Cinta

Cinta
SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA "DODHY HANDAYADI".. SELAMAT MEMBACA.. SEMOGA BISA MENJADI PELAJARAN BUAT KITA SEMUA.. PENTINGNYA MENGHARGAI ARTI CINTA, DIMANA TERKADANG KITA HARUS MENGALAH UNTUK MEMENANGKAN HATINYA NAMUN TERKADANG KITA HARUS MERELAKAN KEHILANGANNYA UNTUK HAL YANG LEBIH BAIK LAGI.. JANGAN MENYERAH TERUSLAH BERJUANG SELAGI CINTAMU MASIH BISA DIPERJUANGKAN

Senin, 25 April 2016

Kehilangan Cinta

Aji merupakan kepala keluarga yang baik, begitu juga dengan istrinya Wulan. Mereka sudah menikah selama 10 tahun, dengan dikaruniai 3 orang anak (2 wanita & 1 laki-laki). Mereka sama-sama sibuk bekerja, Aji bekerja di sebuah kantor pemerintahan sedangkan Wulan di bank swasta ternama. Rumah mereka cukup besar untuk ditempati berlima. luas rumah mereka 1.000 meter, terdiri dari 2 lantai dan halaman yang tersisa seluas 500 meter lagi. Seluruh kerapian rumah dilakukan oleh 2 pembantu, 1 satpam dan 1 sopir.
Aji memang sangat sibuk dengan segala urusan kantornya, terkadang dia harus pulang hingga larut malam, namun segala aktivitas atau kerusakan dalam rumah mereka, Aji dapat melakukannya dan membetulkannya dengan baik. di saat akhir pekan dia selalu mengajak keluarganya liburan, entah itu ke tempat rekreasi atau sekedar makan di restoran.
Aji sangat bertanggung jawab dengan keadaan rumahnya. Dia selalu mengontrol pemakaian lampu saat malam. Dia sangat ingin lampu dipakai sehemat mungkin dan sesuai dengan peruntukannya. Saat malam ketika akan tidur semua lampu rumah harus dimatikan kecuali ruang tengah dan luar rumah. Hal ini Aji terapkan ke semua kamar anak-anaknya serta pekerjanya. Televisi pun tak luput dari pengontrolannya yaitu hidup jika akan ditonton saja.


Saat malam tiba dan akan keluar rumah, dia juga selalu mengecek keadaan pintu rumah, garasi dan pintu pagar apakah sudah terkunci dengan baik atau belum. Walau ada satpam dan pembantu, Aji tetap melakukannya sendiri dengan teliti, karena dia memang tidak mau mengandalkan orang lain.
Terkadang disaat hari libur, dia ikut membersihan rumput taman dan dedaunan yang gugur, ia sangat senang melakukannya. Semua tanaman di rumahnya, ia tanami dengan pohon buah-buahan, seperti buah mangga, rambutan, jeruk bali, kelapa, belimbing, jambu air, jambu klutuk, alpukat, bahkan durian pun ikut ia tanam. Aji sangat senang jika tanamannya berbuah lebat, tak jarang dia melakukan panen sendiri, kemudian dia bagikan ke tetangga, teman-teman dan saudara. Dia juga selalu menyirami tanamnnya dan memberikannya pupuk disaat senggang.

Pekarangan belakang rumah terdapat gubuk yang dia buat sendiri dari kayu dan bambu, pembuatannya dibantu satpam, sopir dan orang tua Aji. Gubuk tersebut berukuran 180cm x 220cm. Pada sebelah gubuk terdapat kolam ikan yang lumayan besar, Aji memeliharanya dari bibit hingga besar, saat panen tiba aji pasti mengajak saudara dan teman untuk datang. Biasanya mereka menjaring ikan tersebut, kemudian memanggangnya beramai-ramai. Suasana sangat meriah jika sudah kumpul-kumpul bersama.
Hari minggu pagi  biasanya Aji, istri dan ketiga anaknya sering pergi lari pagi bersama, mengelilingi komplek rumah mereka. Biasanya anak bontotnya yang laki mengikuti mereka menggunakan sepeda. Pernah suatu ketika sepeda tersebut rusak tidak bisa jalan, Aji pun dengan sigap membetulkannya. Dia ambil obeng dan kunci lainnya untuk membetulkannya. Sambil membenarkan sepeda tersebut, Aji mengajari anaknya bagaimana memperbaiki sepeda. Agar suatu saat nanti, tanpa dirinya anaknya sudah dapat membetulkannya sendiri.

Menginjak tahun pernikahan ke 15, Aji merayakan bersama istrinya bulan madu berdua ke Bali. Anak-anaknya dititipkan ke orang tua Wulan. Mereka memadu kasih berdua, seperti orang yang baru saja menikah, kemesraan mereka, kehangatan canda tawa, cerita-cerita indah mengisi hari-hari mereka yang bahagia. Tak lupa sepulangnya dari sana, mereka memberikan buah tangan kepada orang tua mereka dan anak-anaknya serta para pegawai rumahnya. 

Sebulan berlalu Aji semakin sibuk dengan rutinitas kerjanya dikantor, begitu pula dengan Wulan. Masing-masing tak ada waktu berkomunikasi, kecuali hari minggu. Saat Aji pulang kerja, Wulan sudah tidur.. Saat Wulan berangkat kerja, Aji pun masih tertidur.. 
Akhirnya cekcok semakin sering terjadi diantara mereka berdua, karena kurangnya komunikasi. Saking besarnya cekcok yang terjadi, dalam pertengkaran mereka sering terlontar kata cerai dari mulut mereka berdua. Namun niat itu sirna, saat mengingat anak-anak mereka.

Suatu malam Aji pergi bermain bulu tangkis dengan temannya. Set pertama dia dan temannya dapat memenangkan pertandingan tersebut. Namun diakhir pertandingan ia merasakan sakit di dadanya dan mukanya tampak pucat serta lemas. Teman-temannya menyarankan untuk segera ke rumah sakit. Namun Aji tidak menurutinya, dia langsung bergegas meninggalkan lapangan menuju ke rumah dengan mengendarai mobilnya sendiri. Mobil melaju dengan kecepatan sedang.
Sesampainya di rumah, Aji meminta istrinya menyiapkan air panas untuk mandi. Setelah mandi dia langsung reba'an di tempat tidur kamarnya. Istrinya menyarankan hal yang sama dengan teman-teman Aji, agar segera ke rumah sakit untuk diperiksa. Namun lagi-lagi Aji menolaknya. Saat tengah malam tiba disaat semua sudah terlelap tidur. Aji merasakan sakit yang teramat di dadanya. Mengetahui hal itu wulan langsung segera menyiapkan mobil dan membawa Aji ke rumah sakit terdekat.

Di rumah sakit Aji langsung ditangani dengan serius. Dia dirawat intensif di Unit Gawat Darurat (UGD). 2 jam lamanya Wulan menunggu di depan ruang UGD, akhirnya dokter keluar dengan mengatakan bahwa suaminya kritis. Wulan mulai panik, dia mulai menelpon keluarga Aji dan keluarganya. Semua berkumpul di depan rumah sakit. Semua berharap cemas. Namun apa boleh dikata, dokter kembali keluar memberi kabar bahwa "Aji sudah tidak ada, semoga keluarga bisa ikhlas dan tabah menerima kenyataan ini".

Wulan tertunduk lemas lalu jatuh pingsan dilantai, dengan sigapnya keluarga menggotong Wulan ke ruangan dirumah sakit tersebut, wulan tertidur di atas tempat tidur di sebelah suaminya di ruang UGD tersebut.

Pengurusan jenazah suaminya tidak memakan waktu lama. Segera jenazahnya dibawa pulang dengan menggunakan ambulan rumah sakit tersebut ke rumah Aji. Istrinya yang masih pingsan dibawa dengan menggunakan mobilnya dengan disopiri sopir pribadinya.

Keesokan harinya, Wulan sudah mulai kuat dan bisa menerima kenyataan, walau masih lemas dan tidak mau makan. Wulan terus memandangi wajah suaminya yang terbujur kaku dihadapannya. Dia teringat akan kenangan-kenangan indah bersamanya. Dia terkadang tak kuasa menahan air mata yang jatuh membasahi pipinya yang manis. Dihari itu Wulan mengenakan pakaian yang putih bersih, namun Raut wajahnya masih terlihat pucat.

Usai pemakaman, Wulan kembali jatuh pingsan di atas makam suaminya. Terlihat dia terlalu berat menanggung beban pikiran. Wulan segera dibawa pulang oleh keluarganya.

Bulanpun berganti, ia mulai mengurangi karyawannya yang tadinya 4 orang, sekarang tinggal hanya 1 orang saja. Hingga hanya tinggal pembantunya seorang, karena hanya dia pencari nafkah. Wulan menjalani aktifitas seperti biasanya dengan ke 3 anaknya. Ada aktifitas tambahan yang ia lakukan. Setiap malam ia mengontrol kunci pintu dan lampu rumahnya, yang biasanya hal ini dilakukan oleh mendiang suaminya. Di sini dia berfikir begitu besar peran Aji di rumah ini. Sulit rasanya hidup tanpa diri Aji ada disampingnya. Belum lagi dia lihat halaman yang banyak berserakan dedaunan dan rerumputan yang mulai meninggi, yang dahulu biasanya Aji ikut membantu memotongnya serta mengumpulkan dedaunan yang berserakan.

Saat di rumah dia merasa terhibur dengan keberadaan ketiga anaknya yang baik dan pintar. Anak-anaknya yang membuatnya dapat terus bertahan melanjutkan kehidupannya. Akhir pekan rutinitas lari pagi masih dilakukannya bersama anaknya. Kini anaknya yang bontot sudah dapat membetulkan sepedanya sendiri, karena ayahnya yang selalu mengajarkan anaknya saat memperbaiki sepedanya.



Anak-anaknya sudah mulai besar, namun Wulan belum dapat melupakan mendiang suaminya. Sulit rasanya dia mencari sosok pengganti suaminya. Tak ada seseorang yang bisa mengganti sosok suaminya di dalam hati Wulan. Banyak yang mendekatinya namun Wulan belum bisa sedikitpun memberi ruang dihatinya.

Walau terkadang anak-anaknya sedih melihat ibunya sendiri dan berkata "Ibu jika ingin mencari pengganti ayah, kita semua setuju kok. Asalkan dia bisa menyayangi ibu seperti ayah dulu sayang banget sama ibu dan seperti ayah yang juga sangat menyayangi kami".
Namun Wulan tetap setia menjaga cinta Aji sampai akhir hayatnya dan menuntun anak-anaknya sampai ke mahligai rumah tangga. (KK)

--- DH ---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RINGKASAN DAFTAR CERITA

                                                     DAFTAR CERITA Berikut adalah ringkasan judul cerita yang saya sudah terbitkan: CINTA PE...