Cinta

Cinta
SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA "DODHY HANDAYADI".. SELAMAT MEMBACA.. SEMOGA BISA MENJADI PELAJARAN BUAT KITA SEMUA.. PENTINGNYA MENGHARGAI ARTI CINTA, DIMANA TERKADANG KITA HARUS MENGALAH UNTUK MEMENANGKAN HATINYA NAMUN TERKADANG KITA HARUS MERELAKAN KEHILANGANNYA UNTUK HAL YANG LEBIH BAIK LAGI.. JANGAN MENYERAH TERUSLAH BERJUANG SELAGI CINTAMU MASIH BISA DIPERJUANGKAN

Jumat, 27 Desember 2019

Terusir Karena Cinta

Sejak kecil aku tinggal di Jakarta, hiruk pikuk Jakarta sangat aku pahami. Waktu aku kecil lingkungan tempat tinggalku kebanyakan masih berupa kebun buah yang luas. Hanya sedikit sekali rumah dan letaknya pun berjauhan. Begitulah Jakarta tempo dulu,  yang masih sangat asri,  begitupun dengan sungainya (sungai Ciliwung).

 Hasil carian imej untuk ‪image ciliwung tempo dulu‬‏

Saat lebaran tiba, suasana lingkungan rumahku sangat kekeluargaan, semua tetanggaku saling mengunjungi untuk bermaaf-maafan. Yang bikin aku iri saat lebaran tuh jika melihat teman-temanku dan tetanggaku yang setiap lebaran mudik atau pulang kampung, rasanya pengen seperti mereka yang bisa merayakan dengan keluarga besar dan leluhurnya. Namun berbeda denganku sampai usiaku sekarang ini 21 tahun. Aku belum pernah ke kampung Bapak dan Ibuku. Dulu waktu kecil Ibuku pernah cerita jika aku tinggal di Kampung Tanjungan, Sumatera Selatan.
Ini lah ceritaku, sebenernya sedih sih kalau aku harus ceritakan hal ini, tapi tidak apalah. Bapakku meninggal saat aku masih bayi sedangkan ibuku saat aku Sekolah Dasar (SD), dari saat itu aku hidup berdua dengan adikku yang bernama Laras. Setelah kedua orang tuaku meninggal, aku harus bekerja untuk keperluan hidupku sehari-hari dan juga untuk sekolahku berdua. Setiap harinya aku menjual koran dan mencari duit dengan cara menjadi juru parkir.

 Hasil carian imej untuk ‪image anak kecil dagang koran di lampu merah‬‏

Lelah sih terkadang, karena harus tiap hari membagi waktu untuk sekolah, bekerja dan menjaga adik di rumah. Aku berjalan ke lampu merah terdekat, kemudian menjajakan koran saat lampu menyala merah. Terkadang aku musti kejar-kejaran dengan petugas keamanan. Ternyata memang tidak mudah mencari duit dengan halal, semua ada resiko dan banyak kendala.
Syukurnya rumah yang aku tinggali adalah rumah sendiri,  peninggalan dari orang tuaku. Sekolahpun kami berdua selalu mendapat beasiswa dari pemerintah,  karena kami memang murid berprestasi. Sekarang adikku sudah lulus sekolah dan melanjutkan kuliah di Universitas Indonesia.
Tidak terasa aku sekarang sudah bekerja di kantor kementrian di Jakarta,  sedangkan adikku sudah kuliah semester 5. Kita masih tinggal di rumah peninggalan orang tuaku.
Pada suatu hari disaat kita sedang asik menonton televisi. Ada orang tua datang, yang aku lihat dia sudah sangat tua,  mungkin umurnya sudah diatas 80 tahun. Akupun menyuruh mereka masuk.

     "Ada keperluan apa bapak dan ibu datang ke sini? "

     "Kami ingin ketemu cucu kami Laras"

     "Laras adikku?"

     "Ya"

     "Berarti bapak dan ibu adalah kakek nenek aku juga dong? "

     "Begini ceritanya nak Basuki, 20 tahun yang lalu bapak dan ibunya Laras terlibat kecelakaan di jalan. Motor yang dibawa bapaknya Laras ditabrak truk pembawa tanah. Ibunya meninggal di lokasi kejadian sedangkan bapaknya saat di rumah sakit. Saya dan istri saya saat itu bingung dengan siapa Laras akan diurus.  Karena kami untuk mengurus diri sendiri saja kerepotan,  untungnya ibu kamu dengan senang hati mau menerima dan membesarkan Laras.
Kami tahu, mungkin kedatangan kami sangat mengejutkan dan susah diterima oleh kamu. Tapi tenang saja, kami hanya ingin melihat dia saja,  tanpa mengatakan apapun kepadanya."

     "Iya kek nek.. Aku mengerti.. Sekarang terserah kalian saja ingin menceritakan kepada Laras atau tidak.  Karena umur Laras juga sudah cukup,  dia sudah kuliah sekarang"

Akupun pergi ke kamar Laras untuk membangunkannya. Diapun segera ke kamar mandi untuk cuci muka. Saat dia menghampiri kami di ruang tamu, kakek dan neneknya langsung memeluknya dan menangis.

     " Kakek dan nenek kok menangis?  Maaf kalian sebenarnya siapa?"

     "Tadi kami sudah cerita dengan kakakmu.  Biar dia saja yang menceritakan yah"

     "Oh,  ya sudah.  Aku bikin minum dulu yah"

Laras pergi ke dapur tidak lama,  kemudian kembali dengan membawa 4 gelas teh manis hangat serta roti coklat yang dibuatnya sendiri.
Kami bercerita panjang lebar dan syukur Laura bisa menerima semua kejadian tersebut. Sejak saat itu Laura rajin mengunjungi kakek dan neneknya serta berziarah ke makam bapak dan ibunya.
Saat memasuki bulan puasa,  aku dan Laura berencana pergi mengunjungi kampung Bapak dan Ibuku di Palembang. Aku berencana berangkat 2 hari sebelum lebaran.
Saat berangkat ke sana aku hanya mengandalkan google maps saja.  Aku tidak tahu bagaimana dan seperti apa kampung halaman orang tuaku. Alhamdulillah semua berjalan lancar, aku sampai di kampung yang ingin aku tuju.
Kami pergi ke Kepala Desa, di kampung tersebut. Bertanya mengenai keberadaan keluarga besar orang tuaku. Ternyata tidak sulit menemukan kelarga besar orang tuaku. Kepala Desapun bercerita banyak mengenai kepergian orang tuaku dari Desa ini.
Kepala Desa mengantarkan aku ke rumah kakek nenekku. Ternyata mereka masih sehat semua. Kami dipersilahkan masuk dan sambutan mereka sangat hangat. Sehingga kami dipersiapkan kamar untuk menginap seminggu ke depan.

    "Aku tidak menyangka bisa bertemu kalian cucu-cucuku" kakek berkata dengan sedikit bercucuran air mata..

     "Iya Kek Nek, kami ke sini memang sengaja mencari keberadaan keluarga besar dari Bapak dan Ibuku. Alhamdulillah sekarang sudah bertemu dan bisa berkumpul bersama."

     "Ia cucuku.. waktu kepergian Bapakmu.. Kakek terlalu keras kepadanya. Jadi 24 tahun yang lalu aku dengan Bapakmu ribut besar. Kami bertengkar karena Bapakmu tidak mau mengikuti anjuran keluarga untuk menikah dengan anak teman Kakek. Hingga akhirnya dia pergi dari desa entah kemana. Yang kakek dengar dari orang-orang Bapakmu pergi ke kota Jakarta. Namun orang-orang juga tidak tahu di mana Bapakmu berada. Hingga hari ini kamu ke sini. Saya baru Tahu Herman sudah meninggal 22 tahun yang lalu. Terus kakek coba berusaha mencarinya setelah 5 tahun kejadian itu, tetapi tidak berhasil"

     "Iya Kek.. aku sudah dengar dari Pak Kepala Desa, beliau sudah bercerita banyak ke kami. Ya sudahlah Kek doakan yang terbaik untuk Bapak dan Ibu"

     "Jadi Bapak dan Ibu kamu sudah meninggal?"

