Setiap hari aku harus bangun pagi menyiapkan makanan untuk bapak dan ibuku. Aku ke pasar untuk membeli makanan untuk sehari atau 2 hari ke depan. Jika tidak ada uang aku pergi ke hutan untuk mencari tumbuhan yang bisa dimakan. aku belanja tidak terlalu banyak karena keluargaku tidak memiliki kulkas, yang bisa mengawetkan dan membuat makanan tetap segar selama beberapa hari. Kami hidup sangat sederhana di sebuah desa di pinggiran hutan.
Rumahku terletak di desa terpencil, masuk pedalaman. Rumahku berhadapan dengan kebun keluarga dan sungai kecil yang airnya mengalir sangat deras dan sangat jernih. Jalan menuju desaku sangat jelek dan masih tanah, apalagi saat hujan turun.. semuanya becek dan menjadi kubangan lumpur.
Luas rumahku tidak lebih dari 50 meter, terdiri ruang keluarga, 2 kamar tidur dan dapur. lantainya hanya beralaskan tanah dengan dinding yang terbuat dari anyaman pohon bambu yang dibuat sendiri oleh bapakku. Isi rumah pun tidak banyak hanya berupa tikar untuk alas tidur, tungku kayu untuk memasak beserta peralatan memasak. Dulu sebelum ibu sakit, kita masih mempunyai televisi, radio, kursi, meja. Namun itu dijual untuk menambah biaya berobat ibu.
Walau umurku baru berusia 7 tahun namun aku yang harus mengurus semua keperluan rumah, mulai dari memasak makanan, mencuci pakaian, mencuci piring dan gelas, menyapu rumah, memandikan ibu bahkan menyuapi ibu sampai semua kegiatan ibu aku yang mengawasi. Setiap 3 hari sekali aku mencuci rambut ibu dengan sabun yang ada, karena ketidak adaan biaya untuk membeli sampo.
Pernah sesekali aku meminta dana dari pemerintah untuk perawatan ibu, hingga akhirnya pemerintah iba melihat kami dan memberikan bantuan dana yang cukup untuk kehidupan kami sebulan, disitulah kami bisa makan enak, aku membeli daging sapi atau ayam untuk kita masak.
Bapakku bekerja serabutan, lebih banyak menjadi buruh angkut kayu atau kuli bangunan atau hanya membantu ladang warga kampung yang akan panen. Bapakku sangat kuat, pekerjaan yang biasa 7 orang lakukan seharian.. ini dia bisa lakukan hanya seorang diri. Disitulah banyak orang kampung yang puas dengan pekerjaannnya. Hasil dia bekerja, lebih banyak digunakan untuk pengobatan ibu.
Yang tersulit aku lakukan adalah melarang ibu pergi ke luar rumah, ke pasar atau ke kota. Karena jika ibu berada di keramaian hanya akan membuat orang kampung takut dan aku takut ibu di lukai orang yang marah dengan tingkah laku ibuku. Aku terkadang harus menarik ibuku untuk kembali ke rumah, sering kali aku tak kuat melakukannya karena apalah aku, hanya seorang gadis kecil yang tidak memiliki tenaga besar untuk membawa ibu kembali pulang ke rumah. Terkadang juga ibu sangat mengerti jika aku ajak bicara, sehingga dengan sendirinya dia kembali pulang ke rumah.
Menurut cerita orang kampung ibuku dulunya adalah seorang kembang desa di kampung itu. Banyak orang tergila-gila oleh kecantikan wajahnya. Terlihat juga foto yang tersimpan rapi di kamar bapak, bagimana wajah ibu saat muda dulu, ibu terlihat sangat cantik pada foto tersebut. Setelah dia menikah dan mempunyai anak, dia masih bekerja sebagai buruh pabrik di kampung sebelah yang berjarak 5 kilo meter dari kampung halaman ku ini. Ibuku biasanya pergi bekerja setelah menyiapkan makanan untuk aku dan bapak. Ibu berjalan dari rumah sampai gerbang desa kemudian dilanjutkan naik angkutan umum sampai tempat kerjanya.
