Aku bekerja di sebuah perusahaan keuangan, di sana aku bekerja bukan sebagai akunting, namun sebagai HRD. Rutinitasku seperti orang kebanyakan umumnya, aku berangkat jam 6 pagi dari rumah dan sampai rumah kembali jam 6 sore, di hari sabtu dan minggu adalah waktu bersantai di rumah atau berpergian bersama teman.
Di kantor inilah kisah cintaku berawal. Mulanya saat mengenalnya aku biasa menganggapnya teman, makan bareng pulang bareng bahkan hampir semua kegiatan kita lakukan bersama. Berjalannya waktu, kulihat ada yang menarik dari dirinya. Namun aku rasa aku tidak boleh cinta dengan seseorang di lingkungan kantorku apalagi setahuku umurnya sudah lebih tua dariku.
Semakin lama kita semakin dekat dan yang menariknya dia adalah seorang yang penurut serta periang. Hingga akhirnya aku semakin jatuh hati kepadanya. Saat itu aku bertemu dengannya di luar kantor.
"Hai, Melly.. kamu disini?"
"Iya nih"
"Sudah lama?"
"Baru kok"
"Oh, pantesan aku baru lihat kamu"
Kami terdiam, aku melihat di sekelilingku sangat sepi dan aku berfikir ini adalah kesempatan untuk mengutarakan rasa cintaku.
"Mel, kamu cantik.. aku ingin serius berhubungan dengan kamu"
"Ah, kamu becanda aja sih, Aril"
"Enggak kok, aku benar-benar bicara serius dengan kamu"
"Kok tiba-tiba kamu langsung ngomong begitu sih"
"Iya karena, aku bener-bener sayang kamu dan ingin segera memiliki kamu"
"Ah, ini bohongan doank.. sudah sana jangan ngeledek terus"
Akupun akhirnya menuntaskan pembicaraanku dengannya, setelah nomorku dipanggil. Setelah selesai dengan urusanku, aku menghampirinya kembali.
"Mel, aku tunggu jawaban dari kamu segera yah"
"Jawaban apa sih?"
"Itu yang tadi aku bicarakan.. Terima kasih yah"
Aku meninggalkannya menuju kantor dan bekerja kembali seperti biasanya. Saat pulang kerja aku dengannya pulang dengan menaiki bajaj ke stasiun Gondangdia. Seperti biasanya kami menaiki bajaj bertiga saat menuju stasiun.
Saat di perjalanan pulang memang lebih banyak bicara mengenai kantor secara global, karena memang kita tidak satu bagian. Atau paling tidak yang kita obrolkan mengenai acara televisi.
Hingga seminggu kemudian dia menyatakan iya dan mau menjalani hubungan yang serius denganku.
"Ril, kamu serius kan denganku?"
"Kan kemarin aku dah bilang serius, kali ini aku tidak main- main dan akan segera menikah denganmu setelah mendapat restu dari orang tuaku"
"Tapi kan, umurku berbeda jauh diatas kamu?"
"Iya, aku akan berusaha berbicara dengan orang tuaku, semoga dia bisa merestui hubungan kita"
"Kamu yakin, ibumu akan merestui hubungan kita?"
"Tidak yakin sih, tapi aku akan berusaha.. semoga apa yang kita harapkan berjalan baik!"
"Aamiin.."
Hubunganku dengannya semakin dekat dan berjalan baik, hingga akhirnya seisi kantor tahu semua bahwa kami ada hubungan yang serius. Namun berjalannya waktu, orang tuaku belum bisa menerima hubungan kami. Hingga genap 1 tahun hubungan kami, orang tuaku tetap tidak merestuiku hingga kemudian aku mulai menjauhinya.
"Kamu sekarang kok berubah Ril?"
"Enggak kok, saya biasa saja"
"Kamu sekarang sudah menghindariku"
"Ibuku masih belum setuju dengan hubungan kita dan menurutku tidak bisa merestui hubungan kita dan aku tidak bisa bersamamu jika tanpa restu orang tua"
"Terus bagaimana dengan hubungan kita?"
"kita sudahi aja yah sampai disini"
"Oh, tidak bisa.. kamu tidak bisa begitu samaku.. aku sudah banyak berharap untuk selalu dengan kamu"
"Iya aku juga berharap seperti itu, tetapi bagaimana dengan orang tuaku.. aku harap kamu bisa mengerti keadaanku"
"Ya sudah kalau begitu, kita kawin lari saja!"
