Saat ini aku sedang mempersiapkan semua perlengkapan yang akan ku bawa pergi ke kampung halaman di Jawa Tengah. Dimana 2 hari lagi aku akan berangkat menuju kampung halaman tercinta dengan menggunakan kereta. Aku pergi ke sana hanya sendirian saja, sore hari itu aku berjalan ke Stasiun Pasar Senen, dengan menggunakan angkutan umum kemudian menyambung lagi menggunakan kereta dari stasiun depok lalu ke stasiun manggarai kemudian ganti kereta yang menuju pasar senen. Dua jam sebelum keberangkatan, aku sudah sampai di stasiun. Aku menunggu sambil makan malam di area stasiun dan kemudian sebelum berangkat sholat isya dahulu di stasiun. Keretaku berangkat sebelum jam 08.00 malam.
Perjalanan malam di dalam kereta sangatlah hening, tidak ada yang bisa dilihat dari jendela, semua gelap. Hingga aku hanya bisa melakukan membaca buku kemudian aku tertidur dengan buku masih berada di tangan.
Jam 3 malam aku sudah sampai di Stasiun Tawang, aku menuruni kereta ke peron stasiun. Saat aku keluar dari kereta, tidak banyak orang yang turun di stasiun ini. Melihat isi stasiun yang sudah lama tidak kulihat, terlihat tidak ada yang aneh dari Stasiun ini, aku coba mencari tempat duduk untuk reba'an sambil menunggu pagi, karena tidak mungkin juga menuju kampungku di waktu masih gelap seperti ini.
Pagipun tiba, aku berjalan menuju pintu keluar stasiun. Ku lihat bangunan stasiun terlihat beda dari saat aku turun tadi. Terlihat seperti bangunan masa lalu dan stasiun terlihat sepi, namun aku tidak menghiraukan karena mungkin hari masih pagi, jadi tidak banyak orang yang beraktifitas. Keluar stasiun aku semakin aneh dengan banyaknya kereta kuda dan orang berpakaian khas jaman dahulu. Terlihat banyak pula orang asing yang hilir mudik, membuat aku semakin bingung.
Akupun tidak ambil pusing aku berjalan kaki menuju kampungku, memang kampungku tidak jauh dari stasiun hanya berjarak 1 Km saja. Di kiri kanan jalan ku lihat bangunan khas kolonial dulu, semakin jauh aku berjalan aku semakin dibuat bingung dengan perubahan bangunan di sini, memang aku sudah sangat lama tidak ke kampungku, namun kenapa perubahannya semakin menjadi tradisional dan seperti kembali ke masa lalu. Setengah jam berjalan aku tiba di kampungku, namun rumah yang ku cari tidak ada, aku coba bertanya dengan penduduk di sana namun tidak ada yang mengenal orang tuaku.
Lelah aku mencari, hingga aku putuskan untuk menginap di hotel dulu, hotel yang dihiasi lampu dinding yang terbuat dari lilin, terlihat tidak adanya listrik di sana, yang ada hanya lampu petromak dan lilin. Tempat tidur dan lemari pun hanya sederhana saja. Televisi, kulkas dan lainnya tidak ada di dalam hotel tersebut. Saat tiduran di atas tempat tidur aku melihat sekelilingku sambil bertanya dalam hati sebenarnya dimanakah aku?.
Karena aku sangat lelah berkeliling seharian mencari rumah orang tuaku, hingga aku tertidur dalam kamar hotel, kemudian keluar saat keesokan pagi harinya. Aku melihat ada sosok wanita cantik lewat depan hotel dengan menggunakan baju kebaya, aku coba ikuti ke mana gadis itu pergi, ternyata dia tinggal di sebuah rumah gubuk kecil dipinggir sungai, Terlihat gadis tersebut sangatlah cantik. Ku coba memanggilnya dan berkomunikasi dengannya saat sebelum dia akan masuk ke dalam rumah.
"Hai, nama saya Herman.. bolehkah aku bicara sebentar?"
"Boleh.. ada apa yah?"
"sebenarnya aku ke sini mencari rumah orang tuaku yang tinggal sekitar 1 km dari stasiun Tawang, kalau boleh tahu ini di kampung apa yah?"
"Ini kampung Tawang, kamu sudah benar tidak mencari alamat yang kamu tuju? Jangan-jangan kamu salah arah."
"Arah perjalananku sudah benar kok.. ini adalah kampung dari orang tuaku. dari kemarin pagi aku mencari orang tuaku yang tinggal di sini tapi aku tidak menemukannya, semua bangunan dan kampung yang ku tuju berubah seperti jaman dahulu"
"Coba kamu ingat-ingat lagi, apakah kamu sudah benar atau barang kali kamu nyasar"
Dia segera masuk dan meninggalkanku, kemudian aku duduk di sebuah bangku di bawah pohon depan rumahnya. Aku berfikir keras dan berfikir, dimanakah aku sekarang?. Lelah berputar seharian aku akhirnya kembali lagi ke hotel. Sampai hotel aku dipanggil pemilik hotel yang ternyata orang Belanda.
"Kamu dari mana? dan akan ke mana?" Dia bertanya kepadaku dengan logat Belanda
"Aku dari Jakarta ingin menemui Ayah dan Ibuku di kampung ini, tetapi dia tidak ada"
"Memang benar dia tinggal di sini?"
"seingatku begitu, tapi aku bingung karena semuanya berubah seperti masuk ke jaman dahulu"
"Ya sudah kasih kami alamat kampung kamu dan nama orang tuamu. Nanti kita bantu carikan.
"Oke, terima kasih yah!" aku berjalan masuk menuju kamarku..
"Eh, nanti dulu.. (dia memanggilku kembali).. Aku memanggil kamu, ingin memperkenalkan dengan anak gadisku.. dia bernama Betsy"
"Namaku Herman pak"
"Oh.. nama kamu Herman, silahkan kalian mengorol berdua"
Aku pun berbicara dengan Betsy mengenai latar belakang aku dan tujuanku ke Semarang. Dia juga bercerita banyak mengenai keluarganya. Betsy mau mengantarkanku ke tempat yang akan ingin aku tuju. Keesokan harinya kami berdua berkeliling kampung, rumah orang tuaku pun masih tidak aku temui, yang ada hanya ada perkebunan yang luas.
Lelah berjalan dan mencari akhirnya aku kembali ke hotel dan segera akan meninggalkan tempat ini. Akupun dicegah keluar hotel, Pemilik hotel berkata aku harus menikahi anaknya terlebih dahulu dan kemudian ikut aku ke Jakarta. Akupun menolak halus maksud dari Bapaknya Betsy namun sepertinya dia tersinggung kemudian mengurungku di kamar hotel.
Di dalam kamar itu lah aku termenung sebenarnya apakah yang sedang terjadi, kenapa jamanku berubah, aku berteriak sekeras-kerasnya dan berdoa agar semua kembali seperti semula. Aku memukul-mukul tembok. Berfikir keras bagaimana keluar dari tempat ini dan tidak dipaksa menikahi gadis yang memang tidak aku cintai.
Teringat gadis yang cantik yang ku lihat lewat di depan hotel 2 hari yang lalu, rasanya dari pada aku menikah dengan Betsy mending aku menikah dengan gadis yang kulihat tersebut, sayang aku belum berkenalan dengannya. Aku pun berdoa dan kupejamkan mata. Hingga kemudian ada soseorang yang menepuk pundakku. Ku buka mata ternyata aku sedang berada di dalam ruangan di balai desa.
Ternyata sudah 2 hari yang lalu aku hanya mondar-mandir di jalan raya dengan tatapan kosong hingga kemudian aku mengamuk dan diamankan di ruang ini oleh penduduk sekitar. aku pun menceritakan pengalamanku ke orang-orang, namun tidak ada yang mempercayainya. Hingga aku pamit dan berjalan ke kampungku setelah mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada aparat setempat, tokoh desa dan penduduk sekitar.
Keluar dari ruangan tersebut ternyata sangatlah jauh berbeda, hilir mudik kendaraan dan orang-orang yang ramai. Melihat bangunan balai desa tersebut sangat mirip dengan hotel yang aku tiduri kemarin. Hanya saja gedung tersebut sudah menggunakan lampu dan fasilitas yang ada juga sudah berganti. Akupun berjalan menuju kampung dengan menyusuri jalan raya yang padat. Ternyata tidak susah aku mencari kampung dan rumah orang tuaku. Setelah sampai di rumah orang tuaku, aku bercerita banyak kepada keluarga dan orang tuaku atas apa yang aku alami.
Besoknya aku penasaran, aku pergi ke tempat balai desa kemarin, aku bertanya banyak dengan sesepuh kampung mengenai tata letak bangunan dan barang-barang apa saja yang ada dahulu, ternyata ceritaku sama dengan apa yang diketahuinya saat beliau kecil dulu. Akupun mencoba mencari rumah gubuk gadis cantik di tepi sungai kecil yang aku jumpai saat kemarin, ternyata rumahnya sudah tidak ada, beralih menjadi jalanan untuk lalu lalang kendaraan dan taman di tepian sungai.
