Menikah adalah impian dari setiap orang, mungkin sangat banyak orang yang ingin menikah muda seperti aku, tetapi mungkin juga tidak. Bersyukur sekali impian aku yang satu ini dapat terwujud, hingga aku bisa menikah pada bulan September 1979. Berawal dari berpacaran dari kelas 3 SMA (Sekolah Menengah Atas) hingga kami menikah setelah tamat SMA. Mungkin karena wajahku yang cantik sehingga dengan mudah aku mendapatkan pacar dan juga pacarku sangat mencintaiku hingga mau mengikuti semua kemauanku.
Awal aku berkenalan dengan suamiku saat aku kelas 1 SMA, saat itu aku masih siswi baru di sekolah itu sedangkan dia adalah kakak kelasku, kami beda 2 angkatan. Awal kedekatan kami saat aku latihan baris berbaris Paskibraka, sedangkan dia adalah ketua OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah). Cukup lama kita berhubungan dekat hingga akhirnya dia lulus dan melanjutkan ke perguruan tinggi. Saat kami sudah beda sekolah, kami masih terus berhubungan lewat surat atau dia datang ke rumahku. Kami biasanya hanya ngobrol-ngobrol saja di rumah atau duduk-duduk di taman depan rumah. Saking dekatnya kita berdua, membuat kedua keluarga sudah sangat saling kenal. Namun saat itu kami belum berpacaran, kami hanya sebagai teman dekat saja. Tepatnya 2 tahun dari awal pertama kita kenal, dia mulai memberanikan diri menyatakan cintanya. Di hari saat dia mengatakan itu, aku sangat senang sekali. Karena memang selama ini aku merasa nyaman bersamanya, didekatnya aku selalu merasa terhibur dan memang tutur katanya pun selalu sopan dan lembut, terlebih ketaatan agamanya yang aku acungi jempol.
3 tahun lamanya kami berpacaran hingga akhirnya dia melamarku dan kami memutuskan untuk segera menikah. Saat awal kami menikah, kami masih menjalani kehidupan dengan mengontrak rumah di daerah Jakarta Selatan, hingga akhirnya beberapa tahun kemudian setelah lahir anak keduaku, kami bisa membeli sebuah rumah, walaupun rumah tersebut berada di dalam gang sempit yang hanya bisa dimasuki oleh sebuah motor saja, namun kami bahagia bisa memiliki rumah sendiri.
Awal aku berkenalan dengan suamiku saat aku kelas 1 SMA, saat itu aku masih siswi baru di sekolah itu sedangkan dia adalah kakak kelasku, kami beda 2 angkatan. Awal kedekatan kami saat aku latihan baris berbaris Paskibraka, sedangkan dia adalah ketua OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah). Cukup lama kita berhubungan dekat hingga akhirnya dia lulus dan melanjutkan ke perguruan tinggi. Saat kami sudah beda sekolah, kami masih terus berhubungan lewat surat atau dia datang ke rumahku. Kami biasanya hanya ngobrol-ngobrol saja di rumah atau duduk-duduk di taman depan rumah. Saking dekatnya kita berdua, membuat kedua keluarga sudah sangat saling kenal. Namun saat itu kami belum berpacaran, kami hanya sebagai teman dekat saja. Tepatnya 2 tahun dari awal pertama kita kenal, dia mulai memberanikan diri menyatakan cintanya. Di hari saat dia mengatakan itu, aku sangat senang sekali. Karena memang selama ini aku merasa nyaman bersamanya, didekatnya aku selalu merasa terhibur dan memang tutur katanya pun selalu sopan dan lembut, terlebih ketaatan agamanya yang aku acungi jempol.
3 tahun lamanya kami berpacaran hingga akhirnya dia melamarku dan kami memutuskan untuk segera menikah. Saat awal kami menikah, kami masih menjalani kehidupan dengan mengontrak rumah di daerah Jakarta Selatan, hingga akhirnya beberapa tahun kemudian setelah lahir anak keduaku, kami bisa membeli sebuah rumah, walaupun rumah tersebut berada di dalam gang sempit yang hanya bisa dimasuki oleh sebuah motor saja, namun kami bahagia bisa memiliki rumah sendiri.
