September 2016, aku harus meninggalkan negara Amerika untuk kembali ke tanah kelahiranku yaitu negara Indonesia. Perjalanan yang panjang selama lebih dari 30 jam aku harus lalui dan pesawatku juga harus transit terlebih dahulu. Aku kangen sekali dengan negara tercintaku ini, dari makanannya yang khas dan pesona pemandangannya yang memang sangat indah. Ingin rasanya cepet sampai di Jakarta, menghirup udara kota Jakarta.
Sesampainya di Jakarta, aku langsung menggunakan taxi menuju tempat tinggalku di daerah Lenteng Agung (Jakarta Selatan). Turun dari taksi aku melihat sekeliling rumahku yang sudah begitu padat dengan rumah-rumah mewah. Dari depan pintu pagar kulihat mama dan papaku sudah menunggu di kursi teras rumah dengan ke 2 adikku serta keluarga terdekatku. Ku salami semua yang ada dan berbincang mengenai kabar mereka dan kesehatan mereka.
Yang ku ingat saat itu aku sangat lapar sekali, hingga akhirnya aku diarahkan menuju meja makan. Ternyata mamaku sudah banyak sekali masak dengan lauk khas Indonesia yaitu soto ayam, tempe dan tahu goreng serta sambal limau khas buatan mamaku. Aku merasa bahagia bisa dekat lagi dengan seluruh keluarga besarku.
Seminggu sudah aku berada di Jakarta, aku mulai mencari waktu untuk membuat surat lamaran. Aku berencana secepatnya bekerja di perusahaan yang sesuai dengan kemampuanku. Semua lamaran kerja ku kirimkan melalui alamat email HRD perusahaan yang memang sedang membutuhkan karyawan. Sudah 2 minggu aku menanti kabar dan sudah ratusan email yang aku kirim, akhirnya aku dipanggil juga di perusahaan BUMN.
Seperti halnya para pembaca di sini, aku mengalami test pesikotes, tes kemampuan dan wawancara. Hingga akhirnya aku diterima menjadi staff administrasi. Di bagian unit kerjaku kebanyakan karyawan adalah wanita, bisa dikatakan sekitar 90% wanita. Hari pertama aku masuk kerja, aku dikenalkan oleh atasanku kepada seluruh karyawan yang ada di ruangan kerjaku kemudian mengenai daftar pekerjaan yang harus aku kerjakan pada setiap harinya.
Seminggu di kantor, aku mulai akrab dengan beberapa orang di sana, namun yang aku bingung mengenai tempat makan di sekitar kantorku. Selama ini aku selalu membawa makanan dari rumah dan makan di ruang kerja bersama yang lainnya. Hari senin di minggu berikutnya aku kebingungan akan mencari makan di mana. Siang itu jam 11.50, aku turun menggunakan lift dari lantai 20. Saat di lobi aku bingung harus berjalan ke arah mana, hingga akhirnya aku berjalan ke jalan besar dan melihat di sekelilingku apakah ada penjual makanan atau restoran. Saat kebingungan itu, ada seseorang yang menepuk pundakku, ku lihat ke belakang ternyata seorang lelaki yang kelihatannya satu ruangan kerja denganku.
"Hai, Lin.. mau kemana? kayak orang bingung gitu sih?"
"Hai, enggak kok.. aku lagi cari tempat makan ni.."
"Oh, lagi bingung cari tempat makan toh. Ikut sama aku aja yuk"
"Makan di mana?"
"Ada di belakang kantor, yuk ikutin aku aja"
Aku berjalan disampingnya, melewati jalanan lebar di samping kantor namun jalan tersebut sangat sepi dan buntu, di kiri kanan jalan hanya ada seng sepanjang jalan tersebut. Perasaanku agak takut saat berjalan hingga ujung gang terlihat pintu kecil, dibukalah pintu tersebut oleh Erik. Di balik pintu tersebut ku lihat banyak sekali tempat makan di sepanjang jalan yang lumayan besar serta jalanannya pun ramai dengan kendaraan, letaknya persis di belakang kantor ku. Erik langsung mengajak aku makan di sebuah warteg besar dengan menu makanan yang banyak pula.
