Kata orang masa-masa yang paling indah itu adalah masa-masa saat sekolah SMA, benar gak?. Aku mengalaminya sendiri pada masa-masa sekolah dulu. Kedekatan kami membuat kami jatuh hati dan akhirnya sama-sama menyatakan suka. Kami berpacaran sejak kelas 2 SMA (Sekolah Menangah Atas). Masa-masa itu sangat menyenangkan dan membuatku bersemangat, aku sangat mencintainya begitupun dengan dia, juga sangat mencintaiku. Berjalannya waktu kami akhirnya tamat dari SMA.
Kami berpendapat bersama bahwa setelah lulus akan melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi, hingga akhirnya kita sama-sama kuliah dia Universitas yang sama namun beda Fakultas. Seiring waktu, kehidupan dan keuangan pacarku sangat minim dan semakin berkurang, sehingga tidak bisa mencukupi jika masih ingin melanjutkan kuliah. Al-hasil dia harus berhenti dari kuliahnya. Akupun tetap membujuknya agar tetap bisa kuliah, namun keluarganya bersih keras jika anaknya harus bekerja membantu keuangan keluarga, tanpa harus membuang-buang uang untuk kuliah.
Hingga akhirnya aku berbicara kepada pacarku Mega, jika dia harus melanjutkan kuliah.
"Mega, kamu harus tetap kuliah yah.. Karena kita harus menjadi orang yang sukses dan berhasil kelak"
"Tetapi Ibuku sudah menyuruhku berhenti karena sudah menghabiskan banyak biaya dan uang tabungan yang ada sudah terkuras habis"
"Kan sayang banget kamu sudah semester 2, dan juga ilmu itu penting buat kehidupan kita ke depan, nantinya kamu bisa bekerja di perusahaan-perusahaan besar jika menggunakan Ijazah S1"
"Keluargaku sudah tidak sanggup membiayai kuliahku lagi sayangku, biar aku di rumah saja yah membantu ibu"
"Kalau begitu biar aku yang berhenti kuliah deh, kemudian mencari pekerjaan untuk membantu kamu."
"Jangan, mending kamu saja yang kuliah, jika kamu mau kan bisa sambilan kerja juga tidak apa-apa"
"Sudahlah, besok aku akan keluar dari kampus, aku harap jika nanti aku sudah bekerja kamu bisa kuliah dengan baik kemudian bekerja di perusahaan terbaik"
Akhirnya aku berkerja di perusahaan dengan berbekal ijazah SMA, aku bekerja sebagai office Boy, di perusahaan tersebut aku bekerja dengan keras, berupaya mencukupi semua kebutuhannya dari gajiku.
Karena kesibukan kita masing-masing (dia kuliah sedangkan aku bekerja), membuat aku dengannya jarang bertemu. Hubungan kami sedikit merenggang. Namun saat tanggal 25 setiap bulannya aku selalu mampir ke rumahnya dan memberikannya uang dari hasil kerjaku. Berharap dia bisa lulus dengan cepat dengan hasil yang sangat memuaskan.
Setelah tahu jika Mega sudah lulus kuliah aku senang sekali, akupun bergegas pergi ke kota untuk menemuinya. Di tempat kosannya dia tidak ada. Lalu aku coba bertanya ke penghuni di sebelah kanan kiri kosannya.
Ternyata dia sudah bekerja di perusahaan mewah. Akupun segera berangkat ke alamat tempat kerjanya. Walau agak jauh aku rela demi untuk bertemu dengannya.
Saat memasuki kantornya, aku bertanya pada bagian informasi dan diarahkan menuju lantai 7. Sesampainya di sana aku melihat sudah jam 11.00 siang, akupun menuju ruangannya dan melihat dia sedang bermesraan dengan laki-laki. Kaget, marah dan kecewa memang saat itu, aku segera meninggalkannya dan berjalan keluar gedung lalu kembali ke kampung.
Jujur aku sangat kecewa dengannya karena 3 tahun lamanya aku membiayai kuliahnya, bahkan juga uang sehari-hari dia aku yang memberikan. Aku membiayainya karena berfikir memang kita saling cinta dan akan menikah, tak terbayang olehku kejadiannya bisa seperti ini. Saat aku meninggalkan kantornya, diapun tidak mengejar dan menemuiku. Sampai seminggu kemudian aku kedatangan sebuah surat yang berisikan undangan pernikahan darinya, sedih rasanya.
Disaat itulah kondisi badanku drop dan saking kepikirannya aku demam selama 3 hari. keluargaku menasehatiku dan memberikan masukkan yang sangat baik hingga aku berbesar hati untuk menerima kepergiannya. Ibuku berpesan 'Jika jodoh tidak akan ke mana' mungkin jodohku bukan dia karena Allah ingin memberikan jodoh yang terbaik untukku.
2 minggu kemudian, saat resepsi pernikahannya di sebuah gedung mewah, aku berkenan menghadirinya. Saat itu aku memberikan surat kepadanya mengenai jumlah biaya yang sudah aku keluarkan selama ini untuknya. Namun suaminya murka setelah ikut membaca surat yang aku berikan. Dia meninggalkan pelaminan dan pergi entah kemana. Namun tak lama kemudian kembali dengan membawa koper berisikan uang. Uang tersebutpun dia lemparkan ke wajahku. Aku yang memang tidak mau mencari masalah, segera meninggalkan tempat tersebut.
Waktu berjalan, semua terlupakan dengan sendirinya. Aku tetap bekerja keras dan menabung, tekadku bulat untuk menjadi orang sukses (tanpa dia aku juga bisa sukses dan berpenampilan baik). Setelah uang terkumpul, aku bisa mendirikan usaha dagang. Aku berdagang dari emperan toko hingga akhirnya bisa memiliki toko besar dan sudah memiliki rumah serta mobil mewah.
Memang tidak bisa dipungkiri, ini karena dukungan istriku. Dia selalu membantuku sejak aku masih berjualan saat aku masih menyewa toko, aku menikah dengannya karena kulihat dia sangat gigih dan ulet membantuku berdagang. Awalnya memang istriku itu mantan karyawanku. Saat awal dia bisa bekerja denganku adalah suatu yang kebetulan.
Saat itu dia lewat di depan tokoku, aku menjatuhkan beberapa daganganku karena aku sangat kelelahan menjaga toko sendiri, dia kemudian membantu merapikan barang yang berserakan. Saat itu aku beranggapan bahwa dia orang baik, hingga aku menawarkan pekerjaan kepadanya. Syukur ternyata dia juga sedang mencari pekerjaan. Sejak kedatangannya tokoku menjadi ramai, Banyak orang datang ke tokoku. Aku beranggapan ini adalah keberuntunganku, mendapatkan karyawan yang baik, ramah, sopan, murah senyum dan masih muda serta cantik.
Tokoku menjadi semakin besar, tak mau kehilangannya aku mencoba untuk mengutarakan isi hatiku.
"Airin, kamu sudah lama ikut saya dan bekerja di sini. Dari tokoku yang kecil hingga sebesar ini. Aku ingin bertanya apakah kamu mempunyai pujaan hati?"
"Maksud Mas Arif apa?"
"Ya masa kamu gak mengerti?"
"Pacar maksudnya?"
"Iya"
"Saya belum punya mas, memang yang deketin banyak tapi aku masih belum ada yang sreg"
"Tapi pasti sudah ada seseorang yang kamu dambakan di hati kamu?"
"Ah mas Arif bisa aja"
"Bisa lah.. Rin, aku menaruh hati dengan kamu, semoga yang dihati kamu itu adalah aku. Aku tidak main-main kali ini, aku ingin melamar kamu.. bersediakah kamu menjadi istriku? maaf jika aku terlalu blak-blakan!"
"Mas Arif orang baik, dari dulu aku bekerja tidak pernah dimarahin, bahkan mas Arif sebagai bos aja aku di suruh panggil Mas bukan bos atau pak. Mas Arif selalu memberikan aku arahan, sehingga aku betah kerja di sini. Sekarang apakah aku layak menjadi pendamping Mas Arif?"
"Ya kalau aku sudah meminta kamu untuk menjadi pendamping hidupku, berarti kamu memang layak menjadi istriku. Aku juga sudah berfikir lama mengenai hal ini, aku berfikir semoga isi hati kamu sama denganku"
"Mas Arif gak malu nikah denganku?"
"Ah kayaknya.. mas susah banget ni, bicara sama kamu, malah dikasih pertanyaan terus.. intinya mas sudah 100% yakin kalau Airin adalah jodoh mas. Liat aja, nama depan kita aja sudah sama (AA)"
"Mas Arif bisa aja! iya mas aku mau, semoga ini bukan sekedar mimpi untukku"
"Ya pasti bukanlah"
Itulah sedikit cerita mengenai perjumpaan hingga aku melamar istiku yang sekarang. Saat ini aku sudah dikaruniai seorang putra dan seorang putri. Aku bahagia bisa mendapatkan seorang istri yang baik dan bijaksana.
Empat tahun sudah aku menikah dengan Airin, Semua berjalan dengan baik. Aku sangat bahagia hidup bersama dengannya. Di saat itu, Mega datang ke tokoku.
"Hai Arif"
"Oh, kamu Mega.. silahkan masuk?"
"Kamu mau cari apa?"
"Enggak kok, aku cuma mau bicara sedikit dengan kamu!"
"Oh, ya sudah, bicara saja silahkan.."
"Boleh gak, jika bicaranya gak di sini, gak enak banyak orang"
Akupun berbisik kepada istriku jika yang dihadapannya itu mantan pacarku.
"Oh, iya Mega.. kenalin nih istriku"
"Mega.. Airin" mereka berjabatan tangan..
"Rif, istri kamu ternyata gak kalah cantiknya dengan aku"
"Masa sih, yang jelas sih dia setia dengan ku"
"Ya sudahlah Rif, kamu gak usah bahas-bahas lagi yang lama yah..! aku sudah capek ni" berbicara dengan nada tinggi di awal kemudian menurun
"Lah.. siapa yang bahas orang aku cuma bilang 'dia setia denganku' apa yang salah?"
"Rif, ayo dong aku mau ngomong banyak ni dengan kamu"
"Lah tadi mo ngomong sedikit.. sekarang mau ngomong banyak.. yang mana yang bener nih? kamu bilang sama istriku deh, boleh gak kamu bicara hanya berdua dengan ku"
"Boleh yah Airin.. sebentar aja"
"Iya" istriku memperbolehkannya..
"Sebentar aja ya Mega, aku sedang banyak-banyaknya pelanggan ni" aku langsung nyeletuk..
Aku mengajaknya ke ruang makan yang terletak di belakang toko
"Kamu mau ngomong apa Mega"
"Aku mau minta maaf atas perlakuanku selama ini ke kamu"
"Sudah aku maafin kok.., sejak aku datang ke pernikahan kamu. Kenapa aku mau datang waktu itu, karena aku sudah menganggap kamu seperti teman biasa saja. Yang perlu diberi ucapan selamat"
"Iya Rif, aku sekarang sudah bercerai dengan suamiku!"
"Terus apa hubungannya dengan ku?"
"Aku mau mengajak kamu kembali bersamaku"
"Sudah gila kamu Mega, aku sudah mempunyai keluarga bahagia sedangkan kamu yang aku dengar sudah mempunyai putri yang cantik. Sudahlah lupain aku.. jangan pernah berharap bisa kembali bersamaku.."
"Itu dia, selama aku masih bersama dengan mantan suamiku, aku sering teringat dengan kamu. Kayaknya aku sulit untuk melupakan kamu"
"Terus kenapa dulu kamu meninggalkanku?"
"Iya.. Maafin aku.."
"Sudah lah Mega.. yang sudah berlalu biarkan menjadi kenangan dan pelajaran yang berharga untuk langkah kita ke depan. Jalani hidupmu yang sekarang dengan sebaik-baiknya. Penyesalan sudak tidak ada gunanya lagi. Yang terpenting saat ini adalah membesarkan anak kita dengan baik dan menjalani hidup ini dengan bahagia dan seefektif mungkin"
"Sudah ya, aku harus menjaga toko.. aku akan mendoakan kamu selalu dari sini, 'semoga kamu segera mendapat pengganti suami kamu'.. orang yang baik, bijaksana dan kaya raya"
"Kok kamu ngomongnya begitu sih!"
"Apa yang salah.. sudah ah, aku mau kerja" Aku meninggalkannya dan segera pergi ke toko..
"Rif jangan tinggalain aku, aku mau bicara sebentar lagi"
"Tadi katanya sebentar, ini sudah 2 jam kamu bicara" aku berbicara sambil berjalan ke depan toko..
Mau tidak mau dia mengikuti di belakangku, kemudian dia pamit dengan istriku lalu pergi meninggalkan toko.
Itulah saat terakhir aku melihatnya. Aku pun tidak peduli dengan kejadian hari itu. Yang aku peduli adalah mengenai keluargaku (istri dan anak-anakku). Aku ingin yang terbaik untuk keluargaku yang sekarang, aku ingin membahagiakan mereka semua termasuk orang tuaku dan orang tua istriku.
Dulu memang aku begitu baik dengannya hingga aku dicampakkannya begitu saja, akupun sempat down dan ragu untuk melangkah kedepan. Namun semua bisa bangkit karena dukungan keluargaku, hingga aku bekerja keras dan bisa bertemu istriku yang sekarang. Terima kasih tuhan atas segalanya, memang sebaik-baik rencana kita namun lebih sempurna dan baik adalah rencana Mu (Allah SWT). (KNK)
-- DH --
Saat memasuki kantornya, aku bertanya pada bagian informasi dan diarahkan menuju lantai 7. Sesampainya di sana aku melihat sudah jam 11.00 siang, akupun menuju ruangannya dan melihat dia sedang bermesraan dengan laki-laki. Kaget, marah dan kecewa memang saat itu, aku segera meninggalkannya dan berjalan keluar gedung lalu kembali ke kampung.
Jujur aku sangat kecewa dengannya karena 3 tahun lamanya aku membiayai kuliahnya, bahkan juga uang sehari-hari dia aku yang memberikan. Aku membiayainya karena berfikir memang kita saling cinta dan akan menikah, tak terbayang olehku kejadiannya bisa seperti ini. Saat aku meninggalkan kantornya, diapun tidak mengejar dan menemuiku. Sampai seminggu kemudian aku kedatangan sebuah surat yang berisikan undangan pernikahan darinya, sedih rasanya.
Disaat itulah kondisi badanku drop dan saking kepikirannya aku demam selama 3 hari. keluargaku menasehatiku dan memberikan masukkan yang sangat baik hingga aku berbesar hati untuk menerima kepergiannya. Ibuku berpesan 'Jika jodoh tidak akan ke mana' mungkin jodohku bukan dia karena Allah ingin memberikan jodoh yang terbaik untukku.
2 minggu kemudian, saat resepsi pernikahannya di sebuah gedung mewah, aku berkenan menghadirinya. Saat itu aku memberikan surat kepadanya mengenai jumlah biaya yang sudah aku keluarkan selama ini untuknya. Namun suaminya murka setelah ikut membaca surat yang aku berikan. Dia meninggalkan pelaminan dan pergi entah kemana. Namun tak lama kemudian kembali dengan membawa koper berisikan uang. Uang tersebutpun dia lemparkan ke wajahku. Aku yang memang tidak mau mencari masalah, segera meninggalkan tempat tersebut.
Waktu berjalan, semua terlupakan dengan sendirinya. Aku tetap bekerja keras dan menabung, tekadku bulat untuk menjadi orang sukses (tanpa dia aku juga bisa sukses dan berpenampilan baik). Setelah uang terkumpul, aku bisa mendirikan usaha dagang. Aku berdagang dari emperan toko hingga akhirnya bisa memiliki toko besar dan sudah memiliki rumah serta mobil mewah.
