Malam itu saat aku berada di teras rumah, aku melihat mu melintas di depan mataku. Aku melihat sepintas, sosok wanita cantik yang melintas saat itu. Aku mengejar sosok tersebut sampai ke depan pagar rumah. Terlihat dari belakang wanita dengan celana pendek berwarna biru dan berbaju kaos putih dengan rambut panjang tergerai jatuh sampai sebatas pinggang, berjalan menjauh dari aku berdiri. Dia berjalan ke arah jalan besar, hingga aku pergi masuk dan duduk kembali di depan rumah setelah sosok tersebut tidak terlihat lagi dari pandanganku.
2 jam kemudian dia lewat kembali, dan kali ini pandangan mukanya menengok ke arah ku, terlihat jelas dia ternyata tetanggaku yang bernama Silvi.
"Hai Silvi.."
"Hai Iwan.." Dia berhenti saat ku panggil dan kembali menyapaku..
"Dari mana?"
"Beli nasi goreng nih di depan" sambil mengangkat ke arahku bungkusan yang dia bawa..
"Oh, gitu.."
"Sudah dulu ya, buru-buru nih takut dingin"
"Oke.."
Dia kembali berjalan pulang menuju rumahnya.
Setelah itu aku masuk ke dalam rumah untuk mengambil wudlu kemudian sholat isya. Usai sholat aku pergi ke tempat tidurku. Saat berbaring di atas tempat tidur, terbayang sosok Silvi yang cantik. 4 tahun tidak pernah melihatnya, hingga kini dia sudah jauh berbeda. Mungkin dulu dia yang masih SMP, sedangkan sekarang sudah menjadi anak kuliahan.
Ingin rasanya aku dekat dengannya, namun apa yang harus aku lakukan?. Hingga akhirnya beberapa bulan kemudian dia duduk-duduk di depan rumah bersama teman mainnya. Saat itu aku pulang dari kerja dan akan memasukkan mobil ke dalam garasi. Saat ingin menutup pagar garasi, aku lihat dia sedang sendiri, entah kemana teman-temannya yang tadi banyak bersamanya.
"Sil, teman-temannya pada kemana?"
"Pada ke warung Wan"
"Lah kamu gak ikutan?"
"Enggak di sini aja"
"Oh ya sudah.. aku masuk dulu yah"
"Iyaaa"
Saat itu aku masih kaku mau berbicara apa, ingin rasanya aku mengajaknya pergi bersamaku, entah itu nonton, makan bareng atau sekedar hanya jalan-jalan saja menghabiskan waktu. Namun karena ketidak dekatanku dengannya jadi aku takut salah jika langsung mengajaknya pergi bersamaku. Dalam pikiranku juga masak belum kenal dekat sudah ngajak-ngajak jalan.
Hari itupun terlewatkan, hingga akhirnya aku tidak pernah melihat sosok dirinya lagi.
1 tahun berlalu, aku mendengar dia akan menikah. Dalam hati 'habis sudah harapanku untuk memiliki dirinya seutuhnya'. Memang aku juga canggung karena kedua kakaknya adalah teman baikku. Namun kalau cinta mau gimana?. Tapi kini janur kuning sudah melengkung di depan jalan masuk ke arah rumahnya.
Dalam hati aku hanya bisa berdoa agar kamu bisa bahagia bersama pria idamanmu.
Kali ini 2 tahun setelah pernikahannya aku mendengar kabar yang mengagetkanku. Aku mendengar Silvi meninggal karena sakit, dia meninggalkan seorang anak yang masih berumur 1 tahun.
Akupun mencoba datang ke rumahnya dan bertemu dengan orang tuanya serta keluarganya. Aku coba menghibur mereka dan mendoakan Almarhumah.
Saat aku menunggu di kursi depan rumahnya, aku mendengar jika kehidupan Silvi sangat susah setelah menikah, serba kekurangan dan juga perlakuan kasar dari suaminya. Silvi yang memang tidak bekerja, hanya bergantung dari penghasilan suaminya yang bekerja di bengkel motor di daerah Condet. Yang aku dengar dari perkataan mereka, terkadang Silvi pernah tidak makan seharian.
Sedih rasanyanya mendengar perkataan dari kanan kiri tempat dudukku, ingin rasanya aku menolongnya namun, aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
Selamat jalan Silvi.. sedikit benih cinta untukmu masih membekas di hatiku.. (KK)
-- DH --
Tidak ada komentar:
Posting Komentar