Sampai sekarang aku masih bingung terhadap kejadian yang aku alami tersebut, Selama aku berada di masa lalu terasa sudah 5-6 hari disana namun kenyataannya aku baru 2 hari berada di Tawang. Aku juga berfikir sebenarnya waktu itu aku kerasukan atau memang saat itu aku berjalan masuk ke lorong waktu hingga aku dikembalikan kembali lagi ke jaman ku. Rasanya ingin aku mencari tahu semua yang terjadi saat itu, mulai dari bangunan yang aku temui, kuburan orang-orangnya dan lain sebagainya, namun sampai sekarang belum aku lakukan karena ketiadaan waktu ku. Biarlah ini menjadi perjalanan rahasiaku.. (KNK)
-- DH --
Perjalanan malam di dalam kereta sangatlah hening, tidak ada yang bisa dilihat dari jendela, semua gelap. Hingga aku hanya bisa melakukan membaca buku kemudian aku tertidur dengan buku masih berada di tangan.
Jam 3 malam aku sudah sampai di Stasiun Tawang, aku menuruni kereta ke peron stasiun. Saat aku keluar dari kereta, tidak banyak orang yang turun di stasiun ini. Melihat isi stasiun yang sudah lama tidak kulihat, terlihat tidak ada yang aneh dari Stasiun ini, aku coba mencari tempat duduk untuk reba'an sambil menunggu pagi, karena tidak mungkin juga menuju kampungku di waktu masih gelap seperti ini.
Pagipun tiba, aku berjalan menuju pintu keluar stasiun. Ku lihat bangunan stasiun terlihat beda dari saat aku turun tadi. Terlihat seperti bangunan masa lalu dan stasiun terlihat sepi, namun aku tidak menghiraukan karena mungkin hari masih pagi, jadi tidak banyak orang yang beraktifitas. Keluar stasiun aku semakin aneh dengan banyaknya kereta kuda dan orang berpakaian khas jaman dahulu. Terlihat banyak pula orang asing yang hilir mudik, membuat aku semakin bingung.
Akupun tidak ambil pusing aku berjalan kaki menuju kampungku, memang kampungku tidak jauh dari stasiun hanya berjarak 1 Km saja. Di kiri kanan jalan ku lihat bangunan khas kolonial dulu, semakin jauh aku berjalan aku semakin dibuat bingung dengan perubahan bangunan di sini, memang aku sudah sangat lama tidak ke kampungku, namun kenapa perubahannya semakin menjadi tradisional dan seperti kembali ke masa lalu. Setengah jam berjalan aku tiba di kampungku, namun rumah yang ku cari tidak ada, aku coba bertanya dengan penduduk di sana namun tidak ada yang mengenal orang tuaku.
Lelah aku mencari, hingga aku putuskan untuk menginap di hotel dulu, hotel yang dihiasi lampu dinding yang terbuat dari lilin, terlihat tidak adanya listrik di sana, yang ada hanya lampu petromak dan lilin. Tempat tidur dan lemari pun hanya sederhana saja. Televisi, kulkas dan lainnya tidak ada di dalam hotel tersebut. Saat tiduran di atas tempat tidur aku melihat sekelilingku sambil bertanya dalam hati sebenarnya dimanakah aku?.
Karena aku sangat lelah berkeliling seharian mencari rumah orang tuaku, hingga aku tertidur dalam kamar hotel, kemudian keluar saat keesokan pagi harinya. Aku melihat ada sosok wanita cantik lewat depan hotel dengan menggunakan baju kebaya, aku coba ikuti ke mana gadis itu pergi, ternyata dia tinggal di sebuah rumah gubuk kecil dipinggir sungai, Terlihat gadis tersebut sangatlah cantik. Ku coba memanggilnya dan berkomunikasi dengannya saat sebelum dia akan masuk ke dalam rumah.
"Hai, nama saya Herman.. bolehkah aku bicara sebentar?"
"Boleh.. ada apa yah?"
"sebenarnya aku ke sini mencari rumah orang tuaku yang tinggal sekitar 1 km dari stasiun Tawang, kalau boleh tahu ini di kampung apa yah?"
"Ini kampung Tawang, kamu sudah benar tidak mencari alamat yang kamu tuju? Jangan-jangan kamu salah arah."
"Arah perjalananku sudah benar kok.. ini adalah kampung dari orang tuaku. dari kemarin pagi aku mencari orang tuaku yang tinggal di sini tapi aku tidak menemukannya, semua bangunan dan kampung yang ku tuju berubah seperti jaman dahulu"
"Coba kamu ingat-ingat lagi, apakah kamu sudah benar atau barang kali kamu nyasar"
Dia segera masuk dan meninggalkanku, kemudian aku duduk di sebuah bangku di bawah pohon depan rumahnya. Aku berfikir keras dan berfikir, dimanakah aku sekarang?. Lelah berputar seharian aku akhirnya kembali lagi ke hotel. Sampai hotel aku dipanggil pemilik hotel yang ternyata orang Belanda.
"Kamu dari mana? dan akan ke mana?" Dia bertanya kepadaku dengan logat Belanda
"Aku dari Jakarta ingin menemui Ayah dan Ibuku di kampung ini, tetapi dia tidak ada"
"Memang benar dia tinggal di sini?"