Waktu itu hari sudah mulai malam, bapak sudah bingung mencari ibu yang belum sampai juga ke rumah sedangkan aku baru berusia 5 tahun saat itu. Malam itu pukul 9.00 ibu sampai di depan rumah dan mengetuk pintu, hingga bapak segera membukakan pintu rumah. Di dapati ibu sudah tergeletak di depan pintu dengan darah yang sangat banyak di kepala dan bajunya. Bapak segera membersihkan tubuh ibu serta membawa ibu ke dokter ke esokan paginya, saat hari mulai terang dan banyak angkutan umum. Bapak membawa ibu dengan menggunakan grobak yang ditarik oleh sapi.
Sampai di tempat praktik dokter, Ibu diperiksa dengan teliti, Terdapat luka benturan di kepala dan luka gores ditangan dan kakinya. Dokter menyatakan jika ibu hanya trauma saja. Namun setelah ibu sadar, bapak mendapati ibu sudah linglung, tidak mengenali siapapun bahkan dia lupa tentang segala hal, yang dia ingat hanya memiliki suami, seoarang anak dan rumah. Namun terkadang hal itupun dia juga lupa. Sampai saat ini tidak ada perubahan dari ibu, obat yang diberikan hanya membuat dia lebih tenang saja.
Ibu sudah seperti anak kecil saja setiap hari yang segala kegiatannya harus dibantu. Dia hanya bisa bermain ke pasar lalu memakan makanan yang dia suka kemudian pulang saat hari akan gelap, dia duduk semau dia saja, bahkan saat pulang terlihat pakaiannya sudah sangat kotor dengan tanah. Makanan yang diambil dari pasar harus kita ganti dengan uang jika pemilik toko meminta kita menggantinya, namun walau begitu ada saja orang yang mengikhlaskannya. Yang membuat aku sangat pusing jika obat sudah habis dan bapak belum punya uang untuk membelinya. Disitu aku harus menjaga ibu baik-baik agar dia tidak mengamuk di kampung dan pasar. Terkadang aku juga menjadi amukannya karena selalu menahannya saat dia akan pergi.
Bapak setiap harinya selalu pergi keluar rumah mencari kerjaan yang bisa dia kerjakan dan menghasilkan uang. Aku pernah membantunya menebang pohon bambu di tepi hutan, setelah bapak menebang pohon bambu tersebut aku membersihkan bambu tersebut dari ranting-ranting kecil yang melekat pada bambu tersebut. Bapak menebang pohon bambu jika ada orang yang memesannya saja.
Sampai saat ini aku belum bersekolah karena keterbatasan dana, obat adalah prioritas utama di dalam kehidupan keluarga kami, agar ibu cepat sembuh seperti dahulu. Bagiku ibu adalah sosok orang yang terbaik, dihatiku asal ada seorang ibu.. itu merupakan kebahagiaan. Aku sayang sekali sama ibuku, aku ingin ibu cepat sembuh. memasak makanan yang enak untukku, menyayangiku seperti anak-anak kecil yang lain yang sangat diperhatikan oleh ibunya, aku juga berkeinginan bermain bersama ibu. Untungnya aku masih memiliki bapak yang sayang kepadaku, begitu pun aku.. aku sangat sayang kepada bapak.
Walau bapak seorang pendiam dan kurang perhatian kepadaku namun dia tidak pernah marah kepadaku jika aku salah dan dia sering bermain denganku. (KN)
-- DH --
Pernah sesekali aku meminta dana dari pemerintah untuk perawatan ibu, hingga akhirnya pemerintah iba melihat kami dan memberikan bantuan dana yang cukup untuk kehidupan kami sebulan, disitulah kami bisa makan enak, aku membeli daging sapi atau ayam untuk kita masak.
Bapakku bekerja serabutan, lebih banyak menjadi buruh angkut kayu atau kuli bangunan atau hanya membantu ladang warga kampung yang akan panen. Bapakku sangat kuat, pekerjaan yang biasa 7 orang lakukan seharian.. ini dia bisa lakukan hanya seorang diri. Disitulah banyak orang kampung yang puas dengan pekerjaannnya. Hasil dia bekerja, lebih banyak digunakan untuk pengobatan ibu.
Yang tersulit aku lakukan adalah melarang ibu pergi ke luar rumah, ke pasar atau ke kota. Karena jika ibu berada di keramaian hanya akan membuat orang kampung takut dan aku takut ibu di lukai orang yang marah dengan tingkah laku ibuku. Aku terkadang harus menarik ibuku untuk kembali ke rumah, sering kali aku tak kuat melakukannya karena apalah aku, hanya seorang gadis kecil yang tidak memiliki tenaga besar untuk membawa ibu kembali pulang ke rumah. Terkadang juga ibu sangat mengerti jika aku ajak bicara, sehingga dengan sendirinya dia kembali pulang ke rumah.
Menurut cerita orang kampung ibuku dulunya adalah seorang kembang desa di kampung itu. Banyak orang tergila-gila oleh kecantikan wajahnya. Terlihat juga foto yang tersimpan rapi di kamar bapak, bagimana wajah ibu saat muda dulu, ibu terlihat sangat cantik pada foto tersebut. Setelah dia menikah dan mempunyai anak, dia masih bekerja sebagai buruh pabrik di kampung sebelah yang berjarak 5 kilo meter dari kampung halaman ku ini. Ibuku biasanya pergi bekerja setelah menyiapkan makanan untuk aku dan bapak. Ibu berjalan dari rumah sampai gerbang desa kemudian dilanjutkan naik angkutan umum sampai tempat kerjanya.
Waktu itu hari sudah mulai malam, bapak sudah bingung mencari ibu yang belum sampai juga ke rumah sedangkan aku baru berusia 5 tahun saat itu. Malam itu pukul 9.00 ibu sampai di depan rumah dan mengetuk pintu, hingga bapak segera membukakan pintu rumah. Di dapati ibu sudah tergeletak di depan pintu dengan darah yang sangat banyak di kepala dan bajunya. Bapak segera membersihkan tubuh ibu serta membawa ibu ke dokter ke esokan paginya, saat hari mulai terang dan banyak angkutan umum. Bapak membawa ibu dengan menggunakan grobak yang ditarik oleh sapi.
Sampai di tempat praktik dokter, Ibu diperiksa dengan teliti, Terdapat luka benturan di kepala dan luka gores ditangan dan kakinya. Dokter menyatakan jika ibu hanya trauma saja. Namun setelah ibu sadar, bapak mendapati ibu sudah linglung, tidak mengenali siapapun bahkan dia lupa tentang segala hal, yang dia ingat hanya memiliki suami, seoarang anak dan rumah. Namun terkadang hal itupun dia juga lupa. Sampai saat ini tidak ada perubahan dari ibu, obat yang diberikan hanya membuat dia lebih tenang saja.
Ibu sudah seperti anak kecil saja setiap hari yang segala kegiatannya harus dibantu. Dia hanya bisa bermain ke pasar lalu memakan makanan yang dia suka kemudian pulang saat hari akan gelap, dia duduk semau dia saja, bahkan saat pulang terlihat pakaiannya sudah sangat kotor dengan tanah. Makanan yang diambil dari pasar harus kita ganti dengan uang jika pemilik toko meminta kita menggantinya, namun walau begitu ada saja orang yang mengikhlaskannya. Yang membuat aku sangat pusing jika obat sudah habis dan bapak belum punya uang untuk membelinya. Disitu aku harus menjaga ibu baik-baik agar dia tidak mengamuk di kampung dan pasar. Terkadang aku juga menjadi amukannya karena selalu menahannya saat dia akan pergi.
Bapak setiap harinya selalu pergi keluar rumah mencari kerjaan yang bisa dia kerjakan dan menghasilkan uang. Aku pernah membantunya menebang pohon bambu di tepi hutan, setelah bapak menebang pohon bambu tersebut aku membersihkan bambu tersebut dari ranting-ranting kecil yang melekat pada bambu tersebut. Bapak menebang pohon bambu jika ada orang yang memesannya saja.
Sampai saat ini aku belum bersekolah karena keterbatasan dana, obat adalah prioritas utama di dalam kehidupan keluarga kami, agar ibu cepat sembuh seperti dahulu. Bagiku ibu adalah sosok orang yang terbaik, dihatiku asal ada seorang ibu.. itu merupakan kebahagiaan. Aku sayang sekali sama ibuku, aku ingin ibu cepat sembuh. memasak makanan yang enak untukku, menyayangiku seperti anak-anak kecil yang lain yang sangat diperhatikan oleh ibunya, aku juga berkeinginan bermain bersama ibu. Untungnya aku masih memiliki bapak yang sayang kepadaku, begitu pun aku.. aku sangat sayang kepada bapak.
Walau bapak seorang pendiam dan kurang perhatian kepadaku namun dia tidak pernah marah kepadaku jika aku salah dan dia sering bermain denganku. (KN)
-- DH --
Tidak ada komentar:
Posting Komentar