Cinta

Cinta
SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA "DODHY HANDAYADI".. SELAMAT MEMBACA.. SEMOGA BISA MENJADI PELAJARAN BUAT KITA SEMUA.. PENTINGNYA MENGHARGAI ARTI CINTA, DIMANA TERKADANG KITA HARUS MENGALAH UNTUK MEMENANGKAN HATINYA NAMUN TERKADANG KITA HARUS MERELAKAN KEHILANGANNYA UNTUK HAL YANG LEBIH BAIK LAGI.. JANGAN MENYERAH TERUSLAH BERJUANG SELAGI CINTAMU MASIH BISA DIPERJUANGKAN

Jumat, 28 Agustus 2020

Cinta Remaja (Bagian 7)

Setelah mengambil sampo, sabun, handuk dan perlengkapan mandi lainnya. Penjaga sekolah dan istrinya mendatangi kita yang berada di toilet laki-laki.

     "Bagaimana keadaannya Mba?"

     "Dia belum bisa diajak bicara bu" Aku menjawab..

     "Emang di sini sering begitu mas, mba.. kita mah disini tidak bisa berbuat apa-apa. Kita takut, kita cuma mau cari duit saja di sini."

     "Gitu yah bu.. tadi saya sudah curiga, pasti Pak Satpam sudah tahu ini!"

     "Makanya Mas, Mba.. mendingan diam saja deh kalau menghadapi Ronald" 
 
     "Iya pak, kedepan kita akan diam saja bila berhadapan dengan Ronald. Tetapi masalah yang terjadi sekarang ini, tidak mungkin kami hanya diam saja pak, pihak sekolah harus tahu ini"

     "Percuma mas, capek doang.. karena Ronald orang tuanya sering nyumbang untuk sekolah ini"

     "Terus, sampai kapan dia akan semena-mena dengan anak-anak di sini?"

     "Ya , setidaknya sampai tahun depan.. setelah dia lulus dari sekolah ini"

     "Tapi pak, ini sudah keterlaluan.. bapak mau tahu tidak seperti apa peristiwa barusan terjadi! dia seret Lia dengan menarik rambutnya ke arah toilet duduk. Sebelum itu toilet tersebut terlebih dahulu mereka kencingi kemudian dia benamkan muka Lia ke air kencing tersebut. Ronald juga menutup tempat toilet itu dengan menginjakkan kaki di atasnya saat kepala Lia sedang di benamkan"

     "Iya saya mengerti, tapi setidaknya kalian tidak apa-apa. Semoga saja ini yang terakhir"

     "Tidak bisa begitu pak, Ronald itu terlalu berani. Sebelum itu, dia gunting juga rambut Lia sehelai.. 2 helai. Terus menurut Bapak ini biasa saja? Seandainya anak bapak yang dibegitukan bapak mau?"

     "Ya bagaimana lagi, kita tidak mungkin bisa menang deh"

     "Ya sudah, percuma ngomong sama bapak.. petugas keamanan sekolah tapi tidak bisa melindungi orang yang lemah dan tertindas"

Sementara Lia sedang mandi, di temani oleh istri dari penjaga sekolah. Aku banyak ngobrol dan berdebat dengan penjaga sekolah. Kemudian Lia datang dengan mengenakan pakaian yang di pinjamkan dari istri penjaga sekolah.

     "Terima kasih Pak.. Bu.., saya dan Lia pamit dulu"

     "Iya.. hati-hati dijalan yah"

Malam itu aku mengantarkan Lia pulang sampai rumah. Di jalan dia terlihat murung dan lelah. Dia baringkan kepalanya dipundakku dengan tatapan mata terlihat kosong. Aku yakin dia sangat tertekan dan sangat sedih atas kejadian yang barusan saja terjadi.
Tidak banyak yang bisa aku katakan kepada ibunya. Aku katakan semuanya yang harus aku katakan. Terlihat ibunya sangat marah atas kejadian ini. Kemarahannya terlihat dari raut mukanya, namun masih tertahan karena dia tidak mau anaknya semakin bersedih.
Setelah semua beres, aku pun berpamitan pulang kepada Ibunya karena hari sudah sangat malam. Sampai-sampai di rumah, sudah jam 10.00 malam lewat. Perut terasa lapar sekali karena belum terisi sejak siang. Di rumah kembali aku ceritakan kepada kedua orangtuaku, kejadian yang baru saja menimpaku. Semua aku ceritakan setelah aku mandi, aku segera turun untuk makan, saat makan itu aku menceritakan semuanya kepada kedua orang tuaku, tidak ketinggalan kedua adikku ikut mendengarkannya.

     "Ibu setuju.. besok kamu harus melapor ke guru BP (Bimbingan Konseling)"

     "Seperti aku katakan tadi bu, menurut petugas keamanan sekolah.. percuma saja melapor, tidak akan ditanggapi"

     "Ya, setidaknya kamu sudah mencoba untuk memberitahukan peristiwa yang sebenarnya"

     "Ya sudah, besok.. aku ajak Lia untuk melapor.. semoga dia mau!"

     "Iya.. semoga yah!.. Eh, Adi.. tadi sore Lisa telepon kamu!"

     "Terus ibu jawab apa?"

     "Ya ibu bilang belum pulang lah"

     "Oh, ya sudah.. besok pulang sekolah aku ke rumah Lisa dulu ya.. bu. Sekarang aku mau tidur dulu ya bu.. sudah ngantuk banget ni.. rasanya lelah banget"

Keesokan harinya, saat sampai di sekolah, aku tunggu Lia di kelas. Dia tidak kunjung datang. Sehingga dihari itu aku tidak jadi melaporkan masalah semalam ke guru BP.
Pulang sekolah aku bersama Yoga dan Hari, mengunjungi rumah Lia. Sampai depan rumahnya, terlihat pintu rumahnya tertutup dan sepi, berjalan mendekati pintu rumah juga tidak terdengar suara dari dalam.

     "Assalam mu'alaikum" 3x aku mengucapkan baru ada sautan dari dalam..

     "Wa'alaikum salam" terdengar seperti suara ibunya..

Ibunya membuka pintu dengan pelan, sambil menengok dan melihat kami satu persatu.

     "Oh, nak Adi.. masuk!"

     "Iya bu.. yuk masuk teman-teman"

Kami duduk di kursi ruang tamu, terlihat foto-foto Bapaknya masih terpajang jelas menjadi pelengkap hiasan dinding ruang tamu. Ibunya menemani kita bertiga.

     "Kalian dari sekolah langsung ke sini?"

     "Iya bu.. Lia kenapa tidak masuk bu?"

     "Dia demam dan pusing sejak bangun tidur tadi pagi. Lia sempat mandi tadi pagi, setelah sarapan dia pusing.. ibu pegang keningnya, badannya juga panas"

     "Oh, gitu bu.. semoga Lia cepat sehat ya bu!"

     "Aamiin"
 
     "Kalau boleh, biar kami langsung melihatnya ke dalam"

     "Oh, nanti Ibu liat Lia-nya dulu!"

Awalnya dia sempat tidak mau kami jenguk. Namun akhirnya dia terima.

     "Hai Li" kita berkata kompak..

     "Hai"

     "Gimana Li? Sudah enakan badannnya?

     "Sudah tidak apa-apa kok"

     "Kamu harus banyak istirahat"

     "Iyaaa Adi.. tumben kalian mampir ke rumahku?"

     "Kita mau kasih semangat sama elo, jangan menyerah, terus bangkit!"

     "Husss.. emang mau ngapain! Hehehe"

Kita tertawa lepas dan saling lempar ledekan dan candaan. kemudian saat kami asik bercanda dan tertawa, terlihat Lia memegang kepalanya.

     "Kenapa Lia?" tanya hari

     "Masih sakit ya kepalanya?" tanya yoga juga..

     "Iya nih masih terasa jambakan tangan Ronald semalam. Apa aku potong rambut aja yah, sudah kepanjangan juga ni!"

Wig Rambut Palsu Cosplay Panjang Lurus Berponi Murah TERLARIS di ...

     "Jangan Li, rambut kamu bagus begitu.. sayang kalau dipotong. Kamu juga terlihat manis dengan rambut panjang mu"

     "Masa'?"

     "Iya, aku kalau belum punya pacar pasti sudah kepincut oleh kamu"

     "Oh ya? bohong kali!"