Memang tidak bisa dipungkiri, ini karena dukungan istriku. Dia selalu membantuku sejak aku masih berjualan saat aku masih menyewa toko, aku menikah dengannya karena kulihat dia sangat gigih dan ulet membantuku berdagang. Awalnya memang istriku itu mantan karyawanku. Saat awal dia bisa bekerja denganku adalah suatu yang kebetulan.
Saat itu dia lewat di depan tokoku, aku menjatuhkan beberapa daganganku karena aku sangat kelelahan menjaga toko sendiri, dia kemudian membantu merapikan barang yang berserakan. Saat itu aku beranggapan bahwa dia orang baik, hingga aku menawarkan pekerjaan kepadanya. Syukur ternyata dia juga sedang mencari pekerjaan. Sejak kedatangannya tokoku menjadi ramai, Banyak orang datang ke tokoku. Aku beranggapan ini adalah keberuntunganku, mendapatkan karyawan yang baik, ramah, sopan, murah senyum dan masih muda serta cantik.
Tokoku menjadi semakin besar, tak mau kehilangannya aku mencoba untuk mengutarakan isi hatiku.
"Airin, kamu sudah lama ikut saya dan bekerja di sini. Dari tokoku yang kecil hingga sebesar ini. Aku ingin bertanya apakah kamu mempunyai pujaan hati?"
"Maksud Mas Arif apa?"
"Ya masa kamu gak mengerti?"
"Pacar maksudnya?"
"Iya"
"Saya belum punya mas, memang yang deketin banyak tapi aku masih belum ada yang sreg"
"Tapi pasti sudah ada seseorang yang kamu dambakan di hati kamu?"
"Ah mas Arif bisa aja"
"Bisa lah.. Rin, aku menaruh hati dengan kamu, semoga yang dihati kamu itu adalah aku. Aku tidak main-main kali ini, aku ingin melamar kamu.. bersediakah kamu menjadi istriku? maaf jika aku terlalu blak-blakan!"
"Mas Arif orang baik, dari dulu aku bekerja tidak pernah dimarahin, bahkan mas Arif sebagai bos aja aku di suruh panggil Mas bukan bos atau pak. Mas Arif selalu memberikan aku arahan, sehingga aku betah kerja di sini. Sekarang apakah aku layak menjadi pendamping Mas Arif?"
"Ya kalau aku sudah meminta kamu untuk menjadi pendamping hidupku, berarti kamu memang layak menjadi istriku. Aku juga sudah berfikir lama mengenai hal ini, aku berfikir semoga isi hati kamu sama denganku"
"Mas Arif gak malu nikah denganku?"
"Ah kayaknya.. mas susah banget ni, bicara sama kamu, malah dikasih pertanyaan terus.. intinya mas sudah 100% yakin kalau Airin adalah jodoh mas. Liat aja, nama depan kita aja sudah sama (AA)"
"Mas Arif bisa aja! iya mas aku mau, semoga ini bukan sekedar mimpi untukku"
"Ya pasti bukanlah"
Itulah sedikit cerita mengenai perjumpaan hingga aku melamar istiku yang sekarang. Saat ini aku sudah dikaruniai seorang putra dan seorang putri. Aku bahagia bisa mendapatkan seorang istri yang baik dan bijaksana.
Empat tahun sudah aku menikah dengan Airin, Semua berjalan dengan baik. Aku sangat bahagia hidup bersama dengannya. Di saat itu, Mega datang ke tokoku.
"Hai Arif"
"Oh, kamu Mega.. silahkan masuk?"
"Kamu mau cari apa?"
"Enggak kok, aku cuma mau bicara sedikit dengan kamu!"
"Oh, ya sudah, bicara saja silahkan.."
"Boleh gak, jika bicaranya gak di sini, gak enak banyak orang"
Akupun berbisik kepada istriku jika yang dihadapannya itu mantan pacarku.
"Oh, iya Mega.. kenalin nih istriku"
"Mega.. Airin" mereka berjabatan tangan..