"Linda cobain deh makanan disini enak-enak kok. Kalau gak biasa setidaknya makan sekali ini saja. dari pada kelaparan"
"Ah, kamu bisa aja Rik, ya sudah kali ini aku ikut kamu aja"
Seperti halnya para pembaca di sini, aku mengalami test pesikotes, tes kemampuan dan wawancara. Hingga akhirnya aku diterima menjadi staff administrasi. Di bagian unit kerjaku kebanyakan karyawan adalah wanita, bisa dikatakan sekitar 90% wanita. Hari pertama aku masuk kerja, aku dikenalkan oleh atasanku kepada seluruh karyawan yang ada di ruangan kerjaku kemudian mengenai daftar pekerjaan yang harus aku kerjakan pada setiap harinya.
Seminggu di kantor, aku mulai akrab dengan beberapa orang di sana, namun yang aku bingung mengenai tempat makan di sekitar kantorku. Selama ini aku selalu membawa makanan dari rumah dan makan di ruang kerja bersama yang lainnya. Hari senin di minggu berikutnya aku kebingungan akan mencari makan di mana. Siang itu jam 11.50, aku turun menggunakan lift dari lantai 20. Saat di lobi aku bingung harus berjalan ke arah mana, hingga akhirnya aku berjalan ke jalan besar dan melihat di sekelilingku apakah ada penjual makanan atau restoran. Saat kebingungan itu, ada seseorang yang menepuk pundakku, ku lihat ke belakang ternyata seorang lelaki yang kelihatannya satu ruangan kerja denganku.
"Hai, Lin.. mau kemana? kayak orang bingung gitu sih?"
"Hai, enggak kok.. aku lagi cari tempat makan ni.."
"Oh, lagi bingung cari tempat makan toh. Ikut sama aku aja yuk"
"Makan di mana?"
"Ada di belakang kantor, yuk ikutin aku aja"
Aku berjalan disampingnya, melewati jalanan lebar di samping kantor namun jalan tersebut sangat sepi dan buntu, di kiri kanan jalan hanya ada seng sepanjang jalan tersebut. Perasaanku agak takut saat berjalan hingga ujung gang terlihat pintu kecil, dibukalah pintu tersebut oleh Erik. Di balik pintu tersebut ku lihat banyak sekali tempat makan di sepanjang jalan yang lumayan besar serta jalanannya pun ramai dengan kendaraan, letaknya persis di belakang kantor ku. Erik langsung mengajak aku makan di sebuah warteg besar dengan menu makanan yang banyak pula.
"Linda cobain deh makanan disini enak-enak kok. Kalau gak biasa setidaknya makan sekali ini saja. dari pada kelaparan"
"Ah, kamu bisa aja Rik, ya sudah kali ini aku ikut kamu aja"
"Silahkan, kamu duluan deh yang pesan"
"Oke"
Aku bingung melihat lauk yang di sajikan di sana, hingga aku memilih ayam goreng saja, sayur sop dan sambel. Hal berbeda dengan Erik dia ku lihat memilih menu yang sangat sederhana yaitu tempe orek, sambel kentang yang dipotong kotak-kotak, usus goreng serta kikil. Tadinya aku tidak tahu apa nama makanan yang dia makan, namun setelah dia akan memakannya dia menjelaskan kepadaku dulu nama makanan yang belum pernah aku lihat tersebut.
Dia memberikan ku orek ke dalam piringku, sambil dia berkata
"Maaf ya Lin, kamu harus coba ni tempe oreknya. ini menu terenak di sini"
"Enggak usah Rik, besok kalau ke sini lagi aku akan coba"
"Tapi aku maksa boleh ya.. maaf lo"
Akhirnya aku menerimanya dan langsung mencobanya, dan memang benar rasanya sangat istimewa manis, asin dan gurihnya sangat pas di lidah. Dalam hati 'ini pas buat menu gua besok'. Usai makan Erik banyak cerita mengenai tempat makan ini, yang ternyata menjadi tempat makan kesukaannya saat bekerja di kantor. Hari itu Erik membayariku makan, walau sudah sekuat tenaga aku tolak, namun sekuat tenaga juga dia mau membayariku makan hingga aku hanya bisa berucap 'terima kasih ya Rik'.
Pengalaman hari ini sangat ku ingat, sampai saat aku berada di dalam bus TransJakarta dan saat akan tidur, masih terbayang akan kejadian tadi siang. Besok paginya aku sudah disiapkan ibuku makan untuk aku bawa ke kantor.
"Lin, mama sudah siapkan untuk makan siang kamu nanti di kantor yah"
"Gak usah mah.. aku makan di restoran dekat kantor aja, menu makanan di sana banyak dan enak-enak kok. Walau masih enakan masakan mama sih"
"Kok tumben sih, kemarin kamu marah-marah saat tidak mama siapkan makan, sekarang malah nolak makanan mama"
"Bukannya nolak, kalau kemarin aku marah karena aku belum tahu tempat makan di sekitar kantor, sekarang mah sih aku sudah tau"
Aku pergi meninggalkan rumah dengan berpamitan dengan ke dua orang tua ku. Sampai di kantor jam masih menunjukkan pukul 8 kurang, aku masih bisa dandan dulu di toilet dan menyiapkan berkas yang akan ku kerjakan. Seperti halnya kemarin saat makan siang aku langsung ke tempat makan kemarin, aku celingak-celinguk mencari Erik namun tidak aku dapatkan di tempat itu hingga aku akhirnya selesai makan, dia baru datang dan langsung menegurku.
"Waduh, sudah selesai aja Lin!"
"Iya nih, kok baru makan kamu?"
"Iya baru habis meeting dengan bos.. tuh piring bersih amat! kayaknya dah cocok makan disini ya atau memang lagi keleparan! hehehe.. becanda Lin" sambil tersenyum lebar..
"Iya nyobain orek dan menu kamu kemarin, ternyata enak banget"
"Tunggu yah, aku pesan dulu"
Erik langsung maju untuk memesan makanan, sambil dia makan kami sambil bercerita banyak dengannya. Kamipun kembali ke kantor bersama.
Kami semakin sering makan siang bersama bahkan kami sering janjian keluar kantor bersama, pernah aku disuruh pesan menu semur jengkol, sempat menolak karena takut rasanya aneh, namun setelah aku rasakan 'seperti makan kentang saja dan rasa manis kecapnya pas banget'. Kemudian saat libur hari minggu aku coba membeli nasi uduk dekat rumah dan ternyata ada menu semur jengkol juga, aku coba membelinya karena aku pikir di kantorkan rasanya enak dan empuk seperti kentang. Namun yang ini rasanya beda, rasa khas jengkolnya kerasa banget dan masih bau khas jengkolnya. Yah begitulah.. ternyata beda yang masak beda juga rasanya.
Tak terasa sudah setengah tahun aku bekerja di sana, aku dan Erik sudah sangat dekat. Bahkan sudah seminggu terakhir aku selalu pulang bareng menggunakan motor Erik sampai depan Halte taman Lenteng Agung (seberang kampus IISIP).
Ke dekatan kami berdua, semakin lama semakin menjadi omongan orang seruangan kerjaku, namun kami cuek saja karena kami memang benar tidak ada hubungan apa-apa kecuali pertemanan. Pekerjaanku lancar-lancar saja dan baik, atasanku puas dengan hasil kerjaku selama satu tahun ini. Namun ada hubungan ku dengan teman sekelilingku yang tidak enak. Mereka banyak berpandangan sinis terhadapku. Aku yang merasa tidak sangup mendengarkan omongan mereka akhirnya berusaha menjauh dengan Erik mulai dari membawa makan siang dari rumah dan tidak pulang bareng lagi dengan Erik.
Sebulan lamanya aku berbuat begitu, sampai akhirnya Erik berbicara banyak lewat WA (WhatsApp). Dia berkata 'coba lihat sebulan ini, mereka tetap saja membicarakanmu padahal kita sudah tidak dekat lagi, itu berarti mereka hanya mencari bahan omongan saja. Karena kamu cantik dan aku ganteng mereka jadi iri melihatnya'. Setelah ku pikir-pikir lagi omongan di dalam WA Erik 'ada benarnya juga perkataannya' hingga akhirnya kita berdekatan kembali, bahkan semakin dekat karena berangkatpun kami bareng.
Aku tahu Erik sudah mempunyai istri dan seorang anak laki-laki. Tak ada rasa spesial di hatiku mengenai dia, kecuali hanya teman makan siang bareng, teman curhat di WA dan teman pergi pulang bareng karena kita searah, dia pulang ke Depok sedangkan aku Lenteng Agung.
Memasuki tahun kedua, pembicaraan di kantor semakin lebar bahkan sampai ke lantai-lantai lain bahkan atasanku pun sampai memanggilku dan mengingatkanku. Aku semakin bingung harus bersikap apa.. dan harus bilang apa lagi hingga mereka percaya bahwa aku juga seperti mereka yang hanya berteman saja. Memang Erik semakin dekat denganku bahkan dia sering menanyakan di WA 'sudah sampai rumah belum?'.
Aku sempat sakit memikirkan hal ini, 3 hari lamanya aku istirahat di rumah, diapun di hari ke dua sempat mampir ke rumah menanyakan keadaanku membawakan aku buah.
"Lin, gimana sudah enakan? kamu sakit apa sih? Nih aku bawakan buah"
"Makasih ya Rik.. kamu gak usah repot-repot"
"Enggak kok, aku kan cuma sambilan lewat saja saat pulang kantor"
"Sekali lagi terima kasih ya Rik"
Erik tidak lama berada di rumahku, dia segera pamit karena sudah maghrib.
Dia beranjak pulang dan aku terus berfikir 'bagaimana untuk mengembalikan suasana kantor menjadi nyaman kembali'. Hingga akhirnya aku benar-benar menjauh darinya, Erik pun memahami maksudku. Saat bener-benar jauh darinya aku merasa ada yang hampa dalam diriku dan seperti ada yang hilang saja. Mungkin cara bicara dia berbeda dengan teman perempuan di kantorku.
"Oke"
Aku bingung melihat lauk yang di sajikan di sana, hingga aku memilih ayam goreng saja, sayur sop dan sambel. Hal berbeda dengan Erik dia ku lihat memilih menu yang sangat sederhana yaitu tempe orek, sambel kentang yang dipotong kotak-kotak, usus goreng serta kikil. Tadinya aku tidak tahu apa nama makanan yang dia makan, namun setelah dia akan memakannya dia menjelaskan kepadaku dulu nama makanan yang belum pernah aku lihat tersebut.
Dia memberikan ku orek ke dalam piringku, sambil dia berkata
"Maaf ya Lin, kamu harus coba ni tempe oreknya. ini menu terenak di sini"
"Enggak usah Rik, besok kalau ke sini lagi aku akan coba"
"Tapi aku maksa boleh ya.. maaf lo"
Akhirnya aku menerimanya dan langsung mencobanya, dan memang benar rasanya sangat istimewa manis, asin dan gurihnya sangat pas di lidah. Dalam hati 'ini pas buat menu gua besok'. Usai makan Erik banyak cerita mengenai tempat makan ini, yang ternyata menjadi tempat makan kesukaannya saat bekerja di kantor. Hari itu Erik membayariku makan, walau sudah sekuat tenaga aku tolak, namun sekuat tenaga juga dia mau membayariku makan hingga aku hanya bisa berucap 'terima kasih ya Rik'.
Pengalaman hari ini sangat ku ingat, sampai saat aku berada di dalam bus TransJakarta dan saat akan tidur, masih terbayang akan kejadian tadi siang. Besok paginya aku sudah disiapkan ibuku makan untuk aku bawa ke kantor.
"Lin, mama sudah siapkan untuk makan siang kamu nanti di kantor yah"
"Gak usah mah.. aku makan di restoran dekat kantor aja, menu makanan di sana banyak dan enak-enak kok. Walau masih enakan masakan mama sih"
"Kok tumben sih, kemarin kamu marah-marah saat tidak mama siapkan makan, sekarang malah nolak makanan mama"
"Bukannya nolak, kalau kemarin aku marah karena aku belum tahu tempat makan di sekitar kantor, sekarang mah sih aku sudah tau"
Aku pergi meninggalkan rumah dengan berpamitan dengan ke dua orang tua ku. Sampai di kantor jam masih menunjukkan pukul 8 kurang, aku masih bisa dandan dulu di toilet dan menyiapkan berkas yang akan ku kerjakan. Seperti halnya kemarin saat makan siang aku langsung ke tempat makan kemarin, aku celingak-celinguk mencari Erik namun tidak aku dapatkan di tempat itu hingga aku akhirnya selesai makan, dia baru datang dan langsung menegurku.
"Waduh, sudah selesai aja Lin!"
"Iya nih, kok baru makan kamu?"
"Iya baru habis meeting dengan bos.. tuh piring bersih amat! kayaknya dah cocok makan disini ya atau memang lagi keleparan! hehehe.. becanda Lin" sambil tersenyum lebar..
"Iya nyobain orek dan menu kamu kemarin, ternyata enak banget"
"Tunggu yah, aku pesan dulu"
Erik langsung maju untuk memesan makanan, sambil dia makan kami sambil bercerita banyak dengannya. Kamipun kembali ke kantor bersama.
Kami semakin sering makan siang bersama bahkan kami sering janjian keluar kantor bersama, pernah aku disuruh pesan menu semur jengkol, sempat menolak karena takut rasanya aneh, namun setelah aku rasakan 'seperti makan kentang saja dan rasa manis kecapnya pas banget'. Kemudian saat libur hari minggu aku coba membeli nasi uduk dekat rumah dan ternyata ada menu semur jengkol juga, aku coba membelinya karena aku pikir di kantorkan rasanya enak dan empuk seperti kentang. Namun yang ini rasanya beda, rasa khas jengkolnya kerasa banget dan masih bau khas jengkolnya. Yah begitulah.. ternyata beda yang masak beda juga rasanya.
Tak terasa sudah setengah tahun aku bekerja di sana, aku dan Erik sudah sangat dekat. Bahkan sudah seminggu terakhir aku selalu pulang bareng menggunakan motor Erik sampai depan Halte taman Lenteng Agung (seberang kampus IISIP).
Ke dekatan kami berdua, semakin lama semakin menjadi omongan orang seruangan kerjaku, namun kami cuek saja karena kami memang benar tidak ada hubungan apa-apa kecuali pertemanan. Pekerjaanku lancar-lancar saja dan baik, atasanku puas dengan hasil kerjaku selama satu tahun ini. Namun ada hubungan ku dengan teman sekelilingku yang tidak enak. Mereka banyak berpandangan sinis terhadapku. Aku yang merasa tidak sangup mendengarkan omongan mereka akhirnya berusaha menjauh dengan Erik mulai dari membawa makan siang dari rumah dan tidak pulang bareng lagi dengan Erik.
Sebulan lamanya aku berbuat begitu, sampai akhirnya Erik berbicara banyak lewat WA (WhatsApp). Dia berkata 'coba lihat sebulan ini, mereka tetap saja membicarakanmu padahal kita sudah tidak dekat lagi, itu berarti mereka hanya mencari bahan omongan saja. Karena kamu cantik dan aku ganteng mereka jadi iri melihatnya'. Setelah ku pikir-pikir lagi omongan di dalam WA Erik 'ada benarnya juga perkataannya' hingga akhirnya kita berdekatan kembali, bahkan semakin dekat karena berangkatpun kami bareng.
Aku tahu Erik sudah mempunyai istri dan seorang anak laki-laki. Tak ada rasa spesial di hatiku mengenai dia, kecuali hanya teman makan siang bareng, teman curhat di WA dan teman pergi pulang bareng karena kita searah, dia pulang ke Depok sedangkan aku Lenteng Agung.
Memasuki tahun kedua, pembicaraan di kantor semakin lebar bahkan sampai ke lantai-lantai lain bahkan atasanku pun sampai memanggilku dan mengingatkanku. Aku semakin bingung harus bersikap apa.. dan harus bilang apa lagi hingga mereka percaya bahwa aku juga seperti mereka yang hanya berteman saja. Memang Erik semakin dekat denganku bahkan dia sering menanyakan di WA 'sudah sampai rumah belum?'.