     "Beneran kok"
 
     "Cie.. cie" Yoga dan Hari nyeletuk.. 

     "Ah sudah, jangan  godain Lia terus.. dia mau istirahat" Jawabku
     "Kita pulang dulu ya Li, semoga cepat sembuh yah"

     "Kita pamit ya Li.. cepat sembuh yah!" Yoga pamitan..

     "Iya Li, gua juga permisi dulu ya, sudah mau malam juga. Pokoknya jangan pikirin yang aneh-aneh, yang macem-macem. Istirahat saja, banyak makan ya dan cepat pulih biar bisa ke sekolah dan main sama kita-kita" Hari berkata..

Kami pamitan dengan Ibunya Lia yang sedang berada di dapur. Saat keluar dari rumah Lia, terlihat langit sudah mulai gelap, ku lihat di jam tanganku sudah pukul 17.40. Aku pergi ke stasiun Kali bata untuk menaiki kereta, perjalananku sangat dekat karena hanya melewati 3 stasiun kereta dan stasiun yang ke empatnya aku turun. 
Sebelum sampai ke rumah Lisa aku sempatkan untuk sholat maghrib terlebih dahulu.

     "Kak, kok malam banget sih sampai sininya?"

     "Iya kak Adi mampir dulu ke rumah teman tadi?"

     "Teman yang mana?"

     "Teman sekolah lah!"

     "Siapa? jangan-jangan kakak sudah ngeduain aku yah? kakak sekarang juga terlihat berubah!"

     "Berubah bagaimana sih cintaku? beberapa hari ini ada kejadian yang tidak mengenakkan di sekolah, aku mau selesaikan dulu"

     "Masalah apa sih kak?"

     "Iya nanti kakak ceritakan.. Kakak laper nih, kita cari makan yuk? kamu mau makan apa?"

     "Aku sudah makan kak, aku masakin indomie saja yah? kakak mau indomie rebus atau goreng?"

     "Ya sudah masakin yang goreng saja deh?"

     "Mau aku bikinin 1 bungkus aja atau 2?"

     "2 boleh"

     "Pakai telur gak?"

     "Pakai dong"

     "Pakai sayur sawi hijau tidak?"

     "Emang kamu ada?"

     "Ada lah, memang sudah disiapin di kulkas untuk masak indomie"

     "Oh gitu.. boleh deh pakai sayur"

     "Pakai bawang goreng tidak?"

     "Haduh.. kamu tuh tanya-tanya terus sih? pokoknya pakaiin aja semua, apa yang ada masukin aja. Sudah sana.. kapan mau masaknya kalau tanya-tanya terus"

     "Siap komandan" tangannya sampai sikap hormat segala..

Lisa meninggalkan aku yang duduk di teras rumah, 2 menit kemudian dia keluar kembali.

     "Kak pedes gak? mau pakai irisan cabe rawit tidak?"

     "Aduh, aku pikir sudah jadi mie nya ternyata malah nanya lagi! terserah deh pedes boleh.. enggak juga tidak apa-apa"

    "Oke"

Ada sekitar 10 menit aku ditinggal sendirian di luar.

    "Kak mau makan di dalam atau di luar?"

     "Di luar saja.. mana mie-nya? belum jadi juga?"

     "Tunggu, aku ambil dulu"

     "Haduh, Lisa.. Lisa.."

Dia keluar dengan membawa semangkuk indomie dan kembali masuk untuk membuatkan aku es sirop air jeruk.
 
 24 Resep Mie Goreng Terlezat dari Berbagai Daerah (Rekomended)

     "Kamu mau? ayuk kita makan berdua!"

     "Enggak ah, aku cobain sedikit saja"

     "Sudah makannya?" kulihat dia makan tidak berhenti-henti..

     "Belum!"

     "Katanya sudah makan tadi?"

     "Iya sudah kok, tapi mie-nya enak"

     "Ya sudah, kalau gitu kamu habiskan saja semuanya"

     "Bener nih?"

     "Bener"

     "Yah, dia ngembek.. aku kan cuma becanda kak!"

     "Aku bener, habisin saja mie-nya"

     "Enggak aku sudah kenyang, aku cuma mau cobain saja sedikit"

     "Sedikit bagaimana? orang sudah tinggal setengah piring begini" aku sambil mengangkat piringnya..

     "Kak, tadi mau cerita apa sama aku?"

     "Kamu masih ingat tidak sama Ronald yang waktu itu godain kamu?"

     "Oh iya.. aku ingat.. emang kenapa dia kak?"

     "Dia gangguin cewek teman sekelasku"

     "Oh begitu! digangguinnya seperti apa?"
 
     "Ronald menyeret temanku dengan menarik rambutnya ke arah toilet duduk. Sebelum itu toilet tersebut terlebih dahulu mereka kencingi kemudian dia benamkan muka temanku itu ke air kencing tersebut. Ronald juga menutup tempat toilet itu dengan menginjakkan kaki di atasnya saat kepala temanku yang sedang di benamkan. Tidak hanya itu saja, sebelum itu, Ronald juga menggunting rambut Lia sehelai.. 2 helai"
 
     "Waduh kasihan juga yah?"
 
     "Itu bener teman kamu kan?"
 
     "Ya iya lah.. emang siapa? kamu tanya aja sama Yoga dan Hari?"
 
     "Awas yah kalau nanti aku tahu kamu ada apa-apa dengan dia"
 
     "Iya.. aku cuma sayang sama kamu doang kok"
 
     "Iya aku juga sayang sama kakak.. sayang banget.. nget.. nget.. Makanya kakak jangan kecewain aku yah?"
 
     "Iya cintaku.. manisku" aku mencubut dagunya dan membelai rambutnya..
 
     "Terus bagaimana keadaan teman kamu itu Kak?"
 
     "Tadi dia tidak masuk sekolah karena demam, terus di kepalanya masih sakit akibat tangan Ronald yang menjambaknya"
 
     "Kasihan juga yah Lia.. semoga dia tidak apa-apa ya!"
 
     "Aamiin.. ini kamu masih mau tidak mie-nya?"
 
     "Sudah, kakak habiskan saja"
 
Ibu Lisa keluar dari dalam rumah, katanya mau pergi keluar sebentar. Setelah berbincang sedikit dengan Ibunya, kami pun melanjutkan obrolan.
 
     "Kakak tuh, sudah beberapa hari tidak telepon Lisa, main ke rumahpun tidak!"
 
     "Lah kan biasanya mainnya malam minggu atau hari minggunya"
 
     "Akukan kangen sama kakak"
 
     "Oh begitu, ini kan sudah ketemu.. berarti sudah tidak kangen lagi dong?"
 
     "Aku masih kangen, kakak tidak usah pulang yah.. temenin Lisa di sini?"
 
     "Lah, gimana! besok kan kakak sekolah Lis"
 
     "Yah, gak tahu kenapa aku kangen berat sama kakak dari 2 hari yang lalu. Aku teleponin kakak tidak pernah ada di rumah"

     "Oh, begitu. begini saja, besok kakak ke sini lagi yah, nemuin pacar kakak yang cantik ini" aku sambil mencubit kedua pipinya yang memiliki lesung pipit di kedua pipinya..

     "Bener yah kak, besok kakak ke sini pulang sekolah"

     "Iya"

     "Aku tunggu di halte yah?"

     "Tidak usah, kamu tunggu di rumah saja"

     "Emang kenapa kak?"

     "Takut ada pelajaran tambahan, macet, keretanya lama, atau kemungkinan lainnya.. nanti kamu lama nungguin akunya"

     "Sudah tidak apa aku tunggu kakak, lama juga tidak apa-apa"

     "Iih, ngeyel banget sih, pacar kakak yang satu ini.. sudah tunggu di rumah saja yah"

     "Kok pacar yang satu ini, berarti kakak punya pacar lain dong?"

     "Aduh.. kamu tuh curigaan saja, salah ngartiin omongan terus sih sayangku?"

     "Semoga kita berjodoh ya sayang?"

     "Aamiin, aku maunya nikah cuma sama kakak"

     "Iya, masih kecil sudah ngomongin nikah, SMA (Sekolah Menengah Atas) juga belum"

     "Biarin.. emang kakak tidak mau menikah dengan aku?"