     "Iya Kek"

     "Aku menyesal sudah terlalu keras kepadanya.. memang waktu itu yang kakek ketahui Bapak kamu sudah berpacaran dengan anak gadis yang rumahnya di ujung kampung ini. Nanti kamu akan diantar Paman kamu ke keluarga Ibumu"

     "Iya Kek, tapi kalau boleh tahu kenapa waktu itu kakek begitu marahnya ke Bapak hingga Bapak harus pergi meninggalkan kampung halaman ini?"

     "Iya dulu kakek menganggap Ibumu tidak layak untuk dinikahi karena dia anak yang tidak punya orang tua dan keluarga"

     "Maksudnya tidak punya orang tua dan keluarga apa ya Kek?"

     "Maksud Kakek, orang tuanya tidak tahu di mana. Ibumu dibesarkan oleh Kakek Neneknya dan dia adalah anak semata wayang. Ya sudahlah.. Kakek tidak mau cerita lagi, ini cuma menambah kesedihan kakek saja.. Kakek minta maaf ke kamu atas kesalahan di masa lalu Kakek."

     "Iya Kek, kita lupakan semua yang sudah lewat yah.. Aku di sini cuma mau senang-senang dan mengenal keluarga besarku"

Kemudian sore harinya Aku dan Laras diantar ke keluarga besar Ibuku yang terletak di ujung kampung, aku hanya bertemu dengan paman dari ibuku atau kakak dari ibuku. Sedangkan Kakek Nenek Buyutku sudah lama meninggal.

Imej yang berkaitan

Di sinilah aku belajar bahwa begitu kuatnya cinta Bapak dan Ibuku. Hingga mereka harus terusir dari kampung halamannya sendiri. Cintanya yang kuat pula yang membuat Ibuku tidak menikah lagi sampai dia menghembuskan nafas terakhirnya. Tadinya aku curiga dengan adikku, karena menurut cerita ibuku, pada saat aku kecil, dia berkata 'Jika Bapak meninggal saat aku masih bayi'. Lalu bagaimana dengan Laura? hingga akhirnya semua itu terjawab.
Lebaran tiba, baru kali ini aku bisa merayakan lebaran di kampung, sudah sejak lama sekali aku merindukan hari seperti saat ini. Di saat selesai solat Idul fitri, mataku tertancap pada wanita yang ada di seberang jalan, gadis manis yang membuat hatiku bergetar. Di hari itu aku dan adikku sangat sibuk keliling kampung. Hingga membuat kami sangat senang dan bisa berkenalan dengan semua orang di kampung tersebut. Aku mengunjungi banyak rumah keluargaku, hingga perutku sangat kekenyangan, karena harus makan di setiap rumah. Itu semua untuk menghargai penghuni rumah. Saat sore hari itu aku bertemu kembali wanita, yang tadi pagi membuat mataku tidak berkedip dan jantungku berdegup keras bahkan kaki ini menjadi sulit melangkah. Dia ku lihat sedang berjalan menuju sungai.
Aku beranikan diri untuk berkenalan dengannya, aku mengejarnya dan menyapanya.

    "Hai, boleh berkenalan.. namaku Basuki" aku menyodorkan tanganku untuk bersalaman dengannya"

     "Namaku Siti"

     "Kamu mau ke mana?"

     "Kalau bawa ember pakaian dan peralatan mandi seperti ini, kira-kira menurut kamu mau ke mana?"

     "Oh, saya tahu, pasti mau ke ladang yah?"

     "Iya, kok tahu"

     "Tebakanku benarkan.. siapa dulu dong"

     "Ah sudah sana, ganggu aja sih!"

     "Boleh minta nomor teleponnya gak?"

     "Memang mau apa? sampe minta nomor telpon segala.."

     "Mau mendekatkan hati yang belum dekat terus mau ajak kamu berburu?"

     "Berburu! berburu apa?"

     "Berburu cinta.. hehehe!"

     "Gak lucu"

     "Memang iya.. aku kan ngomong serius.. bukan mau ngelucu"

     "Sana ah.. baru kenal sudah sok akrab"

     "Kalau kamu, kasih nomor telpon kamu.. baru aku pergi deh"

     "Bener yah!"

     "Pengen banget sih aku pergi.. entar kalau aku sudah pergi kamu sedih lagi"

     "Sedih.. ih amit-amit.."
     "Ni nomor ku.. catat.. 08............."

     "Oke.. aku telpon balik yah!"

     "Aku gak bawa telepon.. lagi pula ngapain mau mandi bawa-bawa telepon"

     "Iya.. iya.. terima kasih yah"

Tidak terasa sudah seminggu aku di kampung Tanjungan. Aku sudah harus kembali ke Jakarta. Suasana haru sebelum keberangkatan terjadi di pagi itu. Rasanya tidak ingin aku meninggalkan kampung ini. Aku sudah betah banget di kampung ini. (KK)

-- DH --
     




Jumat, 20 Desember 2019

Cinta Itu Buta

Entah kenapa aku sangat tergila-gila dengan tetangga percis di depan rumahku. Bagiku dia sangatlah menarik, saat memandangnya aku benar-benar terpanah dibuatnya. Terlebih lagi karakternya yang sangat berwibawa,  kebapakkan sekali dan santun. Jika dia berbicarapun sangat sopan dan tutur katanya sangat berpendidikan.  Tak heran juga tetangga-tetangga di sini banyak yang akrab dengannya.

 Hasil carian imej untuk ‪image jalan perumahan mewah‬‏
Aku memang bisa dibilang masih sangat muda,  umurku baru memasuki 14 tahun. Saat aku kecil aku mengenal Pak Sanusi biasa saja. Aku bahkan berteman baik dengan anak keduanya yang bernama Desi. Aku dan Desi sangat dekat sejak kami masih sangat kecil hingga sampai saat ini kami pun satu sekolahan,  bahkan kami satu kelas. 
Bisa dibilang mungkin umur Pak Sanusi lebih tua dari ayahku. Aku adalah anak pertama, sedangkan anak pertama Pak sanusi adalah laki-laki dan sudah berumur 17 tahun, aku sering memanggilnya kak Aldi. Kak Aldi adalah orang yang sangat baik denganku, dulu saat kecil kami pernah main bersama. Kalau sekarang ini dia lebih banyak meledekku, tapi tetap baik sih orangnya. 
Sekarang usiaku sudah 17 tahun,  namun kekagumanku dengan Pak sanusi semakin menjadi. Aku bahkan sering mencuri pandang dan sangat suka jika disuruh ibu mengantar makanan ke rumah Desi. 
Pernah saat itu aku ke rumah Desi, tujuannya sih mengantar oleh-oleh dari Yogyakarta.  Kami sekeluarga baru dari sana jalan-jalan selama 4 hari lamanya dengan membawa mobil sendiri. Saat itu, Pak sanusi keluar menyambutku.

     "Assalamu alaikum"

    "Wa'alaikum salam.. Eh,  kamu Nina.  Ada apa?  Nyari Desi yah? "

     "Enggak kok Pak..  Saya cuma antar ini,  titipan dari ibu"

     "Apa ini?"

