Sesampainya dirumah, Fahri langsung memasukkan mobilnya ke garasi. Mereka disambut oleh mamanya.
"Mama seneng deh, sebelum maghrib papa sudah di rumah"
"Kayak papa selalu pulang malam saja sih mah"
"Emang iya" Fahri berkata..
"Tuh kan, anaknya tuh yang menjawab"
"Ya namanya juga kerjaan numpuk, ini saja tadi di meja masih banyak sekali pekerjaan. Berhubung Fahri sudah nungguin, ya sudah papa pulang saja"
"Berarti setiap hari papa di antar jemput Fahri saja yah"
"Tidak mau ah mah, emang Fahri tidak ada kerjaan apa! Sudah biarin saja kali mah, namanya papa lagi banyak kerjaan"
"Kalo papa sih terserah saja, malah enak papa tidak cape.. anggap saja ada sopir pribadi"
"Iya.. iya, sudah ah mah, pah, aku masuk yah"
Fahri masuk ke dalam rumah, setelah mandi dan akan ke ruang makan. Telepon Fahri berbunyi.
"Hallo"
"Malam sob..!"
"Malam, siapa nih?"
"Budi.. Budi"
"Oh iya Bud, ada kabar apa ni?"
"Gua ganggu lo gak nih?"
"Enggak kok, gua cuma baru mau makan, tapi belum makan sih, baru mau"
"Iya barusan gua kasih nomor lo ke Dinda, abis dia nanyain telepon lo terus, ya mau tidak mau terpaksa gua kasih deh. Tidak apa kan sob?"
"Oh, tidak apa sob.. santai saja"
"Terima kasih sob"
"Iya sama-sama, memang Dinda mau apa minta nomor telepon gua ya?"
"Iya, tadi gua juga tanya begitu ke dia. Katanya papanya yang minta"
"Lah, kan tadi saat di rumah makan, Bapaknya sudah gua kasih kartu nama"
"Bisa jadi hilang sob!"
"Bisa-bisa"
"Sob, sudah dulu yaa, maaf mengganggu waktu istirahat lo!"
"Tidak apa-apa sob.. santai aja"
"Assalamu alaikum"
"Wa alakkum salam"
Fahri berjalan menuju meja makan.
"Siapa yang telepon Fahri?"
"Budi mah?"
"Teman kamu SMA (Sekolah Menengah Atas)?"
"Iya mah, yang tadi aku ketemu sama om-nya"
"Oh iya, bagaimana tadi, jadi kerja sama usahanya?"
"Mulai besok, om-nya Budi sudah kirim barangnya ke tokoku"
"Oh, begitu.. semoga lancar ya?"
"Aamiin mah.. yuk kita makan dulu"
"Oh, iya.. ayuk"
Mereka makan bersama dengan lauk sapi lada hitam dan sayur capcay serta perkedel. Fahri sangat menikmati makan malamnya, dia terlihat oleh mama tersenyum-senyum sendiri.
"Kenapa kamu Fahri? makan dulu, jangan ngebayangin yang tidak-tidak"
"Ah, mama bisa saja!"
"Pasti tadi ketemu cewek cantik ya?"
"Kok mama tahu?"
"Mama nebak saja sebenarnya sih! Tapi tebakan mama benarkan?"
"Iya mah, dia anak om-nya Budi"
"Wah bagus tuh"
"Bagus apanya mah?"
"Sudah cantik, kaya, seiman, baik"
"Mama sok tahu!"
"Masa papanya punya pabrik dia tidak kaya? Ya sudah pastilah!"
"Ya iya lah, tapi kan yang kaya papanya!"
"Ya pasti anaknya juga ketularan lah"
"Ketularan apa?"
"Ketularan kayanya lah"
"Ya sudahlah tidak usah dibahas dulu"
"Harus dibahaslah, biar cepat"
"Cepat apa mah?"
"Cepat dapat mantu!"
"Ya elah mah.. masih jauh itu mah"
"Ya, makanya deketin"
"Udah ah, cape ngomong sama mama tidak ada habis-habisnya"
"Habis kamu sudah cukup umur tapi pacar saja tidak punya"
"Ya doain saja mah"
"Sudah mama doain setiap saat kali!"
"Aamiin.. terima kasih ya mah"
"Iya"
Mereka berdiri dari tempat duduk kemudian berjalan ke arah ruang keluarga. Di ruang itu mereka menonton televisi sambil bercanda dan ngemil gorengan.
"Kak, kemarin pacarku, Jamal berbica kepadaku akan melamarku awal tahun depan"
"Terus?"
"Iya.. kakak, tidak apa-apa aku langkah?
"Kan tahun depan masih lama, insyaAllah kakak punya target akhir tahun ini"
"Oh, begitu.. baguslah kak, jadi aku tidak kepikiran lagi"
"Emang kamu mikir apa?"
"Iya, bingung saja kalau harus ngeduluin kakak"
"Iya doain saja ya"
"Iya kak, aku pasti akan selalu doain kakak"
"Emang siapa calon kamu Fahri"
"Untuk saat ini sih aku belum tahu pah, tapi yang aku incar ada 3 nih"
"Lah banyak Fah"
"Iyaa dong mah, jadi kalau 1 gagal kan masih ada cadangannya"
"Bisa saja kamu, lah sekarang saja 1 aja belum ada yang dekat"
Semua tertawa..
"Iya bener mah" Jawab adiknya Fahri..
"Ya sudah ah, aku ke kamar dulu"
"Yah dia ngambek Pah.. Mah.." Adiknya Fahri berkata..
"Enggak kok, cuma mau istirahat saja"
Fahri berjalan ke kamarnya kemudian tiduran di atas kasur sambil memainkan telepon genggamnya.
Keesokan harinya, Fahri mulai mempersiapkan barang bawaannya yang akan dibawa ke bali 2 hari lagi. Mulai dari perlengkapan mandi, baju tidur, handuk dan sebagainya.
Siangnya Fahri membeli makanan di supermarket kemudian kembali pulang
Hari yang dinanti tiba, pagi itu Fahri bersiap pergi ke rumah Herman. Fahri mengecek semua barang bawaan yang sudah dia siapkan sejak 2 hari yang lalu. Dengan teliti dia mengecek kembali barang-barang yang sudah berada di dalam tasnya. Setelah dipastikan lengkap, dia sarapan nasi goreng buatan ibunya di ruang keluarga. 30 menit berselang, Fahri berpamitan dengan kedua orang tuanya.
Fahri mengeluarkan motornya dari dalam garasi rumah. Dia berjalan dengan pelan dan tenang, tidak ada halangan apapun selama dalam perjalanan. Tidak sampai 20 menit Fahri sudah berada di depan rumah Herman. Didepan rumah Herman sudah terparkir mobil Toyota Altis berwarna abu-abu.
"Wuih, mantap keamanan ganda ya!"
"Iya lah sob, antisipasi saja"
"Iyalah, eh iya ini kenalin teman gua"
Fahri menodorkan tangan kanannya untuk bersalaman.
"Fahri"
"Suhendra"
"Anisa"
"Salam kenal semua ya, ini tas gua ditaruh mana ya Dra?"
"Oh, iya.. taruh di bagasi belakang mobil saja"
Fahri berjalan ke arah belakang mobil dan memasukkan tasnya ke dalam bagasi.
"Kita jalan jam berapa nih?"
"Ini mau jalan sob, cuma nunggu lo saja"
"Oke"
Santi keluar dari dalam rumah dengan pakaian rapi dan membawa tas besar.
"Lah, Santi ikut?"
"Ikut dong kak!" (KK)
--- DH ---