Pekerjaan suamiku yaitu dia bekerja di sebuah perusahaan kontraktor, awal perjalanan yang sulit kami lalui hingga kami berjaya. Suamiku berhasil mendirikan perusahaan dan mempunyai banyak karyawan. Kesuksesannya membuat kami semakin kaya. Aku sangat senang suamiku mengajakku pindah rumah, karena sudah membelikanku rumah yang besar di daerah Kelapa Dua. Saking hebatnya kami kami bisa membeli mobil hingga 5 mobil, motor dan
beberapa rumah di daerah Depok dan Jakarta Selatan. Dari sejak sekolah
SMP (Sekolah Menengah Pertama), anak keduaku sudah aku belikan motor
untuk dia pakai sekolah dan kemanapun.
Aku mempunyai 2 orang anak, yang pertama perempuan dan yang kedua laki-laki. Aku memiliki anak perempuan yang sangat cantik dan Anak lelaki yang sangat genteng. Kami hanya di karunia dua anak saja. Kebahagian aku dan keluarga sangatlah lengkap karena Allah sudah mencukupkan semua keperluan kami dan Allah sudah memberikan ku anak yang baik-baik serta suami yang bertanggung jawab.
Anak pertamaku juga seperti aku dia menikah muda, saat masih berumur 21 tahun, dia kami nikahkan di gedung yang megah dan pesta resepsi yang sangat meriah. Semua keluarga dariku dan suamiku datang saat itu. Kemudian setelah menikah mereka memutuskan tinggal dirumah yang dimiliki suaminya. Sampai saat ini pernikahan mereka masih berjalan baik dan saat ini aku diberikan 3 orang cucu dari anak pertamaku.
Selanjutnya giliran anak keduaku yang menikah 5 tahun setelah kakaknya, dia menikah dengan keluarga kaya, anak seorang jenderal. Anakku yang satu ini menikah di sebuah gedung di daerah TMII. Suasana yang sangat megah yang terbayang saat ini olehku. Berjalannya waktu anakku cepat diberikan anak, darinya aku diberikan 2 orang cucu yaitu cewek dan cowok.
Diberikan kemewahan membuat kami sangat senang dan sangat bahagia. Namun kebahagiaan ini mulai hilang saat suamiku sakit.
Diberikan kemewahan membuat kami sangat senang dan sangat bahagia. Namun kebahagiaan ini mulai hilang saat suamiku sakit.
Saat sakit itu aku harus merawatnya di rumah dan saat di rumah sakit. Suamiku terkena serangan kanker, hingga banyak sekali biaya yang harus kami keluarkan. Untungnya aku hanya seorang ibu rumah tangga yang mengurusi keperluan rumah, hingga bisa merawat suamiku dengan baik. Kemana-mana aku juga diantar dan ditemani oleh seorang sopir. Walau sebagai ibu rumah tangga, aku mempunyai 3 orang pembantu yang sangat membantuku mengurusi rumah.
5 Tahun suamiku sakit, selama itu juga aku bolak balik rumah sakit dan sempat ganti rumah sakit juga. Badannya yang tadinya sangat gemuk berangsur-angsur berubah menjadi sangat kurus sekali hingga akhirnya dia meninggal dunia di rumah sakit. Saat hari itu aku sangat sedih sekali ditinggal olehnya. Hari itu aku banyak terbayang masa-masa aku bersamanya.
Dia adalah sosok pria lembut yang suka menggodaku, juga perhatian dengan ku serta anak-anaknya. Dia juga selalu tersenyum dan selalu bersemangat, tak pernah dia banyak menceritakan pekerjaannya di kantor atau berbicara mengenai keadaan kantor. Dia adalah tipe orang yang jika tidak di tanya maka dia tidak akan bercerita.
Rasa cintanya kepadaku pada awal berkenalan waktu itu, yang ku nilai dia sangat perhatian dengan ku, dia sering menanyakan keadaanku saat bertemu, kemudian saat nikah dia sering menyuapi aku makan, memijiti aku saat aku capek dan pegal-pegal serta mau ikut membantuku masak di dapur. Saat minggu pagi kami sering jalan pagi mengitari perumahan padat penduduk di sekitar tempat tinggalku.