"seingatku begitu, tapi aku bingung karena semuanya berubah seperti masuk ke jaman dahulu"
"Ya sudah kasih kami alamat kampung kamu dan nama orang tuamu. Nanti kita bantu carikan.
"Oke, terima kasih yah!" aku berjalan masuk menuju kamarku..
"Eh, nanti dulu.. (dia memanggilku kembali).. Aku memanggil kamu, ingin memperkenalkan dengan anak gadisku.. dia bernama Betsy"
"Namaku Herman pak"
"Oh.. nama kamu Herman, silahkan kalian mengorol berdua"
Aku pun berbicara dengan Betsy mengenai latar belakang aku dan tujuanku ke Semarang. Dia juga bercerita banyak mengenai keluarganya. Betsy mau mengantarkanku ke tempat yang akan ingin aku tuju. Keesokan harinya kami berdua berkeliling kampung, rumah orang tuaku pun masih tidak aku temui, yang ada hanya ada perkebunan yang luas.
Lelah berjalan dan mencari akhirnya aku kembali ke hotel dan segera akan meninggalkan tempat ini. Akupun dicegah keluar hotel, Pemilik hotel berkata aku harus menikahi anaknya terlebih dahulu dan kemudian ikut aku ke Jakarta. Akupun menolak halus maksud dari Bapaknya Betsy namun sepertinya dia tersinggung kemudian mengurungku di kamar hotel.
Di dalam kamar itu lah aku termenung sebenarnya apakah yang sedang terjadi, kenapa jamanku berubah, aku berteriak sekeras-kerasnya dan berdoa agar semua kembali seperti semula. Aku memukul-mukul tembok. Berfikir keras bagaimana keluar dari tempat ini dan tidak dipaksa menikahi gadis yang memang tidak aku cintai.
Teringat gadis yang cantik yang ku lihat lewat di depan hotel 2 hari yang lalu, rasanya dari pada aku menikah dengan Betsy mending aku menikah dengan gadis yang kulihat tersebut, sayang aku belum berkenalan dengannya. Aku pun berdoa dan kupejamkan mata. Hingga kemudian ada soseorang yang menepuk pundakku. Ku buka mata ternyata aku sedang berada di dalam ruangan di balai desa.
Ternyata sudah 2 hari yang lalu aku hanya mondar-mandir di jalan raya dengan tatapan kosong hingga kemudian aku mengamuk dan diamankan di ruang ini oleh penduduk sekitar. aku pun menceritakan pengalamanku ke orang-orang, namun tidak ada yang mempercayainya. Hingga aku pamit dan berjalan ke kampungku setelah mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada aparat setempat, tokoh desa dan penduduk sekitar.
Keluar dari ruangan tersebut ternyata sangatlah jauh berbeda, hilir mudik kendaraan dan orang-orang yang ramai. Melihat bangunan balai desa tersebut sangat mirip dengan hotel yang aku tiduri kemarin. Hanya saja gedung tersebut sudah menggunakan lampu dan fasilitas yang ada juga sudah berganti. Akupun berjalan menuju kampung dengan menyusuri jalan raya yang padat. Ternyata tidak susah aku mencari kampung dan rumah orang tuaku. Setelah sampai di rumah orang tuaku, aku bercerita banyak kepada keluarga dan orang tuaku atas apa yang aku alami.
Besoknya aku penasaran, aku pergi ke tempat balai desa kemarin, aku bertanya banyak dengan sesepuh kampung mengenai tata letak bangunan dan barang-barang apa saja yang ada dahulu, ternyata ceritaku sama dengan apa yang diketahuinya saat beliau kecil dulu. Akupun mencoba mencari rumah gubuk gadis cantik di tepi sungai kecil yang aku jumpai saat kemarin, ternyata rumahnya sudah tidak ada, beralih menjadi jalanan untuk lalu lalang kendaraan dan taman di tepian sungai.
Sampai sekarang aku masih bingung terhadap kejadian yang aku alami tersebut, Selama aku berada di masa lalu terasa sudah 5-6 hari disana namun kenyataannya aku baru 2 hari berada di Tawang. Aku juga berfikir sebenarnya waktu itu aku kerasukan atau memang saat itu aku berjalan masuk ke lorong waktu hingga aku dikembalikan kembali lagi ke jaman ku. Rasanya ingin aku mencari tahu semua yang terjadi saat itu, mulai dari bangunan yang aku temui, kuburan orang-orangnya dan lain sebagainya, namun sampai sekarang belum aku lakukan karena ketiadaan waktu ku. Biarlah ini menjadi perjalanan rahasiaku.. (KNK)
-- DH --
Tidak ada komentar:
Posting Komentar