"Rif, istri kamu ternyata gak kalah cantiknya dengan aku"
"Masa sih, yang jelas sih dia setia dengan ku"
"Ya sudahlah Rif, kamu gak usah bahas-bahas lagi yang lama yah..! aku sudah capek ni" berbicara dengan nada tinggi di awal kemudian menurun
"Lah.. siapa yang bahas orang aku cuma bilang 'dia setia denganku' apa yang salah?"
"Rif, ayo dong aku mau ngomong banyak ni dengan kamu"
"Lah tadi mo ngomong sedikit.. sekarang mau ngomong banyak.. yang mana yang bener nih? kamu bilang sama istriku deh, boleh gak kamu bicara hanya berdua dengan ku"
"Boleh yah Airin.. sebentar aja"
"Iya" istriku memperbolehkannya..
"Sebentar aja ya Mega, aku sedang banyak-banyaknya pelanggan ni" aku langsung nyeletuk..
Aku mengajaknya ke ruang makan yang terletak di belakang toko
"Kamu mau ngomong apa Mega"
"Aku mau minta maaf atas perlakuanku selama ini ke kamu"
"Sudah aku maafin kok.., sejak aku datang ke pernikahan kamu. Kenapa aku mau datang waktu itu, karena aku sudah menganggap kamu seperti teman biasa saja. Yang perlu diberi ucapan selamat"
"Iya Rif, aku sekarang sudah bercerai dengan suamiku!"
"Terus apa hubungannya dengan ku?"
"Aku mau mengajak kamu kembali bersamaku"
"Sudah gila kamu Mega, aku sudah mempunyai keluarga bahagia sedangkan kamu yang aku dengar sudah mempunyai putri yang cantik. Sudahlah lupain aku.. jangan pernah berharap bisa kembali bersamaku.."
"Itu dia, selama aku masih bersama dengan mantan suamiku, aku sering teringat dengan kamu. Kayaknya aku sulit untuk melupakan kamu"
"Terus kenapa dulu kamu meninggalkanku?"
"Iya.. Maafin aku.."
"Sudah lah Mega.. yang sudah berlalu biarkan menjadi kenangan dan pelajaran yang berharga untuk langkah kita ke depan. Jalani hidupmu yang sekarang dengan sebaik-baiknya. Penyesalan sudak tidak ada gunanya lagi. Yang terpenting saat ini adalah membesarkan anak kita dengan baik dan menjalani hidup ini dengan bahagia dan seefektif mungkin"
"Sudah ya, aku harus menjaga toko.. aku akan mendoakan kamu selalu dari sini, 'semoga kamu segera mendapat pengganti suami kamu'.. orang yang baik, bijaksana dan kaya raya"
"Kok kamu ngomongnya begitu sih!"
"Apa yang salah.. sudah ah, aku mau kerja" Aku meninggalkannya dan segera pergi ke toko..
"Rif jangan tinggalain aku, aku mau bicara sebentar lagi"
"Tadi katanya sebentar, ini sudah 2 jam kamu bicara" aku berbicara sambil berjalan ke depan toko..
Mau tidak mau dia mengikuti di belakangku, kemudian dia pamit dengan istriku lalu pergi meninggalkan toko.
Itulah saat terakhir aku melihatnya. Aku pun tidak peduli dengan kejadian hari itu. Yang aku peduli adalah mengenai keluargaku (istri dan anak-anakku). Aku ingin yang terbaik untuk keluargaku yang sekarang, aku ingin membahagiakan mereka semua termasuk orang tuaku dan orang tua istriku.
Dulu memang aku begitu baik dengannya hingga aku dicampakkannya begitu saja, akupun sempat down dan ragu untuk melangkah kedepan. Namun semua bisa bangkit karena dukungan keluargaku, hingga aku bekerja keras dan bisa bertemu istriku yang sekarang. Terima kasih tuhan atas segalanya, memang sebaik-baik rencana kita namun lebih sempurna dan baik adalah rencana Mu (Allah SWT). (KNK)
-- DH --
Tidak ada komentar:
Posting Komentar