Cinta

Cinta
SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA "DODHY HANDAYADI".. SELAMAT MEMBACA.. SEMOGA BISA MENJADI PELAJARAN BUAT KITA SEMUA.. PENTINGNYA MENGHARGAI ARTI CINTA, DIMANA TERKADANG KITA HARUS MENGALAH UNTUK MEMENANGKAN HATINYA NAMUN TERKADANG KITA HARUS MERELAKAN KEHILANGANNYA UNTUK HAL YANG LEBIH BAIK LAGI.. JANGAN MENYERAH TERUSLAH BERJUANG SELAGI CINTAMU MASIH BISA DIPERJUANGKAN

Jumat, 21 Desember 2018

Cinta Setelah Dia Tak Lagi Bersama

Aku seorang wanita yang telah memiliki seorang pacar, kami berpacaran sudah cukup lama yaitu 4 tahun. Disaat usiaku 24 tahun, keluargaku memanggilku untuk membicarakan mengenai pernikahanku di ruangan keluarga. Aku senang sekali mamaku membicarakan hal ini, namun setelah memasuki pembicaraan, aku baru mengetahui bahwa aku akan dijodohkan dengan seorang pria yang masih satu keluarga jauh dari mamaku. 
Awalnya aku menolak mengenai perjodohan ini, namun semua keluarga memaksaku untuk berkenalan dulu dengannya. Seminggu kemudian keluargaku dan keluarganya mempertemukan ku dengannya di rumahku. Yang ku lihat darinya adalah sosok pria yang tegap, lumayan ganteng dan sopan. Tak banyak yang aku tanyakan dengannya, kecuali masalah pendidikan dan pekerjaannya, yang ku tangkap dari obrolan kami berdua dia juga sudah memiliki rumah dan kendaraan berupa mobil dan motor sendiri. Tak heran karena memang jabatan dalam pekerjaannya sangat bagus dan pendidikannya juga sangat tinggi.
Banyak hal yang membuat ku akhirnya luluh dan meng-iyakan kemauan keluargaku, disamping suasana hari ini yang sangat ceria, terlihat dari semua keluargaku yang hadir mereka tertawa lepas dengan senyum yang lebar dan saling melemparkan candaan. 
3 bulan dari pertemuan itu kami menikah, Aku yang memang tidak mencintainya selalu memandang sinis dirinya. Syukurnya dia bisa mengerti aku dan lebih banyak diam saat aku marah dengannya. Aku selalu dimanjanya hingga apa yang aku suruh selalu dia turuti. Terlebih lagi setelah aku mengandung anaknya, semua pekerjaan rumah kebanyakan dia yang mengerjakan walau memang kita sudah mempunyai asisten rumah tangga.
Aku sangat tidak senang mengenai kehamilan ini, karena aku tidak menghendaki keadaan ini, hingga terkadang terbersit untuk keluar dari rumah dan meninggalkan seluruh keluargaku. Aku sering mengancam suami ku saat aku marah, aku mengancam akan pergi dari rumah. Hal ini akhirnya tidak aku lakukan, hingga aku melahirkan sepasang anak kembar. 
Keluargaku sangat bahagia sekali melihat kelahiran anak-anakku. Terlebih sekali suamiku, dia sangat bangga dan bahagia. Aku yang memang biasa saja melihat kelahiran ini, ada yang melihat bahwa aku tak bahagia melihat anakku lahir, namun mereka bisa menjawab sendiri tanpa harus aku katakan. 'Mungkin Febi masih lelah dan sakit setelah melahirkan, berhubung kan yang dilahirkan 2 orang anak, berat badan anaknya pun besar-besar.
Berjalannya hari, kedua bayiku lebih banyak diurus oleh pengasuh bayi, suami dan mamaku. Aku memang masih tinggal bersama dengan orang tuaku, aku yang memang tidak mau tinggal di rumah yang sudah lama dimiliki oleh suamiku. Aku selalu cuek dengan bayi ku bahkan aku tak mau menyusuinya karena banyak pembicaraan teman-temanku diluar sana dan ketakutanku mengenai payudaraku. Melihat hal ini orang tuaku sangat marah kepadaku, namun aku selalu tak peduli dengan nasehat mamaku sendiri. Sampai terkadang suami ku mendengar pertengkaranku dengan mamaku dan dia yang mendamaikannya. Terdengar mamaku sering bilang ke bapak dari anak-anakku 'kamu jangan manjain istri kamu, jangan belain di terus biar dia gak besar kepala, selama ini mama telah salah mendidik dia. Ternyata dia belum mengerti arti sebuah perkawinan dan keluarga. Mama pikir dia sudah cukup umur untuk menikah dan sudah dewasa'.
Semakin hari aku semakin cuek dengan anak-anakku serta suami yang seharusnya aku perhatikan dan aku sayangi. Namun suamiku tetap sabar menghadapi sifatku ini. Setelah anakku sudah mulai besar aku baru mau pindah ke rumah pribadi suamiku. Aku tinggal di sana berempat dengan satu orang asisten rumah tangga, jadi serumah kami ada 5 orang. Orang tuaku setidaknya sebulan sekali pasti mengunjungiku.
15 tahun sudah aku menikah, sifatku masih seperti waktu aku gadis dulu, aku masih suka berbelanja barang-barang mewah, ke salon untuk perawatan diri dan berkumpul dengan teman-temanku dalam waktu yang lama.
Suatu ketika saat aku akan melakukan pembayaran setelah perawatan di sebuah salon, aku lupa membawa dompet. Memang petugas kasirnya sudah sangat mengenal aku, dia mengatakan besok-besok juga gak apa-apa bayarnya. Namun aku tetap ingin membayar saat itu juga. Diluar hujan sangat deras, aku malas kembali ke rumah bolak - balik menggunakan mobil hanya untuk mengambil dompet. Sehingga aku terfikir untuk menelepon suamiku untuk mengambil dompetku di dalam kamar rumah. 
Saat menelepon tersebut suamiku sebenarnya sedang sibuk namun karena aku memaksa dia akhirnya meng-iyakan.