     "Oleh-oleh pak dari Jogja"

     "Waduh.. Pake'  Repot-repot, antar kue segala.. Sampaikan terima kasihku yah sama kedua orang tua kamu. Bilang..  Kami sangat senang menerima oleh-oleh ini"

     "Iya pak,  saya pamit yah Pak"

     "Oke"

     "Assalamu alaikum"

     "Wa alaikum salam

Saat ini aku dan Desi tidak satu sekolahan.  Namun kita masih sering ketemu saat ada acara di lingkunganku. Kami juga masih sering jalan ke mall atau makan di dekat rumah.  Terkadang pacar Desi ikut bersama dengan kita.  Pacar Desi adalah teman satu sekolahannya mereka bertemu saat orientasi siswa waktu masuk kelas satu tahun kemarin.
Waktu berjalan begitu cepatnya, hingga saat ini aku masih belum mempunyai pacar. Yang ada hanya teman dekat pria saja,  memang tidak bisa dipungkiri bahwa,  banyak yang menyukai aku bahkan ada yang sangat tergila-gila denganku.  Sampai-sampai dia tahu apa yang saat ini sedang aku lakukan dan kemana saja aku pergi. Namun itu semua masih belum membuatku tertarik dengan mereka.
Pernah aku suka dengan pria yang sudah sangat dekat denganku. Mario namanya,  awal kedekatanku dengannya, aku belum mempunyai perasaan, namun lama kelamaan aku menjadi sedikit tertarik dengannya. Tetapi setelah aku tahu sangat banyak teman wanitanya, aku mulai menjaga jarak dengannya.
Bagiku sangat sulit membandingkan Pak Sanusi dengan banyak pria yang selama ini aku kenal.  Dari kecil aku kenal dengan Pak Sanusi bagiku dia tetap yang terbaik sampai dengan saat ini.
Saat aku berada di rumah Desi, saat ada Pak Sanusi, aku rela menghabiskan waktu di rumahnya hingga seharian. Tapi lebih menyebalkan jika ada kak Aldi,  kak Aldi sering sekali menggodaku.  Dia bahkan pernah mengajakku jalan atau makan malam berdua di luar. Pernah sih aku turuti kemauannya,  tapi itu disaat aku malas berada di rumah.
Pernah aku dengan Desi mengobrol bahwa kakaknya memang suka denganku sejak SMP (Sekolah Menengah Pertama) dulu.

     "Nin lo tahu gak? "

     "Kenapa? "

     "Itu kakak gua,  kemaren cerita dengan gua.. Kalau dia cinta sama kamu! "

     "Masa sih"

     "Iya bener"

     "Beneran? "

     "Awalnya sih.. Gua gak percaya..  Tapi setelah dia cerita gua percaya kalau dia bener cinta sama lo"

     "Gua sih sudah curiga.. Karena tau gak..  Dia sering ngajak jalan gua, tapi gua gak mau kepedean aja"

     "Dia suka lo, dari sejak kita SMP"

     "Oh.. Ya, sudah dari sejak lama yah.. "

     "Hehehehe.. " kita tertawa bareng

Di keluarganya aku sudah dianggap anak oleh Pak Sanusi.  Karena memang aku sangat sering bermain ke rumahnya.  Berbeda sebaliknya dengan Desi, paling setahun sekali ke rumahku itupun saat hari Lebaran (Idul Fitri).
Sekarang aku sudah mulai kuliah, hubunganku dengan Desi sudah mulai renggang. Namun aku masih curi pandang dengan Pak Sanusi.  Aku tahu saat dia akan berangkat kerja atau pulang kerja,  aku juga tahu saat dia menyiram tanaman dan rajin menyapu rumah.
Hingga suatu hari aku dengar ibunya Desi meninggal saat dia sedang tertidur di rumah.  Tidak ada yang tahu percisnya kapan dia menghembuskan nafas terakhirnya. Saat itu ku lihat Desi sangat terpukul kehilangan ibunya,  begitu pula ayahnya dan kakaknya.
Satu tahun berlalu, Desi bercerita banyak sekali tetangganya yang mau mendekati ayahnya begitupun dengan orang-orang di kantor ayahnya.

     "Gile bener Nin,  bapak gue banyak banget yang deketin setelah ibu gua sudah tidak ada"

     "Masa sih Des?"

     "Iya.. gua juga awalnya tidak percaya.. tapi itulah yang terjadi"

     "Yang lo tahu, mereka suka dari bapak lo, dimananya?"

     "Katanya sih, bapak gua berwibawa, rajin ibadah, baik, berbicara santun.. itu sih yang gua tahu dan yang suka bukan di lingkungan sini aja tapi di lingkungan kantornya juga"

     "Oh ya.. luar biasa yah bapak lo"

Tadinya aku ingin bercerita sama Desi bahwa aku juga suka dengan Ayahnya. Tapi tidak jadi aku lakukan karena terus terang aku malu.
Berjalannya waktu umurku semakin bertambah, saat ini umurku sudah menginjak 23 tahun. Aku sudah harus memikirkan untuk menikah, tapi aku malu kalau harus bilang ke Pak Sanusi jika aku cinta dengannya. Hingga akhirnya 2 tahun berlalu tanpa bicara dan kata apapun ke Pak Sanusi.
Di usiaku yang ke 25 tahun ini, aku coba beranikan diri berbicara ke Pak Sanusi.
Hari itu adalah hari senin, aku lihat Pak Sanusi sedang mengeluarkan mobil menuju kantor, akupun sudah rapi dan berangkat dengan berjalan kaki. Di tengah jalan Pak Sanusi mengajakku untuk ikut bareng dengannya. Untung saja rencanaku berhasil sehingga aku bisa berbicara kepada Pak Sanusi.

     "Assalamu alaikum Pak"

     "Wa'alaikum salam"

     "Yuk ikut bareng, kamu mau kemana?"

     "Saya mau kerja di Sudirman pak"

     "Oh, ya sudah kita bisa bareng tuh.. Yuk naik!"

     "Oh, gitu pak.. oke"

Aku masuk ke dalam mobil dan duduk di depan, di sebelahnya Pak Sanusi.

     "Tidak apa-apa nih Pak.. saya duduk di depan?"

     "Tidak apa-apa donk.. emang kenapa?"

     "Enggak sih pak! takut salah aja"

     "Apa yang salah?"

     "Tidak apa-apa Pak"

     "Kamu sudah lama kerja di Sudirman?"

     "Baru 3 bulan pak"

      "Oh, baru yah.. langsung karyawan tetap apa masih kontrak?"

     "Masih kontrak Pak"

Kami terdiam sejenak.. lalu aku melanjutkan pembicaraan..

     "Saya dengar bapak banyak yang suka yah?"

     "Ah kamu bisa saja, sudah tua begini siapa yang suka sama saya"

     "Jujur ya pak, saya juga suka sama Bapak"

     "Kamu becanda apa serius?"

     "Serius lah Pak, bagi saya Bapak sosok yang saya idamkan"

     "Bisa aja kamu, saya tuh sudah tua, umur saja sudah 58 tahun. 2 tahun lagi saya sudah pensiun bekerja"

     "Memang Bapak tidak kepikiran untuk menikah lagi?"

     "Ada sih.. tapi tenaga saya sudah mulai lemah, saya tidak bisa lagi begitu-begituan kayak waktu muda dulu"

     "Tapi menurut saya bapak masih terlihat sehat, kuat dan kayaknya belum tua-tua amat"

     "Kamu mau jalan sama kakek-kakek, terus umur saya juga tidak tahu sampai kapan lagi, nanti kalau saya sakit. kamu malah ngurusin saya, tidak bisa senang-senang lagi"

     "Saya sudah pikirkan semuanya pak, saya siap dengan segala resikonya"

     "Kamu yakin?"

     "Yakin Pak"

     "Ya, sudah nanti saya bicarakan dulu dengan Aldi dan Desi yah.. mereka setuju atau tidak. Kamu juga harus bilang kepada orang tua kamu yah"

     "Iya Pak.. terima kasih yah"

Malam, sepulang kerja, aku langsung bicara dengan Ayah dan Ibuku. Awalnya mereka menolak, tapi akhirnya luluh juga dan mau menuruti kemauanku. Itupun harus menunggu 6 bulan lamanya, setelah aku sakit dan menjadi pemurung.
Tepat setahun setelah itu aku dengan Pak Sanusi menikah. saat itu aku berumur 26 tahun dan Pak Sanusi berumur 59 tahun, kami beda usia 33 tahun. Banyak yang bilang pernikahanku gila dan gak waras. Tapi semua itu aku cuekin saja. Aldi dan Desi juga bingung harus memanggil aku apa!.

 Hasil carian imej untuk ‪image menikah dengan lelaki tua kartun‬‏

1 tahun kemudian aku melahirkan anak wanita dari pernikahanku. Sampai saat ini sudah 6 tahun pernikahan, aku semakin nyaman dan anak ku sudah sekolah Taman Kanak-kanak (TK). Tidak ada konflik yang terjadi, namun aku harus menjadi kepala rumah tangga, karena suamiku sudah pensiun saat anakku lahir. (KK)

-- DH --







Jumat, 13 Desember 2019

Cinta Lokasi

Aku bekerja di sebuah perusahaan keuangan, di sana aku bekerja bukan sebagai akunting, namun sebagai HRD. Rutinitasku seperti orang kebanyakan umumnya, aku berangkat jam 6 pagi dari rumah dan sampai rumah kembali jam 6 sore, di hari sabtu dan minggu adalah waktu bersantai di rumah atau berpergian bersama teman.
Di kantor inilah kisah cintaku berawal. Mulanya saat mengenalnya aku biasa menganggapnya teman, makan bareng pulang bareng bahkan hampir semua kegiatan kita lakukan bersama. Berjalannya waktu, kulihat ada yang menarik dari dirinya. Namun aku rasa aku tidak boleh cinta dengan seseorang di lingkungan kantorku apalagi setahuku umurnya sudah lebih tua dariku.
Semakin lama kita semakin dekat dan yang menariknya dia adalah seorang yang penurut serta periang. Hingga akhirnya aku semakin jatuh hati kepadanya. Saat itu aku bertemu dengannya di luar kantor.

     "Hai, Melly.. kamu disini?"

     "Iya nih"

     "Sudah lama?"

     "Baru kok"

     "Oh, pantesan aku baru lihat kamu"

Kami terdiam, aku melihat di sekelilingku sangat sepi dan aku berfikir ini adalah kesempatan untuk mengutarakan rasa cintaku.

     "Mel, kamu cantik.. aku ingin serius berhubungan dengan kamu"

     "Ah, kamu becanda aja sih, Aril"

     "Enggak kok, aku benar-benar bicara serius dengan kamu"

     "Kok tiba-tiba kamu langsung ngomong begitu sih"

     "Iya karena, aku bener-bener sayang kamu dan ingin segera memiliki kamu"

     "Ah, ini bohongan doank.. sudah sana jangan ngeledek terus"

Akupun akhirnya menuntaskan pembicaraanku dengannya, setelah nomorku dipanggil. Setelah selesai dengan urusanku, aku menghampirinya kembali.

     "Mel, aku tunggu jawaban dari kamu segera yah"

     "Jawaban apa sih?"

     "Itu yang tadi aku bicarakan.. Terima kasih yah"

 Imej yang berkaitan


Aku meninggalkannya menuju kantor dan bekerja kembali seperti biasanya. Saat pulang kerja aku dengannya pulang dengan menaiki bajaj ke stasiun Gondangdia. Seperti biasanya kami menaiki bajaj bertiga saat menuju stasiun.

 Hasil carian imej untuk ‪image stasiun gondangdia‬‏

Saat di perjalanan pulang memang lebih banyak bicara mengenai kantor secara global, karena memang kita tidak satu bagian. Atau paling tidak yang kita obrolkan mengenai acara televisi.
Hingga seminggu kemudian dia menyatakan iya dan mau menjalani hubungan yang serius denganku.

     "Ril, kamu serius kan denganku?"

    "Kan kemarin aku dah bilang serius, kali ini aku tidak main- main dan akan segera menikah denganmu setelah mendapat restu dari orang tuaku"

    "Tapi kan, umurku berbeda jauh diatas kamu?"

     "Iya, aku akan berusaha berbicara dengan orang tuaku, semoga dia bisa merestui hubungan kita"

     "Kamu yakin, ibumu akan merestui hubungan kita?"

     "Tidak yakin sih, tapi aku akan berusaha.. semoga apa yang kita harapkan berjalan baik!"

     "Aamiin.."

Hubunganku dengannya semakin dekat dan berjalan baik, hingga akhirnya seisi kantor tahu semua bahwa kami ada hubungan yang serius. Namun berjalannya waktu, orang tuaku belum bisa menerima hubungan kami. Hingga genap 1 tahun hubungan kami, orang tuaku tetap tidak merestuiku hingga kemudian aku mulai menjauhinya.

     "Kamu sekarang kok berubah Ril?"

     "Enggak kok, saya biasa saja"

     "Kamu sekarang sudah menghindariku"

  "Ibuku masih belum setuju dengan hubungan kita dan menurutku tidak bisa merestui hubungan kita dan aku tidak bisa bersamamu jika tanpa restu orang tua"

     "Terus bagaimana dengan hubungan kita?"

     "kita sudahi aja yah sampai disini"

     "Oh, tidak bisa.. kamu tidak bisa begitu samaku.. aku sudah banyak berharap untuk selalu dengan kamu"

     "Iya aku juga berharap seperti itu, tetapi bagaimana dengan orang tuaku.. aku harap kamu bisa mengerti keadaanku"

     "Ya sudah kalau begitu, kita kawin lari saja!"

     "Hus, ngawur kamu.. janganlah.. tanpa restu orang tua, hubungan pernikahan kita tidak akan langgeng"

     "Terus kita bubaran nih? setelah aku lagi sayang-sayangnya kepada kamu?"

     "Aku juga sayang sama kamu tapi keadaannya yang tidak bisa mendukung hubungan kita"

Aku meninggalkannya dari perdebatan tersebut di sebuah tangga darurat gedung, diapun mengejar dan menarik tanganku. Ku lihat dia menangis dan tidak terima hubungan kita berakhir. Dalam hati, 'aku harus tega meninggalkannya mulai dari sekarang, sebelum semuanya semakin terasa sulit untuk ditinggalkan dan dilupakan'.
Tiba harinya kita sekantor jalan-jalan menginap di sebuah villa di kaki gunung salak. Saat itu aku tetap berpendirian untuk menjauhinya namun dia tetap mendekatiku dan masih menganggapku bagian dari hatinya. Aku pun tak mau melukai hatinya, aku masih mau berbicara serta makan bersamanya saat di villa tersebut.
Saat itu kantorku mengadakan acara selama 2 hari 2 malam, dengan kegiatan malam pertama api unggun dan hari berikutnya diadakan lomba untuk kebersamaan, malam kedua acara ramah tamah dan tuker kado dan hari berikutnya kita berjalan menuju air terjun.

 Hasil carian imej untuk ‪image curug 1000‬‏

Dalam perjalanan ke air terjun aku masih menggandeng tangannya. perjalanan menuju air terjun selama 2 jam dengan menembus hutan dengan jalan setapak yang masih tanah. Berarti pulang pergi membutuhkan waktu 4 jam dengan perjalanan santai dan cuaca yang bagus pula. Sampai di air terjun kami masih mandi bersama di air terjun dan main air bersamanya.
Itulah saat-saat teraakhir aku bersamanya. Hingga aku benar-benar memutuskan untuk menjauhinya, sejauh-jauhnya. sebelum semuanya terlambat dan hubungan kita semakin sulit dipisahkan. Sebenarnya hatiku sangat berat berpisah dengannya. Sedih dan galau aku dibuatnya, namun aku berusaha tegar, aku berusaha kuat. Berharap semuanya akan baik-baik saja. (KK)

-- DH --



Jumat, 06 Desember 2019

Komitment Cinta

Berawal dari perjumpaanku yang tidak sengaja di atas sebuah transportasi umum yaitu trans Jakarta. Entah bagaimana mulanya aku bisa berkenalan dengannya,  aku sudah tidak ingat saat pertama kali dia mengajakku berbicara dan berkenalan.  Yang pasti aku dengan dia sudah sering kali bertemu, entah juga perjumpaan keberapa kita bisa menjadi akrab dan bisa berkenalan.

