Masuk kelas 1 SMA (Sekolah Menegah Atas), aku mulai berkenalan dengan teman-teman baru di lingkungan sekolahku itu. Rata-rata mereka semua baru pertama kali aku kenal, hanya 4 orang saja yang aku sudah kenal lama. Untungnya di lingkungan baru tersebut teman-temanku semua orangnya asik-asik dan sangat bersahaja.
Aku memang termasuk orang yang pendiam, dan termasuk orang yang biasa saja dalam pelajaran, paling tidak aku termasuk siswa yang dalam posisi rengking 10 besar di kelas. Keseharianku juga berangkat sekolah dan pulang begitu saja.
Namun aku mau cerita mengenai kisah cintaku dengan Nova, cewek sekelasku yang menurutku sangat cantik, dia duduk tepat di depanku. Nova seorang cewek yang berkulit putih dengan rambut panjang kecoklatan.
Saat menatapnya hatiku teduh sekali, jangan kan melihatnya dari depan. Saat duduk saja melihat dari belakang rambutnya yang lurus panjang, jatuh di atas kursi atau mejaku saja sudah sangat menarik. Aku merasa di setiap sisi tubuhnya sangatlah menarik untuk dipandang.
Berjalannya waktu aku belum berani juga untuk menyatakan cintaku, walaupun aku sebenarnya sudah cukup dekat dengannya namun aku tidak berani mengungkapkan perasaanku. Rasa cinta ini tetap tersimpan erat di hati. Setiap saat aku membayangkan pesonanya dan berandai-andai jika dia menjadi kekasihku.
Entah keberanian itu tidak pernah aku miliki. Sampai akhirnya kenaikan kelas, dia tetap bukan milikku. Saat naik ke kelas 2 itu juga, aku harus ikut ayahku yang ditugaskan di Polres Aceh. Hingga lulus SMA aku tamatkan di Aceh. Selama 2 tahun di sana aku masih mencari tahu kabar Nova dan mencoba melihat kesehariannya dari Instagram atau Facebook.
Saat kuliah, aku meminta izin ke ayahku untuk kuliah di Jakarta. Walau awalnya ayahku menolak namun akhirnya beliau luluh juga karena bujukan dari Ibuku.
Aku mendaftar di Universitas yang Nova masuki dan dengan jurusan yang sama pula. Aku berharap saat itu aku bisa mencapatkan kembali cintanya.
Memasuki masa perkuliahan aku bertemu dengannya, syukurnya aku bisa satu kelas dengannya. Akan tetapi ternyata saat aku menegurnya, ternyata dia lupa denganku.
"Hai Nova" aku berjabatan tangannya..
"Hai" dia membalas jabatan tanganku namun terlihat bingung melihatku..
"Kayaknya kamu lupa yah denganku"
"Iya, siapa yah.. Tapi kayaknya sih muka kamu tidak asing buatku"
"Aku Nanda yang waktu itu sekelas dengan kamu di SMA, waktu itu kelas satu aku duduk tepat di belakang kamu. Ingat tidak?"
"Oh, Iya.. Iya.. Aku ingat.. aku ingat.. ngomong-ngomong lo kemana aja?" dia langsung tersenyum lepas..
"Iya saat kelas 2, gua pindah ke Aceh, Bokap pindah tugas ke sana"
"Oh gitu, terus sekarang bokap lo tugas di Jakarta lagi, kayaknya riber banget ya pindah-pindah ke sana ke mari"
"Oh, enggak.. Bokap masih di sana, hanya guanya saja yang ke Jakarta untuk kuliah"
"Oh begitu toh.. atau jangan-jangan lo kuliah cuma mau ketemu gua yah?"
"Kok tahu" dalam hati 'waduh jujur tidak yah kepadanya..'
"Iya lah, gua kan cantik jadi lo gak bisa lupa kan dengan gua"
"Widih.. PD amat lo?"
"Iya lah.. ngaku aja deh lo!"
"Iya sih.."
"Tuh kan bener"
"Hehehehe"
"Jadi bener kan"
"Iya bener deh.. biar kamu bahagia" aku masih menutupi dari hal yang sebenarnya
Kami tertawa lepas saat di kelas itu. Entah kenapa baru pertama bertemu, dia seolah sudah sangat akrab denganku. Atau mungkin saat waktu SMA dulu kami memang sudah sangat dekat.
Aku dengannya menjadi sering bertemu di kampus, terkadang kita pergi berduaan untuk sekedar makan siang atau berjalan melihat-lihat ke mall. Walau kami sering berdua namun terlihat dia sering menjaga jarak denganku.
Sudah 3 tahun kita menjadi sering bertemu, namun aku masih juga takut mengungkapkan cintaku kepadanya. Hingga suatu ketika dia curhat kepadaku mengenai masalah yang sedang di hadapainya.
"Nov, lo kok hari ini kelihatannya banyak diam dan murung"
"Iya" dia hanya mengucapkan itu kemudian menangis..
"Kenapa..? ada masalah apa? kamu cerita aja denganku" aku menatap ke arah matanya..
"Minggu besok aku mau dilamar oleh saudaraku.."
"Oh, ya sudah trus kenapa kamu menangis?"
"Aku pengen kita pacaran dulu.. jalanin berdua sambil saling mengenal. Nanti pas aku sudah tamat kuliah.. baru deh kita bicarakan bagaimana selanjutnya"
"Memang kamu kenal dia tidak?"
"Kenal waktu kecil dulu, kita pun sering main bareng. Tapi kan aku tidak tahu dia yang sekarang seperti apa!, apalagi dia lama di luar negeri"
"Oh begitu? tapi bagaimana sekilas mengenai dia sekarang, menurut kamu?"
"Kalau menurutku dia sih baik.. tapi kan tidak bisa juga menilai orang sekilas"
"Kalau saranku sih kamu harus bicara baik-baik dengannya, utarakan apa yang kamu mau"
"Oh, iya yah.. aku langsung saja bertemu dengannya dan bicara dengannya"
"Iya.. benar"
"Terima kasih yah sudah kasih aku masukan"
"Iya.. sama-sama"
Setelah itu aku melihat di menelpon seseorang dan janjian bertemu di mall sore ini.
Malam itu saat akan tidur aku memikirkan obrolanku dengannya tadi siang. Aku berfikir 'bagaimana bisa mengutarakan rasa cintaku ini kepadanya. Sebelum semuanya terlambat dan dia tidak akan menjadi siapa-siapa aku.
Keesokan harinya, saat di kampus. di kejauhan dia memanggil namaku, saat aku duduk di depan kelas.
"Nan.. Nanada" dari jauh dia berteriak-teriak..
"Cie.. ceria banget hari ini"
"Iya dong.. Aku sudah bicara dengan Erlan"
"Siapa Erlan..?"
"Itu.. tuh.. cowok yang aku ceritain sama kamu kemarin, yang akan dijodohkan keluargaku denganku"
"Oh, Erlan namanya.. terus gimana?"
"Ya dia setuju dengan saranku, dan dia akan bicara dengan keluarganya dan keluargaku minggu depan"
"Oh, bagus dong"
"Iya"
Dalam hati aku terus berharap 'perjodohan itu tidak akan terjadi dan Nova semakin mencintaiku'. Di dalam kelas dia terlihat sudah sangat bersemangat, berbeda denganku hanya bingung menunggu kapan aku bisa dan berani mengungkapkan perasaanku.
Hingga sampai kami akan di wisuda dia mengucapkan selamat padaku begitupun juga aku padanya. Di hari itu entah kenapa aku berani mengungkapkan perasaan cintaku dengannya. Aku berani berkata hari ini mungkin karena aku takut, setelah ini tidak akan bertemu dengannya kembali.
Saat itu setelah kami naik panggung, aku dikenalkan Nova dengan kedua orang tuanya, begitupun dengan aku, orang tua ku datang dari Aceh dengan adikku. Orang tuakupun juga aku kenalkan ke mereka. Ternyata ibunya Nova dengan Ibuku pernah bersahabat saat SMA dulu di Jakarta. Kamipun semua menjadi akrab dan saling bercerita.
"Nan, kenalin ini ibu dan bapakku" akupun bersalaman dengan mereka..
"Nov, Bpk Ibu.. kenalin ini orang tua saya"
"Oh, Ajeng apa kabarnya?"
"Baik Sar, kita sudah lama tidak ketemu yah sari. Sekali ketemu saat wisuda anak-anak kita"
"Iya Jeng, kamu tinggal di mana sekarang?"
"Kami tinggal di Aceh"
Saat yang bersamaan itu aku mengajak Nova berbicara di luar gedung. Jadi tidak tahu lagi apa yang mereka bicarakan.
"Kamu kenapa mengajakku keluar sini?"
"Aku mau ngomong, jika aku sayang dan cinta kamu sejak SMA dulu"
"Apaaa!"
"Iya Nov, aku beneran"
"Terus?"
"Terus apanya? aku cuma berharap kamu juga ada perasaan yang sama denganku"
"Nan, aku sudah ada Erlan dan ada cerita yang kamu belum tahu dari ku. Aku yakin kamu akan berfikir 2 kali untuk mencintaiku"
"Apa! memang kamu kenapa?"
"Aku ini sudah punya anak berumur 3 tahun"
"Kok bisa?"
"Ya bisa, saat lulus sekolah SMA dulu aku berpacaran dengan Rosihan, namun cara berpacaranku kebablasan, hingga aku menikah saat berbadan 2"
"Trus kemana Rosihan? ngomong-ngomong Rosihan itu satu angkatan kita saat sekolah SMA dulu kan?"
"Iya benar dia satu angkatan dengan kita saat sekolah SMA dulu. Sekarang dia sudah meninggal, saat usia anakku berumur 3 bulan. Dia meninggal karena migran akut di kepalanya. Saat itu aku tidak menduga dia meninggalkanku begitu cepat. Disaat kita sedang sangat bahagia-bahagianya" dia terlihat sedih dan mengeluarkan air mata saat cerita tersebut"
Tak Lama setelah itu Orang tua nova memanggilnya. Kamipun kembali ke dalam menyelesaikan acara wisudanya. Itulah saat terakhir perjumpaanku dengannya.
Aku yang sampai saat ini belum bisa berfikir bagaimana Nova bisa berpacaran kelewat batas dan hal itu yang aku akhirnya berhenti untuk mencintainya. Walau di hatiku masih ada cinta, begitupun dengan bayangan wajahnya dan setiap perjumpaan aku dengannya masih terbayang di pikiranku.
Nova adalah wanita pertama yang mengisi hatiku dengan cinta dan berakhir begitu saja tanpa perjuangan dariku. Inilah takdirku, akupun kembali berharap ada Nova lain di luar sana!. (KK)
-- DH --
Aku dengannya menjadi sering bertemu di kampus, terkadang kita pergi berduaan untuk sekedar makan siang atau berjalan melihat-lihat ke mall. Walau kami sering berdua namun terlihat dia sering menjaga jarak denganku.
Sudah 3 tahun kita menjadi sering bertemu, namun aku masih juga takut mengungkapkan cintaku kepadanya. Hingga suatu ketika dia curhat kepadaku mengenai masalah yang sedang di hadapainya.
"Nov, lo kok hari ini kelihatannya banyak diam dan murung"
"Iya" dia hanya mengucapkan itu kemudian menangis..
"Kenapa..? ada masalah apa? kamu cerita aja denganku" aku menatap ke arah matanya..
"Minggu besok aku mau dilamar oleh saudaraku.."
"Oh, ya sudah trus kenapa kamu menangis?"
"Aku pengen kita pacaran dulu.. jalanin berdua sambil saling mengenal. Nanti pas aku sudah tamat kuliah.. baru deh kita bicarakan bagaimana selanjutnya"
"Memang kamu kenal dia tidak?"
"Kenal waktu kecil dulu, kita pun sering main bareng. Tapi kan aku tidak tahu dia yang sekarang seperti apa!, apalagi dia lama di luar negeri"
"Oh begitu? tapi bagaimana sekilas mengenai dia sekarang, menurut kamu?"
"Kalau menurutku dia sih baik.. tapi kan tidak bisa juga menilai orang sekilas"
"Kalau saranku sih kamu harus bicara baik-baik dengannya, utarakan apa yang kamu mau"
"Oh, iya yah.. aku langsung saja bertemu dengannya dan bicara dengannya"
"Iya.. benar"
"Terima kasih yah sudah kasih aku masukan"
"Iya.. sama-sama"
Setelah itu aku melihat di menelpon seseorang dan janjian bertemu di mall sore ini.
Malam itu saat akan tidur aku memikirkan obrolanku dengannya tadi siang. Aku berfikir 'bagaimana bisa mengutarakan rasa cintaku ini kepadanya. Sebelum semuanya terlambat dan dia tidak akan menjadi siapa-siapa aku.
Keesokan harinya, saat di kampus. di kejauhan dia memanggil namaku, saat aku duduk di depan kelas.
"Nan.. Nanada" dari jauh dia berteriak-teriak..
"Cie.. ceria banget hari ini"
"Iya dong.. Aku sudah bicara dengan Erlan"
"Siapa Erlan..?"
"Itu.. tuh.. cowok yang aku ceritain sama kamu kemarin, yang akan dijodohkan keluargaku denganku"
"Oh, Erlan namanya.. terus gimana?"
"Ya dia setuju dengan saranku, dan dia akan bicara dengan keluarganya dan keluargaku minggu depan"
"Oh, bagus dong"
"Iya"
Dalam hati aku terus berharap 'perjodohan itu tidak akan terjadi dan Nova semakin mencintaiku'. Di dalam kelas dia terlihat sudah sangat bersemangat, berbeda denganku hanya bingung menunggu kapan aku bisa dan berani mengungkapkan perasaanku.
Hingga sampai kami akan di wisuda dia mengucapkan selamat padaku begitupun juga aku padanya. Di hari itu entah kenapa aku berani mengungkapkan perasaan cintaku dengannya. Aku berani berkata hari ini mungkin karena aku takut, setelah ini tidak akan bertemu dengannya kembali.
Saat itu setelah kami naik panggung, aku dikenalkan Nova dengan kedua orang tuanya, begitupun dengan aku, orang tua ku datang dari Aceh dengan adikku. Orang tuakupun juga aku kenalkan ke mereka. Ternyata ibunya Nova dengan Ibuku pernah bersahabat saat SMA dulu di Jakarta. Kamipun semua menjadi akrab dan saling bercerita.
"Nan, kenalin ini ibu dan bapakku" akupun bersalaman dengan mereka..
"Nov, Bpk Ibu.. kenalin ini orang tua saya"
"Oh, Ajeng apa kabarnya?"
"Baik Sar, kita sudah lama tidak ketemu yah sari. Sekali ketemu saat wisuda anak-anak kita"
"Iya Jeng, kamu tinggal di mana sekarang?"
"Kami tinggal di Aceh"
Saat yang bersamaan itu aku mengajak Nova berbicara di luar gedung. Jadi tidak tahu lagi apa yang mereka bicarakan.
"Kamu kenapa mengajakku keluar sini?"
"Aku mau ngomong, jika aku sayang dan cinta kamu sejak SMA dulu"
"Apaaa!"
"Iya Nov, aku beneran"
"Terus?"
"Terus apanya? aku cuma berharap kamu juga ada perasaan yang sama denganku"
"Nan, aku sudah ada Erlan dan ada cerita yang kamu belum tahu dari ku. Aku yakin kamu akan berfikir 2 kali untuk mencintaiku"
"Apa! memang kamu kenapa?"
"Aku ini sudah punya anak berumur 3 tahun"
"Kok bisa?"
"Ya bisa, saat lulus sekolah SMA dulu aku berpacaran dengan Rosihan, namun cara berpacaranku kebablasan, hingga aku menikah saat berbadan 2"
"Trus kemana Rosihan? ngomong-ngomong Rosihan itu satu angkatan kita saat sekolah SMA dulu kan?"
"Iya benar dia satu angkatan dengan kita saat sekolah SMA dulu. Sekarang dia sudah meninggal, saat usia anakku berumur 3 bulan. Dia meninggal karena migran akut di kepalanya. Saat itu aku tidak menduga dia meninggalkanku begitu cepat. Disaat kita sedang sangat bahagia-bahagianya" dia terlihat sedih dan mengeluarkan air mata saat cerita tersebut"
Tak Lama setelah itu Orang tua nova memanggilnya. Kamipun kembali ke dalam menyelesaikan acara wisudanya. Itulah saat terakhir perjumpaanku dengannya.
Aku yang sampai saat ini belum bisa berfikir bagaimana Nova bisa berpacaran kelewat batas dan hal itu yang aku akhirnya berhenti untuk mencintainya. Walau di hatiku masih ada cinta, begitupun dengan bayangan wajahnya dan setiap perjumpaan aku dengannya masih terbayang di pikiranku.
Nova adalah wanita pertama yang mengisi hatiku dengan cinta dan berakhir begitu saja tanpa perjuangan dariku. Inilah takdirku, akupun kembali berharap ada Nova lain di luar sana!. (KK)
-- DH --
Tidak ada komentar:
Posting Komentar