Aku sempat sakit memikirkan hal ini, 3 hari lamanya aku istirahat di rumah, diapun di hari ke dua sempat mampir ke rumah menanyakan keadaanku membawakan aku buah.
"Lin, gimana sudah enakan? kamu sakit apa sih? Nih aku bawakan buah"
"Makasih ya Rik.. kamu gak usah repot-repot"
"Enggak kok, aku kan cuma sambilan lewat saja saat pulang kantor"
"Sekali lagi terima kasih ya Rik"
Erik tidak lama berada di rumahku, dia segera pamit karena sudah maghrib.
Dia beranjak pulang dan aku terus berfikir 'bagaimana untuk mengembalikan suasana kantor menjadi nyaman kembali'. Hingga akhirnya aku benar-benar menjauh darinya, Erik pun memahami maksudku. Saat bener-benar jauh darinya aku merasa ada yang hampa dalam diriku dan seperti ada yang hilang saja. Mungkin cara bicara dia berbeda dengan teman perempuan di kantorku.
Selama 12 tahun lamanya aku berada di negeri orang, sampai akhirnya aku menamatkan S2 ku di sana. Negara Indonesia yang sudah aku tinggalkan sejak akan masuk ke SMP (Sekolah Menengah Pertama), membuat aku tidak mempunyai banyak teman terutama teman laki-laki. Tetangga aku pun banyak yang tidak mengenaliku. Banyak juga lelaki yang merasa bahwa aku terlalu cantik sehingga mereka enggan dekat denganku, mungkin mereka takut aku cuekin atau gimana aku tak tahu. Teman lelaki kebanyakan berasal dari saudara bapak dan ibuku saja.
Semakin lama waktu berjalan dan jauh dari Erik, aku semakin teringat dan terbayang saat dekat dengannya. Hingga akhirnya aku terlalu pusing dengan keadaan ini dan memutuskan berhenti dari perusahaan. Agar aku benar-benar bisa jauh dengannya dan tidak melihatnya lagi. Sosoknya sangat ku kagumi, kedekatan dengannya, cara bicaranya, canda tawanya yang membuatku kagum dengannya. Namun aku harus tahu diri dan ingat bahwa 'Dia sudah ada yang punya dan tak ada kata lain selain menjauh'.
Setelah surat pengunduran diriku ke perusahaan aku diberikan, aku diberikan waktu satu bulan untuk menyelesaikan sisa pekerjaanku.
Ke luar dari sana aku istirahat di rumah dahulu, baru akhirnya aku berkutat kembali dengan lamaran-lamaran kerja. Saat ini aku sudah bekerja kembali di Perusahaan minyak negara. Pengalaman yang lalu sangat aku pegang, hingga berteman dengan laki-laki saja aku lebih selektif dan berusaha berteman dengan semua orang. (KK)
-- DH --
Semakin lama waktu berjalan dan jauh dari Erik, aku semakin teringat dan terbayang saat dekat dengannya. Hingga akhirnya aku terlalu pusing dengan keadaan ini dan memutuskan berhenti dari perusahaan. Agar aku benar-benar bisa jauh dengannya dan tidak melihatnya lagi. Sosoknya sangat ku kagumi, kedekatan dengannya, cara bicaranya, canda tawanya yang membuatku kagum dengannya. Namun aku harus tahu diri dan ingat bahwa 'Dia sudah ada yang punya dan tak ada kata lain selain menjauh'.
Setelah surat pengunduran diriku ke perusahaan aku diberikan, aku diberikan waktu satu bulan untuk menyelesaikan sisa pekerjaanku.
Ke luar dari sana aku istirahat di rumah dahulu, baru akhirnya aku berkutat kembali dengan lamaran-lamaran kerja. Saat ini aku sudah bekerja kembali di Perusahaan minyak negara. Pengalaman yang lalu sangat aku pegang, hingga berteman dengan laki-laki saja aku lebih selektif dan berusaha berteman dengan semua orang. (KK)
-- DH --
Tidak ada komentar:
Posting Komentar