 Hasil carian imej untuk ‪salon‬‏

Lama aku menunggu ke datangan suamiku, hingga terasa perutku sangat lapar, Sampai hari sudah mulai sore suami ku juga belum tiba di salon, hingga akhirnya Handphone ku berbunyi. Terlihat di layar mamaku meneleponku.

     "Febi.. kamu di mana?"

     "Ada apa mah.. kok kayaknya nada suaranya gelisah sekali?"

     "Emang kamu belum tahu! kalau suami kamu kecelakaan. Cepat kamu pergi ke rumah sakit, suami kamu sudah di bawa ke sana sejam yang lalu"

Aku panik, bingung, lemas dan tak tahu harus berbuat apa. Yang aku lakukan saat itu hanya berbicara kepada petugas kasir 'meminta untuk pembayarannya ditunda' dan pamit untuk segera ke rumah sakit. Ku pacu mobilku segera dengan pikiran yang sangat kacau.
Sampai di rumah sakit, ku lihat suami ku sudah terbujur kaku di atas tempat tidur. Menurut informasi yang ku dapat dari orang yang menolong suamiku, bahwa 'saat suamiku menyetir kendaraan, kendaraan tersebut mengerem mendadak dan sempat ke tepi jalan hingga akhirnya menabrak trotoar, saat itu jalanan memang sepi dan sangat licin karena hujan deras yang turun sejak siang hari. Saat kejadian itu kami mengetuk pintu dan bapak masih sempat membuka kunci dan saya langsung mengambil kendali sopir, kemudian bapak dipindahkan ke belakang. Saat perjalanan bapak masih bicara segera bawa saya ke rumah sakit dan tolong bilang istri saya yang sedang ada di salon 1 km dari tempat kejadian. Kemudian sampai di rumah sakit bapak sudah diam dan dinyatakan meninggal saat sampai di ruang IGD (Instalasi Gawat Darurat).
Aku sedih sekali akan hal ini, coba aku tidak menelponnya tadi, mungkin ini tak kan terjadi. Keluargaku semua menenangkanku. Mereka tak tahu jika ini bermula dari kesalahanku.
Dua minggu setelah penguburan, aku mulai bingung harus bagaimana, siapa yang akan menanggu seluruh biaya pendidikan anak-anakku, listrik, telepon dan makan kami. Sudah lama juga aku sudah tidak bekerja, akupun bingung harus bagaimana melamar ke sebuah perusahaan dan umur ku juga tidak muda lagi, apakah ada perusahaan yang akan menerima ku. Aku pusing sekali memikirkan semuanya. Selama ini aku hanya foya-foya, kumpul-kumpul dengan teman dan tidak perhatian dengan keluarga. Sudah 2 bulan aku memakai uang tabungan ku yang sudah hampir habis, aku pun belum juga bekerja.

Hasil carian imej untuk ‪sedih meratapi kesalahan kehilangan suami‬‏

Hingga akhirnya seorang pengacara datang menemuiku di rumah, dia mengatakan bahwa pengacara dari suami ku. Dia menyuruku menyiapkan dokumen-dokumen kematian dan data kelengkapan dari suamiku, akupun sibuk mencari dokumen yang tidak tahu ada di mana. Namun aku temukan di dalam berangkas, di dalamnya ada tulisan dari suamiku.