 Imej yang berkaitan
Saat kita benar-benar saling berbagi dan memahami,  rasa cinta itu mulai tumbuh,  walau memang sangat lambat dan berlahan.  Taufiq adalah namanya,  dia mulai aku kenalkan kepada keluargaku terutama ayah dan ibuku. Hingga ditahun ke lima,  Taufiq berencana ingin melamarku. 
Jujur saat itu aku bingung,  karena dia adalah sosok yang pendiam,  tidak humoris,  tertutup dan tidak mempunyai banyak waktu untuk mengajakku jalan-jalan atau sekedar nonton dan makan.  Tidak banyak kenangan manisku bersamanya.  
Ayah dan ibuku juga sempat tidak setuju aku berpacaran dengannya.  Namun seiring lamamya aku berpacaran, akhirnya orang tuaku pasrah dan menyerahkan semua keputusan di aku. Seperti yang aku bilang tadi,  alasan mama ku tidak setuju karena sosoknya yang pendiam serta kedekatannya kepada keluarga juga kurang. 
Lima tahun lebih bersamanya,  yang aku suka darinya hanyalah latar belakang kehidupannya yang memang sangat baik. Di adalah seorang tamatan S3. S1 nya dia selesaikan di UI kemudian dia melanjutkan kuliahnya di Amerika sampai tamat S3. Semua dia peroleh melalui beasiswa. Wajar jika dia sekarang bekerja sebagai audit di instansi pemerintah.  Cara bicaranya yang sopan dan tutur katanya yang tertata rapi menambah kekagumanku dengannya. Selain itu dia taat beribadah dan selalu hormat kepada orang tuanya.  
Aku tahu dia taat beribadah,  karena saat aku bersamanya,  saat memasuki waktu sholat dia selalu mengajakku berhenti beraktifitas dan bersegera wudhu serta sholat. Begitupun saat di kantor dan di rumahnya dia selalu melakukan hal yang sama. Kepada orang tuanya pun dia sangat sopan dan penurut.  Saat hanya ada orang tuanya saja di rumah,  dia sendiri yang menyiapkan aku minum dan makanan ringan.  Hingga akhirnya aku paham situasi di rumahnya dan terbiasa mengambil minuman sendiri. 
Adakalanya aku marah dengannya,  entah saat dia lebih peduli dengan pekerjaannya atau dia sering telat datang saat janjian denganku. Ya namanya orang pendiam,  tetap saja minta maaf trus mendiamkan ku juga.  Hingga akhirnya aku baikan sendiri dengannya. 
Ibunya sering menasehati hubungan aku dengannya,  

     "kamu sudah berfikir panjang Mira!,  untuk berhubungan ke jenjang yang serius dengan anakku Taufiq. Coba kamu fikirkan lagi mengenai sifatnya dan dirinya yang selalu serius dengan pekerjaannya.  Ibu lihat dia juga bukan orang yang suka banyak bicara apalagi bercanda. Kamu harus pikirkan itu semua. "

     "Iya bu saya mengerti"

     "Iya,  karena kamu akan menghadapinya,  selamanya.  Sepanjang sisa umur kamu"

    "Ya, semoga pikiranku tidak berubah ya bu, kadang aku juga bingung dengan kepribadiannya, kadang aku juga suka dengan sisi lain yang aku nilai baik dibandingkan dengan lelaki yang aku pernah kenal. Aku berharap suatu saat Taufiq bisa memahami aku juga dan mencintaiku setulus hatinya"

     "Ya pasti lah" Tiba-tiba Taufiq berbicara saat dia mendekati kami berdua yang sedang berbicara di sofa ruangan tamu..

    "Jangan pasti-pasti aja Fiq.. umur kamu sudah semakin bertambah, dan kamu juga harus memikirkan perasaan Mira dan berfikir untuk memberi ibu cucu"

     "Iya mah.. Aku akan segera menikahi Mira.. " Taufiq berkata

     "Tuh Mir..  Taufiq dah janji tuh" ibunya berkata..

     "Iya bu"

     "Memang Taufiq itu.. Sifatnya mirip sekali dengan ayahnya, dulu saat awal ibu menikah dengan ayahnya Taufiq, mungkin sama dengan pemikiran kamu saat ini. Sudah orangnya tidak romantis, tidak pernah ngajak ibu jalan-jalan, selalu memikirkan pekerjaan."

     "Iya bu.. betul tuh"

     "Betul-betul aja.. aku berusaha akan memberikan yang terbaik untuk kamu, Mira.. aku akan menyayangimu dan mencintaimu sepenuh hatiku. Nanti aku berprinsip keluarga adalah nomor satu baru pekerjaan"

     "Bener kah?"

     "Ya bener lah"

Banyak pembicaraan dan perdebatan di hari itu antara aku, dia dan ibunya. Aku senang banyak hal terungkap di hari itu. Walau tidak bisa dipungkiri ketakutan sifat dan kebiasaannya akan dia masih tetap ada.
Di lain hari ibuku juga berpesan kepadaku agar aku lebih selektif lagi dan berfikir dengan bijak, jangan mengandalkan ego pribadi.

 Imej yang berkaitan

7 tahun aku mengenalnya, akhirnya dia melamarku juga. Acara itu tepatnya saat malam minggu, aku mengundang keluarga dekatku, begitupun dengan dia. Kurang lebih ada 7 kendaraan yang datang mengiringinya saat datang melamarku malam itu.
Acara berlangsung dengan lancar dan penuh keceriaan. Aku senang sekali hari itu menjadi awal kebahagiaanku. Malam itu juga kami berembuk untuk langkah selanjutnya. Kemudian disepakati 6 bulan setelahnya akan dilangsungkan acara resepsi pernikahanku dengannya.
Berjalannya waktu, kami bersama mempersiapkan semua, walau ada kendala sedikit dan banyaknya aktifitas kerja mas Taufiq, namun semua berjalan dengan baik.
Saat ini kami sudah dikarunia anak laki-laki dan perempuan. Bersyukur ternyata Taufiq bertanggung jawab sekali dengan keluarga, komitmennya dalam berumah tangga juga cukup aku acungkan jempol. Dia tidak pernah marah dan lebih mengutamakan keluarga diatas segalanya. Namun terkadang memang dia harus bekerja lembur untuk memenuhi janjinya dengan aku dan anak-anaknya.

 Imej yang berkaitan

Kehidupanku juga semakin baik dan maju, satu persatu orang tua kami pergi meninggalkan kami untuk selama-lamanya. Disitulah aku kehilangan tempatku bersandar dan sedikit bingung kemana akan ku tumpahkan curahan hatiku.
Pesanku kepada pembaca, cobalah mendengar masukan dari semua pihak dan komitmen yang dibangun dari kita berdua. (KK)

-- DH --



Jumat, 29 November 2019

Puisi Cinta 5

Sejak pertama berjumpa
Mata ini selalu tertuju padamu..
Seperti magnet
yang mencari kutubnya..

Hati ini bergetar
Seolah kamu adalah bagian dari jiwaku
Memang itu yang kuharap darimu

Getaran jiwa tak bisa dibohongi
Aku harus memilikimu..

Membawamu memperoleh kebahagian hidup

Atas nama cinta

Menyayangimu adalah keharusan..
Menjagamu adalah yang harus dilakukan..

Semoga Allah mendengar doaku
Engkau berada dalam dekapanku
Pendampingku selamanya

Terima kasih ya Allah..

Jumat, 22 November 2019

Kebisuan Cinta

Masuk kelas 1 SMA (Sekolah Menegah Atas), aku mulai berkenalan dengan teman-teman baru di lingkungan sekolahku itu. Rata-rata mereka semua baru pertama kali aku kenal, hanya 4 orang saja yang aku sudah kenal lama. Untungnya di lingkungan baru tersebut teman-temanku semua orangnya asik-asik dan sangat bersahaja.
Aku memang termasuk orang yang pendiam, dan termasuk orang yang biasa saja dalam pelajaran, paling tidak aku termasuk siswa yang dalam posisi rengking 10 besar di kelas. Keseharianku juga berangkat sekolah dan pulang begitu saja.
Namun aku mau cerita mengenai kisah cintaku dengan Nova, cewek sekelasku yang menurutku sangat cantik, dia duduk tepat di depanku. Nova seorang cewek yang berkulit putih dengan rambut panjang kecoklatan.