     "mmmm.. gimana yah? sudah ah, sudah malam kakak pulang dulu" (KK)

-- DH --


 
 
 
    






    

     

     

     



Jumat, 21 Agustus 2020

Cinta Remaja (Bagian 6)

Sebelum sampai rumah aku bertemu teman-teman di depan lapangan bola, sedang bersiap untuk bermain galaksin gawang.

     "Hai Di, dari mana? Rapi bener!"

     "Dari toko buku sob"

     "Yuk gabung.. kita mau main galaksin"

     "Entar ya, gua pulang dulu untuk ganti baju"

     "Ya sudah cepat sana, kita tunggu ya"

     "Oke"

Aku melangkahkan kaki dengan cepat menuju rumah dengan melewati jalan menurun, sampai di rumah berganti pakaian dan keluar rumah kembali. Sesampainya di lapangan aku melihat mereka sudah mulai bermain. Aku pun mendekati mereka.

     "Ayo di, gabung"

     "Iya, gua masuk team mana?"

     "Tim Eto" (Kita membagi tim menjadi 2 dengan sebutan nama ketua tim. Saat itu pembagiannya tim Eto dan tim Ebay)

     "Oke"

 Permainan Benteng – bentengan - Permainan Bocah

Sebenarnya, badanku sudah capek.. mamun berkumpul bersama teman-teman rasa itu hilang. Aku berlari kesana kemari dengan gesit, memang kegesitan yang dibutuhkan saat bermain galaksin ini dan membutuhkan orang yang banyak agar benteng kita selalu terjaga dengan baik. Strategi yang baik juga dibutuhkan agar kita bisa memenangkan permainan ini. Aku senang timku bisa memenangkan dengan baik, walau angkanya menang tipis. Hari sudah mulai gelap, hingga membuat kita semua harus membubarkan diri.

 Permainan Kecil Benteng Bentengan - YouTube

Saat mandi, azan maghrib berkumandang dari masjid, sangat terdengar jelas sampai ke dalam kamar mandi. Aku mandi dengan air di dalam gentong besar, air tersebut aku ambil dengan gayung kecil. Tidak lama aku mandi karena takut magrib terlewat. 

Malam itu aku tidur lebih cepat yaitu jam 08.00 karena badan terasa capek dan ngantuk.

Pagi harinya, bersyukur aku bangun tidak terlambat. Semua kelengkapan sekolah  sudah kusiapkan dari sejak semalam, sehingga pagi itu aku tidak repot lagi. Di sekolah hari ini, aku sangat bersemangat, aku mengerjakan praktek lapangan secara kelompok, kita coba belajar bagaimana memperbaiki mesin yang rusak. Saat itu aku melihat Meri mendekati aku terus.

     "Di.. gua bantuin ya?"

     "Lo lakuin saja tugas bagian lo"

     "Gua sudah selesai"

     "Gile, seriusan.. cepat banget lo kerjanya.. mantab dah.. kalau kayak begini, kelompok kita bisa sukses terus ni"

     "Ah, lo bisa aja! Emang lagi  kebeneran aja. Emut gua lagi enak aja ni.."

     "Li, gua liat lo kayaknya semangat banget deh"

     "Ya iyalah, kan dekat dengan orang yang disayang" celetuk temanku Hari fari arah belakang kanan

     "Maksudnya?"

     "Lia sudah lama suka sama lo Adi.. lo aja yang tidak peka" Hari nyeletuk dari arah belakang kanan..

     "Bener begitu Li?"

     "Enggak kok, Hari mah suka asal kalau nyeletuk.. Kan jadi tidak enak gue sama Adi"

     "Ya elah Li, akuin ajah kenapa! Susah banget sih.. lagi pula biar Adi tahu, kali aja Adi juga cinta lo" Jawab Hari..

      "Gua tahu, Adi punya pacar ngapain juga gua  suka sama Adi" jawab Lia

     "Ah, lo mah Li, suka pura-pura sih"

     "Pura-pura gimana? Sudah ah.. sekarang fokus sama praktikum kita"

Aku melihat dari tatapan mata Lia, jika memang benar yang dikatakan oleh Hari. Namun aku yakin dia membela diri agar tidak malu dengan kita-kita semua. Yang ku lihat Lia adalah orang yang kuat, manis dan enak dipandang. Dia adalah anak Yatim, dia kehilangan Bapaknya 2 tahun yang lalu. Itulah yang menjadi penyebab dia harus masuk Sekolah STM, karena dia harus meneruskan usaha bapaknya yaitu bengkel mobil. Lia adalah anak Pertama dari tiga bersaudara, adiknya seorang perempuan dan laki-laki. Saat ini si bontot masih berumur 5 tahun.

Saat kejadian itu, Lia sedang belajar di sekolah. Bapaknya yang sedang berada di kolong mobil harus memperbaiki bagian bawah depan. Karena harus mengganti kopling yang sudah habis. Saat asik memasang baut kembali, tiba-tiba dongkrak tersenggol dan menyebabkan mobil jatuh tepat mengenai kepala. Menurut karyawannya darah segar langsung mengalir dari bawah mobil. Semua karyawan menolong dan segera dibawa ke rumah sakit terdekat. Namun dokter bekata 'bapaknya meninggal sebelum beliau sampai di rumah sakit'.

 Mengenal Jenis Dongkrak Mobil dan Cara Memakainya

Hari itu merupakan beban yang berat buat Lia. Namun dia berhasil bangkit, karena hatinya yang telah menguatkan dia sendiri agar tidak bersedih lagi. Dia juga melihat ibunya yang sangat tegar dan itulah juga yang menjadikan Lia kuat. 

Aku mengetahui hal ini karena pernah menanyakan sendiri ke Lia saat aku istirahat makan bersamanya di kantin sekolah. Aku menanyakan karena aneh saja gadis semanis dia bisa mengambil jurusan teknik mesin. Padahal dia bisa saja mengambil jurusan lain yang dia sukai.

Kembali ke praktikum sekolah. Hari itu selesai praktikum kita berempat makan bareng di kantin. Saat lagi makan, aku bertemu Daniel (yang waktu itu pernah menggoda Lisa, saat aku ajak melihat sekolahku yang baru)

     "Hai Adi, apa kabar?"

     "Saya baik"

     "Bukan nanyain elo, tapi kabar Adik lo?"

     "Oh, dia baik nal"

     "Waduh nal.. nal saja lo ngomong?"

     "Panggil gua, bang Ronal.. kecuali gua dah jadian sama adik lo.. lo bisa panggil gua apaan aja"

     "Siap bang"

     "Ini cewek lo Di?" Dia sambil melinting sedikit rambut Lia yang tergerai panjang

     "Eh, lo jangan kurang ajar ya sama gua, emang siapa lo sampai nanya-nanya begitu segala?" Jawab Lia sewot.. sambil menepak tangan Ronald

     "Sabar nenk.. tenang-tenang..". "Pacar lo galak juga ya!"

     "Iya bang" Jawabku..

     "Eh, gua bisa lebih berani dari ini sama lo ya neng, inget itu.. jangan lo pikir gua takut yah!"

     "Coba aja kalau berani!"

     "Oh lo nantang nih, liat saja entar pulang yah"

Ronald langsung berjalan meninggalkan kami di kantin bersama temannya. Aku melihat dia sangat kesal dengan sikap Lia. Dia pun langsung berbicara dengan teman-temannya, seperti merencanakan sesuatu.

     "Li, harusnya lo tidak usah terlalu bersikap keras seperti tadi kepada Ronald!"

     "Gua tidak peduli Di.., dia sudah berani pegang-pegang gua"

     "Ya sudah, lo yang sabar.. Hati-hati nanti pulang sekolah!

     "Iya Di"

     "Ya sudah nanti kita pulang bareng yah"

Saat pulang sekolah, kita berjalan bersama berempat, sampai di pintu gerbang, tidak ada tanda-tanda keberadaan Ronald begitupun saat Lia sudah manaiki bus. 

Saat malam, aku mendapat kabar dari teman-teman, bahwa Lia belum sampai rumah. Akupun beranggapan pasti Ronald yang melakukan semua ini. Kami semua mencoba mencari nomor telpon Ronald, namun tidak ada yang bisa mendapatkannnya. Hingga 2 hari kemudian, aku menelpon Lia. Diapun mengangkat telponku.

