu berapa lama akan berada di Amerika, dia juga tidak yakin dengan hubungan jarak jauh bisa berakhir baik. Dia berkata biar Rosa memilih lelaki yang pantas untuknya. Toh kalaupun dia memang mencintaiku dia pasti akan menunggu aku kembali."
"Oh seperti itu yah Mas?" dia berbicara pelan dan terlihat air matanya mengalir tipis, mukanya sembab dibuatnya..
"Aku sudah salah menilainya selama ini.. sekarang aku sangat membenci diriku, kenapa aku tidak ada saat-saat keberangkatannya dan aku juga tidak percaya perkataan ibuku" sedih......
Dia sesegukan dan sesekali mengusap air mata yang jatuh di pipinya..
"Sekarang bagaimana dengan kabar Sidiq mas?"
"Sidiq sudah meninggal 6 bulan yang lalu karena kecelakaan"
"Terus dimana kuburannya?"
"Nanti aku yang antar ke kuburan Sidiq" aku berkata..
Di
dalam mobil saat akan ke pemakaman, dia lebih banyak terdiam dan
terkadang kesal dengan memukul-mukul pintu mobil. Hingga aku harus
menenangkannya berulang kali.
Sampai di kuburan Sidiq, dia
langsung memeluk batu nisannya dan membaca tulisan yang berada di batu
nisan tersebut. Dia menangis sejadi-jadinya di atas tanah kuburan Sidiq.
Lama aku menunggunya hingga dia tenang.
Sore hari aku
mengantarnya pulang ke rumah, di tengah jalan saat aku mengajaknya
makan, dia tidak mau. Dia bilang 'aku tidak lapar, aku makan di rumah
saja'.
Sampai di rumah dia langsung berlari ke kamarnya, ibunya
langsung mengejarnya dan ikut masuk ke kamar. Aku di luar berbicara
banyak dengan Rosi. hingga akhirnya mamanya keluar dari kamar bersama
Rosa.
"Nak Anwar terima kasih yah sudah mengajarkan banyak hal kepada anak saya, hingga dia sudah sembuh dan sadar seperti saat ini. Tadi Rosa sudah cerita banyak dan dia sudah minta maaf kepada ibu"
"Iya bu, sama-sama" aku menjawab perkataan dari ibunya..
"Rosa kamu tidak usah larut lagi dalam kesedihan yah! kamu harus bisa menerima kenyataan dan banyak berdoa buat Sidiq"
"Iya aku sudah sadar sekarang, keluarga adalah segalanya dan aku mau bahagia. Walaupun mungkin aku akan banyak menyesali kejadian ini.. semoga saja kesedihanku tidak berlangsung lama"
"Kamu harus bisa bangkit segera yah"
"Iya.. Terima kasih"
Hari
itu terlewatkan dengan baik, hingga seminggu kemudian aku kembali
bermain ke rumah Rosi. Aku membawa arang bakar, ikan, ayam dan jagung
untuk di bakar malam minggu di belakang rumah.
Malam itu semua
ceria kita berbagi canda tawa dan saling melempar ledekan-ledekan yang
positif. Saat aku akan pamit pulang Rosa memegang tanganku dan tangan
Rosi, tangan kami dipersatukan sambil berkata
"Menikahlah segera kalian berdua, maafin kakak sudah mengganggu hubungan kalian selama ini dan kakak sayang kalian semua."
"Terima kasih kak.. semoga kakak cepat dapat pengganti Mas Sidiq"
"Aaamiin" kami semua kompak berkata..
Malam
itu adalah awal kebahagiaan kami semua, untuk itu kedepankan komunikasi
dan jangan banyak merenung.. bahagiakan diri kita dan bersemangatlah..
(KK)
-- DH --
Tidak ada komentar:
Posting Komentar