"Hus, ngawur kamu.. janganlah.. tanpa restu orang tua, hubungan pernikahan kita tidak akan langgeng"
"Terus kita bubaran nih? setelah aku lagi sayang-sayangnya kepada kamu?"
"Aku juga sayang sama kamu tapi keadaannya yang tidak bisa mendukung hubungan kita"
Aku meninggalkannya dari perdebatan tersebut di sebuah tangga darurat gedung, diapun mengejar dan menarik tanganku. Ku lihat dia menangis dan tidak terima hubungan kita berakhir. Dalam hati, 'aku harus tega meninggalkannya mulai dari sekarang, sebelum semuanya semakin terasa sulit untuk ditinggalkan dan dilupakan'.
Tiba harinya kita sekantor jalan-jalan menginap di sebuah villa di kaki gunung salak. Saat itu aku tetap berpendirian untuk menjauhinya namun dia tetap mendekatiku dan masih menganggapku bagian dari hatinya. Aku pun tak mau melukai hatinya, aku masih mau berbicara serta makan bersamanya saat di villa tersebut.
Saat itu kantorku mengadakan acara selama 2 hari 2 malam, dengan kegiatan malam pertama api unggun dan hari berikutnya diadakan lomba untuk kebersamaan, malam kedua acara ramah tamah dan tuker kado dan hari berikutnya kita berjalan menuju air terjun.
Dalam perjalanan ke air terjun aku masih menggandeng tangannya. perjalanan menuju air terjun selama 2 jam dengan menembus hutan dengan jalan setapak yang masih tanah. Berarti pulang pergi membutuhkan waktu 4 jam dengan perjalanan santai dan cuaca yang bagus pula. Sampai di air terjun kami masih mandi bersama di air terjun dan main air bersamanya.
Itulah saat-saat teraakhir aku bersamanya. Hingga aku benar-benar memutuskan untuk menjauhinya, sejauh-jauhnya. sebelum semuanya terlambat dan hubungan kita semakin sulit dipisahkan. Sebenarnya hatiku sangat berat berpisah dengannya. Sedih dan galau aku dibuatnya, namun aku berusaha tegar, aku berusaha kuat. Berharap semuanya akan baik-baik saja. (KK)
-- DH --
Di kantor inilah kisah cintaku berawal. Mulanya saat mengenalnya aku biasa menganggapnya teman, makan bareng pulang bareng bahkan hampir semua kegiatan kita lakukan bersama. Berjalannya waktu, kulihat ada yang menarik dari dirinya. Namun aku rasa aku tidak boleh cinta dengan seseorang di lingkungan kantorku apalagi setahuku umurnya sudah lebih tua dariku.
Semakin lama kita semakin dekat dan yang menariknya dia adalah seorang yang penurut serta periang. Hingga akhirnya aku semakin jatuh hati kepadanya. Saat itu aku bertemu dengannya di luar kantor.
"Hai, Melly.. kamu disini?"
"Iya nih"
"Sudah lama?"
"Baru kok"
"Oh, pantesan aku baru lihat kamu"
Kami terdiam, aku melihat di sekelilingku sangat sepi dan aku berfikir ini adalah kesempatan untuk mengutarakan rasa cintaku.
"Mel, kamu cantik.. aku ingin serius berhubungan dengan kamu"
"Ah, kamu becanda aja sih, Aril"
"Enggak kok, aku benar-benar bicara serius dengan kamu"
"Kok tiba-tiba kamu langsung ngomong begitu sih"
"Iya karena, aku bener-bener sayang kamu dan ingin segera memiliki kamu"
"Ah, ini bohongan doank.. sudah sana jangan ngeledek terus"
Akupun akhirnya menuntaskan pembicaraanku dengannya, setelah nomorku dipanggil. Setelah selesai dengan urusanku, aku menghampirinya kembali.
"Mel, aku tunggu jawaban dari kamu segera yah"
"Jawaban apa sih?"
"Itu yang tadi aku bicarakan.. Terima kasih yah"
Aku meninggalkannya menuju kantor dan bekerja kembali seperti biasanya. Saat pulang kerja aku dengannya pulang dengan menaiki bajaj ke stasiun Gondangdia. Seperti biasanya kami menaiki bajaj bertiga saat menuju stasiun.
Saat di perjalanan pulang memang lebih banyak bicara mengenai kantor secara global, karena memang kita tidak satu bagian. Atau paling tidak yang kita obrolkan mengenai acara televisi.
Hingga seminggu kemudian dia menyatakan iya dan mau menjalani hubungan yang serius denganku.
"Ril, kamu serius kan denganku?"
"Kan kemarin aku dah bilang serius, kali ini aku tidak main- main dan akan segera menikah denganmu setelah mendapat restu dari orang tuaku"
"Tapi kan, umurku berbeda jauh diatas kamu?"
"Iya, aku akan berusaha berbicara dengan orang tuaku, semoga dia bisa merestui hubungan kita"
"Kamu yakin, ibumu akan merestui hubungan kita?"
"Tidak yakin sih, tapi aku akan berusaha.. semoga apa yang kita harapkan berjalan baik!"
"Aamiin.."
Hubunganku dengannya semakin dekat dan berjalan baik, hingga akhirnya seisi kantor tahu semua bahwa kami ada hubungan yang serius. Namun berjalannya waktu, orang tuaku belum bisa menerima hubungan kami. Hingga genap 1 tahun hubungan kami, orang tuaku tetap tidak merestuiku hingga kemudian aku mulai menjauhinya.
"Kamu sekarang kok berubah Ril?"
"Enggak kok, saya biasa saja"
"Kamu sekarang sudah menghindariku"
"Ibuku masih belum setuju dengan hubungan kita dan menurutku tidak bisa merestui hubungan kita dan aku tidak bisa bersamamu jika tanpa restu orang tua"
"Terus bagaimana dengan hubungan kita?"
"kita sudahi aja yah sampai disini"
"Oh, tidak bisa.. kamu tidak bisa begitu samaku.. aku sudah banyak berharap untuk selalu dengan kamu"
"Iya aku juga berharap seperti itu, tetapi bagaimana dengan orang tuaku.. aku harap kamu bisa mengerti keadaanku"
"Ya sudah kalau begitu, kita kawin lari saja!"
"Hus, ngawur kamu.. janganlah.. tanpa restu orang tua, hubungan pernikahan kita tidak akan langgeng"
"Terus kita bubaran nih? setelah aku lagi sayang-sayangnya kepada kamu?"
"Aku juga sayang sama kamu tapi keadaannya yang tidak bisa mendukung hubungan kita"
Aku meninggalkannya dari perdebatan tersebut di sebuah tangga darurat gedung, diapun mengejar dan menarik tanganku. Ku lihat dia menangis dan tidak terima hubungan kita berakhir. Dalam hati, 'aku harus tega meninggalkannya mulai dari sekarang, sebelum semuanya semakin terasa sulit untuk ditinggalkan dan dilupakan'.
Tiba harinya kita sekantor jalan-jalan menginap di sebuah villa di kaki gunung salak. Saat itu aku tetap berpendirian untuk menjauhinya namun dia tetap mendekatiku dan masih menganggapku bagian dari hatinya. Aku pun tak mau melukai hatinya, aku masih mau berbicara serta makan bersamanya saat di villa tersebut.
Saat itu kantorku mengadakan acara selama 2 hari 2 malam, dengan kegiatan malam pertama api unggun dan hari berikutnya diadakan lomba untuk kebersamaan, malam kedua acara ramah tamah dan tuker kado dan hari berikutnya kita berjalan menuju air terjun.
Dalam perjalanan ke air terjun aku masih menggandeng tangannya. perjalanan menuju air terjun selama 2 jam dengan menembus hutan dengan jalan setapak yang masih tanah. Berarti pulang pergi membutuhkan waktu 4 jam dengan perjalanan santai dan cuaca yang bagus pula. Sampai di air terjun kami masih mandi bersama di air terjun dan main air bersamanya.
Itulah saat-saat teraakhir aku bersamanya. Hingga aku benar-benar memutuskan untuk menjauhinya, sejauh-jauhnya. sebelum semuanya terlambat dan hubungan kita semakin sulit dipisahkan. Sebenarnya hatiku sangat berat berpisah dengannya. Sedih dan galau aku dibuatnya, namun aku berusaha tegar, aku berusaha kuat. Berharap semuanya akan baik-baik saja. (KK)
-- DH --
Tidak ada komentar:
Posting Komentar