 Imej yang berkaitan
Saat menatapnya hatiku teduh sekali, jangan kan melihatnya dari depan. Saat duduk saja melihat dari belakang rambutnya yang lurus panjang, jatuh di atas kursi atau mejaku saja sudah sangat menarik. Aku merasa di setiap sisi tubuhnya sangatlah menarik untuk dipandang.
Berjalannya waktu aku belum berani juga untuk menyatakan cintaku, walaupun aku sebenarnya sudah cukup dekat dengannya namun aku tidak berani mengungkapkan perasaanku. Rasa cinta ini tetap tersimpan erat di hati. Setiap saat aku membayangkan pesonanya dan berandai-andai jika dia menjadi kekasihku.
Entah keberanian itu tidak pernah aku miliki. Sampai akhirnya kenaikan kelas, dia tetap bukan milikku. Saat naik ke kelas 2 itu juga, aku harus ikut ayahku yang ditugaskan di Polres Aceh. Hingga lulus SMA aku tamatkan di Aceh. Selama 2 tahun di sana aku masih mencari tahu kabar Nova dan mencoba melihat kesehariannya dari Instagram atau Facebook.
Saat kuliah, aku meminta izin ke ayahku untuk kuliah di Jakarta. Walau awalnya ayahku menolak namun akhirnya beliau luluh juga karena bujukan dari Ibuku. 
Aku mendaftar di Universitas yang Nova masuki dan dengan jurusan yang sama pula. Aku berharap saat itu aku bisa mencapatkan kembali cintanya.
Memasuki masa perkuliahan aku bertemu dengannya, syukurnya aku bisa satu kelas dengannya. Akan tetapi ternyata saat aku menegurnya, ternyata dia lupa denganku.

 Hasil carian imej untuk ‪image jabatan tangan anak kuliah‬‏

     "Hai Nova" aku berjabatan tangannya..

     "Hai" dia membalas jabatan tanganku namun terlihat bingung melihatku..

     "Kayaknya kamu lupa yah denganku"

     "Iya, siapa yah.. Tapi kayaknya sih muka kamu tidak asing buatku"

     "Aku Nanda yang waktu itu sekelas dengan kamu di SMA, waktu itu kelas satu aku duduk tepat di belakang kamu. Ingat tidak?"

    "Oh, Iya.. Iya.. Aku ingat.. aku ingat.. ngomong-ngomong lo kemana aja?" dia langsung tersenyum lepas..

     "Iya saat kelas 2, gua pindah ke Aceh, Bokap pindah tugas ke sana"

     "Oh gitu, terus sekarang bokap lo tugas di Jakarta lagi, kayaknya riber banget ya pindah-pindah ke sana ke mari"

     "Oh, enggak.. Bokap masih di sana, hanya guanya saja yang ke Jakarta untuk kuliah"

     "Oh begitu toh.. atau jangan-jangan lo kuliah cuma mau ketemu gua yah?"

     "Kok tahu" dalam hati 'waduh jujur tidak yah kepadanya..'

     "Iya lah, gua kan cantik jadi lo gak bisa lupa kan dengan gua"

     "Widih.. PD amat lo?"

     "Iya lah.. ngaku aja deh lo!" 

     "Iya sih.." 

     "Tuh kan bener"

     "Hehehehe"

      "Jadi bener kan"

      "Iya bener deh.. biar kamu bahagia" aku masih menutupi dari hal yang sebenarnya

Kami tertawa lepas saat di kelas itu. Entah kenapa baru pertama bertemu, dia seolah sudah sangat akrab denganku. Atau mungkin saat waktu SMA dulu kami memang sudah sangat dekat.
Aku dengannya menjadi sering bertemu di kampus, terkadang kita pergi berduaan untuk sekedar makan siang atau berjalan melihat-lihat ke mall. Walau kami sering berdua namun terlihat dia sering menjaga jarak denganku.
Sudah 3 tahun kita menjadi sering bertemu, namun aku masih juga takut mengungkapkan cintaku kepadanya. Hingga suatu ketika dia curhat kepadaku mengenai masalah yang sedang di hadapainya.

     "Nov, lo kok hari ini kelihatannya banyak diam dan murung"

     "Iya" dia hanya mengucapkan itu kemudian menangis..

     "Kenapa..? ada masalah apa? kamu cerita aja denganku" aku menatap ke arah matanya..

     "Minggu besok aku mau dilamar oleh saudaraku.."

     "Oh, ya sudah trus kenapa kamu menangis?"

     "Aku pengen kita pacaran dulu.. jalanin berdua sambil saling mengenal. Nanti pas aku sudah tamat kuliah.. baru deh kita bicarakan bagaimana selanjutnya"

     "Memang kamu kenal dia tidak?"

     "Kenal waktu kecil dulu, kita pun sering main bareng. Tapi kan aku tidak tahu dia yang sekarang seperti apa!, apalagi dia lama di luar negeri"

     "Oh begitu? tapi bagaimana sekilas mengenai dia sekarang, menurut kamu?"

     "Kalau menurutku dia sih baik.. tapi kan tidak bisa juga menilai orang sekilas"

     "Kalau saranku sih kamu harus bicara baik-baik dengannya, utarakan apa yang kamu mau"

     "Oh, iya yah.. aku langsung saja bertemu dengannya dan bicara dengannya"

     "Iya.. benar"

     "Terima kasih yah sudah kasih aku masukan"

     "Iya.. sama-sama"

Setelah itu aku melihat di menelpon seseorang dan janjian bertemu di mall sore ini.

Malam itu saat akan tidur aku memikirkan obrolanku dengannya tadi siang. Aku berfikir 'bagaimana bisa mengutarakan rasa cintaku ini kepadanya. Sebelum semuanya terlambat dan dia tidak akan menjadi siapa-siapa aku.
Keesokan harinya, saat di kampus. di kejauhan dia memanggil namaku, saat aku duduk di depan kelas.

     "Nan.. Nanada" dari jauh dia berteriak-teriak..

     "Cie.. ceria banget hari ini"

     "Iya dong.. Aku sudah bicara dengan Erlan"

     "Siapa Erlan..?"

    "Itu.. tuh.. cowok yang aku ceritain sama kamu kemarin, yang akan dijodohkan keluargaku denganku"

     "Oh, Erlan namanya.. terus gimana?"

     "Ya dia setuju dengan saranku, dan dia akan bicara dengan keluarganya dan keluargaku minggu depan"

     "Oh, bagus dong"

     "Iya"

Dalam hati aku terus berharap 'perjodohan itu tidak akan terjadi dan Nova semakin mencintaiku'. Di dalam kelas dia terlihat sudah sangat bersemangat, berbeda denganku hanya bingung menunggu kapan aku bisa dan berani mengungkapkan perasaanku.
Hingga sampai kami akan di wisuda dia mengucapkan selamat padaku begitupun juga aku padanya. Di hari itu entah kenapa aku berani mengungkapkan perasaan cintaku dengannya. Aku berani berkata hari ini mungkin karena aku takut, setelah ini tidak akan bertemu dengannya kembali.

Imej yang berkaitan

Saat itu setelah kami naik panggung, aku dikenalkan Nova dengan kedua orang tuanya, begitupun dengan aku, orang tua ku datang dari Aceh dengan adikku. Orang tuakupun juga aku kenalkan ke mereka. Ternyata ibunya Nova dengan Ibuku pernah bersahabat saat SMA dulu di Jakarta. Kamipun semua menjadi akrab dan saling bercerita.

     "Nan, kenalin ini ibu dan bapakku" akupun bersalaman dengan mereka..

     "Nov, Bpk Ibu.. kenalin ini orang tua saya"

     "Oh, Ajeng apa kabarnya?"

     "Baik Sar, kita sudah lama tidak ketemu yah sari. Sekali ketemu saat wisuda anak-anak kita"

     "Iya Jeng, kamu tinggal di mana sekarang?"

     "Kami tinggal di Aceh"

Saat yang bersamaan itu aku mengajak Nova berbicara di luar gedung. Jadi tidak tahu lagi apa yang mereka bicarakan.

     "Kamu kenapa mengajakku keluar sini?"

     "Aku mau ngomong, jika aku sayang dan cinta kamu sejak SMA dulu"

     "Apaaa!"

     "Iya Nov, aku beneran"

     "Terus?"

     "Terus apanya? aku cuma berharap kamu juga ada perasaan yang sama denganku"

     "Nan, aku sudah ada Erlan dan ada cerita yang kamu belum tahu dari ku. Aku yakin kamu akan berfikir 2 kali untuk mencintaiku"

     "Apa! memang kamu kenapa?"

     "Aku ini sudah punya anak berumur 3 tahun"

     "Kok bisa?"

     "Ya bisa, saat lulus sekolah SMA dulu aku berpacaran dengan Rosihan, namun cara berpacaranku kebablasan, hingga aku menikah saat berbadan 2"

     "Trus kemana Rosihan? ngomong-ngomong Rosihan itu satu angkatan kita saat sekolah SMA dulu kan?"

     "Iya benar dia satu angkatan dengan kita saat sekolah SMA dulu. Sekarang dia sudah meninggal, saat usia anakku berumur 3 bulan. Dia meninggal karena migran akut di kepalanya. Saat itu aku tidak menduga dia meninggalkanku begitu cepat. Disaat  kita sedang sangat bahagia-bahagianya" dia terlihat sedih dan mengeluarkan air mata saat cerita tersebut"

Tak Lama setelah itu Orang tua nova memanggilnya. Kamipun kembali ke dalam menyelesaikan acara wisudanya. Itulah saat terakhir perjumpaanku dengannya.
Aku yang sampai saat ini belum bisa berfikir bagaimana Nova bisa berpacaran kelewat batas dan hal itu yang aku akhirnya berhenti untuk mencintainya. Walau di hatiku masih ada cinta, begitupun dengan bayangan wajahnya dan setiap perjumpaan aku dengannya masih terbayang di pikiranku.
Nova adalah wanita pertama yang mengisi hatiku dengan cinta dan berakhir begitu saja tanpa perjuangan dariku. Inilah takdirku, akupun kembali berharap ada Nova lain di luar sana!. (KK)

-- DH --





     

Jumat, 15 November 2019

Bayangan Cinta

Sudah sejak lama aku sendiri, tak ada sosok lelaki yang menemaniku. Tidak teringat olehku sejak kapan tepatnya aku sendiri, namun seingatku sudah sekitar 3 tahunan. Sampai saat sekarang ini belum ada lelaki yang kuanggap nyaman jika bersamaku.
Terkadang disaat aku memang sedang butuh teman berbicara, untuk sekedar berbagi cerita atau untuk mencurahkan masalah dihati, aku sering berkhayal sosok lelaki istimewa yang menjadi dambaan hati. Lelaki yang bisa mendengarkan ceritaku, mengerti aku, sopan, santun dan sangat istimewa.

Hasil carian imej untuk ‪wanita berhayal‬‏
Lama - kelamaan aku menjadi sering berkhayal sosok tersebut dan membuat aku bersemangat jika memikirkan sosok tersebut.  Sehingga pada suatu hari sosok tersebut semakin nyata dan hadir di depanku. Sosok yang ada dipikiranku tersebut, semakin nyata, kemudian hadir di hadapanku. Lalu menghilang dan kembali lagi.
Hingga setahun kemudian dia benar-benar hadir dikehidupanku dan tampak nyata, akupun bisa berkomunikasi dengannya.

     "Hai Tamara, kenalkan aku Yudha" dia menyodorkan tangannya.. seraya mengajakku bersalaman dengannya..

    "Yudha, kalau boleh tanya kamu siapa? kok tahu namaku dan dari mana kamu bisa masuk kamarku?"

     "Aku adalah lelaki impian kamu"

     "Maksudnya?"

     "Ya.. aku adalah pikiran kamu"

     "Maksudnya.. aku tidak mengerti!"

     "Kita berteman saja dulu, nanti kamu akan tahu siapa aku"

     "Maksudnya.. gimana sih!"

     "Maksudnya - maksudnya.. ya tidak ada maksud apa-apa sih. Kita berteman baik saja dulu yah.. nanti juga kamu akan tahu siapa aku dan bagaimana aku"

     "Oh, begitu.. ya sudah deh.."

     "Kamu kayak orang bingung gitu sih!"

     "Ya gimana tidak binggung, kamu tiba-tiba muncul di depanku.. dan sosok kamu sudah sering hadir di mataku sejak setahun yang lalu namun kembali hilang begitu saja. Aku juga bingung sosok kamu yang begitu nyata. sehingga aku tidak habis pikir dari mana kamu berasal dan bagaimana bisa datang dan menghilang begitu saja"

     "Ya begitulah aku, semoga kamu tidak kaget akan kehadiranku"

     "Awal aku melihat kamu sempat kaget sih, namun seiring waktu aku mulai berani.. ya seperti sekarang ini saja, aku berani berhadapan denganmu dan juga berkomunikasi dengan kamu"

 Imej yang berkaitan

Hari itu saat dia muncul tepat pada malam hari dan hingga pagi aku berbicara banyak dengannya. Sampai-sampai aku bangun kesiangan. Untungnya dihari itu aku kuliah sore. Terasa lapar sekali perutku ini, akupun segera beranjak dari tempat tidurku menuju dapur. 
Aku dapati nasi goreng ayam, di dalam tutup saji. Segera aku mengambil piring, mengambil 2 centong nasi goreng dan mengambil segelas air putih. 
Sore ini aku berangkat ke kampus, hari ini aku ada mata kuliah Akuntansi Menengah. Di jalan aku memikirkan kejadian semalam. Aku bertanya dalam hati 'Sebenarnya siapa sih Yudha! Kenapa namanya seperti mantanku dulu yang memang sangat aku idamkan, namun aku harus putus karena penghianatannya. Sedikit cerita mengenai dia, dia adalah seorang yang melindungi aku banget, baik, sopan, sabar dan tidak pernah marah. Namun dia katanya di jebak oleh tetangga depan rumahnya, hingga tetangganya itu hamil anak mereka berdua. Ya sudahlah, walau berat hati ini ditinggalkan oleh kamu namun aku harus rela kehilangan kamu, karena kebaikan-kebaikannya aku sampai saat ini masih memikirkan Yudha. Karena terlalu pelan menyetir mobilnya dan sambil merenung pula jadinya sampai kampus sudah terlambat 15 menit. 
Saat akan pulang ke rumah, Yudha datang di sampingku.

     "Hai"

     "Astagfirullah hal'azim" aku keget dia langsung ada di sampingku..
     "Emang tidak bisa yah kalau muncul tuh tidak ngagetin"

     "Oh, kaget ya.. ya sudah aku menghilang lagi yah"

     "Jangan-jangan, tar muncul lagi.. ngagetin pula"

     "Ah, bilang saja.. sudah kangen kan!"

     "Kaaangeeen.. gak sudi yah!"

Aku banyak bercanda dengannya, ternyata dia orangnya tidak kaku, aku senang sekali dia bisa menemaniku disaat-saat seperti ini.
Semakin lama aku semakin akrab dengannya,sekarang aku menjadi sering makan diluar atau menonton bioskop atau jalan-jalan ke pantai.
Aku sadar dia adalah bukan sosok manusia yang bisa aku jadikan pacar atau calon suami. Aku mengerti dia adalah bayangan dari impian-impianku. Aku juga mengerti jika yang aku lakukan ini salah. Banyak orang terdekatku yang mulai mencurigaiku dan menganggap aku kurang waras. Karena aku dianggap mereka sering berbicara sendiri dan selalu memesan makanan atau tiket nonton dengan pemesanan untuk berdua.
Saat makan, aku dengannya memesan menu yang sama, dimataku dia makan dan minum hingga habis, namun berbeda dengan orang yang melihatku, mereka melihat menu yang dipesan ekstra masih sama dengan saat pemesanan, tidak ada yang berkurang sedikitpun. karena itulah aku selalu makan di tempat makan yang berbeda-beda, karena takut menjadi omongan di masyarakat.
Begitu pula saat menonton bioskop, aku pasti memesan 2 tiket nonton. Namun disini mereka tidak ada yang curiga, karena mungkin berfikir pasanganku tidak datang atau sedang ke toilet ataupun sedang tugas luar.
Tetangga dan temanku mulai mengkhawatirkan aku, mereka juga menganggapku beda, hingga akhirnya omongan masyarakat sekitarpun sampai di telinga ibu mama dan papaku.

