Sepulangnya aku dari rumah sakit aku masih beristirahat di rumah. Selama 7 hari aku hanya berada di kamarku, makan, tidur dan diselingi main playstation di dalam kamarku. Bosan sekali berada di rumah, tidak ada pacar yang memperhatikanku. Aku benar-benar bingung dengan Lisa, kenapa dia sampai semarah itu denganku. Dia sudah tidak menelponku bahkan bertemupun tidak.
Dahulu saat bersamanya dia selalu kangen kepadaku, dia sering meneleponku dan ingin sering bertemu denganku.
Di hari Minggu itu saat aku asik bermain game, ada yang mencium pipiku dari belakang.
"Hai, kamu tidak kangen denganku?"
"Hai, Lisa.. kok kami bisa tiba-tiba ada di sini?"
"Ya bisa lah.. kenapa kamu gak telepon aku? Bahkan main ke rumahpun tidak!"
"Aku sering telepon kamu, tapi kamu tidak mau angkat"
"Kapan kamu telepon? Coba kasih tahu aku setelah malam itu berapa kali kamu telepon aku?"
"Pokoknya sering deh?"
"Ya seringnya berapa kali? Paling 5 kali kan? Ga ada usahanya banget sih! Katanya sayang sama Lisa.. cinta.. mana perjuangannya!"
"Iya sih, abis aku sudah males tiap ditelepon tidak ada orangnya"
"Saat kamu telepon pertama kali aku memang tidak mau angkat, karena masih kesel sama kamu. Tapi selanjutnya memang aku lagi tidur, mandi dan memang belum pulang sekolah. Aku tahu kok kamu telepon aku, karena orang rumah pasti kasih tahu jika kamu telepon."
"Terus kenapa kamu tidak telepon balik atau langsung main ke rumah?"
"Aku telepon kamu kok, Yani yang angkat.. terus kita bekerja sama deh untuk bikin kamu khawatir dan gantungin kamu"
"Oh, jadi kalian selama ini bekerja sama untuk bikin aku bimbang dan resah"
"Lah, habis kamunya sendiri yang tidak ada usahanya"
"Usaha apa emang buka toko?"
"Kok buka toko sih, kamu mah tidak nyambung"
"Ya sambungin dong"
"Ya sudah ah, aku mau pulang saja"
"Kok, pulang sih!" Saat dia berdiri dan akan berjalan ke luar kamar aku menarik tangannya dengan kuat, badannya terjatuh dipelukanku yang saat itu sedang duduk di lantai. Dia jatuh dengan mukanya tepat dihadapan mukaku. Rambutnya yang panjang tergerai jatuh dimukaku, tercium wangi khas dari dirinya..
"Ehem.. ehem.." dari luar terdengar suara Yani
"Cie.. cie.. yang sudah baikan..jangan mesum di kamar ya!"
"Apaan sih lo dek. Lo bersekongkol ya dengan Lisa untuk ngerjain gua?"
"Bersekongkol apaan?"
"Iya ngejauhin aku denga Lisa"
"Oh itu.. Iya, habis gua sebagai wanita kesel denger Lisa cerita kalau lo gandeng-gandeng Lia dan Lo berduaan ngobrol dengan Citra di tempat gelap"
"Kok ngobrol berdua Citra sih!, kan gua sudah bilang sama lo kalau gua narik Citra dari depan anak-anak biar dia tidak malu dengan penolakan gua"
"Masa sih?"
"Iya, lagi pula nih. Citra itu cinta banget sama gua, malam itu mungkin sudah 3 kali gua tolak cintanya. Tapi apa, gua tetap sama Lisa kan."
"GR banget sih lo? Kayak kegantengan banget"
"Kan, emang ganteng.. iya gak Lis?"
"Bodo amat"
"Kok ngomongnya gitu sih!, Oh iya kalian kok bisa ya, bekerja sama untuk ngerjain kakak?"
"Supaya kakak kapok dan tidak lagi berbuat yang macem-macem"
"Macem-macem gimana?"
