Saat kita masuk ke dalam kereta, dalam kondisi pakaian yang sangat basah, aku sangat malu
jadi perhatian banyak orang. Pakaian, rambut kami basah semua, selama di dalam perjalanan kami cuek saja dengan pandangan orang.
Sampai di stasiun Lenteng Agung, kami berdua menaiki ojek motor untuk sampai ke rumah dengan sesegera mungkin. Kami segera mandi, bergantian, terpaksa aku meminjam baju kaos Lisa dengan celana training yang dia punya.
Di ruang tamunya kami berbicara berdua mengenai kejadian hari ini yang sangat aneh dan bingung saja. Sambil minum teh manis hangat dan tahu goreng.
Sempat ibunya Lisa menanyakan mengenai kemana kepergian kita hari ini.
"Kalian dari mana basah kuyup begitu?"
"Jalan-jalan saja bu ke Bogor"
"Kayaknya deres banget hujan di sana?"
"Memang iya, sudah gitu sebentar pula"
"Terus saat di jalan banyak yang kebasahan?"
"Enggak. Cuma kita berdua"
"Kok bisa?"
"Hujannya lokal, cuma sebagian wilayah saja"
"Oh, begitu!"
Kami awalnya tidak mau menceritakan secara rinci, kita pergi ke mana, namun akhirnya kita menceritakan juga karena ibunya Lisa penasaran, itu karena di rumah hari ini cuacanya sangat terang.
Hubunganku dengan Lisa kembali baik setelah renggang waktu itu. Keluarganya pun sangat percaya dengan aku. Akupun senang dengan hubunganku dengan keluarganya serta sebaliknya.
Hingga akhirnya aku lulus dan melanjutkan kuliah di bagian mesin juga. Saat melanjutkan kuliah, aku dan Lia bersama membesarkan bengkel peninggalan ayahnya. Bersyukur berjalan 1 tahun kemajuan dari bengkel tersebut sudah kelihatan.
Lisa pun akhirnya lulus dari SMEA dan melanjutkan kuliah di Universitas yang tidak jauh dari rumahnya. Aku sangat yakin dengan kemampuan otaknya yang encer, Lisa memang anak yang pintar, dia juga pintar memasak dan bisa mencari uang dengan buka usaha sendiri tetapi itu tidak dia lakukan. Dia fokus untuk mencari ilmu dahulu.
Saat-saat sudah kuliah aku melihat, dia banyak sekali dekat dengan cowok. Aku sesekali melihat kedekatan mereka, aku merasa cemburu dengannya. Awal aku merasa biasa lama kelamaan kok rasa cemburu ini semakin besar. Dalam hatiku 'apakah sebegitu besar cintaku kepadanya'.
Sejak itu aku sering bertengkar dengannya. Yang terparah adalah saat aku akan pergi kuliah, aku melewati kampusnya. Aku melihatnya akan pulang kuliah dengan berboncengan dengan seorang cowok. Aku langsung segera turun dari angkutan umum kemudian mendekatinya. Diapun sempat duduk di atas motor vespa tersebut, kemudian turun kembali melihat kedatanganku.
"Kamu mau ke mana?"
"Pulang"
"Kok, gak bareng teman-teman saja.. naik angkutan umum"
"Tadi aku bareng teman naik motor, karena kita satu arah"
"Bener?"
"Iya, masa' aku bohong sih"
"Aku gak suka yah dibohongi!"
"Iya, ya sudah sana jalan ke kampus"
"Aku bolos saja deh, nemenin kamu"
Aku terpaksa bolos, karena aku dengar tadi mereka berbisik, tunggu ditempat biasa ya. Padahal hari ini aku ada ulangan di kampus.
Aku dengannya naik angkutan umum, namun dia berkata ingin mampir ke tempat temannya dulu. Akupun mengikutinya, rasanya malas sekali mendengar mereka berbicara berdua di ruang tamu rumah temannya, dalam hatiku 'coba tadi tetap jalan ke kampus dan menghiraukan apa yang aku lihat'
1 jam sampai 2 jam lamanya di rumah temannya tersebut, hingga kamipun pulang. Kami makan pekmpek dulu sebelum sampai ke rumahnya. Terlihat dia masih marah kepadaku.
"Kak Adi, harus percaya sama Lisa. Lisa tidak ada siapa-siapa selain kakak. Aku ingin kakak adalah cinta pertama dan terakhirku. Jadi kakak tidak usah khawatir yah"
"Iya sayang, maafin aku yah"
"Iya kak, aku tahu kakak cemburu tapi jangan berlebihan juga, walaupun aku tahu cemburu itu tandanya kakak sangat sayang kepadaku"
"Iya.. aku tahu sayang. Aku coba untuk mempercayai cinta kamu. Semoga kamu memang tidak menghianatiku"
"Iya kak. Aku sayang sama kakak sepenuh hatiku"
"Terima kasih ya"
"Iya kak"
Selesai makan, aku mengantar Lisa pulang. Tidak lama berada di rumahnya aku langsung pamit. Orang rumah tidak mengetahui jika hari itu aku tidak kuliah, karena aku sampai rumah sudah maghrib.
Berjalannya waktu, Entah kenapa semakin lama hubunganku semakin hambar, aku semakin tidak mengenal Lisa dan semakin jauh darinya. Hingga pada malam itu aku telepon rumahnya, saat itu ibunya yang mengangkat telepon.
"Asalamu alaikum.. Lisa ada bu?"
"Wa'alaikum salam.. ini Adi yah, kok lama gak kesini sih. memang gak kangen sama Lisa?"
"Iya bu, ibu Sehat?"
"Alhamdulillah sehat, maen ke sini di. Itu si Lisa sekarang sering diantar jemput cowok lain, kirain kamu sudah tidak sama Lisa lagi"
Seperi disambar kilatan petir, bertubi-tubi.. hati ini Gundah, pikiran kacau, badan lemes. seperti orang gak makan seminggu.
"Oh gitu ya bu, sejak kapan?"
"Semenjak kamu sering gak datang lagi saja"
"Ya sudah deh bu, terima kasih.. Asalamu alaikum"
"Wa'alaikum salam.. makanya kamu maen dong ke sini.."
"Iya bu.."
Aku pun berfikir untuk segera pergi ke rumah Lisa. Sesampainya di rumahnya, Aku langsung membicarakan kabar yang aku dengar dari ibunya Lisa.
"Lis, kamu sudah ada yang lain yah?"
"Tidak ada Ada, pacarku hanya kamu seorang"
"Aku tidak suka kamu bohongi.. kamu bilang sama aku deh, kalau kamu sudah ada yang lain. Aku tidak apa-apa kok, asal kamu bahagia"
"Tidak ada kok.. bener.. bener.." (sambil menangis.. dia berkata)
"Kan aku sudah bilang dulu, setiap orang akan mencari yang terbaik untuk dijadikan teman hidupnya. Bahkan yang sudah dapat yang baik aja masih mencari yang terbaik. Yah sudah.. sampai disini saja hubungan kita semoga pilihan kamu adalah yang terbaik. Aku akan bahagia jika kamu bahagia"
Aku meninggalkan rumahnya, diperjalanan aku sedih hubunganku sudah tidak bisa dipertahankan lagi. Seminggu lamanya aku sakit deman, aku hanya di kamar. Hingga dihari ke 7 aku kuatkan diriku sendiri. Aku berkata dalam hati 'masih banyak cewek cantik diluar sana yang bisa aku cintai, aku harus bangkit dan selalu berfikir positif untuk melangkah ke depan'.
Akhirnya aku bisa beraktifitas kembali seperti biasanya. Tidak ada yang tahu jika aku sudah putus dari Lisa. Setahun lamanya aku membuka diri, bayangan Lisa masih terngiang-ngiang. Aku masih mencari sosok seperti Lisa. Setiap melihat wanita yang aku suka, pasti melihatnya secara fisik dan juga kemiripan wajah. Hanya ada 2 wanita yang aku sukai di kampus karena kesamaan wajahnya dengan Lisa.
Wanita pertama hanya aku kagumi dari kejauhan saja, sampai akhirnya dia menghilang dari perhatianku. Sedangkan yang kedua aku berhasil mendekatinya namun tidak berani mengungkapkannya.
Aku pun akhirnya berpacaran dengan wanita bernama Laras. Dia bukan teman kampusku melainkan tetangga rumahku. Laras adalah sosok yang lembut dan sangat santun. Saat ini dia masih kelas 3 SMA (Sekolah Menengah Atas), terkadang aku suka menjemputnya di sekolah.
Laras sering aku ajak ke kampus, aku mengajaknya ke kampus dengan menaiki bus kota. Saat di kampus aku kenalkan dia dengan teman-teman kampusku. Awalnya teman akrabku bingung saat aku kenalkan Laras kepadanya.
"Di, lo duain Lisa ya? Ini siapa lagi anak kecil lo bawa-bawa ke kampus? Apa dia saudara lo?"
"Dia teman gua"
"Serius! Tapi kenapa selalu nempelin lo terus ya?"
"Iya deh, dia itu suka sama gua. Trus lo suka juga sama dia? Menurut gua sih dia biasa saja"
"Gak tahu deh, gua suka sama dia atau tidak! Gua cuma cari wanita terbaik saja buat gua. Entah siapa itu"
"Terus yang ini apakah sudah terbaik?"
"Jujur.. belum"
"Trus?"
"Ya, gua jalanin saja dulu, sampai dimana akhirnya nanti"
"Gua ingetin yah ke lo, jangan pernah main api"
"Iya, gua ngerti kok"
Ternyata hubungan aku dengan Laras tidak berlangsung lama. Belum genap setahun kami bubar begitu saja. Tanpa pembicaran, tanpa pesan dan tanpa pertengkaran.
Aku rasa ini namanya hubungan tanpa cinta. (KK)
--- DH ---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar