Cinta

Cinta
SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA "DODHY HANDAYADI".. SELAMAT MEMBACA.. SEMOGA BISA MENJADI PELAJARAN BUAT KITA SEMUA.. PENTINGNYA MENGHARGAI ARTI CINTA, DIMANA TERKADANG KITA HARUS MENGALAH UNTUK MEMENANGKAN HATINYA NAMUN TERKADANG KITA HARUS MERELAKAN KEHILANGANNYA UNTUK HAL YANG LEBIH BAIK LAGI.. JANGAN MENYERAH TERUSLAH BERJUANG SELAGI CINTAMU MASIH BISA DIPERJUANGKAN

Jumat, 23 Agustus 2019

Cinta Yang Harus Diakhiri

Saat pertama kali aku mengenalnya saat kita masih kuliah di kampus yang sama. Saat itu aku menjalani masa orientasi atau dikenal ospek. Dia adalah kakak kelasku, saat dia memimpin ospek untuk kami. Dia terlihat tegas, riang dan sedikit humoris. Tidak tampak ketakutan atau keberingasan seperti gambaran-gambaran orang selama ini yang telah mengikuti kegiatan ospek. Awalnya pikikiranku memang negatif saat berfikir tentang ospek, namun setelah mengikutinya ternyata kegiatan ini mengasikkan, kita bisa saling kenal senior kita, dan bisa banyak teman dan memperkaya ilmu. 
Hingga tiba hari terakhir orientasi, hari itu dimana kita harus rela dikerjain dan bahkan kotor-kotoran. Dihari itu rambut panjangku harus dikuncir dengan tali rafiah sebanyak lebih dari 10 kunciran dengan warna tali yang berbeda-beda. Aku juga harus menggunakan papan nama dengan menggunakan nama-nama hewan, nama hewan tidak boleh ada yang sama, jika ketahuan ada yang sama maka kita kena hukuman dan harus mengganti dengan nama hewan lain. Di akhir acara kami semua harus berbaring ditanah, di sebuah lapangan kampus, saat itu hujan sangat deras hingga lapangan terlihat becek. Akupun tidak peduli dengan keadaan tersebut, walau baju, badan dan rambutku yang panjang harus kotor terkena tanah. Aku hanya berfikir ini adalah hari terakhir, hari besok tidak ada lagi kegiatan seperti ini. Malam tiba, saatnya melepas atribut yang ada dan kami semua di beri kesempatan berkenalan dengan kakak kelas segaligus maaf-maafan atas semua kegiatan yang telah berlangsung seminggu ini.

 Hasil carian imej untuk ‪ugm‬‏

Seminggu setelah itu, masa perkuliahan dimulai. Saat aku memasuki ruang kelas kuliah, aku melihat teman-temanku di kelas, ternyata banyak teman yang berbeda dengan kelompok ospek kemarin. Aku harus bersosialisasi lagi dengan teman sekelasku saat ini. Di dalam ruang kelas terlihat luas, dengan cat berwarna putih, disisi kanan dari aku duduk terdapat jendela yang berbaris, jendela tersebut menghadap jalan raya dan pintu gerebang utama. Saat melihat sekeliling kelas itulah absensi sudah berada di atas bangkuku, ku cari namaku, ternyata ada diurutan teratas, terlihat olehku bahwa jumlah total teman sekelasku berjumlah 45 orang, terdiri dari 30 orang wanita dan sisanya adalah pria.
masuk hari kedua, semua berjalan seperti biasanya, di pagi itu aku sudah hadir di dalam ruang kelas untuk mengikuti mata kuliah. Saat istirahat siang aku bersama kedua temanku pergi ke kantin kampus, di saat itu aku tidak sengaja menyenggol gelas yang di pegang salah mahasiswa yang sedang berbicara dengan temannya sambil berdiri.

    "Maaf aku tidak sengaja, aku sambil berbicara dengan kedua temanku, jadi aku tidak fokus dengan yang ada di hadapanku"

     "Mangkanya lain kali hati-hati ya mba, kalau aku sih tidak masalah, sekarang yang jadi masalah liat tuh rambut dan baju kamu jadi basah dan lengket kan!"

     "Iya nih, sebel banget deh" aku ngedumel sambil mengelap tumpahan kopi di rambutku..

     "Ya sudah yuk aku bantuin bersihin"

     "Gak usah, biar aku saja, aku permisi yah.. sekali lagi maaf sudah menumpahkan minuman kamu"

     "Oh ya sudah gak apa-apa.."

Akupun berlari kepojokan kantin, ku lihat ada keran air di sana. Saat keran aku hidupkan air yang keluar sangat deras, jadi bertambahlah deritaku, rok ku basah semua di buatnya. Mahasiswa tadi yang aku tabrak menghampiriku kembali.

     "Waduh, pelan-pelan mba.. kayaknya lagi banyak pikiran nih"
     "Mau aku bantu gak?"

      "Iya.. Gak usah.. biar aku sendiri aja"

     "Oke"

Dia pun berdiri diam sambil mengamati aku, setelah selesai dia menghampiri ku kembali.

     "Sudah selesai mba?.. oh ya maaf ya jadi sampai kayak gini"

     "Iya gak apa-apa"

     "Kenalin nama saya Ardi" dia menyodorkan namanya mengajakku berjabatan tangan

     "Aku Aminah.. Panggil aku Inah" akupun menyambut jabatan tangannya..

     "Kamu kuliah di fakultas yang sama dengan saya kan? kamu yang kemarin saya ospek?"

     "Iya.. aku baru masuk kemarin.. Kakak semester berapa?"

     "Aku semester 5.. kenapa? kalau mau pinjam buku atau mau tanya mengenai tugas kuliah boleh, kalau aku bisa bantu."

     "Oh enggak, aku mau tanya saja"

Kami berbicara sambil berjalan meninggalkan kantin kampus menuju ke Fakultas Ekonomi. Hari ini memang sangat memalukan bagiku, namun aku senang bisa berkenalan langsung dengan Ardi. Bahkan dia sangat baik denganku.
2 hari sejak kejadian itu aku bertemu lagi dengan Ardi saat pulang kuliah. Hari itu jam 2 siang, kami sama-sama tidak ada mata kuliah lagi. Di depan masjid kampus usai menunaikan sholat, kami bertemu kembali, pada saat kami sama-sama akan mengenakan sepatu. 

     "Hai Inah, baru datang?"

     "Enggak kok, ini malah mau pulang?"

     "Pulang ke mana?"

     "Aku tinggal di Kaliurang.. di Jalan Kenari"

     "Oh, sama dengan ku dong, hanya saja aku kesanaan lagi dikit, aku di Jalan Sitisonyo"

     "Oh itu mah dekat, bisa jalan kaki dari tempatku"

Singkat cerita aku akhirnya pulang bareng dengan Mas Ardi. Dia menggunakan motor bebek yang unik, motor keluaran lama namun sudah dimodifikasi, sehingga terlihat kencang larinya dan juga nyaman saat aku dibonceng dengannya. Mas Ardi mengantar sampai depan kosanku.

     "Mas, mampir dulu..?"

     "Enggak deh nanti saja aku sudah ada janji dengan teman-teman kosan"

     "Oh.. ya sudah kalau begitu"

     "Tapi laen kali bolehkan, kita pulang bareng lagi dan pasti aku akan mampir kala itu"

     "Boleh mas"

     "Oke, aku pamit pulang Yah Nah"

     "Iya.. terima kasih ya.."

Dia putar haluan motornya, kemudian pergi meninggalkanku dengan berjalan pelan. Akupun tetap melihat kepergian motornya hingga tak tampak lagi dimata. Aku masuk dan mulai merenungi kejadian yang baru saja terjadi.
Keesokan harinya Mas Ardi sudah menunggu di depan kelasku, hal ini dilihat oleh kedua temanku, hingga akhirnya kedua temanku meninggalkanku untuk pulang duluan. Hari itu sudah Jam 4 sore saat aku melihat ke arah jam tangan yang berada di tangan kiriku. Benar saja Mas Ardi mengajakku pulang bersama. Akupun mengiyakan ajakannya. Sampai di Kosanku, dia turun dan kami berbincang-bincang di depan rumah. Ternyata Ardi berasal dari Jawa tengah, dia denganku sama, berasal dari luar kota. Aku yang terlahir di kota Jakarta, jauh merantau di Yogyakarta sekedar untuk kuliah di Universitas Negeri yang terkenal di sana. Waktu berjalan sangat cepat rasanya, saat sudah masuk waktu sholat magrib Mas Ardi pamit pulang, pembicaraan kitapun terhenti.
Berjalannya waktu kita menjadi semakin dekat, setiap hari pulang bersama, makan siang sering bersama juga. Saat libur kuliah kami sering jalan bersama ke Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Ijo, Candi Ratu Boko, ke laut Parangtritis, kraton Jogja, Taman merapi, Tebing Breksi, Taman Pelangi, yang paling sering ya ke Malioboro dan masih banyak lagi tempat yang kami kunjungi.

Hasil carian imej untuk ‪taman pelangi‬‏




















Di Taman Pelangi inilah Mas Ardi menyatakan cintanya kepadaku, taman yang terletak di dalam museum monumen Jogja kembali. Tak terduga olehku dia akan mengatakan setelah 2 tahun kami berteman, memang aku sudah mulai cinta dengannya sejak pandangan pertama saat ospek dulu. Namun tidak mungkin aku mengatakan cintaku lebih dulu kepadanya.
Senangnya rasa hatiku di malam itu, aku bahagia cintaku yang ku nanti selama ini berbalas darinya. Mas Ardi memang sosok yang bisa membuatku selalu semangat, bahagia dan tersenyum. Dia adalah lelaki yang bisa melindungi, bicaranya menyejukkan dan sangat baik, dia juga rajin beribadah.
Ketika Mas Ardi lulus, saat wisuda kuliahnya aku datang mengadiri penobatan kelulusan S1 nya, saat itu Pakdenya terlihat hadir mewakili orang tuanya. Akupun dikenalkan dengan Pakdenya. Pakdenya sangat sopan dan terlihat sangat menyayangi mas Ardi. Kemarin sebelum wisuda Mas Ardi bercerita jika ibunya sudah meninggal saat dia baru masuk kuliah, sedangkan bapaknya dia tidak pernah melihatnya sejak kecil.
Menamatkan kuliah membuat Mas Ardi harus mencari pekerjaan, tentunya masih di kota Yogyakarta, maksudnya agar bisa selalu dekat dengan ku. Sampai akhirnya aku lulus kuliah, Saat di Wisuda Ayah dan ibuku hadir di kampus, akupun mengenalkan Mas Ardi kepada mereka, syukur respon mereka ke Mas Ardi baik.
Sebulan setelah wisuda aku kembali ke Jakarta, jadilah hubungan cintaku menjadi Jauh. Tetapi itu tidak menyurutkan cinta kami berdua. Mas Ardipun kemudian menyusulku ke Jakarta, dia berhenti bekerja di sana dan mencoba mencari pekerjaan di Jakarta. Lama Mas Ardi tidak mendapat pekerjaan, hingga kemudian dia mendapatkan pekerjaan di perusahaan besar di Jakarta. Karir Mas Ardi sangat cepat karena memang dia bisa mengambil hati bosnya dan juga dia orangnya mudah bergaul dan supel. 2 Tahun bekerja dia sudah di posisi Manager dengan gaji diatas 10 juta. Mas Ardi pun, segera mengambil cicilan rumah di daerah Bekasi, sedangkan fasilitas kendaraan sudah diberikan oleh kantor.
4 Tahun lamanya kami berpacaran, hingga Mas Ardi memutuskan akan melamarku. Mas Ardi memang sering main ke rumah, dia dekat dengan orang tuaku, apalagi dengan kedua adikku Mila dan Sandi. 
Malam itu, malam minggu Mas Ardi berbicara serius dengan Ayah dan Ibuku, bahwa minggu depan dia bersama Pakdenya akan kerumahku untuk melamar aku menjadi istrinya.

     "Yah, aku ingin serius bersama Aminah, kami sudah sangat dekat, dan akupun sudah bisa menghidupi istri dan anakku kelak. Aku mohon doa restu Ayah dan Ibu!"

     "Kapan kamu akan melamar Inah, Ardi?"

     "Rencana minggu depan, Aku akan ajak Pakde dan Budeku serta keluarga dekatku yang ada di Jakarta"

     "Cepat sekali Di, masa minggu depan? sudah gak sabar yah? pengen buru-buru!" ayah meledek mas Ardi dengan senyuman khasnya..

     "Ah, Ayah bisa aja.. aku melamar hanya dengan keluarga kecilku saja Yah.. jadi gak perlu persiapan yang gimana-gimana gitu. Kecuali saat akad nikah dan resepsinya nanti, aku mungkin memerlukan waktu panjang untuk persiapannya."

     "Kalau boleh tahu orang tua kamu ada dimana?"

     "Ibuku sudah meninggal 5 Tahun yang lalu sedang ayahku tidak tahu ada dimana.."

     "Oh begitu, oke jika begitu.. kalau saya sih tidak mempersalahkannya karena ini memang jalan hidup yang tidak bisa kita hindari"

     "Iya yah"

Panjang mereka bercerita di malam itu sampai-sampai tidak terasa sudah tengah malam. 
Tibalah saat yang dinanti, Mas Ardi datang bersama dengan keluarganya. Rumah sudah ku rapikan agar terlihat indah dan nyaman, semua hidanganpun sudah kami siapkan. Semua hidangan makanan dimasak oleh Ibu dan pembantuku. Ibu sangat pintar memasak, makanya saat kuliah kemarin aku sangat kangen dengan rasa masakan Ibu. Hantaran kue dan buah juga sudah keluargaku siapkan.
Tibalah Mas Ardi dan keluarganya di depan pintu rumah dengan mengendarai 2 buah mobil beserta 5 motor mengiringi dibelakangnya. Keluargaku menyambutnya di depan pintu rumah dan mempersilahkan masuk ke dalam. Hantaran yang dibawa Mas Ardi ditaruh ditengah-tengah kita semua. Sebelum acara dimulai kami semua beramah tamah dan saling memperkenalkan diri, tak lupa di selingi canda tawa.
Ditengah canda tawa tersebut, kami semua terdiam, setelah Pakde Ardi menyatakan bahwa rencana pernikahan ini tidak dapat dilanjutkan. Menjadi hening suasananya, sedangkan Ayahku menangis dan memeluk Ardi. Aku, Ardi dan yang lainnya hanya bisa melongo dan bingung dengan kejadian ini.
Ternyata Pakde Ardi masih mengenali Ayahku setelah 23 tahun tidak bertemu, waktu itu Ardi ditinggal ayah saat berumur 2 tahun, setelah ayah bercerai dengan Ibu Ardi. Jadilah saat ini Aku dan Ardi adalah Kakak Adik satu Ayah dan beda Ibu.
Suasana hatiku menjadi kacau dan bingung malam itu, begitupun dengan Mas Ardi. Namun dia bahagia bisa bertemu dengan Ayah kandungnya.
2 minggu tidak bertemu, akhirnya aku dengan Mas Ardi bertemu di sebuah taman di daerah Blok M, sambil makan siomay kami membicarakan kejadian ini berdua. Sedih, haru dan bercampur kesal ada didalamnya, namun mas Ardi bisa menenangkanku dan membujukku agar bisa menerima segalanya dengan ikhlas. Mas Ardi juga terlihat shok dan tidak menyangka jika cinta kita harus berakhir seperti ini. Bahkan sebelum ketemuan ini kita sama-sama jatuh sakit selama beberapa hari.
Setelah itu kami masih dekat dan sering ketemu, namun hanya sebatas ngobrol biasa antara kakak dan adik. (KK)

-- DH --
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RINGKASAN DAFTAR CERITA

                                                     DAFTAR CERITA Berikut adalah ringkasan judul cerita yang saya sudah terbitkan: CINTA PE...