"Pikir saja sendiri!"
"Lisa sayang, aku tuh selama ini cuma punya kamu, tidak ada yang lain. Kalaupun waktu itu kamu lihat aku lagi pegang tangan Lia, itu karena ketidak sengajaan. Lagian yah kalau memang aku cinta Lia ataupun Citra aku pasti sudah masa bodo', kamu tinggalin, toh masih ada cewek lain yang bisa gantiin kamu. Iya gak?"
"Iya deh"
"Emang kamu tidak kangen sama aku yah?"
"Kangen sih, tapi aku tahan. Makanya aku sedih banget saat kakak tidak sadarkan diri kemarin"
"Kok kenapa setelah aku sadar baru hari ini kamu main ke sini?"
"Kan aku lagi ujian kak, ya fokus belajar dulu lah. Baru jum'at kemarin ujian terakhirnya"
"Oh, begitu.. ya sudah kalau begitu"
"Kak, keluar yuk, kita makan ketoprak di taman?"
"Ayuk.. kita jalan kaki saja?"
"Iya.. santai saja"
Dijalan, Lisa banyak cerita mengenai 2 bulan selama ini. Sebenarnya dia tidak kuat menjalani semua. Tetapi demi untuk memberi pelajaran buatku makanya dia coba menahan rindunya. Aku senang sekali malam itu bisa melihat senyumanya kembali. Aku bisa bercanda dengannya dan diapun terlihat manja kepadaku.
Didalam perjalanan, tidak sedikit tetangga dan teman yang menanyakan keadaanku. Bahkan saat di tamanpun masih bertemu teman yang kemudian juga menanyakan keadaanku. Kebahagiaanku sekarang sudah kembali dan rasanya tidak ingin aku melepasnya lagi.
"Kak, aku boleh tanya sesuatu tidak?"
"Tanya apa?"
"Tapi kak Adi jawab dengan jujur yah?"
"Iya.. mau tanya apa?"
"Kakak bisa ceritakan tentang Citra?"
"Oh itu"
"Iya, aku bingung deh kenapa dia bisa cinta sekali dengan kakak!"
"Waktu itu dia pernah tanya sama kakak, tipe cewek seperti apa yang kakak suka? Ya kakak jawab 'cewek yang mempunyai rambut yang sangat panjang'. Hingga akhirnya dia memanjangkan rambutnya dan datang ke kakak, jika dia sudah menuruti apa yang kakak mau. Aku tidak tahu jika dia sangat suka kakak. Walau jujur kakak memang sempat curiga dengan tingkah lakunya yang waktu itu sering banget jalan bareng ke sekolah dan selalu ingin main dengan kakak saat di rumah"
"Oh, begitu terus?"
"Terus dia kembali lagi menemui kakak. Ya kakak bilang 'kakak sudah punya kamu (Lisa), reaksinya memang sangat kesal waktu itu karena dia merasa sudah berkorban banyak untuk kakak. 3 kali dia coba menyatakan cintanya. Dan selalu kakak tolak dengan alasan sudah punya kamu (Lisa)"
"Terus kalau Lia?"
"Lia ituuu.. ah sudah lah.. itukan cuma teman sekolah saja"
"Tadi kak Adi bilang mau jujur sama Lisa?"
"Iya Lia sudah lama cinta kakak, tapi lagi-lagi kakak tidak bisa terima cintanya karena ada kamu (Lisa) di hati kakak. Kakak punya prinsip kalau cinta tidak pernah akan ada yang kedua. Karena jika kita di duakan pasti akan merasakan sakit juga. Makanya kakak hanya mau kamu (Lisa) seorang"
"Iya kak.. aku sayang sekali sama kakak"
"Iya kak Adi juga"
"Juga apa?"
"Kak Adi saaaayang sama Lisa"
Aku merangkulnya dan memegang tangannya. Malam itu adalah malam terindah yang aku rasakan. Sampai-sampai saat tidur malam itu aku tersenyum sendiri di atas tempat tidur, karena memikirkan kejadian di taman tadi.
