Cinta

Cinta
SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA "DODHY HANDAYADI".. SELAMAT MEMBACA.. SEMOGA BISA MENJADI PELAJARAN BUAT KITA SEMUA.. PENTINGNYA MENGHARGAI ARTI CINTA, DIMANA TERKADANG KITA HARUS MENGALAH UNTUK MEMENANGKAN HATINYA NAMUN TERKADANG KITA HARUS MERELAKAN KEHILANGANNYA UNTUK HAL YANG LEBIH BAIK LAGI.. JANGAN MENYERAH TERUSLAH BERJUANG SELAGI CINTAMU MASIH BISA DIPERJUANGKAN

Jumat, 30 Agustus 2019

Cinta Itu Dekat

Pertemanan kami dimulai saat kami masih kecil sekali, kami bertetangga dekat. Rumahnya tepat di belakang rumahku bahkan menempel 1 dinding dengan rumahku. Sejak kecil aku dengannya sering bermain bersama di kebun, lapangan bahkan di sungai. 
Sedari sekolah TK (Taman Kanak-kanak) hingga tamat SMA (Sekolah Menengah Atas) aku selalu bersamanya. Kemanapun kami selalu berdua, banyak orang bilang kita seperti anak kembar. Yang tidak bisa terpisahkan.
Teringat olehku saat kami masih satu sekolah di TK, Harfi selalu duduk di sampingku, kami berdua bermain di dalam kelas kemudian bernyanyi bersama, Saat itu Harfi disuruh bernyanyi di depan kelas, akupun mengikutinya, namun saat aku disuruh sendiri bernyanyi di depan kelas, aku pasti tidak mau, kecuali bersamanya. Saat istirahat atau pulang sekolah kami bersama sama main ayunan atau perosotan yang ada di halaman sekolah, kami bermain bersama dan berlarian kesana kemari.
Memasuki masa sekolah SD (Sekolah Dasar), kami disekolahkan di sekolah yang sama juga, sekelas dengannya, bahkan sebangku dengannya membuat aku semakin akrab, disetiap pelajaran kami saling mengkoreksi terhadap apa yang sudah kami tulis, Harfi sangat baik dia juga sering membelikan ku jajanan. Aku ingat sekali dulu dia sering memberikanku cilok, es goyang, mie lidi bahkan goreng-gorengan. Memang tidak bisa dipungkiri Harfi adalah anak pertama dari keluarga yang berada, saat itu di lingkunganku dia adalah salah satu orang yang sudah memiliki mobil. Sedangkan keluargaku tinggal di sebuah gang yang hanya bisa dilalui motor, akan tetapi keluargaku jangankan mobil, motor saja tidak punya.
Sehari-hari usai pulang sekolah kami sering bermain tap lari jongkok, petak umpet, galaksin gawang, masak-masakan dan jual-jualan dengan menggunakan bungkus permen sebagai uangnya, bungkus permen tersebut sudah kita tentukan nominalnya sesuai dengan bungkus perman apa itu. 


Hasil carian imej untuk ‪bermain saat kecil‬‏

Hasil carian imej untuk ‪bermain saat kecil‬‏

Terkadang saat PR (Pekerjaan Rumah) banyak kami mengerjakannya dulu kemudian baru bisa bermain. Saat pagi dan sore hari kami masih mandi di sungai Ciliwung, saat itu Ciliwung masih jernih, bahkan udang yang lewat bisa terlihat oleh mata. Aku sering menangkap udang bahkan ikan dengan menggunakan serokan bersama teman-teman saat liburan sabtu minggu. Jika tangkapan kami banyak, kami akan bakar di bebatuan tepi sungai Ciliwung. Namun jika sedikit aku akan taruh ikan tersebut di kolam ikan rumah temanku.

Imej yang berkaitan

Tamat SD aku melanjutkan ke sekolah SMP (Sekolah Menengah Pertama), di sekolah tersebut aku masih bersama dengannya. Kami ke sekolah selalu berangkat dan pulang bersama. Aku sekolah di SMP 98 di daerah Jakarta Selatan, antara rumah dengan jalan raya kira-kira berjarak 800m, jadinya kita jalan kaki dulu sekitar 7-10 menit lamanya kemudian disambung dengan menggunakan bus Miniarta atau Kopaja. Saat itu ongkos masih Rp 100,- aku pun sering dibayarin olehnya.
Jika pulang sekolah kami sering berjalan kaki lewat belakang sekolahan kemudian menyusuri Jalan Agung Raya 2. Perjalananku dari sekolah hingga sampai di rumah memakan waktu 30 menit lamanya. Jadi jika kami pulang jam 13.00 maka jam setengah 2 kami sudah di rumah.
Saat SMP, aku sering bermain kasti di lingkungan, kalau sepak bola aku tidak pernah ikutan, aku hanya sebagai penyemangat yang main atau hanya duduk di bawah pohon sambil bermain tali dengan teman wanita lain.
Syukurnya memang di lingkunganku ada lapangan yang sangat besar, luasnya mungkin 2000 meteran.  Di sekitaran rumahku masih banyak sekali kebun pisang dan tanaman buah di dalamnya mulai dari buah rambutan, jambu batu, jambu air, kecapi, sawo, kelapa, pepaya dan sebagainya. Saat musim buah tiba kami juga sering memetik buahnya.
Hingga memasuki masa-masa SMA, kami juga masih di sekolah yang sama. Hingga pergi dan pulang sekolahpun kami masih bersama. Saat di SMA kami sering mengerjakan PR bareng di rumah dan lebih banyak menghabiskan waktu berdua di rumah. Orang tua kamipun sudah menganggap hubungan kami seperti adik kakak, itu karena kedekatan kami berdua sedari kecil. Kami sering bertengkar, ledek-ledekan kemudian baikan lagi. 
Di masa ini kami mulai menanyakan mengenai tipe pasangan yang kami berdua idamkan.

     "Fi, gua mau tanya ni sama lo.. kira-kira tipe cewek yang lo idam-idamkan seperti apa sih?"

     "Kok, tumben lo nanya gitu Yani. Ada apa ni!"

     "Ah, ga ada apa-apa kok.. cuma mau nanya aja!"

     "Mau nanya atau mau tahu ni?"

     "Ah lo mah malah ngeledek.. mau tahu deh.."

     "Mau tahu aja atau mahu tahu banget?"

     "Ah ya sudah deh gak usah.. lupain ajaaa" aku ngambek karena malu..

     "Loh kok gitu sih, iiya deh.. gua tuh tipenya yang pasti bukan seperti lo. lo tuh orangnya tomboy banget sih, udah rambut kayak laki-laki, pake celana pendek.. maen juga, maen bola. Dah gitu kalo mandi ke Ciliwung gabung sama anak laki-laki pula, trus masih banyak lagi deh"

     "Loh kok jadi ngebahas gua sih.. gua marah sama lo.." aku pun meninggalkan nya dari ruang tamu menuju kamarku..

Diapun mengejarku sampai depan kamar, dia langsung memegang tanganku dan berkata 'Jangan marah dong kan cuma becanda lagi pulakan, jika aku ngomong begitu beneran kan biar lo bisa berubah jadi cewek yang sebenarnya'. Dengan muka yang lesu dan jalan seperti orang yang malas-malasan aku dengannya kembali ke ruang tamu.

     "Udah gak usah jutek begitu, gak usah juga pasang muka melas dan kayak orang ogah hidup gitu"

     "Tuh kan ngeledek lagi.. gua pergi aja deh mendingan.. biar lo ngomong sama tembok atau sama kursi sana"

     "Cie.. cie.. ngambek lagi ni yeeee.. Maaf deh"

     "Ya iyalah abis lagi kurang mut di ledekin mulu"

     "Ya sudah kalo kurang mut.. kita makan diluar yuk sudah siang ni"

Kami pun pergi berdua keluar dengan mengggunakan motor Harfi, kami berdua makan bakso di depan jalan besar. Saat makan bakso dan es campur tersebut, Harfi melanjutkan obrolan di rumah tadi.

     "Yan, wanita idamanku itu gak muluk-muluk kok. Dia mempunyai rambut panjang, aku seneng kalau lihat wanita berjalan dengan rambut terurai panjang kemudian tertiup angin, kayaknya anggun banget seperti bidadari turun dari surga. Terus dia memakai rok atau bajunya yang memang hanya dipakai untuk wanita"

     "Maksudnya gimana?"

     "Ya pakaian yang memang laki-laki tidak pernah pakai.. Ya contohnya gaun, daster, rok, hijab, ya pokoknya pakain wanita deh.. masak harus aku sebutin semua"

     "Oh begitu, ini bukan lagi nyindir gua kan?"

     "Emang lo merasa tersindir yah! kalau gitu yaaa maafin dah sekali lagi"

     "Trus apa lagi"

      "Trus aku suka ya seperti lo periang, murah senyum, gak neko-neko.. mau gimanapun hayuk lah"

     "Trus kalau warna kulit sama tinggi dan bentuk badan ngaruh gak?"

     "Enggak lah.. yang penting enak dipandang atau kalau dibilang tidak ngebosenin lah"

     "Nah guakan sudah kasih tau ni tipe cewek idaman gua, nah kalau lo seperti apa pria idaman lo?"

     "Kalo gua sih yang penting bisa buat gua bahagia aja, itu sudah cukup"

     "Simple banget hidup lo ya?" 

     "Emang mau gimana lagi?"

     "Lo kan bakal ngadepin pasangan lo seumur hidup niii! masak cuma itu syaratnya"

     "Ya iya lah.. buat apa banyak-banyak syarat tapi gak bahagia"

     "Sialan lo.. hehehe"

Kamipun tertawa lepas berdua dan selesai makan kami berdua kembali ke rumah dan nongkrong di pinggir kali Ciliwung.
Seiring waktu aku mulai memanjangkan rambutku dan meninggalkan celana pendek yang biasa aku pakai. Aku juga mulai belajar berdandan saat memasuki perkuliahan.
Saat kuliah ini kami tidak satu kampus, dia kuliah di daerah Jakarta Barat sedangkan aku hanya di sekitaran rumah, yang memang bisa berjalan kaki dan mencari kampus dengan biaya kuliah murah. 
Kedekatanku dengannya menjadi berkurang, hanya saat sabtu minggu dan libur kuliah kami sering bertemu.
Jujur.. sudah lima kali aku berpacaran dengan cowok namun memang belum ada yang sreg di hati. Semuanya biasa saja. Apalagi saat sekarang ini saat aku sudah semester 5 banyak sekali yang menyukaiku. Mereka bilang aku cantik, terlebih lagi dengan rambut panjangku yang lurus sampai ke pinggang dan selalu terurai serta sangat rapi yang membuat pesonaku disukai oleh para pria. Namun memang hatiku masih untuk Harfi, bagiku hanya dia yang bisa membahagiakanku. Karena selama ini dia tidak pernah memarahiku, bahkan saat aku marah dia malah merayuku dan membuatku tersenyum kembali. Saat aku ada masalah diapun selalu ada disampingku. Dan saat aku minta bantu masalah keuangan, diapun rela memberikan uangnya untukku tanpa harus dikembalikan.
Menurutku, Harfi tidak pernah hitung-hitungan denganku, dia sangat ikhlas membantuku. Selain itu menurutku, dia orangnya juga ganteng, sejak dari SD.. Harfi memang mengutamakan penampilan dan barang serta pakaian yang dikenakannya selalu bagus-bagus bahkan bermerek.
Dari semester 3, aku melihat Harfi semakin berubah terhadapku. Dia semakin canggung denganku bahkan terlihat lebih kaku dari sebelumnya. Apa mungkin dia takut ceweknya lihat kalau sedang bersamaku, jadi jaga jarak denganku sehingga mereka tidak ribut dibuatnya. Pikiranku masih positif saat itu, akupun masih menganggapnya sebagai teman semasa kecil, walau memang aku menaruh hati kepadanya.

 Hasil carian imej untuk ‪wanita berambut panjang tampak belakang‬‏

Harfi, sering mengajakku nonton film ke bioskop berdua. Nah di sini nih pernah suatu waktu saat mau masuk ke dalam studio 3 di sebuah bioskop di daerah Depok, dia memegang tanganku. Lalu saat aku melihat ke arah mukanya dia melepaskan tanganku sampil berkata 'maaf'. Entah hal itu memang sengaja dia lakukan atau memang dia tidak sengaja, aku pun tidak mau menanyakan hal itu kepadanya dan aku menganggap itu berlalu begitu saja.
Yang aku bingung juga, dia juga semakin sering mengajakku jalan ke tempat-tempat rekreasi di dalam kota maupun di luar kota Jakarta. Memang sih orang tuaku sudah percaya sekali dengannya, jadi walau kita nginap beberapa hari asalkan aku bersamanya mama tidak mempersalahkan.
Pernah aku suatu waktu ke daerah Cijulang, Pangandaran.. kami berdua ke sana selama 3 hari 2 malam, pemandangannya yang indah membuatku takjub akan alam Indonesia.

Hasil carian imej untuk ‪grand canyon indonesia‬‏

 Hasil carian imej untuk ‪grand canyon indonesia‬‏

Butuh kurang lebih 8 jam perjalanan dari Jakarta ke daerah  Jawa Barat tersebut. Disana dia banyak bercerita mengenai dirinya yang memang selama ini aku tidak tahu. Mendengar ceritanya aku sedikit simpati dengannya. Dia menceritakan mengenai kehidupan di keluarganya, orang tuanya menginginkan dia cepat menikah dan lebih mementingkan satu suku dengannya. Selama ini dia bercerita sudah mencari sesuai dengan kriteria orang tuanya, dia ingin menyenangkan hati orang tuanya yang sudah membesarkan dia selama 22 tahun ini. orang tuanya sekarang sering sakit-sakitan dan selalu berkata tentang pernikahannya. 
Disaat pagi hari itu sebelum pulang ke Jakarta, dia terlihat ingin berbicara serius kepadaku. Dia mengajakku ke sebuah tempat yang indah dan sepi. Kemudian dia.. ssssttttt.. jangan berfikir negatif dulu orang dia cuma ngajak bicara dari hati kehati doang kok..

     "Yani, maaf jika omongan ku hari ini membuat kamu kaget dan kecewa. Tetapi ini harus aku bicarakan kepada kamu, karena jika aku tidak utarakan isi hati ini kepada kamu. Aku yakin kamu tidak akan tahu yang sebenarnya. Dari kecil kita sudah bersama, kita main berdua kemanapun, kita bercanda, tertawa, bahkan terkadang kita juga saling marahan, semua kita lewati bersama. Dulu saat itu aku menganggap kamu sebagai teman dekat saja, namun perasaanku berubah setelah 1 tahun yang lalu aku melihat kamu, saat aku menjemputmu di kampus, dimana kita janjian akan makan malam bersama. Disitu, disaat kamu berjalan menuju mobilku, aku melihat kamu cantik sekali, awalnya aku tidak menduga jika yang sedang berjalan ke arah mobilku itu kamu. Tetapi setelah kamu semakin mendekat dan mengetuk pintu mobilku, aku baru sadar itu adalah kamu. Jujur aku gugup sekali saat itu, saat kamu tanya 'kita mau makan malam di mana nih?'. Sumpah itu momen pertama kali aku sangat gugup saat bersama kamu. Aku sudah pikirkan selama 1 tahun terakhir ini, bahkan aku sudah berbicara ke orang tuaku bakal melamar kamu. Awal orang tuaku menganggap omongan aku mengenai hal ini hanya becanda belaka, namun aku yang meyakinkan dia dengan penuh harapan sehingga, orang tuaku setuju. Aku harap cintaku ini kepadamu tidak bertepuk sebelah tangan."

     "Kamu serius dengan apa yang sudah kamu katakan?"

     "Aku serius Yan, setiap detik.. setiap menit.. setiap jam.. setiap malam.. bahkan setiap hari.. aku sudah memikirkan baik-baik hal ini. Selama 1 tahun terakhir ini aku menjalani 1 hari rasanya sangat lama, aku sudah terbuai dengan pesonamu yang sekarang. Kamu memang seperti bidadari yang diturunkan dari surga untukku. Bayanganmu tidak pernah lepas dari pikiranku. Yan, semoga aku belum terlambat mengatakan ini dan memang ada cinta juga di hatimu terhadapku walau hanya sedikit."

     "Aku gak mimpikan?"

     "Enggak Yan, aku mengatakan ini benar-benar dari hatiku yang terdalam. Pesonamu sudah mengikat hatiku hingga tidak berkutik lagi. Mau kah kamu menjadi istriku Yan?"

     "Iya aku mau.."

     "Alhamdulillah.. terima kasih Yan"

     "Jujur aku sudah suka dengan kamu dari sejak SMA dulu, tetapi kayaknya kamu belum membuka hatimu untukku. Dari sejak itu aku memang memimpikan momen seperti hari ini. Syukur Allah menjawab doaku!"

     "Benarkah itu Yan? berarti cinta aku tidak bertepuk sebelah tangan donk"

Setibanya di Jakarta, aku ceritakan mengenai hal ini kepada keluargaku. Alhamdulillah, mereka juga setuju dan hari-hari selanjutnya kami menjadi semakin dekat dan mulai memikirkan rencana ke depan. Rencananya kami akan menikah setelah menamatkan kuliah kita. Kemudian setelah mendapat pekerjaan Harfi akan melamarku dan kita akan tinggal bersama. (KK)

-- DH --


Jumat, 23 Agustus 2019

Cinta Yang Harus Diakhiri

Saat pertama kali aku mengenalnya saat kita masih kuliah di kampus yang sama. Saat itu aku menjalani masa orientasi atau dikenal ospek. Dia adalah kakak kelasku, saat dia memimpin ospek untuk kami. Dia terlihat tegas, riang dan sedikit humoris. Tidak tampak ketakutan atau keberingasan seperti gambaran-gambaran orang selama ini yang telah mengikuti kegiatan ospek. Awalnya pikikiranku memang negatif saat berfikir tentang ospek, namun setelah mengikutinya ternyata kegiatan ini mengasikkan, kita bisa saling kenal senior kita, dan bisa banyak teman dan memperkaya ilmu. 
Hingga tiba hari terakhir orientasi, hari itu dimana kita harus rela dikerjain dan bahkan kotor-kotoran. Dihari itu rambut panjangku harus dikuncir dengan tali rafiah sebanyak lebih dari 10 kunciran dengan warna tali yang berbeda-beda. Aku juga harus menggunakan papan nama dengan menggunakan nama-nama hewan, nama hewan tidak boleh ada yang sama, jika ketahuan ada yang sama maka kita kena hukuman dan harus mengganti dengan nama hewan lain. Di akhir acara kami semua harus berbaring ditanah, di sebuah lapangan kampus, saat itu hujan sangat deras hingga lapangan terlihat becek. Akupun tidak peduli dengan keadaan tersebut, walau baju, badan dan rambutku yang panjang harus kotor terkena tanah. Aku hanya berfikir ini adalah hari terakhir, hari besok tidak ada lagi kegiatan seperti ini. Malam tiba, saatnya melepas atribut yang ada dan kami semua di beri kesempatan berkenalan dengan kakak kelas segaligus maaf-maafan atas semua kegiatan yang telah berlangsung seminggu ini.

 Hasil carian imej untuk ‪ugm‬‏

Seminggu setelah itu, masa perkuliahan dimulai. Saat aku memasuki ruang kelas kuliah, aku melihat teman-temanku di kelas, ternyata banyak teman yang berbeda dengan kelompok ospek kemarin. Aku harus bersosialisasi lagi dengan teman sekelasku saat ini. Di dalam ruang kelas terlihat luas, dengan cat berwarna putih, disisi kanan dari aku duduk terdapat jendela yang berbaris, jendela tersebut menghadap jalan raya dan pintu gerebang utama. Saat melihat sekeliling kelas itulah absensi sudah berada di atas bangkuku, ku cari namaku, ternyata ada diurutan teratas, terlihat olehku bahwa jumlah total teman sekelasku berjumlah 45 orang, terdiri dari 30 orang wanita dan sisanya adalah pria.
masuk hari kedua, semua berjalan seperti biasanya, di pagi itu aku sudah hadir di dalam ruang kelas untuk mengikuti mata kuliah. Saat istirahat siang aku bersama kedua temanku pergi ke kantin kampus, di saat itu aku tidak sengaja menyenggol gelas yang di pegang salah mahasiswa yang sedang berbicara dengan temannya sambil berdiri.

    "Maaf aku tidak sengaja, aku sambil berbicara dengan kedua temanku, jadi aku tidak fokus dengan yang ada di hadapanku"

     "Mangkanya lain kali hati-hati ya mba, kalau aku sih tidak masalah, sekarang yang jadi masalah liat tuh rambut dan baju kamu jadi basah dan lengket kan!"

     "Iya nih, sebel banget deh" aku ngedumel sambil mengelap tumpahan kopi di rambutku..

     "Ya sudah yuk aku bantuin bersihin"

     "Gak usah, biar aku saja, aku permisi yah.. sekali lagi maaf sudah menumpahkan minuman kamu"

     "Oh ya sudah gak apa-apa.."

Akupun berlari kepojokan kantin, ku lihat ada keran air di sana. Saat keran aku hidupkan air yang keluar sangat deras, jadi bertambahlah deritaku, rok ku basah semua di buatnya. Mahasiswa tadi yang aku tabrak menghampiriku kembali.

     "Waduh, pelan-pelan mba.. kayaknya lagi banyak pikiran nih"
     "Mau aku bantu gak?"

      "Iya.. Gak usah.. biar aku sendiri aja"

     "Oke"

Dia pun berdiri diam sambil mengamati aku, setelah selesai dia menghampiri ku kembali.

     "Sudah selesai mba?.. oh ya maaf ya jadi sampai kayak gini"

     "Iya gak apa-apa"

     "Kenalin nama saya Ardi" dia menyodorkan namanya mengajakku berjabatan tangan

     "Aku Aminah.. Panggil aku Inah" akupun menyambut jabatan tangannya..

     "Kamu kuliah di fakultas yang sama dengan saya kan? kamu yang kemarin saya ospek?"

     "Iya.. aku baru masuk kemarin.. Kakak semester berapa?"

     "Aku semester 5.. kenapa? kalau mau pinjam buku atau mau tanya mengenai tugas kuliah boleh, kalau aku bisa bantu."

     "Oh enggak, aku mau tanya saja"

Kami berbicara sambil berjalan meninggalkan kantin kampus menuju ke Fakultas Ekonomi. Hari ini memang sangat memalukan bagiku, namun aku senang bisa berkenalan langsung dengan Ardi. Bahkan dia sangat baik denganku.
2 hari sejak kejadian itu aku bertemu lagi dengan Ardi saat pulang kuliah. Hari itu jam 2 siang, kami sama-sama tidak ada mata kuliah lagi. Di depan masjid kampus usai menunaikan sholat, kami bertemu kembali, pada saat kami sama-sama akan mengenakan sepatu. 

     "Hai Inah, baru datang?"

     "Enggak kok, ini malah mau pulang?"

     "Pulang ke mana?"

     "Aku tinggal di Kaliurang.. di Jalan Kenari"

     "Oh, sama dengan ku dong, hanya saja aku kesanaan lagi dikit, aku di Jalan Sitisonyo"

     "Oh itu mah dekat, bisa jalan kaki dari tempatku"

Singkat cerita aku akhirnya pulang bareng dengan Mas Ardi. Dia menggunakan motor bebek yang unik, motor keluaran lama namun sudah dimodifikasi, sehingga terlihat kencang larinya dan juga nyaman saat aku dibonceng dengannya. Mas Ardi mengantar sampai depan kosanku.

     "Mas, mampir dulu..?"

     "Enggak deh nanti saja aku sudah ada janji dengan teman-teman kosan"

     "Oh.. ya sudah kalau begitu"

     "Tapi laen kali bolehkan, kita pulang bareng lagi dan pasti aku akan mampir kala itu"

     "Boleh mas"

     "Oke, aku pamit pulang Yah Nah"

     "Iya.. terima kasih ya.."

Dia putar haluan motornya, kemudian pergi meninggalkanku dengan berjalan pelan. Akupun tetap melihat kepergian motornya hingga tak tampak lagi dimata. Aku masuk dan mulai merenungi kejadian yang baru saja terjadi.
Keesokan harinya Mas Ardi sudah menunggu di depan kelasku, hal ini dilihat oleh kedua temanku, hingga akhirnya kedua temanku meninggalkanku untuk pulang duluan. Hari itu sudah Jam 4 sore saat aku melihat ke arah jam tangan yang berada di tangan kiriku. Benar saja Mas Ardi mengajakku pulang bersama. Akupun mengiyakan ajakannya. Sampai di Kosanku, dia turun dan kami berbincang-bincang di depan rumah. Ternyata Ardi berasal dari Jawa tengah, dia denganku sama, berasal dari luar kota. Aku yang terlahir di kota Jakarta, jauh merantau di Yogyakarta sekedar untuk kuliah di Universitas Negeri yang terkenal di sana. Waktu berjalan sangat cepat rasanya, saat sudah masuk waktu sholat magrib Mas Ardi pamit pulang, pembicaraan kitapun terhenti.
Berjalannya waktu kita menjadi semakin dekat, setiap hari pulang bersama, makan siang sering bersama juga. Saat libur kuliah kami sering jalan bersama ke Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Ijo, Candi Ratu Boko, ke laut Parangtritis, kraton Jogja, Taman merapi, Tebing Breksi, Taman Pelangi, yang paling sering ya ke Malioboro dan masih banyak lagi tempat yang kami kunjungi.

Hasil carian imej untuk ‪taman pelangi‬‏




















Di Taman Pelangi inilah Mas Ardi menyatakan cintanya kepadaku, taman yang terletak di dalam museum monumen Jogja kembali. Tak terduga olehku dia akan mengatakan setelah 2 tahun kami berteman, memang aku sudah mulai cinta dengannya sejak pandangan pertama saat ospek dulu. Namun tidak mungkin aku mengatakan cintaku lebih dulu kepadanya.
Senangnya rasa hatiku di malam itu, aku bahagia cintaku yang ku nanti selama ini berbalas darinya. Mas Ardi memang sosok yang bisa membuatku selalu semangat, bahagia dan tersenyum. Dia adalah lelaki yang bisa melindungi, bicaranya menyejukkan dan sangat baik, dia juga rajin beribadah.
Ketika Mas Ardi lulus, saat wisuda kuliahnya aku datang mengadiri penobatan kelulusan S1 nya, saat itu Pakdenya terlihat hadir mewakili orang tuanya. Akupun dikenalkan dengan Pakdenya. Pakdenya sangat sopan dan terlihat sangat menyayangi mas Ardi. Kemarin sebelum wisuda Mas Ardi bercerita jika ibunya sudah meninggal saat dia baru masuk kuliah, sedangkan bapaknya dia tidak pernah melihatnya sejak kecil.
Menamatkan kuliah membuat Mas Ardi harus mencari pekerjaan, tentunya masih di kota Yogyakarta, maksudnya agar bisa selalu dekat dengan ku. Sampai akhirnya aku lulus kuliah, Saat di Wisuda Ayah dan ibuku hadir di kampus, akupun mengenalkan Mas Ardi kepada mereka, syukur respon mereka ke Mas Ardi baik.
Sebulan setelah wisuda aku kembali ke Jakarta, jadilah hubungan cintaku menjadi Jauh. Tetapi itu tidak menyurutkan cinta kami berdua. Mas Ardipun kemudian menyusulku ke Jakarta, dia berhenti bekerja di sana dan mencoba mencari pekerjaan di Jakarta. Lama Mas Ardi tidak mendapat pekerjaan, hingga kemudian dia mendapatkan pekerjaan di perusahaan besar di Jakarta. Karir Mas Ardi sangat cepat karena memang dia bisa mengambil hati bosnya dan juga dia orangnya mudah bergaul dan supel. 2 Tahun bekerja dia sudah di posisi Manager dengan gaji diatas 10 juta. Mas Ardi pun, segera mengambil cicilan rumah di daerah Bekasi, sedangkan fasilitas kendaraan sudah diberikan oleh kantor.
4 Tahun lamanya kami berpacaran, hingga Mas Ardi memutuskan akan melamarku. Mas Ardi memang sering main ke rumah, dia dekat dengan orang tuaku, apalagi dengan kedua adikku Mila dan Sandi. 
Malam itu, malam minggu Mas Ardi berbicara serius dengan Ayah dan Ibuku, bahwa minggu depan dia bersama Pakdenya akan kerumahku untuk melamar aku menjadi istrinya.

     "Yah, aku ingin serius bersama Aminah, kami sudah sangat dekat, dan akupun sudah bisa menghidupi istri dan anakku kelak. Aku mohon doa restu Ayah dan Ibu!"

     "Kapan kamu akan melamar Inah, Ardi?"

     "Rencana minggu depan, Aku akan ajak Pakde dan Budeku serta keluarga dekatku yang ada di Jakarta"

     "Cepat sekali Di, masa minggu depan? sudah gak sabar yah? pengen buru-buru!" ayah meledek mas Ardi dengan senyuman khasnya..

     "Ah, Ayah bisa aja.. aku melamar hanya dengan keluarga kecilku saja Yah.. jadi gak perlu persiapan yang gimana-gimana gitu. Kecuali saat akad nikah dan resepsinya nanti, aku mungkin memerlukan waktu panjang untuk persiapannya."

     "Kalau boleh tahu orang tua kamu ada dimana?"

     "Ibuku sudah meninggal 5 Tahun yang lalu sedang ayahku tidak tahu ada dimana.."

     "Oh begitu, oke jika begitu.. kalau saya sih tidak mempersalahkannya karena ini memang jalan hidup yang tidak bisa kita hindari"

     "Iya yah"

Panjang mereka bercerita di malam itu sampai-sampai tidak terasa sudah tengah malam. 
Tibalah saat yang dinanti, Mas Ardi datang bersama dengan keluarganya. Rumah sudah ku rapikan agar terlihat indah dan nyaman, semua hidanganpun sudah kami siapkan. Semua hidangan makanan dimasak oleh Ibu dan pembantuku. Ibu sangat pintar memasak, makanya saat kuliah kemarin aku sangat kangen dengan rasa masakan Ibu. Hantaran kue dan buah juga sudah keluargaku siapkan.
Tibalah Mas Ardi dan keluarganya di depan pintu rumah dengan mengendarai 2 buah mobil beserta 5 motor mengiringi dibelakangnya. Keluargaku menyambutnya di depan pintu rumah dan mempersilahkan masuk ke dalam. Hantaran yang dibawa Mas Ardi ditaruh ditengah-tengah kita semua. Sebelum acara dimulai kami semua beramah tamah dan saling memperkenalkan diri, tak lupa di selingi canda tawa.
Ditengah canda tawa tersebut, kami semua terdiam, setelah Pakde Ardi menyatakan bahwa rencana pernikahan ini tidak dapat dilanjutkan. Menjadi hening suasananya, sedangkan Ayahku menangis dan memeluk Ardi. Aku, Ardi dan yang lainnya hanya bisa melongo dan bingung dengan kejadian ini.
Ternyata Pakde Ardi masih mengenali Ayahku setelah 23 tahun tidak bertemu, waktu itu Ardi ditinggal ayah saat berumur 2 tahun, setelah ayah bercerai dengan Ibu Ardi. Jadilah saat ini Aku dan Ardi adalah Kakak Adik satu Ayah dan beda Ibu.
Suasana hatiku menjadi kacau dan bingung malam itu, begitupun dengan Mas Ardi. Namun dia bahagia bisa bertemu dengan Ayah kandungnya.
2 minggu tidak bertemu, akhirnya aku dengan Mas Ardi bertemu di sebuah taman di daerah Blok M, sambil makan siomay kami membicarakan kejadian ini berdua. Sedih, haru dan bercampur kesal ada didalamnya, namun mas Ardi bisa menenangkanku dan membujukku agar bisa menerima segalanya dengan ikhlas. Mas Ardi juga terlihat shok dan tidak menyangka jika cinta kita harus berakhir seperti ini. Bahkan sebelum ketemuan ini kita sama-sama jatuh sakit selama beberapa hari.
Setelah itu kami masih dekat dan sering ketemu, namun hanya sebatas ngobrol biasa antara kakak dan adik. (KK)

-- DH --
 

Jumat, 16 Agustus 2019

Cinta Tersimpan Di Hati

Aku seorang laki-laki dewasa yang memang sangat butuh dengan belaian dan kasih sayang. Apalagi orang tuaku jauh dari rantauan, aku meninggalkan kampung halamanku di Sumatera Barat pergi ke Jakarta untuk melanjutkan pendidikanku ke tingkat yang lebih tinggi yaitu Universitas. Aku kuliah di daerah Pondok Gede dan indekos di daerah Bekasi (tapi agak dekat perbatasan Jakarta Timur).
Tidak ada yang istimewa dari diriku, aku hanya menjalani kehidupanku apa adanya. Setiap ke kampus aku menggunakan angkutan umum begitupun saat pulang dan mobilitas kemanapun. Masa-masa kuliah terlewati dengan begitu saja tanpa ada cerita yang spesial di mataku.
Selesai menamatkan kuliahku, hari-hariku disibukkan dengan menulis lamaran dan mengirimnya ke perusahaan-perusahaan yang memang saat itu membutuhkan lowongan. Sumpek dengan tidak adanya kegiatan, aku bersama teman-teman dekatku mendirikan sebuah grup musik. Aku membentuk grup musik bersama 5 temanku. Aku di Gitaris, dan keempat temanku memegang drumer, basis, keyboard dan vokalis. Semua temanku adalah pria.
1 tahun lamanya kami hanya bermain musik saja.. kami latihan.. latihan dan latihan. Hingga akhirnya aku mendapatkan pekerjaan di perusahaan komputer. Berjalannya waktu kami masih sering latihan Band, namun itu dilakukan saat kami libur kerja atau malam saat pulang kerja. Tidak adanya peningkatan dalam grup musik kami, dalam arti kata gak ada penghasilannya. Kami kehilangan 1 teman musik yang biasa memegang keyboard. Dia keluar karena memang akan sia-sia saja jika terus bergabung dalam grup musik yang kita bentuk, 'akan menghabiskan waktu, biaya dan tenaga saja' katanya.
Saat latihan berikutnya, terasa banget ada yang pincang, hingga kami memutuskan untuk mencari penggantinya. Kami pun mendapatkan penggantinya, tidak lama. Dia seorang wanita, teman dari vokalis kami. Saat kami latihan bareng pertama kali saja dia sudah menyatu rasanya dengan musik kami. Cara dia memainkan keyboard pun sangat santai dan asik. Tidak salah memang dia bergabung dalam grup musik kami.
Diapun tahu bagaimana cara menikmati musik, cara berbaur dengan kami serta cara bermain musik yang enak. Perawakannya menurutku bias saja, bahkan rambutnya yang panjang tidak pernah rapi, tidak dandan dan berpakaian apa adanya. Pokoknya kalau kita bisa bilang urakan.
Aku adalah seseorang yang sangat sulit untuk jatuh cinta, karena aku adalah seorang pemilih. Aku biasanya sangat detail bila memilih wanita yang aku sukai. Tipeku adalah wanita yang putih, cantik, tinggi dan berpakaian modis. Yah itulah aku yang memang apa adanya, sedikit gila dan suka melakukan apa yang aku suka (yang pasti setiap orang begitu yah).

 

Walau rutinitas sehari-hariku adalah bekerja di perusahaan komputer, namun aku masih belum mempunyai seorang pacar hingga saat ini. Padahal di kantorku juga banyak teman wanita yang cantik-cantik. Namun aku tidak tergoda untuk jatuh cinta pada teman dalam satu lingkungan kerja yang sama.
Seiring waktu kami latihan musik bersama, ada yang berbeda dengan diriku disaat berbicara dan berhadapan dengannya. Aku menjadi kaku berbicara dan lebih cenderung berdiam diri.
Semakin lama, perasaanku ini semakin menjadi. Aku bingung sekaligus aneh dengan keadaan ini. dalam hati bertanya 'apakah ini cinta?'. Yang aku bingung adalah penampilan dia yang biasa saja dan bukan banget gadis impianku, kenapa aku bisa suka? mungkin karena kepintarannya memainkan alat musik. Jadi aku terbius dengan pesonanya.

Hasil carian imej untuk ‪menatap dari jauh‬‏






















Namun aku masih bisa seprofesional mungkin saat latihan. Terkadang memang tidak bisa dipungkiri mataku banyak melirik kearahnya, entah dia sadar atau tidak bahwa aku sering curi-curi pandang.
Pernah aku berbicara dengannya..

     "Hai, Mega?"

     "Hai Ayat.. Nama kamu lucu yah!"

     "Lucu dimananya?"

     "Nama Ayat.. Ayat-ayat Cinta!"

     "Ah, kamu bisa aja"

Tidak banyak yang aku bahas saat itu, hanya pembicaraan kecil saja. Karena aku salah tingkah harus berbicara apa kepadanya. Hingga akhirnya semua teman-teman grup musikku sudah akrab banget dengannya. Aku yang sering menatapnya dari kejauhan hanya bisa cemburu saja sama teman-temanku tersebut.
Tidak mati akal, akhirnya aku meminta nomor telpon Mega kepada temanku. Dari situlah aku mulai akrab dengannya. Namun sayang hanya di dunia maya. Saat bertemu dengannya aku masih juga canggung. Sampai saat ini aku masih berhubungan dekat dengannya lewat dunia  WA (Whatsapp). Dan sampai saat ini perasaan itu masih tersimpan di hati.. namun tidak bisa terucap di bibir.

 Hasil carian imej untuk ‪cinta di hati‬‏












Entah sampai kapan ini bertahan di jiwaku, semoga suatu saat nanti dia bisa mengerti apa yang aku rasakan terhadapnya. (KNK)

-- DH --

Jumat, 09 Agustus 2019

Pernikahan Tanpa Cinta

Inilah kehidupan, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi hari esok.. esoknya dan esoknya lagi. Yang kita bisa lakukan hanya menjalankan hidup kita sebaik mungkin.
Setelah selesai menamatkan sekolah SMA (Sekolah Menengah Atas) Setiap hari rutinitasku mencari dan mencari lowongan pekerjaan. Dimanapan dan kapanpun, aku pun banyak bertanya mengenai adanya lowongan ke teman-teman, saudara-saudara, tetangga-tetangga ataupun melihat di internet dan di sosial media (sosmed). Hingga akhirnya aku mendapatkan perkerjaan di sebuah rumah makan. 
Bekerja di rumah makan membuat waktu senggangku hampir tidak ada. Karena diwaktu orang libur malahan aku bekerja, karena disaat orang libur, di tempat aku bekerja malah ramai dengan orang yang makan bersama keluarga besarnya atau hanya sekedar liburan diakhir pekan.
Ah, lupakan masalah pekerjaan.. kenapa aku harus membahasnya di sini karena saat ini aku ingin menceritakan hal yang tidak terduga terjadi didalam kehidupanku, sebenarnya aku sangat bingung ketika temanku berbicara dan menawarkan hal tersebut kepadaku karena memang keputusan itu harus cepat aku ambil dan keputusan tersebut adalah penentu hidupku ke depan.
Ceritanya waktu itu saat aku libur kerja, aku janjian dengan teman sekolah SMA ku dulu di sebuah mall di daerah Jakarta Selatan. Saat kita bertemu banyak yang kita bicarakan terutama mengenai rutinitas kita berdua saat ini. Di saat akhir pembicaraan itulah teman ku membicarakan mengenai saudaranya yang ingin menikah namun batal.

 Hasil carian imej untuk ‪batal nikah‬‏

     "Oh Iya Sandra, Kemarin ada saudaraku telepon.. Dia ingin menikah minggu depan tanggal 15 Agustus. Tapi dia bingung karena calonnya yang cewek ternyata selingkuh"

     "Trus gimana tuh.. Aurel?"

     "Ya saudara gua gak mau lah.. belum nikah aja sudah begitu bagaimana nanti"

     "Oh gitu.. tapi kan tinggal seminggu lagi. Bagaimana dengan persiapan pernikahannya, terus undangannya pastikan juga sudah kesebar"

     "Ya gitu deh, orang tua saudara gua itu gak mau jika dibatalin, dia mau perkawinannya tetap dilaksanain walau calonnya bukan yang kemarin juga gak apa-apa. Orang tuanya berfikir, uang gedung sudah terbayarkan semua terus katering, pakaian juga sudah dibeli, begitupun sauvenir sdh terbeli 1000 buah dan persiapan lainnya yang sudah disiapkan."
    
     "Iya yah sayang banget yah kalau sampe gak jadi"

    "Bukan hanya itu juga, mereka malu dengan saudara-saudaranya, teman-teman mereka dan tetangga-tetangga mereka dan sebagainya"

     "Terus bagaimana tuh.."

     "Ya iya, gua cerita begini mau nawarin lo mau gak..? berhubung lo kan juga ngebet banget mau nikah karena umur lo sudah mau kepala 3 dan juga lo lagi cari pacar yang mau nikahin lo cepat. Kan Pas banget ni.

     "Ah, tapi gak gitu Juga Rel, masa minggu depan.. dadakan banget dan gua juga belum kenal dia"

     "Udah, diakan saudara gua.. gua tau banget diatuh orang baik, kaya, pinter, ganteng, kerjaannya bagus banget, sudah punya mobil dan rumah juga loh"

     "Ah yang bener lo?"

     "Bener.. kalau mau sekarang juga gua telepon dia untuk ke sini"

     "Bentar-bentar"

     "Bentar-bentar.. Apa lagi yang ditunggu? Sudah gua telpon dia yah?"

Akupun pasrah dan benar saja Aurel langsung menelpon saudaranya tersebut untuk datang ke tempat kita ketemuan saat itu. Tidak lama kemudian ada pria datang menghampiri kita berdua dan akupun dikenalkan oleh temanku tersebut.

     "Hai.. Rel" dia melangkah.. mendekat sambil melambaikan tangan kanannya 

     "Hai Daniel, kenalkan nih teman gua" Aurel berkata..

     "Danil.." dia menyodorkan tangan kanannya untuk bersamalan denganku

     "Sandraa.." Akupun menyambut jabatan tangannya

Kami pun bercerita bertiga, ternyata kantor Daniel dekat dengan tempat ini, hanya berjalan kaki saja. Dalam hati 'Pantes cepet, jangan-jangan Aurel sudah merencanakan pertemuan ini nih'.
Namun ternyata aku salah Temanku langsung bercerita dengan Danil, spontan dia teringat perkataan mereka berdua kemarin saat di telepon. Dan Spontan juga menelpon Daniel untuk ke sini. Untungnya Daniel sedang tidak sibuk.
Penilaiku saat itu kepada Danil secara fisik sih oke, dia ganteng dengan pakaiannya yang benar-benar kekinian, gaya potongan rambutnya pun keren. Pokoknya penampilan pertama oke juga lah. Nah selanjutnya nih aku harus berfikir mateng-mateng, bila perlu sampai bonyok juga gak apa-apa. Karena ini menyangkut kehidupanku kedepan.
Keesokan harinya Daniel mulai aktif menelpon ku bahkan mengajakku kembali makan malam di rumahnya untuk dikenalkan langsung kepada orang tuanya. Aku semakin bingung dan bingung menghadapi situasi seperti ini, hingga akhirnya aku mengiyakan ajakannya, tapi dengan syarat dia harus menjemputku di rumah dan meminta izin langsung kepada kedua orang tuaku.
Diapun menyanggupinya, setelah menjemputku di rumah, saat di jalan menuju rumahnya, aku bercerita kepadanya bahwa dia yang harus banyak berfikir jika akan menikahiku, karena aku hanya tamatan SMA dan bekerja hanya sebagai pelayan di sebuah rumah makan.

     "Nil, lo harus banyak berfikir mengenai keadaanku, aku tidak mau kamu dan keluarga merendahkan aku karena keadaanku sekarang ini"

     "Iya, sudah aku pikirin semalaman suntuk"

     "Apa yang kamu pikirin? gak hanya harus jadi menikah tanggal 15 minggu depan loh! Tapi semuanya, terutama kesiapan lo akan hadirnya diri gua"

     "Aku melihat kamu sopan, berbicarapun baik, penampilan diri kamu yang sedikit masuk ditipe gua"

     "Emang tipe kamu bagaimana?"

     "Secara Fisik aku suka cewek apa adanya, rambut kamu yang panjang jatuh terurai apa adanya, berpakaian sopan, murah senyum serta berbicara pelan"

     "Itu saja?

     "Apalagi yah! ah sudahlah intinya semoga gua tidak salah pilih dan jika kita menikah nanti perkawinan kita bisa langgeng sampai kapanpun"

     "Aamiin.."

Sesampainya di rumah, aku langsung disambut hangat oleh keluarganya, kemudian aku banyak dicecer pertanyaan-pertanyaan. Disaat itu aku seperti berhadapan dengan banyak wartawan. Alhamdulillah semua berjalan lancar, terlihat semuanya bahagia dengan kehadiranku. Selesai makan malam bersama aku diajaknya bicara berdua di halaman belakang rumahnya.

     "San, jika nanti kamu jadi istriku.. Apa yang kamu harap dariku?"

     "Aku hanya ingin kamu menjadi imam yang baik untukku dan anak-anak kita nanti"

     "Itu saja?"

     "Ya.. kalau kamu?"

     "Kalau aku.. Aku mau kamu menjadi istri yang baik untukku, keluargaku dan menjadi ibu yang sempurna untuk anak-anakku"

     "Aamiin"

      "Kamu mah, aamiin mulu.."

     "Ya iyalah, segala doa yang baik harus kita aminin"

     "Aku mau nanti kamu berhenti bekerja dan kamu harus melanjutkan kuliahmu, supaya kamu tidak mudah dibohongi orang dan juga kamu bisa mengerti bisnis yang sedang aku geluti"

     "Kok banyak banget syarat yang kamu mau?"

     "Coba fikir deh, ini semua buat kamu San, supaya kamu pintar dan jadi wanita yang tangguh"

     "Bisa aja kamu"

Dua hari bersamanya kita sudah melangkah terlalu dalam dan sudah membicarakan jangka panjang. Memang ini yang kita butuhkan agar bisa saling memahami karakter masing-masing dan tidak tertipu dengan kata-kata dan janji manis suatu saat nanti.
Hari ke 4, keluarga inti Mas Daniel datang ke rumah untuk melamarku, keluargaku menerima dan menyambut baik kehadiran mereka. Syukur di malam itu tidak ada sesuatu yang buruk menimpa. Hingga akhirnya Hari pernikahanku datang.

 Imej yang berkaitan
Dihari itu, sesuai rencana.. semua berjalan lancar dan sangat baik. Tamu-tamupun banyak yang hadir, Namun memang banyak selentingan mengenai mempelai perempuan yang diganti. Ah, aku mah cuek saja dengar perkataan tersebut, entar juga hilang sediri kataku dalam hati.
Usai pernihakan, Aku masih baik-baik saja dengn keluarga suami hingga akhirnya aku tinggal di rumah pribadi suamiku. Berjalannya waktu, ternyata memang aku tidak salah memilih imam. Dia baik begitupun dengan mertuaku dan keluarganya.
Padahal saat dihari Danil menjemputku ke rumah untuk makan malam dan perkenalan di keluarganya, Bapak Ibu ku sangat menentang pertemuan dan pernikahan ini, sampai kami ribut besar, namun dia melunak setelah Melihat Danil datang, Wajahnya Danil, pakaiannya dan apalagi mobil yang digunakan untuk menjemputku semuanya keren dan sangat bagus, jadilah orang tuaku terpesona dibuatnya, hingga mau gak mau berkata 'terserah kamu saja Sandra, yang penting kamu bahagia dan harus berpikir panjang jika ada yang kurang sreg yah'

Hasil carian imej untuk ‪tanpa cinta‬‏

Hingga saat ini aku sudah dikaruniai 2 orang anak Laki-laki dan Perempuan. Jadilah keluargaku, keluarga yang bahagia.. semoga ini bisa bertahan hingga kami menua dan mempunyai cicit.. Aamiin (KK)

-- DH --



RINGKASAN DAFTAR CERITA

                                                     DAFTAR CERITA Berikut adalah ringkasan judul cerita yang saya sudah terbitkan: CINTA PE...