Saat kami memiliki 2 orang anak, kebiasaan-kebiasaan di atas tidak pernah kami tinggalkan. Suamiku juga sangat sayang dengan kedua anaknya, dia sering mengajak kami berlibur ke luar kota.
Saat Jenazah suamiku terbaring di ruang tengah banyak tetangga, teman kerja suamiku, saudara-saudara suamiku dan aku serta teman-teman dekatku banyak yang sudah mengunjungi rumahku ini dari sejak pagi sekali. Mereka menguatkan aku dan anak-anakku, mereka memberi perhatian yang lebih kepada keluargaku. Hingga pagi itu aku kedatangan seorang ibu beserta 2 orang anaknya yang masih kecil, sepertinya kedua anaknya masih sekolah SD (Sekolah Dasar). Akupun mendekatinya.
"Maaf ibu siapa yah? kok mendekati dan memeluk suamiku?"
"Aku adalah istrinya dan kedua anak ini adalah anak dari Bapak Suprapto"
"Apaaaa.. kamu adalah istri dari suamiku? kok bisa.. aku adalah istri sah beliau dan kok bisa tiba-tiba kamu datang mengaku-ngaku sebagai istrinya" dengan nada tinggi aku berbicara dengannya..
"Iya bu saya hanya menikah siri dengan suami ibu"
"Sudah berapa lama kamu menikah?"
"Sudah 10 tahun bu.. ini anak saya yang pertama umur 9 tahun dan yang kedua umur 7 tahun"
Aku semakin pusing dan bingung disaat itu, hingga aku hanya bisa menjauh dari dirinya dan menenangkan diriku dari pikiran negatif tentang suamiku. Tidak berselang lama datang lagi dua orang wanita, keduanya pun memeluk jenazah suamiku, seorang berumur sepertiku dan satu lagi kira-kira berumur 17 tahun. Kembali aku menghampiri mereka, karena akupun tidak mengenalnya.
"Siapa anda berdua yah?"
"Aku Dinda bu, ini adalah ibuku.. dan yang meninggal ini adalah papaku.. sudah lama papa tidak mengunjungi kami. Ternyata dia sedang sakit selama ini yah. Aku pikir papa sudah lupa dengan kami makanya kami tidak pernah menemuinya."
"Kalian gak salah orang?"
"Benar kok bu.. kami juga tahu jika ibu adalah istri sah dari papaku, karena papaku sangat jujur saat akan menikahi ibuku dan ibu menerima papa apa adanya"
Aku tinggalkan mereka dan langsung berlari ke dalam kamar karena sudah tidak kuat lagi menghadapi kejadian ini. Aku berfikir 'apakah setelah ini akan ada lagi istri-istri lainnya yang akan datang!'
Saat akan di sholatkan aku dipanggil oleh keluargaku untuk keluar kamar, agar ikut ke masjid menyolatkan suamiku kemudian ikut serta ke pemakaman.
Saat di pemakaman aku melihat kedua istri siri dari suamiku sangat bersedih dan mereka terlihat ingin sekali ikut serta dalam pemakaman ini, aku pun berusaha untuk tabah atas kejadian ini. Hingga prosesi pemakaman selesai aku, anak-anakku, menantu serta cucu-cucuku pergi meninggalkan kuburan suamiku, saat berada di parkiran mobil aku menengok ke arah kuburan suamiku yang masih terlihat olehku istri sirinya masih berada di atas kuburannya. Pikiranku menjadi sangat kacau sedih bercampur kesal juga benci, entah bagaimana aku harus melewati hari-hariku selanjutnya. Kekuatanku hanya saat melihat anak dan cucuku selalu berada di dekatku.
Saat di pemakaman aku melihat kedua istri siri dari suamiku sangat bersedih dan mereka terlihat ingin sekali ikut serta dalam pemakaman ini, aku pun berusaha untuk tabah atas kejadian ini. Hingga prosesi pemakaman selesai aku, anak-anakku, menantu serta cucu-cucuku pergi meninggalkan kuburan suamiku, saat berada di parkiran mobil aku menengok ke arah kuburan suamiku yang masih terlihat olehku istri sirinya masih berada di atas kuburannya. Pikiranku menjadi sangat kacau sedih bercampur kesal juga benci, entah bagaimana aku harus melewati hari-hariku selanjutnya. Kekuatanku hanya saat melihat anak dan cucuku selalu berada di dekatku.