Waktu berjalan sebagaimana mestinya, seminggu kemudian aku dengannya jalan ke Kebun Raya Bogor. Sebelum siang aku sudah siap dan kemudian berjalan ke rumahnya, saat di rumahnya dia pun terlihat sangat cantik dan kami pun berangkat dengan berpamitan kepada kedua orang tuanya. Kami berjalan menuju stasiun kereta, bersyukur hari ini cuacanya tidak terlalu panas. Di dalam kereta cukup padat dengan orang namun masih bisa dibilang longgar. Turun di stasiun Bogor, aku dan Lisa memutuskan untuk berjalan kaki menuju Kebun Raya. Aku senang dia tersenyum bahagia selama diperjalanan, diselingi canda dan tawa riang darinya. Ternyata tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai di pintu gerebang Kebun Raya. Kami masuk setelah membeli tiket dan berjalan direrindangan pohon-pohon besar. Melewati jembatan hingga kemudian duduk di atas akar pohon, di sanalah kami banyak bercerita.
"Kak Adi, aku senang deh bisa jalan sama kakak lagi"
"Sama, aku juga"
"Aku berharap kemarin itu adalah pertengkaran kita yang terakhir, Tidak adalagi pertengkaran hebat selanjutnya. Dan aku ingin selalu bersama kakak selamanya"
"Sama, aku juga"
"Aku sudah sayang sama kakak, saat kemarin saat kita tidak bersama. Ada yang menyatakan rasa sayang dan cintanya kepada Lisa, tapi semua Lisa Tolak. Karena apa?"
"Karena kamu tidak suka"
"Bukan. Karena aku sudah teramat sayang sama Kak Adi"
"Berarti kamu juga suka dong dengan mereka?"
"Ya enggak lah, aku menganggap mereka hanya teman semata"
"Lah, tadi saat aku bilang kamu tidak suka katanya bukan"
"Sudah ah Kak, aku tidak mau cari masalah, jadi tidak usah berdebat ya!"
"Iya.. Iya.. kan bercanda sedikit gak apa-apa" aku mencubit dagunya..
"Tapi jangan becanda masalah cowok ya?"
"Oke deh"
Saat itu hatiku yakin jika cintanya Lisa sangat besar kepadaku. Bahkan hatinya sudah tertutup untuk cowok lain. Aku berharap bisa bersamanya sampai kapanpun, entah harapan ini akan menjadi kenyataan atau hanya impianku semata. Saat ini aku hanya menjalani bersamanya sampai saat itu tiba.
Tiba-tiba saat itu cuaca berubah menjadi mendung, awan menjadi hitam. Aku dan dia bingung harus kemana, petir mulai terdengar dari langit bahkan kilatannya pun terlihat jelas oleh mata. Saat berlindung di bawah pohon dari tetesan air hujan, aku takut tertimpa patahan pohon. Mencari tempat berteduh juga tidak aku dapatkan. Hingga kita putuskan untuk berlari ditengah guyuran air hujan, ke arah pintu masuk. Keluar pintu ternyata hujan sedikit mereda dan bersyukur ada angkot yang bisa kita tumpangi menuju stasiun kereta.
Sampai stasiun Bogor hujan sudah berhenti, ternyata pikiranku salah, karena ternyata stasiun Bogor tidak hujan, terlihat peron stasiun yang kering. Saat masuk kereta dalam kondisi pakaian yang sangat basah, aku sangat malu jadi perhatian orang. Bahkan sampai ada yang berbincang kepadaku.
"Hujan di mana mas?"
"Di Kebun Raya bu"
"Loh itukan dekat dari sini, kenapa di sini gak hujan yah?"
"Iya, saya juga bingung bu, kayaknya hujannya cuma hujan lokal deh"
"Iya sampai basah banget kalian berdua, pasti hujannya deres banget"
"Banget bu!"
Lisa hanya terdiam melihatku, saat ibu itu berbicara kepadaku. (KK)
--- DH ---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar