Saat itu akan memasuki liburan panjang, aku bersama ke 6 temanku berencana akan liburan selama 5 hari ke daerah Jawa Barat. Tetapi kami belum menemukan ide akan pergi ke mana bersama, apakah itu ke Gunung, Pantai atau danau. Liburan semakin dekat kami belum ada tujuan kemana akan mengisi liburan, hingga akhirnya kita mencari di internet mengenai destinasi alam yang indah untuk kita kunjungi.
Tiga hari sebelum libur kami sepakat pergi mendaki gunung Cikuray di Garut (Jawa Barat). Persiapan perlengkapan kita bagi bersama dan makanan diharapkan setiap orang wajib membawa bekal untuk dirinya sendiri. Pagi itu kami bertujuh berangkat dari terminal Kampung Rambutan, kami janjian bertemu semua di sana. Kami bertujuh semuanya seorang Pria, Tak banyak yang kami ketahui selain kami berjalan dengan menaiki bus Kampung Rambutan menuju Terminal Guntur (Garut). Dalam perjalanan kami hanya beristirahat dan tidur, mempersiapkan tenaga untuk nanti naik ke puncak gunung.
Sampai di Terminal Guntur sudah pukul 14.00, kami sholat di musolah dan kemudian makan bersama di sebuah kedai di ujung terminal tersebut. Sambil makan kita sambil berkompromi untuk perjalanan selanjutnya. 45 menit setelah itu kami melanjutkan menaiki angkot yang menuju Cilawu lalu turun di daerah Sukamulya, suasana alam yang kita lewati sangatlah sejuk dan indah. Rasanya sangat nyaman dan asri, jauh dari kesan macet dan polusi.
Sampai di kaki Gunung Cikuray sudah memasuki waktu sholat asar, kamipun sholat bersama kemudian melanjutkan perjalanan pukul 16.00. Kami melewati pos dan mengisi buku tamu di sana serta membayar uang administrasi sebesar dua ribu rupiah. Tanah yang lembab membuat jalan agak licin, hingga kami sangat hati-hati menapakinya. Saat itu cuaca sudah mendung dan sudah banyak sekali kabut yang turun sehingga pandangan terbatas.
Walau licin namun kami harus bergegas naik karena hari akan semakin gelap. dua jam perjalanan kita berhenti sejenak untuk sholat dan menyiapkan penerangan yang sangat kami perlukan untuk menuju puncak. Malam itu hujan turun sangat lebat terpaksa kami mencari tanah yang datar untuk segera mendirikan tenda dan bermalam di tempat itu sampai besok pagi.
Paginya cuaca sangat dingin dan cerah, setelah semalaman di guyur hujan yang cukup deras. Setelah sarapan pagi bersama, kami melanjutkan perjalanan kembali. Tak ada kejadian yang cukup berarti saat perjalanan mendaki gunung, hanya saja nafas yang terengah-engah karena medannya yang cukup terjal, ada satu temanku yang merasa pusing dan kelelahan.. syukurnya itu hanya sementara saja hingga membuat kami cukup banyak berhenti untuk istirahat.
Hingga akhirnya kami sampai di puncak Gunung Ciparay. Gunung dengan pesona alam yang sangat indah, seperti berada di atas awan. Kami mengabadikan dengan mengambil gambar dari kamera ponsel kita. Setelah lama berada di atas kami mulai mencari tempat untuk memasang tenda. Hingga kami menemukan tempat yang pas untuk membangun tenda di sana. Setelah semua beres kita mulai beramah tamah dengan teman-teman yang sudah lama berkemah di sana.
Satu yang tak pernah ku lupa aku melihat sosok gadis putih, dengan badan tidak terlalu tinggi dan berambut pirang jatuh lurus hingga siku. Saat ku menatap ke arahnya dia menatapku dengan senyuman dan aku pun membalas senyumannya. Aku coba mendekatinya namun 5 langkah sebelum kakiku sampai dihadapannya dia dipanggil temannya untuk mengambil air, untuk persiapan nanti malam sampai besok pagi. Sehingga segera ku balik badan dan kembali ke tendaku lagi.
Berfikir cepat bagaimana aku bisa berkenalan dengannya, hingga aku memutuskan untuk mencoba mengambil air juga mengikutinya. Saat dia sedang mengambil air sendiri aku pun mencoba mengambil air di dekatnya.. aku menegurnya dan berbicara sedikit dengannya.
"Hai"
"Hai juga"
"Asal dari mana?"
"Saya dari Jakarta"
"Oh sama dong.. Jakartanya di mana?"
"Saya di Jakarta Selatan"
"Oh, sama donk"
"Aah.. si masnya sama-sama trus"
"Ya kan memang sama"
Pembicaraan terhenti karena dia dipanggil oleh temannya untuk segera kembali ke tenda. Dalam hatiku "waduh belum tanya nama sudah kabur lagi, ya sudah lah".
Setelah itu akupun kembali ke tenda. Ternyata aku dicariin teman-teman ku. Kata mereka aku harusnya bilang jika mau kemana-mana. Karena mereka khawatir, ya namanya gunung.. tempat di mana orang gak boleh sembarang berbicara dan bertindak serta tempat yang jauh dari kehidupan yang sesungguhnya. Ya sudah aku hanya bilang ke mereka "maaf".
Hari itu aku coba mencari keberadaannya, namun tak terlihat lagi sosoknya, namun yang aku lihat tendanya masih ada terpasang. sampai akhirnya aku tertidur dan terbangun saat hari sudah akan gelap. Aku melihat keindahan matahari yang akan tenggelam. Warna merah merona sangat besar dan jelas, senang rasanya melihatnya, yang belum tentu aku bisa kisini lagi melihat peristiwa ini.
Keesokan harinya yaitu hari ke 3, suasana di Camp Pos 7 sudah mulai sepi dan digantikan oleh yang baru tiba. Kami masih mengabadikan suasana di sekitar gunung dan bercengkrama. Pagi itu aku melihat, tenda wanita kemarin itu sudah tidak ada.
Keesokah harinya, saat hari ke 4, setelah melihat matahari terbit dan makan mie instan. kami mulai berjalan menuruni gunung dan kembali ke Jakarta. Rasa capek terbayar akan keindahan matahari terbit dan tenggelam serta pemandangan awan yang terasa seperti 'negeri di atas awan' serta suasana dan kicauan hewan yang berada di hutan tersebut.
Saat meninggalkan Terminal dan menuju ke Jakarta aku sempat ke temu wanita itu lagi.
"Hai, kok masih disini?'
"Iya kemarin tim kami nyasar seharian, karena kita baru pertama kali mendaki gunung Cikuray"
"Lah, kita juga baru sekali.. sama donk"
"Oh iya namaku Riski"
"Namaku Riska"
"Kok, nama kita sama sih.. kayak anak kembar"
"Iya yah.. aneh"
Lagi-lagi aku dipanggil oleh temanku, mereka bilang bis akan berangkat, akupun segera menulis nomor handphone ku di secarik kertas. Kemudian memberikannya kepada Riska, dan berlari pergi meninggalkannya menuju bus. Dari kejauhan aku melihatnya masih memandangiku dan kemudian aku pakai isyarat tangan dengan mengepal tangan kananku dengan ketiga jariku tengahku aku genggam kecuali jempol dan kelingking, setelah itu aku mengarahkan ke telinga dan mulutku.
Aku sangat senang melihat responnya, berharap semoga dia segera menghubungiku.
Dua hari setelah berada di Jakarta, dia memberi pesan lewat WA (WhatsApp). Aku sangat senang membacanya. Itu lah awal kedekatanku dengannya. Hingga akhirnya kita sering ketemuan dan jalan bareng. (KK)
-- DH --
Walau licin namun kami harus bergegas naik karena hari akan semakin gelap. dua jam perjalanan kita berhenti sejenak untuk sholat dan menyiapkan penerangan yang sangat kami perlukan untuk menuju puncak. Malam itu hujan turun sangat lebat terpaksa kami mencari tanah yang datar untuk segera mendirikan tenda dan bermalam di tempat itu sampai besok pagi.
Paginya cuaca sangat dingin dan cerah, setelah semalaman di guyur hujan yang cukup deras. Setelah sarapan pagi bersama, kami melanjutkan perjalanan kembali. Tak ada kejadian yang cukup berarti saat perjalanan mendaki gunung, hanya saja nafas yang terengah-engah karena medannya yang cukup terjal, ada satu temanku yang merasa pusing dan kelelahan.. syukurnya itu hanya sementara saja hingga membuat kami cukup banyak berhenti untuk istirahat.
Hingga akhirnya kami sampai di puncak Gunung Ciparay. Gunung dengan pesona alam yang sangat indah, seperti berada di atas awan. Kami mengabadikan dengan mengambil gambar dari kamera ponsel kita. Setelah lama berada di atas kami mulai mencari tempat untuk memasang tenda. Hingga kami menemukan tempat yang pas untuk membangun tenda di sana. Setelah semua beres kita mulai beramah tamah dengan teman-teman yang sudah lama berkemah di sana.
Satu yang tak pernah ku lupa aku melihat sosok gadis putih, dengan badan tidak terlalu tinggi dan berambut pirang jatuh lurus hingga siku. Saat ku menatap ke arahnya dia menatapku dengan senyuman dan aku pun membalas senyumannya. Aku coba mendekatinya namun 5 langkah sebelum kakiku sampai dihadapannya dia dipanggil temannya untuk mengambil air, untuk persiapan nanti malam sampai besok pagi. Sehingga segera ku balik badan dan kembali ke tendaku lagi.
Berfikir cepat bagaimana aku bisa berkenalan dengannya, hingga aku memutuskan untuk mencoba mengambil air juga mengikutinya. Saat dia sedang mengambil air sendiri aku pun mencoba mengambil air di dekatnya.. aku menegurnya dan berbicara sedikit dengannya.
"Hai"
"Hai juga"
"Asal dari mana?"
"Saya dari Jakarta"
"Oh sama dong.. Jakartanya di mana?"
"Saya di Jakarta Selatan"
"Oh, sama donk"
"Aah.. si masnya sama-sama trus"
"Ya kan memang sama"
Pembicaraan terhenti karena dia dipanggil oleh temannya untuk segera kembali ke tenda. Dalam hatiku "waduh belum tanya nama sudah kabur lagi, ya sudah lah".
Setelah itu akupun kembali ke tenda. Ternyata aku dicariin teman-teman ku. Kata mereka aku harusnya bilang jika mau kemana-mana. Karena mereka khawatir, ya namanya gunung.. tempat di mana orang gak boleh sembarang berbicara dan bertindak serta tempat yang jauh dari kehidupan yang sesungguhnya. Ya sudah aku hanya bilang ke mereka "maaf".
Hari itu aku coba mencari keberadaannya, namun tak terlihat lagi sosoknya, namun yang aku lihat tendanya masih ada terpasang. sampai akhirnya aku tertidur dan terbangun saat hari sudah akan gelap. Aku melihat keindahan matahari yang akan tenggelam. Warna merah merona sangat besar dan jelas, senang rasanya melihatnya, yang belum tentu aku bisa kisini lagi melihat peristiwa ini.
Keesokan harinya yaitu hari ke 3, suasana di Camp Pos 7 sudah mulai sepi dan digantikan oleh yang baru tiba. Kami masih mengabadikan suasana di sekitar gunung dan bercengkrama. Pagi itu aku melihat, tenda wanita kemarin itu sudah tidak ada.
Keesokah harinya, saat hari ke 4, setelah melihat matahari terbit dan makan mie instan. kami mulai berjalan menuruni gunung dan kembali ke Jakarta. Rasa capek terbayar akan keindahan matahari terbit dan tenggelam serta pemandangan awan yang terasa seperti 'negeri di atas awan' serta suasana dan kicauan hewan yang berada di hutan tersebut.
Saat meninggalkan Terminal dan menuju ke Jakarta aku sempat ke temu wanita itu lagi.
"Hai, kok masih disini?'
"Iya kemarin tim kami nyasar seharian, karena kita baru pertama kali mendaki gunung Cikuray"
"Lah, kita juga baru sekali.. sama donk"
"Oh iya namaku Riski"
"Namaku Riska"
"Kok, nama kita sama sih.. kayak anak kembar"
"Iya yah.. aneh"
Lagi-lagi aku dipanggil oleh temanku, mereka bilang bis akan berangkat, akupun segera menulis nomor handphone ku di secarik kertas. Kemudian memberikannya kepada Riska, dan berlari pergi meninggalkannya menuju bus. Dari kejauhan aku melihatnya masih memandangiku dan kemudian aku pakai isyarat tangan dengan mengepal tangan kananku dengan ketiga jariku tengahku aku genggam kecuali jempol dan kelingking, setelah itu aku mengarahkan ke telinga dan mulutku.
Aku sangat senang melihat responnya, berharap semoga dia segera menghubungiku.
Dua hari setelah berada di Jakarta, dia memberi pesan lewat WA (WhatsApp). Aku sangat senang membacanya. Itu lah awal kedekatanku dengannya. Hingga akhirnya kita sering ketemuan dan jalan bareng. (KK)
-- DH --