     "Hai Li, kamu ke mana saja?"

     "Gua ada di rumah saudara gua Di"

     "Gua pikir Lo di apa-apain Ronald?"

     "Tadinya gua sempat dihadang Ronald saat akan berganti kendaraan"

     "Oh, begitu.. terus bagaimana"

     "Iya gua teriak aja, kan itu terminal, pasti banyak orang donk.."

     "Iya juga yah, hebat juga lo Li.."

     "Iya tapi Ronald sempat ngejambak rambut gua, terus temannya sempat narik ke mobil Ronald. Dari gua turun sampai mobilnya dia seret gua dengan menjambak rambut gua dan kedua tangan gua dipegangan oleh kedua temannya. Saat mau dimasukin ke dalam mobil, gua sempat menendang anunya temannya hingga dia kesakitan, terus tangan yang lepas itu gua pakai untuk megang anunya yang megang tangan gua satu lagi. Abis itu Ronald ngelepasin gua. sambil gua juga berteriak minta tolong"

     "Hebat juga lo Li"

     "Lo mah dari tadi ngomongnya hebat.. hebat mulu!"

     "yaaa.. iya lah hebat, orang bisa melawan sendiri gengnya Ronald"

     "Hehehe"

     "Terus gimana rambut dan tangan lo?"

     "Gak apa-apa sih!"

     "Terus kenapa lo tidak pulang ke rumah?"

     "Hari itu memang gua sudah niat untuk nginep di rumah saudara, makanya gua tidak pulang"

     "Oh, begitu.. kita-kita semua sudah panik aja takut lo di apa-apain Ronald"

     "Tenang aja.. aman kok.. hehehe"

Keesokan harinya saat hari senin, Lia bercerita banyak kepada ku saat jam istirahat. Sambil makan Bakso dia bercerita.

     "Gua gak betah di rumah di"

     "Lah, Kenapa?"

     "Ibu selalu marahanin gua dan nyalah-nyalahin gua"

     "Lah emang kenapa?"

     "Iya guakan dirumah malas bangun pagi.. dia bilang tidak mencontoh yang benar buat adiknya.. terus gua dibilang pemalas tidak pernah nyapu dan ngepel, terus ke warung gua juga yang disuruh, dia bilang kalo suruh adik takut salah dan bahaya karena warungnya di jalan besar"

     "Menurut gua Ibu lo benar Li, nanti kalau tidak ada ibu lo siapa yang kerjain kerjaan rumah, kalau lo bangun siang terus, ibu lo kapan bisa berangkat cari duit, kan dia harus beres-beres rumah dulu dari pagi. Begitupun dengan ke warung, sekarang banyak banget penculikan anak loh"

     "Gitu yah?"

     "Ya iya lah.. selagi ibu lo masih tegor elo, berarti dia masih sayang lo.. coba kalau dia sudah masa bodo dengan lo.. lagi pula yah, nanti saat lo sudah berumah tangga, lo juga akan melakukan yang sama seperti ibu lo mengurus rumah seperti sekarang. Kecuali lo nanti jadi orang kaya, tinggal cari asisten rumah tangga juga sudah cukup"

     "Ada benernya juga lo Di"

     "Ya iya lah.. Nih ya Li, gua aja di rumah juga bantuin ibu cuci piring, cuci baju dan sapu-sapu rumah"

     "Ya kalau cuci baju memang semua gua yang lakukan, tapi yang laen sih enggak"

     "Nah itu, coba deh.. ringanin pekerjaan orang tua lo, pasti dia seneng.. hidup lo juga akan menjadi lebih baik deh.. pokoknya perasaan akan menjadi lebih lega aja"

     "Gitu yah.. emang ngaruh ya?"

     "Coba aja buktikan sendiri"

     "Terima kasih ya sudah mau dengerin curahan hati aku!"

     "Iya sama-sama"

Bell berbunyi tanda jam istirahat sudah selesai, kami bergegas masuk ke dalam kelas. Pulang sekolah Lia minta aku temenin ke sebuah mall di daerah tempat tinggalnya di kali bata. Namun belum keluar kelas Ronald masuk ke kelas dan menarik aku dengan Lia untuk duduk di bangku kembali. Mereka menahan kami hingga sekolahan sepi dan gelap. Selepas magrib kita di tarik ke toilet laki-laki.

     "Lo tau! kenapa kalian berdua gua seret ke kamar mandi ini"

     "..." Kami berdua hanya diam, duduk di atas lantai yang kotor..

     "Jawab.. jangan cuma diam.. lo juga cewek kemaren lo galak sama kita-kita, kenapa sekarang diam"

     "Iya nal gua minta maaf ya.. dan gua mewakili Lia juga"

     "Oh, nama lo Lia.. lo berani juga sama gua yah.. selama ini tidak ada orang yang berani melawan gua"

     "Emang lo siapa?" Jawab Lia ketus..

     "Nah keluar juga bacot lo ya!"

     "Sudah Li, kamu diam saja" Kataku..

     "Enaknya kita apain ni orang berdua?" Tanya Ronald kepada ke 6 orangnya yang berada di dalam toilet"

     "Kita telanjangin aja bos berdua, biar disangka guru mereka sudah berbuat mesum di sini atau mereka akan mati kedinginan di sini" Jawab salah satu temannya..

     "Botakin aja yang ceweknya Bos, biar dia tidak bisa ngomong lagi" Jawab temanya yang lainnya..

     "Sudah bos rendem aja ke WC, biar dia tahu rasanya air kotor"

     "Gantung aja bos biar mati sekalian"

     "Lo denger tuh, temen-temen gua bicara, tapi sadis juga lo Andri.. sampe gantung orang segala!"

     "Iya lah bos, biar tahu rasa mereka" Jawab Andri..

     "Enggak harus begitu kali"

     "Lo mau gua telanjangin berdua?"

     "Jangan Nal, lo jangan begitu sama kita.. inikan berhubungan dengan masa depan kita"

     "Gua tidak perduli.. yang penting kita semua senang.. atau gua botakin rambut cewek lo yang panjang sepantat ini ya" Dia sambil memegang gunting dan rambut Lia..

      "Jangan nal, tolong!"

     "Oh, ya sudah.. kalau tidak mau semua berarti pilihan terakhir yak..!"

 karin novilda on Twitter: "Mau ngasih tau aja. Untuk kalian yang ...

Ronald menarik rambut Lia ke arah kamar mandi, dia benamkan kepala Lia ke dalam toilet. Ronald melakukannya berkali-kali, tanpa perlawanan dari Lia. Setelah puas dengan semuanya mereka meninggalkan kami berdua.

 Heboh! Oknum Kombes Diduga Aniaya Keluarga karena Orang Ketiga di ...

Aku mendekati Lia, dan membatunya membersihkan pakaiannya, merapikan rambutnya yang kusut. Aku pergi keluar untuk membeli sampo serta sabun untuk Lia membersihkan diri. Berlari aku ke arah pintu gerbang sekolah untuk mencari warung terdekat. Sampai pos satpam di gerbang sekolah, aku ditanya.

     "Mau kemana mas?"

     "Itu, Ronald nyiksa anak sekolahan ini, masa Bapak tidak tahu sebagai keamanan di sini?"

     "Tidak.. saya tidak tahu"

     "Ah, bapak bohong, tolong pak bantu saya beli sampo dan sabun, saya mau tolong Lia dulu"

     "Oh, yang dikerjain cewek? ya sudah saya ambil di rumah saya saja.. kamu tunggu di dalam toilet saja"

Dia mengambil sampo dan sabun ke rumah dinasnya yang terletak di belakang sekolahan. Kemudian mendatangi kita yang berada di toilet laki-laki bersama istrinya.

     "Emang di sini sering begitu mas, mba.. kita mah disini tidak bisa berbuat apa-apa. Kita takut, kita cuma mau cari duit saja di sini."

     "Gitu yah bu.. tadi saya sudah curiga, pasti Pak Satpam sudah tahu ni!"

     "Makanya Mas, mba.. mendingan diem saja deh kalau menghadapi Ronald" (KK)

-- DH --



 




 

 

 




 

 

 

 



Jumat, 14 Agustus 2020

Cinta Remaja (Bagian 5)

Sebelum magrib, aku pamit pulang kepada Lisa, namun orang tua dan kakaknya tidak kunjung pulang. Akupun tidak bisa meninggalkannnya sendiri di rumah, hingga akhirnya aku sholat maghrib di rumahnya. Saat sholat maghrib bersama Lisa, kedua orang tuanya datang bersamaan, saat itu kami baru akan masuk raka'at ke 3. Selesai sholat aku salami kedua orang tua Lisa dan langsung berpamitan pulang.

     "Pak.. Bu.. saya sekalian pamit pulang yah?"

     "Eh, nanti dulu kita makan malam bareng dulu yah. Tadi Bapak beli ayam bakar di depan"

     "Iya.. Nak Adi.. sekali-kali makan malam bareng di sini" ibunya berkata..

     "Tidak usah repot bu, nanti saya pulang takut kemalaman"

     "Jangan nolak rezeki kak, pulang jam 7 mah tidak kemalaman juga kali"

     "Ya sudah deh!"

Aku menunggu kedua orang tuanya yang sedang mandi dan sholat terlebih daluhu. Sambil menunggu aku mengobrol dengan Lisa di ruang tamu.

     "Kakak disuruh makan susah banget sih? jangan nolak rezeki loh"

     "Bukannya begitu, aku takut kedua orang tuaku nyariin, takut dia nunggu-nunggu aku di rumah"

     "Kalau begitu, nanti habis makan langsung pulang saja"

     "Kalau seperti itu tidak enaklah sama orang tua kamu!"

     "Ah, kakak mah.. tidak enakan mulu"

Saat makan malam, kita semua lebih banyak terdiam. paling orang tuanya hanya menanyakan tentang sekolahku. Selesai makan aku duduk kembali di ruang tamu sekitar 15 menitan. kemudian pamit pulang. Benar saja sampai di rumah sudah jam 19.30, kedua orang tuaku langsung menghujani aku pertanyaan.

     "Kamu dari mana saja Di?"

     "Tadi pulang aku mampir dulu ke rumah Lisa, tadinya mau pulang sebelum maghrib. Karena Lisa sendiri, jadinya aku sholat magrib dulu di rumahnya. Selesai sholat kedua orang tuanya malah ngajakin aku makan malam. Awalnya aku sempat menolak Bu.. tapi mereka memaksa. Jadinya aku makan malam dulu deh di sana"

     "Ibu dan bapak khawatir nungguin kamu, takut kamu kenapa-napa. Ibu Bapak pikir, kamu kena tawuran. Ya sudah sana langsung mandi"

     "Iya Bu"

10 Kekonyolan Sepak Bola Barbar Masa Kecil. Main Terooos Sampai ...

Hari sabtunya saat libur sekolah aku bermain bola di lapangan, semua teman-teman berkumpul di lapangan dan bermain hingga jam 04.00 sore. Tim ku memenangkan pertandingan hari ini dengan skor 4 - 2. Setelah itu kami semua meninggalkan lapangan menuju sungai Ciliwung yang berjarak 300 meter dari lapangan ke arah timur. Kami semua mandi dan bermain air, dengan ketinggian air yang tidak merata, paling dalam setinggi 1,5 meter, Senang rasanya bisa bermain, bercanda dan tertawa bersama teman-teman. Saat akan naik untuk berganti pakaian, aku lihat Citra sedang duduk di bawah pohon bambu di pinggir sungai. Kemudian usai berganti pakaian, aku naik ke atas dan melewati dia.
 
Tak Peduli Air Tercemar, Foto-foto Anak-anak Riang Berenang di ...

     "Hai.. Cit"

     "Hallo kak.. sudahan mandinya?"

     "Sudah Cit, sudah mau gelap juga nih! Kamu kok tidak ikutan mandi?"

     "Aku lagi malas mandi di sungai"

     "Oh, begitu.. kenapa?"

     "Malas saja.. tidak tahu kenapa!"

     "Kamu sudah lama di sini?"

     "Baru kok.. paling setengah jaman deh"

     "Itu mah sudah lama Cit.. ya sudah aku duluan pulang yah"

     "Oh gitu, jadi aku mau ditinggalin disini sendirian..!"

     "Lah kan.. itu masih banyak yang mandi.. sendirian gimana sih?"

     "Memang kamu begitu orangnya!"

     "Begitu gimana sih? kan kamu tadi ke sini datang sendiri? terus mau pulang bareng aku? yah sudah ayuk kita pulang bareng!"

     "Kamu mah, orangnya tidak peka yah! egois!"

     "Ini kamu ngomongin apa sih.. tidak ngerti aku"

     "Emang kamu tidak pernah mau ngerti aku.. sebel!"

     "Cit, kalau aku ada salah ke kamu aku minta maaf yah? ya sudah kamu jangan begitu dong kepadaku"

     "Memang gampang banget sih untuk ucapin minta maaf, tapi aku di sini sudah terlanjur tersakiti oleh kamu!"

     "Tidak ada niatan untuk menyakiti kamu.. harusnya kamu bisa bersikap biasa saja dan kita masih bisa berteman kan?"

     "Itukan menurut kakak.. tapi aku tidak bisa terima perlakuan kakak terhadapku"

     "Terus kamu mau aku seperti apa?"

     "Pakai nanya lagi! pikir saja sendiri! dasar leleki pembohong!"

     "Ah, ya sudah deh terserah apa pendapat kamu kepadaku"

     "Ya sudah.."

Aku meninggalkannya yang sedang berdiri menghadapku. Sekitar 2 menit berjalan aku merasa ada yang berjalan mengikuti langkahku. Saat aku menengok ke belakang aku melihat Citra yang berada di belakangku. Dia mengikutiku sampai rumah.

     "Mampir cit?"

     "Iya.. terima kasih.. entar ada yang marah lagi!"

     "Enggak kok, santai aja.."

     "Yakin? Aku tidak bertanggung jawab loh jika nanti ada yang marah"

     "Iya.. ya sudah yah, aku masuk duluan yah?"

     "Ya sudah sana, dasar orang yang tidak peduli.."

Dia terus ngedumel, saat aku tinggalkan dia di luar rumah. Aku tidak perduli terhadap apa yang dia katakan. Aku terus melangkah masuk ke dalam rumah. Sampai dikamar aku berganti pakaian kemudian keruang keluarga untuk menonton televisi.
Saat menonton itu aku teringat akan Citra tadi sore. Sebenarnya Citra anak yang baik dan cantik, namun sudah ada Lisa yang menjaga hatiku.
Malam itu, aku lupa untuk maen ke rumah Lisa. Kemudian jam 08.00 ada telpon dari Lisa.

     "Kakak kok tidak ke sini?"

     "Besok saja aku ke sananya yah! Aku capek banget"

     "Yahh.. sekarang aja kesininya.. trus besok juga"

     "Lah kenapa jadi tiap hari ke sananya?"

     "Emang kenapa? Kakak sudah bosan yah sama aku?"

     "Kok ngomongnya begitu?"

     "Habis.. kayaknya gak mau banget ketemu sama Lisa sih"

     "Iya deh.. aku ke sana nih sekarang.. tapi tidak apa yah ke sana malam-malam begini?"

     "Biasanya kakak maen juga sampai jam 10 malam di rumahku"

     "Iya.. Iya.. aku ganti baju dulu yah.. ya sudah aku tutup telponnya yah.. da sayang"

     "Dah"

Malam itu aku berjalan ke rumahnya. Ku lihat dari pintu pagarnya dia sedang duduk berdua dengan kakak perempuannya. Malam itu Lisa memakai baju merah dengan rambut dikepang dua. Aku hanya berbicara dengannya di luar rumah berdua.

     "Kamu sudah makan sayang?"

     "Sudah.. kakak sudah makan?"

     "Sudah.. kamu makan dengan apa malam ini?"

     "Dengan indomie goreng pakai telur ayam 1 dan sayur sawi hijau"

     "Kok.. kamu makannya dengan indomie terus sih, kan itu tidak bagus untuk kesehatan"

     "Habis aku suka! gimana dong!"

     "Iya kalau suka itu, ambil yang baik-baik saja.. yang tidak baik yah harus ditinggalkan"

     "Bodo ah"

     "Kok bodo, kalau dibilangin begitu sih kamu"

     "Iya kakakku tercinta.. dia mencium keningku"

     "Aduh kamu mah, rumah ramai begini pakai cium-cium segala. malah banyak orang yang lewat depan rumah kamu tuh. Kan tidak enak dilihat dan jadi omongan orang"

     "Bodo ah"

     "Yeee.. kalau dibilanginnya..!"

     "Kak.. besok kakak mau ke mana?"
 
     "Rencananya sih tidur-tiduran di rumah saja"
 
     "Temenin aku yuk ke toko buku di Margonda"
 
     "Kamu mau beli buku apa?"
 
     "Buku pelajaran sama novel, tapi lihat-lihat dulu sih.. Belum tentu beli"
 
     "Kita mau jalan jam berapa?"
 
     "Pagi saja yah biar tidak kepanasan. Entar kalo kena terik sinar matahari, kulitku gosong lagi"
 
     "Oke, ya sudah yah.. sudah malam.. aku pulang dulu.."
 
     "Jangan lupa besok ya kak"
 
     "Iya besok aku jemput ke rumah kamu"
 
Aku pamitan dengan ke dua orang tuanya dengan kakanya yang lagi asik menonton televisi sambil ngemil makanan ringan dan kacang serta minuman dingin.  

Keesokan harinya aku terlambat bangun, Lisa sudah membangunkanku dengan menelpon

     "Di.. bangun! ini Lisa telpon"

     "Iya, Mah.. ini jam berapa ya mah?"

     "Jam 09 lewat"

Aku loncat dari tempat tidurku kemudian mengangkat telpon darinya.

     "Kakak gimana sih masih tidur saja!"

     "Iya sayang, maaf yah.. aku langung mandi sekarang yah.. pokoknya sampai rumah kamu tidak lebih dari jam 10 deh"

     "Iya.. aku tunggu ya kak"

     "Iya"

Sampai rumahnya aku melihat dia masih memakai baju tidur.

     "Kok belum siap-siap sih?"

     "Gak jadi.. sudah kesiangan" dia ngambek manja kepadaku..

     "Kenapa tidak jadi sih sayang?" sambil aku membelai rambutnya yang duduknya membelakangiku..

     "Iya tuh Adi, Lisa dari jam 8 sudah siap, terus nungguin kamu kelamaan tuh" Ibu nya berkata saat keluar dari kamarnya menuju ruang tamu tempat kami duduk..

     "Maaf ya sayang!" aku merayunya..

     "Tidak mau, kita di rumah saja"

     "Ayuk kita jalan sekarang, ini kan tidak siang-siang banget.. masih jam 10"

     "Jam 10 apaan.. sudah jam setengah 11 lewat tuh.. makanya liat tuh jam"

     "Ya kamu sih ngambek terus, padahal tadikan aku datang jam 10"

     "Kan, kakak janji tidak lebih dari jam 10. Gak bisa nepatin janji banget sih!"

     "Aku Beli ini dulu buat kekasihku tercinta" aku mengeluarkan coklat dari dalam sakuku dan memberikan kepadanya..       

     "Asik, makasih ya kak"

     "Aku sudah tahu, kamu pasti akan ngambek, makanya kakak beli coklat ini dulu buat kamu"

     "Ya sudah aku siap-siap dulu ya kak!"

     "Lah.. tadi katanya tidak jadi.. kita dirumah aja"

     "Aaah kakak mah begitu.."

     "Jadi.. kita tetap jalan nih?"

     "Jadi dong.. hehehehe" dia langsung berlari ke kamarnya..
     
Tidak lama menunggunya, dia dengan cepat berganti baju dan berdandan dengan rambutnya yang dia biarkan tergerai.
 
 Pertandingan M.04 Pasar Minggu-Depok Timur – akumassa
 
Kami berjalan ke jalan besar selama 5 menit kemudian menaiki angkot kecil menuju Margonda Raya. Ternyata jalanan siang itu sudah sangat padat, terlihat keringatnya membasahi dahi dan mukanya.

     "Maaf ya, aku kesiangan tadi.. harusnya kamu gak sampai keringatan seperti ini"

     "Ya sudah kak, tidak usah dibahas lagi.. mungkin ini memang kehendak Allah, kita harus jalan siangan"

     "Iya yah.. ok deh.. sekarang saatnya kita senang-senang yah"

Sampai di depan toko buku, kta berjalan masuk melewati tangga eskalator untuk menuju lantai dua. Ini memang toko buku terbesar dan luas yang berada di Depok.
Aku melihat Lisa asik memperhatikan semua buku yang terdapat di setiap rak disana. Tidak sedikit buku yang dia baca terlebih dahulu saat itu. Aku pun meninggalkannya untuk mencari judul buku yang asik untuk aku baca. Setelah dia mendapatkan buku yang dia cari, dia mengajakku untuk pulang, setelah membayar kedua buku itu di kasir. Kasir wanita itu terlihat tersenyum dan sangat ramah kepada setiap orang.
Saat pulang, kita harus menyebrang jalan untuk menaiki angkot yang menuju rumah kita. Tidak lama menunggu angkot itu datang karena ada banyak sekali angkot yang lewat saat itu. Cukup setengah jam saja waktu yang dibutuhkan untuk sampai di depan masuk gang rumah Lisa. Kita pun harus kembali menyebrang jalan besar juga jalan kereta.
Sebelum sampai rumah Lisa, dia mengajakku untuk makan mie ayam terlebih dahulu.
 
 Mie Ayam Bakso Gofur - Lenteng Agung - Makanan Delivery Menu ...

     "Kak, kakak sayang tidak sama Lisa?"

     "Menurut kamu bagaimana?"

     "Kok.. menurut aku.. kan aku tanya bagaimana hati kakak?"

     "Kenapa kamu tanya seperti itu sayang?"

     "Ya tanya aja.. dijawab dong kak!"

     "Emm.. gimana yaaa..!"

     "Ah, kakak mah.. ngeledek aja"

     "Hehehehe.. cinta ku tidak usah kamu ragukan deh.. pokoknya aku akan berikan yang terbaik untuk kamu. Selain kamu cinta pertamaku, kamu juga orangnya baik dan nyambung dengan aku. palingan ngambek dan manjanya aja yang tidak ketolongan.. hehehe"

     "Aaah kakak mah..!"

     "Tuh kan, baru aku bilang"

Aku melihat di bibirnya belepotan saos dan akupun membersihkannya dengan tisu bersih.

     "Aduh kamu makannya belepotan begini sih" tangan kananku membersihkan bibirnya..

     "Yuk kita pulang kak"

     "Sudahan makannya?"
 
     "Sudah"

     "Itu es jeruknya dihabiskan dulu, sekalian aku bayar dulu ke kasir"

Kami berjalan berdua, dia terlihat sangat ceria dan tersenyum sepanjang jalan menuju rumahnya.

     "Aku bersyukur melihat kamu bahagia seperti ini, selalu tersenyum yah untukku"

     "Ih, kakak.. apaan sih?"

     "Iya emang kenapa?"

     "Kak, aku seneng banget hari ini bisa jalan dengan kakak"

     "Iya, nanti aku tidak mampir ke rumah kamu ya! aku antar kamu sampai depan rumah saja"

     "Yaaahhh, kok"

     "Ini sudah sore sayangku, aku mau istirahat, kan besok kita sekolah pagi"

     "Ya sudah.. iya deh"

Di depan rumahnya aku melihat ibunya sedang menyiram tanaman bunganya. sekalian aku tegur dan pamitan untuk pulang. (KK)

-- DH --



Jumat, 07 Agustus 2020

Cinta Remaja (Bagian 4)

Aku berjalan melangkah pulang keluar ruangan menuju pintu gerbang sekolahan. Saat sebelum sampai di pintu gerbang sekolahan Ronald ternyata mencegatku dangan temannya yang sangat banyak di sekelilingnya.

     "Ngapain loh ke ruangan Tata Usaha?"

     "Itu Nal, saya mau tanya kapan mulai masuk sekolah"

     "Yang bener lo?"

     "Bener Nal.."

     "Awas.. kalau lo berani ngadu yang tidak-tidak yah"

     "Iya nal"

     "Terima kasih, semoga kita bisa menjadi saudara" dia menepuk pundakku..
     "Sekarang lo mau ke mana?"

     "Pulang Nal"

     "Pulang ke daerah mana?"

      "Jakarta Selatan"

     "Oh, begitu.. ya sudah sana.. hati-hati di jalan..!"

Aku berjalan ke arah halte bus bersama Lisa, Hingga 20 menit lamanya kami di halte tersebut, menunggu bus yang akan kita naiki datang. Lisa terlihat agak kurang ceria dan lebih banyak terdiam.

     "Kamu kenapa sayang?"

     "Tidak apa-apa kak!"

     "Kok mukanya jutek banget"

     "Iyaaa.. habis, belum masuk sekolah saja, kakak sudah digituin. apalagi entar sudah sekolah!"

     "Sudah tidak usah dipikirin, insyaAllah aku tidak apa-apa"

     "Aku takut kak"

     "Ya sudah, kamu yang tenang yah.. aku bisa jaga diri kok"

Aku yang sedari naik tadi duduk bersampingan dengannya kemudian mengusap kepalanya dan merebahkannya ke pundakku. Aku biarkan dia beristirahat dipundakku, hingga ku lihat dia tertidur.
Aku mengantarnya pulang kerumahnya terlebih dahulu baru kemudian aku pulang ke rumahku.
Waktu berlalu dengan begitu cepat, tidak terasa hari ini adalah hari pertama aku masuk sekolah. Setelah masuk kelas ternyata di kelas hanya ada 2 orang siswi wanita dari total 40 murid. Dihari itu, kita diberi pengarahan oleh kepala sekolah saat upacara bendera pagi. Seminggu lamanya masa Orientasi Siswa Baru, kami dibimbing oleh kakak kelas pada setiap jurusan yang diambil. Banyak peristiwa yang tidak mengenakkan terjadi, kami disuruh merangkak di lapangan yang becek hingga membuat bajuku kotor, kemudian diberikan pengarahan bagaimana bekerja tim dan permainan kekompakan dalam tim. Pada hari pertama 4 orang kulihat pingsan, dan segera di bawa dengan tandu ke ruang kesehatan sekolah. Banyak kejadian yang tidak mengenakkan selama Orientasi berlangsung, rata-rata siswi wanita banyak yang dilecehkan, kekerasanpun banyak terjadi diantara kita. Aku melihat ini karena kurangnya pengawasan guru pada masa orientasi tersebut.

BUDI UTOMO, DJAKARTA, Jakarta (2020)

Seminggu terlewatkan, aku sudah mulai mengenal teman-teman di sana. Aku sangat bangga sekolah di sini, karena guru-gurunya yang sangat pintar dan cekatan. Pada dasarnya memang praktek kerja lebih mendorong untuk cepat mengerti dari pada hanya teori.
Aku merasa sekolah di sini sangat menyenangkan, tidak seperti pemikiran banyak orang bahwa STM (Sekolah Teknik Menengah) sering tawuran, orang-orangnya arogan dan masih banyak pemikiran lainnya. Menurutku mereka semua baik, kompak dan bersahabat. Yang memang tidak aku sukai disana adalah senioritasnya, mereka selalu ingin di pandang dan dihormati.
4 bulan sudah aku berada di sekolah itu, sejauh ini aku selalu datang dan pulang dengan menggunakan baju biasa. Bersyukur tidak pernah terjadi tawuran (perkelahian antar sekolah) di sana. Namun di hari itu saat aku pulang sekolah terlihat temanku berlarian masuk ke dalam sekolah kembali, sambil berteriak 'kita diserang.. kita diserang'. Semua berteriak dan mengulangi perkataan tersebut. Aku yang sudah sampai pagar sekolahan, melihat begitu banyak anak sekolah lain yang berlari ke arah sekolahanku sambil melemparkan batu dan mengacungkan senjata tajam. Akupun kembali masuk ke dalam sekolahan, ku lihat dengan sigap satpam sekolahku menutup pintu gerbang sekolah bersama anak murid lainnya dan menggembong pintu. Bersama-sama kita semua berlari masuk. Aku yang sudah berganti pakaian terpaksa ikut bersembunyi di dalam sampai suasana bener-benar tenang. 1 Jam kemudian sirine mobil polisi terdengar dari arah pintu gerbang, satpam pun berlari membuka kunci gembok pagar. kami semua mendekati ke luar, setelah Kepolisian mengumumkan keadaan tenang, kita semua keluar dan pulang ke rumah masing-masing. Begitulah himbauan yang aku dengar dari dalam mobil kepolisian.
Sore itu aku pulang dengan menggunakan transportasi kereta API, dengan menggunakan Bajaj aku pergi ke stasiun Juanda. Di atas kereta api, aku bertemu seorang wanita tua. dia mengajakku berbicara.

     "Nak, kamu mau berangkat kuliah yah?"

     "Oh, bukan bu.. saya baru pulang sekolah"

     "Kamu sekolah di mana?"

     "STM bu.. Ibu mau ke mana?"

     "Ibu mau ke rumah cucu di daerah Lenteng Agung. Kamu turun di mana nak?"

     "Aku turunnya sama dengan ibu"

     "Oh begitu, nanti kasih tahu ibu yah jika sudah sampai stasiun tujuan"

     "Iya bu, nanti saya kasih tahu dan kita turun bareng"
 
Rujak, Dim Sum, Hingga Zuppa Soup Tersedia di Stasiun Lenteng Agung

Aku memegangi pundak ibu itu, saat akan turun ke peron stasiun, saat itu aku melihat ada gadis cantik tersenyum di belakang ibu. Sepertinya dia juga akan ikut turun. Saat sudah di peron kereta, aku masih memegang pundak ibu sambil berjalan keluar stasiun.

     "Sudah nak sampai di sini saja, nanti biar Suci saja yang menuntun ibu"

     "Suci???"

     "Oh, iya saya belum mengenalkan kalian yah.. Ini anak bontot ibu!" sambil menarik tangan anaknya..

     "Oh pantas tadi jalan mengikuti kita terus. Aku Adi!" sambil menjulurkan tanganku ke Suci..

     "Iya kak" dia terlihat selalu tersenyum

     "Aku pamit ya bu.. Suci.."

     "Iya kak"

Aku pergi meninggalkan mereka berdua. Dari stasiun aku berjalan kaki menuju rumah, walau membutuhkan waktu 20 menit untuk sampai di rumah namun aku tetap senang melakukannya. Saat di tengah jalan, ada suara wanita memanggilku dari arah belakangku.

     "Adi.. Adi.. Adi!"

Akupun reflek menengok ke arah asal suara.. Tidak jelas itu siapa, hanya terlihat wanita berlari dengan rambut panjang tergerai, terkibas ke kanan dan ke kiri.

     "Et.. hati-hati.. sampai segitu larinya.. aku kirain siapa.. "

     "Emang dikiranya siapa"

     "Gak tau!"

     "Bilang saja dari jauh kok ada gadis cantik banget manggil.. kayak bidadari"
   
     "Ngarep banget sih.. percaya diri banget sih kamu" Hehehe.. aku tertawa..

      "Iya dong.. Iya, tadi aku lihat kamu saat kamu masuk gang, karena jauh aku langsung lari deh"

     "Ya ampun.. kenapa gak panggil saja"

     "Sudah kali!, sampe semua orang pada lihatin aku.. mungkin karena terlalu jauh kali"

     "Oh gitu yah, ya sudah jalannya pelan-pelan saja, biar tidak kecapean"

     "Iya, aku ngos-ngosan nih"

     "Aku beliin kamu minum dulu yah"

Aku masuk ke dalam warung yang kami lewati, aku belikan dia air putih 1 botol ukuran 600ml. Keluar dari warung aku langsung memberikan kepadanya. Kemudian kami berjalan kembali sambil berbicara.

     "Kamu apa kabar Citra?"

     "Baik Kak.. Kakak apa kabarnya? sudah lama tidak ketemu, apalagi kakak sekarang sudah beda sekolah denganku"

     "Kabarku baik Cit.. Kamu apa kabarnya? Iya aku sekarang sekolah di STM 1"

     "Aku baik kak, aku kangen deh sama kakak!"

     "Masa!"

     "Iya, aku sebenarnya sudah lama mau main ke rumah kakak, tapi aku belum percaya diri. Aku belum menjadi orang yang kakak inginkan. Sekarang aku sudah seperti orang yang kakak mau. Aku sudah panjangin rambutku sampai sepinggang seperti ini" dia sambil memegang rambutnya..

     "Iya kamu beda sekali!"

     "Semakin cantik kan?"

     "Iya"

     "Kok iya nya begitu doang?"

     "Emang maunya bagaimana?"

     "Akunya dipuji gitu atau dibelai atau kalau perlu ditembak boleh juga?"

     "Widih segitunya? emang kamu suka banget sama aku?"

     "Ya Iya lah kak, buat apa aku lakukan perubahan ini kalau bukan buat kakak"

     "Gitu yah!"

     "Kakak belum punya pacarkan?"

     "Itu dia Cit, aku sudah pacaran dengan Lisa"

     "Lisa temannya adik kamu, yang rumahnya di RT 10?"

     "Iya"

     "Kok kakak jahat sih"

     "Apanya yang jahat?"

     "Iya, kakak tidak nungguin aku.. aku percuma menuruti semua maunya kakak"

     "Bukannya begitu.. waktu itu kan kamu juga tidak mengatakan bahwa kamu akan menuruti yang aku katakan dan kamu juga tidak menyuruhku untuk menunggumu"

     "Kakak alasan saja, aku sebel sama kakak.. kakak jahat"

Dia berlari dan aku mengejarnya dari belakang, kemudian menarik tangannya. Dia pun berhenti dan berbalik menatapku. Ku lihat matanya berkaca-kaca dan air matanya menetes sedikit. Aku coba menghapus air mata tersebut, hingga dia tersenyum kecil kepadaku.

     "Tolong kamu mengerti aku, aku sudah memiliki pacar. Tidak mungkin kamu jadi yang kedua"

     "Tapikan kakak bisa putusin dia"

     "Jika dia adalah kamu!, kamu mau aku putusin karena ada wanita lain yang mencintaiku"

     "Tidak"

     "Nah, maka dari itu aku tidak mau mengecewakannya dan aku akan menjaga perasaan kamu juga. Tolong kamu mengerti keadaanku"

     "Jadi aku harus bagaimana kak?"

     "Kamu harus ikhlasin aku dengannya, suatu saat nanti jika kamu memang jodohku, kita pasti akan bersatu"

     "Tapi, aku tidak bisa terima ini semua.. pengorbananku selama ini sia-sia saja dong"

     "Ayuk kita jalan lagi, tidak enak ribut di sini.. di lihatin orang juga"

Kami berjalan kembali melewati jalan setapak yang muat hanya untuk dua orang saja. melewati pekuburan yang sepi dengan sungai kecil mengalir di sisi yang berbeda. Aku masih melihat Citra terdiam dengan lesu dan tertunduk tanpa ada kata lagi yang keluar dari mulutnya.
Sampai di gang masuk rumahnya aku mengambil jalan yang berbeda.

     "Cit, aku lewat jalan sana yah! sampai ketemu lagi!"

Dia hanya jalan lurus saja tanpa memperdulikan pembicaraanku. Akupun hanya terdiam melihatnya dari belakang dan kemudian melanjutkan perjalananku. Sepanjang jalan aku masih teringat kejadian barusan dan berharap semoga semua baik-baik saja.
Malam saat selesai makan malam, aku pergi ke kamar untuk menulis sebuah buku catatan. Aku tulis semua kejadian hari ini di  atas meja belajarku dengan penerangan lampu belajar seadanya. Malam itu, rasa kantuk datang, aku pun pergi ke tempat tidurku namun tiba-tiba ada suara telpon rumah berdering. Tidak lama adikku memanggil namaku.

     "Kak Adi.. Kak.. Kak.. ada telepon nih"

     "Dari siapa de?'"

     "Terima aja dulu.."

Aku berjalan keluar kamar dan mengangkat telepon yang berada tepat di depan kamarku.

     "Hallo"

     "Hallo, kak.. lagi apa?"

     "Oh, kamu Lisa.. Lagi mau tidur.."
     "Yan.. tutup teleponnya yang dibawah, mau nguping aja sih omongan orang" aku teriak, karena telpon rumahku paralel..

     "Iya kak, sudah aku tutup" Yani berkata..

     "Maaf ya.."

     "Iya kak.."

     "Kamu belum tidur?"

     "Emang kaya kakak.. baru jam 09.00 sudah tidur"

     "Habis bingung mau ngapain lagi, nonton televisi bosan, mau keluar rumah sudah malam, mau nongkrong sama teman-teman, besok sekolah.. ya sudah mendingan maen sama guling aja"

     "Maen apa kak sama guling?"

     "Maen tidur-tiduran lah.. maunya sih, maennya sama kamu, cuma kamunya jauh sih. Ya sudah  sama yang ada saja deh"

     "Ya sudah deh, aku ke sana yah?"

     "Ke sana mana?"

     "Ya ke rumah kakak lah"

     "Et, tidak usah.. sudah malam juga.. sudah gitu besok kan kamu sekolah"

     "Emang kakak tidak kangen sama aku?"

     "Kangen sih, tapi ini sudah malam.. besok saja yah kita ketemuan di tempat biasa.. atau kamu tunggu di rumah saja deh, tar kamu lama lagi tungguin akunya"

     "Ya sudah, berarti aku tungguin di rumah saja yah kak?"

     "Iya, ya sudah sana tidur.. met bobo ya sayang!"

     "Met bobo juga kak"

Pagi keesokan harinya, aku menaiki kereta menuju sekolahanku, semua gerebong kereta penuh sesak. Banyak orang kantoran yang berjejal di dalamnya, aku saja merasa sangat sempit, kasihan aku melihat nenek-nenak atau kakek-kakek yang tidak mendapatkan tempat duduk hingga harus berdiri seperti aku.
 
 kereta-penuh-sesak | Melati Ariena
 
Sampai di sekolahan, bel masuk berbunyi, aku langsung ke kamar mandi dan berganti pakaian menjadi pakaian sekolah. Bersyukur aku tidak pernah terlambat untuk sampai ke sekolah dan aku juga bisa mengikuti semua pelajaran yang ada, di lingkungan sekolah, aku juga mudah bergaul. 3 orang teman akrabku di sekolah yaitu Lia, Yoga dan Hari. Hampir setiap hari kita selalu bersama. Kitapun, jika disuruh membuat kelompok kerja, pasti selalu berempat.
Pulang sekolah seperti biasanya aku berjalan kaki melewati jalan kampung, tidak lupa janjiku semalam untuk mampir dahulu ke rumah Lisa. Sampai depan pintu rumahnya aku melihat dia sudah duduk di teras rumah dengan mengenakan baju kaos putih dengan celana pendek.

     "Masuk kak"

     "Tumben.. kamu duduk di teras rumah.. pasti nungguin aku yah?"

     "Iya, kakak kok datangnya lama banget sih?"

     "Kan seperti biasa aku pulang pasti jam segini"

     "Aku kangen sama kakak" dia memelukku..

     "Hei, nanti dilihat ibu sama kakak kamu" akupun melepaskan tangannya yang memelukku..

     "Orang aku cuma sendiri di rumah, mama arisan.. kakak dari tadi belum pulang dari sekolah"

     "Oh, begitu.. pantesan kamu ada di depan rumah.. pasti takut yah sendirian di dalam"

     "Ah, kakak sok tahu.. aku mah orangnya pemberani.. kan tadi aku sudah bilang aku lagi tunggu kakak datang"

     "Ya sudah yuk kita duduk"

     "Kak, duduk di dalam saja yuk!"

     "Di sini aja Lis, entar apa kata orang kita hanya berduaan di dalam rumah"

     "Oh, ya sudah.. aku bikin minum dulu yah buat kakak.. kakak mau minum apa?"

     "Sudah duduk saja sini kita ngobrol"

     "Kakak pasti haus kan.. jalan dari stasiun ke sini?"

     "Iya sih"

     "Ya sudah, kakak tunggu dulu.. aku bikinin es sirop"

     "Terima kasih yah"

Dia meninggalkanku yang sedang duduk di teras rumah, kemudian ke dalam rumah untuk membuatkanku minuman. 10 menit aku menunggu akhirnya dia keluar membawa 2 gelas es sirop jeruk dengan tahu goreng yang tadi aku beli di depan stasiun Lenteng Agung. (KK)

-- DH --







   






 
    


   

RINGKASAN DAFTAR CERITA

                                                     DAFTAR CERITA Berikut adalah ringkasan judul cerita yang saya sudah terbitkan: CINTA PE...