     "Istriku.. maafkan aku selama ini belum bisa membahagiakanmu, ini adalah semua berkas kelengkapan yang aku sudah siapkan untuk kamu mengurus ke pengacaraku setelah aku sudah tidak ada lagi di dunia. Maaf kalau sudah merepotkanmu, aku yakin kamu bingung harus bagaimana. Maka dari itu aku berinisiatif menyiapkannya untukmu, supaya kamu gampang dan tidak bingung"

Membaca sedikit tilisan darinya, aku sangat sedih. Sebegitu besar cintanya kepadaku hingga dia tidak mau membuat aku susah. Aku langsung membawa berkas tersebut dan foto copy surat kematiannya yang memang sudah ada di atas meja kamar. Banyak yang dijelaskan oleh pengecara suamiku.

     "Bu.. Sebelum meninggal bapak sudah banyak bercerita mengenai ibu.. Dia bilang 'istri saya cantik sekali, dia tidak biasa mandiri dan saya yakin dia juga membutuhkan biaya yang banyak untuk melanjutkan hidupnya beserta kedua anak-anakku. Aku tidak mau menyusahkan dia, aku mau dia memberikan pendidikan terbaik untuk anak-anakku dan mereka bisa melanjutkan kehidupan seperti biasanya'. Dia meninggalkan warisan yang banyak buat ibu.. Bapak menitipkan sertifikat rumah ini kepada saya dan sudah mengganti namanya menjadi nama ibu, Tanah yang di Bogor seluas 1 Ha, Perusahaan tekstil di karawang yang juga diserahkan untuk ibu pimpin serta uang di tabungan bapak sebesar 10 Milyar."

     "Dari mana bapak punya uang dan perusahaan?" saya bertanya sambil menangisi tentang kebaikan-kebaikan suamiku ini

     "Saat bapak bekerja, bapak menyisihkan uangnya dan sedikit demi sedikit membangun perusahaannya di karawang. Ini semua dia siapkan karena dia sayang dengan ibu dan tidak mau menyusahkan ibu dan anak-anaknya"

     "Terima kasih ya pak, sudah membantu saya dan suami saya, saya harus tanda tangan di mana?"

     "Di sini saja bu hanya surat bukti penyerahan saja kok yang harus ditandatangani"

Setelah itu, aku pergi ke kamar menaruh bekas tersebut. Aku melangkah menuju tempat tidurku bersama suamiku dulu, aku tiduran di atasnya dan terbayang akan kebodohan ku saat bersamanya dulu. Dulu aku tidak perduli suamiku kerja pakai baju apa, celana apa, semua sudah disiapkan pembantu. Begitupun dengan makanannya, saat dia pulang malam dia memasak mie instan tanpa aku peduli. Saat dia sakit aku hanya bisa memarahinya dan dia pergi ke dokter sendiri. Berbanding terbalik dengan dia yang sudah menyiapkan segalanya untuk aku dan anak-anakku.
Kenapa aku waktu itu begitu bodoh, tidak bisa mencintainya sedikitpun. Tetapi disaat dia sudah tidak ada aku baru sadar betapa dia sangat mencintaiku dan akupun mulai mencintainya dan tak akan berhenti mencintainya sampai akhir hidupku. Aku tidak mungkin mencari pengganti dirinya dan tak yakin ada seseorang yang sebaik dirinya.

 Hasil carian imej untuk ‪sedih meratapi kesalahan kehilangan suami‬‏

Saat anak-anakku sudah mulai dewasa dan siap akan menikah dia berkata kepadaku.

     "Ibu hebat sudah lama ayah meninggal, namun ibu masih sangat mencintainya dan tidak mau mencari pengganti ayah di hati ibu"

     "Iya nak, kamu harus menjadi seperti ayah kamu.. yang selalu mencantai ibu bahkan teramat sangat mencintai ibu. Sayangilah istrimu kelak dan jangan sekali-kali kamu memarahi atau menyakiti istri kamu. Seperti yang dilakukan ayahmu kepada ibu"

     "Iya bu, aku akan ingat pesan dan nasehat dari ibu tersebut. Karena ibu sudah berulang-ulang kali mengatakannya kepada kami. Terima kasih bu, sudah mendidik dan menjaga kami dengan baik."

Aku yang selalu dilanda kesedihan dan sangat mencintaimu setelah kamu tiada dan sampai nanti ajal memjemputku aku akan tetap mencintaimu. Maafkan aku Tuhan dan maafkan aku juga wahai suamiku yang jauh disana. Semoga kita dipertemukan nanti di surganya Allah.. (KS)

-- DH --

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RINGKASAN DAFTAR CERITA

                                                     DAFTAR CERITA Berikut adalah ringkasan judul cerita yang saya sudah terbitkan: CINTA PE...