     "Tam, mama dengar dari tetangga kamu banyak berbicara sendiri? kamu ada apa sayang? ada masalah?"

     "Enggak mah, aku baik-baik saja. memang mereka bilang apa ke mama?"

     "Mereka tidak bilang apa-apa ke mama, namun yang mama dengar kamu sering berbicara sendiri, tertawa sendiri.. kayak orang stres"

     "Masa sih mah?"

     "Iya, mama sih juga pernah melihat kamu seperti itu, tapi mama pikir mungkin kamu sedang menelpon. Jadi mama masih tidak percaya omongan mereka"

     "Iya mah, lagi pula iseng banget sih mereka harus ngomongin aku"

     "Bukan iseng kali.. atau jangan-jangan memang bener kata orang, kamu mulai stres karena belum ada cowok juga sampai sekarang"

     "Ah mama.. ya kali deh"

      "Ya sudah kalau ada apa-apa ngomong saja ke mama!"

     "Iya mah"

Mama ku, beranjak pergi meninggalkan aku di ruang keluarga, menuju kamarnya. Aku pun berfikir seketika itu juga bagaimana supaya orang-orang tidak menganggapku stres. Tapi bagaimana caranya yah. Aku berfikir untuk menjauhinya, tapi bagaimana mungkin karena Yudha adalah lelaki sempurna yang aku miliki sekarang ini. Hingga akhirnya aku berfikir tidak berbicara besar saat berada di luar rumah.
Hingga hal itupun aku lakukan, namun tetap saja sulit, yang namanya bicara pasti spontan. Karena kedekatanku yang sudah sekian lama dengannya, aku menjadi seperti kakak adik saja. Aku sering bercanda dengannya, berlarian, berbicara dengan sangat lama.

 Hasil carian imej untuk ‪duduk memandang pantai dibawah pohon kelapa‬‏
Suatu hari aku bersamanya ke pantai yang berada di Banten, pagi aku sudah meluncur ke sana, sampai sana siang hari. Aku duduk di bawah pohon kelapa yang rindang, sambil memakan kelapa hijau dan memandang ke arah pantai, melihat air laut datang ke tepi silih berganti. Hari itu aku kehilangan Yudha, di tiba-tiba saja tidak ada di dekatku. Hingga waktu pun semakin sore, hingga aku mau-tidak mau mencarinya sambil berteriak namanya. Setengah jam lamanya aku mencari, hingga akhirnya aku sadar 'ngapain juga aku mencarinya, dia kan bisa kemana aja sesuka hatinya, kalau aku tinggalin juga dia pasti sudah ada di rumah'.
Aku berjalan menuju mobil, aku melihat dia sedang bermain bola bersama 2 orang anak kecil, laki-laki dan perempuan. Aku mendekati mereka dan menegurnya.

     "Hai, Yudha gua cari-cari lo kemana-mana" aku menepuk pundaknya dari belakang..

     "Eh, mba.. siapa yah?.. saya bukan Yudha"

     "Ah, lo mah becanda.. ayuk kita pulang" sambil menarik tangannya ke arah mobil..

     "Mba.. jangan tarik-tarik om Ilham dong.. kami kan lagi main-main" ke 2 anak kecil itu berkata..

     "Ilham!" aku keheranan dan kaget mendengar nama Ilham..

     "Iya.. namaku Ilham, ini keponakanku Hasan dan Aida"

     "Jadi saya salah orang ni.. kamu beneran bukan Yudha?"

     "Iya saya bukan orang yang anda maksud"

     "Ah bohong, coba mana telpon genggam kamu..?"

     "Untuk apa meminta telpon aku?"

     "Untuk membuktikan jika kamu bukan Yudha"

     "Ini" dia memberikan telponnya kepadaku..

Segera aku memasukkan nomorku di telponnya dan benar saja, telpon itu bisa menghubungiku. Dari sana aku sadar jika Ilham ini adalah asli manusia. Tapi aku berfikir sejenak ' kenapa mirip sekali yah dan nada suaranya benar-benar sama.
Keesokan harinya Ilham menelpon telpon genggamku.

     "Hai, mba.."

     "Siapa yah?" aku menanyakan karena tidak keluar namanya di telponku..

     "Aku yang kemarin mba anggap Yudha.."

     "Oh, iya ada apa yah?"

     "Memang saya mirip sekali dengan Yudha yah mba? boleh dong saya mau ketemu yang mirip saya itu!"

     "Oh, ya sudah nanti saya pertemukan dengannya.. nanti jika dia sudah bersedia saya akan telpon kamu yah"

Dari sejak di pantai kemarin, aku belum bertemu dengan Yudha. Hingga akhirnya sebulan berlalu.. 2 bulan berlalu dan setelah 3 bulan berlalu aku menghubungi Ilham untuk bertemu. Kami janjian di mall Kota Kasablanka. Kami janjian di sebuah tempat makan di Lantai 1. Saat aku akan sampai tempat janjian dari kejauhan aku lihat Ilham sudah duduk di sana, dia melambaikan tangannya ke arahku.

     "Hai mba.."

     "Hai Ham.. Namaku Tamara, panggil saja aku Tamara"

     "Oke Tamara.. ngomong-ngomong mana Yudha.. yang kamu bilang sangat mirip denganku"

     "Aku duduk dulu yah"

     "Oh iya, Silahkan Tam"

    "Terus terang saja, sejak di pantai itu, saat aku bertemu dengan kamu, disaat itu juga aku tidak pernah bertemu lagi dengan Yudha"

     "Masa sih mba, trus dia kemana?"

     "Aku tidak tahu dia kemana dan ada dimana sekarang. Yang pasti dia ada di sekitar kita"

     "Maksudnya gimana mba.. Eh, Tamara"

     "Ah sudahlah, tidak perlu kita membahas dia.. tapi kamu mau kan menjadi sahabat baik ku"

     "Oh iya pasti, siapa sih yang tidak mau bersahabat dengan cewek secantik Tamara!"

     "Ah, kamu bisa aja Ham"

     "Iya benar kok, cewek secantik kamu itu adalah dambaan setiap lelaki"

     "Masa sih..!"

     "Yaaa, iya lah"

     "Ham kamu sudah pesan makan?"

     "Belum, yuk kita pesan makan dulu"

Kami berbicara banyak berdua, tanpa membahas Yudha lagi. Tetapi di saat itu aku berfikir kenapa Yudha menghilang setelah Ilham bertemu denganku. Sebenarnya siapa sih Yudha tersebut, apakah dia adalah hanya pikiranku saja yang menjadi nyata. Karena setelah aku bertemu dengan Ilham, aku tidak pernah berfikir tentang lelaki khayalanku lagi, tapi aku lebih banyak teringat tentang pertemuanku dengan Ilham.

 Imej yang berkaitan

Aku dengan Ilham menjadi dekat, kita bersahabat kemudian 2 tahun setelah itu kami jadian. Kami yang sama-sama sudah bekerja akhirnya menikah tidak lama setelah kita memutuskan berpacaran. Kami sudah sama-sama saling mengenal keluarga masing-masing dan semua senang dengan pernikahan kami. (KK)

-- DH --
    





RINGKASAN DAFTAR CERITA

                                                     DAFTAR CERITA Berikut adalah ringkasan judul cerita yang saya sudah terbitkan: CINTA PE...