2 hari setelah pemakaman, aku kedatangan tamu seorang wanita diantar oleh adik laki-lakinya.
"Maaf bu, jika kedatangan saya mengganggu ibu, saya adalah istri siri Pak Suprapto"
"Apaaa.. sudah berapa lama kamu menikah?"
"Kira-kira 5 tahun lalu, kemudian setelah kami menikah Bapak tidak pernah datang-datang lagi, saya pikir dia sudah lupa dengan saya. Ternyata saya baru tahu jika bapak meninggal dua hari yang lalu setelah 5 tahun lamanya terserang sakit kanker."
"Terus apa yang membuat kamu datang jauh-jauh dari Bandung ke sini?"
"Saya hanya ingin bersilaturahmi sekaligus mengecek kebenaran berita yang saya dapat bahwa Bapak Suprapto telah meninggal"
"Yakin hanya itu.. apa kamu menginginkan sesuatu yang lain?"
"Iya bu hanya itu saja, mungkin bisa kiranya saya diberi tahukan alamat kuburan Bapak?"
Setelah dia aku berikan alamat kuburan suamiku, dia langsung berpamitan segera menuju alamat pemakaman yang aku berikan.
Total sudah 3 orang yang aku ketahui adalah mantan istri suamiku. Anak-anakku juga banyak bercerita mengenai mereka. Anakku pernah mendengar dari orang-orang bahwa semua istri siri papanya sudah diberikan rumah masing-masing.
"Mah, tau gak jika istri sisri bapak sudah diberikan rumah masing-masing oleh bapak"
"Oh, begitu..! Kok kamu tahu?"
"Aku dengar dari orang-orang mah. Jadi mama gak perlu khawatir ada perebutan harta gono gini"
"Iya nak.. terima kasih yah.. sudah bikin tenang hati mama"
"Iya mah.. mendingan kita fokus dengan kehidupan kita ke depan ya mah.. lupakan saja peristiwa ini dan maafkan papa yah.. biar papa tenang di sana.. Lagi pula kan tidak ada yang memperebutkan harta yang mama sudah miliki selama ini.." anak-anakku memberikan pengertian dan meyakinkanku..
"Iya.. terima kasih yah Pras.. kamu sudah ingetin mama"
Aku selalu bertanya dalam hati 'Kenapa selama 20 tahun terakhir ini suamiku membohongiku! Apa yang kurang dari diriku! dan bagaimana ini bisa terjadi!" Walau hati ini sebenarnya tidak bisa menerima apa yang telah terjadi namun aku berusaha untuk ikhlas dan sabar. Itulah cerita kehancuran cintaku setelah dia pergi.. (KN)
-- DH --
Total sudah 3 orang yang aku ketahui adalah mantan istri suamiku. Anak-anakku juga banyak bercerita mengenai mereka. Anakku pernah mendengar dari orang-orang bahwa semua istri siri papanya sudah diberikan rumah masing-masing.
"Mah, tau gak jika istri sisri bapak sudah diberikan rumah masing-masing oleh bapak"
"Oh, begitu..! Kok kamu tahu?"
"Aku dengar dari orang-orang mah. Jadi mama gak perlu khawatir ada perebutan harta gono gini"
"Iya nak.. terima kasih yah.. sudah bikin tenang hati mama"
"Iya mah.. mendingan kita fokus dengan kehidupan kita ke depan ya mah.. lupakan saja peristiwa ini dan maafkan papa yah.. biar papa tenang di sana.. Lagi pula kan tidak ada yang memperebutkan harta yang mama sudah miliki selama ini.." anak-anakku memberikan pengertian dan meyakinkanku..
"Iya.. terima kasih yah Pras.. kamu sudah ingetin mama"
Aku selalu bertanya dalam hati 'Kenapa selama 20 tahun terakhir ini suamiku membohongiku! Apa yang kurang dari diriku! dan bagaimana ini bisa terjadi!" Walau hati ini sebenarnya tidak bisa menerima apa yang telah terjadi namun aku berusaha untuk ikhlas dan sabar. Itulah cerita kehancuran cintaku setelah dia pergi.. (KN)
-- DH --
Tidak ada komentar:
Posting Komentar