Cinta

Cinta
SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA "DODHY HANDAYADI".. SELAMAT MEMBACA.. SEMOGA BISA MENJADI PELAJARAN BUAT KITA SEMUA.. PENTINGNYA MENGHARGAI ARTI CINTA, DIMANA TERKADANG KITA HARUS MENGALAH UNTUK MEMENANGKAN HATINYA NAMUN TERKADANG KITA HARUS MERELAKAN KEHILANGANNYA UNTUK HAL YANG LEBIH BAIK LAGI.. JANGAN MENYERAH TERUSLAH BERJUANG SELAGI CINTAMU MASIH BISA DIPERJUANGKAN

Jumat, 30 November 2018

Cinta Di Atas Gunung

Saat itu akan memasuki liburan panjang, aku bersama ke 6 temanku berencana akan liburan selama 5 hari ke daerah Jawa Barat. Tetapi kami belum menemukan ide akan pergi ke mana bersama, apakah itu ke Gunung, Pantai atau danau. Liburan semakin dekat kami belum ada tujuan kemana akan mengisi liburan, hingga akhirnya kita mencari di internet mengenai destinasi alam yang indah untuk kita kunjungi.
Tiga hari sebelum libur kami sepakat pergi mendaki gunung Cikuray di Garut (Jawa Barat). Persiapan perlengkapan kita bagi bersama dan makanan diharapkan setiap orang wajib membawa bekal untuk dirinya sendiri. Pagi itu kami bertujuh berangkat dari terminal Kampung Rambutan, kami janjian bertemu semua di sana. Kami bertujuh semuanya seorang Pria, Tak banyak yang kami ketahui selain kami berjalan dengan menaiki bus Kampung Rambutan menuju Terminal Guntur (Garut). Dalam perjalanan kami hanya beristirahat dan tidur, mempersiapkan tenaga untuk nanti naik ke puncak gunung.
Sampai di  Terminal Guntur sudah pukul 14.00, kami sholat di musolah dan kemudian makan bersama di sebuah kedai di ujung terminal tersebut. Sambil makan kita sambil berkompromi untuk perjalanan selanjutnya. 45 menit setelah itu kami melanjutkan menaiki angkot yang menuju Cilawu lalu turun di daerah Sukamulya, suasana alam yang kita lewati sangatlah sejuk dan indah. Rasanya sangat nyaman dan asri, jauh dari kesan macet dan polusi.
Sampai di kaki Gunung Cikuray sudah memasuki waktu sholat asar, kamipun sholat bersama kemudian melanjutkan perjalanan pukul 16.00. Kami melewati pos dan mengisi buku tamu di sana serta membayar uang administrasi sebesar dua ribu rupiah. Tanah yang lembab membuat jalan agak licin, hingga kami sangat hati-hati menapakinya. Saat itu cuaca sudah mendung dan sudah banyak sekali kabut yang turun sehingga pandangan terbatas.
Walau licin namun kami harus bergegas naik karena hari akan semakin gelap. dua jam perjalanan kita berhenti sejenak untuk sholat dan menyiapkan penerangan yang sangat kami perlukan untuk menuju puncak. Malam itu hujan turun sangat lebat terpaksa kami mencari tanah yang datar untuk segera mendirikan tenda dan bermalam di tempat itu sampai besok pagi.
Paginya cuaca sangat dingin dan cerah, setelah semalaman di guyur hujan yang cukup deras. Setelah sarapan pagi bersama, kami melanjutkan perjalanan kembali. Tak ada kejadian yang cukup berarti saat perjalanan mendaki gunung, hanya saja nafas yang terengah-engah karena medannya yang cukup terjal, ada satu temanku yang merasa pusing dan kelelahan.. syukurnya itu hanya sementara saja hingga membuat kami cukup banyak berhenti untuk istirahat.
Hingga akhirnya kami sampai di puncak Gunung Ciparay. Gunung dengan pesona alam yang sangat indah, seperti berada di atas awan. Kami mengabadikan dengan mengambil gambar dari kamera ponsel kita. Setelah lama berada di  atas kami mulai mencari tempat untuk memasang tenda. Hingga kami menemukan tempat yang pas untuk membangun tenda di sana. Setelah semua beres kita mulai beramah tamah dengan teman-teman yang sudah lama berkemah di sana.

  Imej yang berkaitan

Satu yang tak pernah ku lupa aku melihat sosok gadis putih, dengan badan tidak terlalu tinggi dan berambut pirang jatuh lurus hingga siku. Saat ku menatap ke arahnya dia menatapku dengan senyuman dan aku pun membalas senyumannya. Aku coba mendekatinya namun 5 langkah sebelum kakiku sampai dihadapannya dia dipanggil temannya untuk mengambil air, untuk persiapan nanti malam sampai besok pagi. Sehingga segera ku balik badan dan kembali ke tendaku lagi.
Berfikir cepat bagaimana aku bisa berkenalan dengannya, hingga aku memutuskan untuk mencoba mengambil air juga mengikutinya. Saat dia sedang mengambil air sendiri aku pun mencoba mengambil air di dekatnya.. aku menegurnya dan berbicara sedikit dengannya.

     "Hai"

     "Hai juga"

     "Asal dari mana?"

     "Saya dari Jakarta"

     "Oh sama dong.. Jakartanya di mana?"

     "Saya di Jakarta Selatan"

     "Oh, sama donk"

     "Aah.. si masnya sama-sama trus"

     "Ya kan memang sama"

Pembicaraan terhenti karena dia dipanggil oleh temannya untuk segera kembali ke tenda. Dalam hatiku "waduh belum tanya nama sudah kabur lagi, ya sudah lah". 
Setelah itu akupun kembali ke tenda. Ternyata aku dicariin teman-teman ku. Kata mereka aku harusnya bilang jika mau kemana-mana. Karena mereka khawatir, ya namanya gunung.. tempat di mana orang gak boleh sembarang berbicara dan bertindak serta tempat yang jauh dari kehidupan yang sesungguhnya. Ya sudah aku hanya bilang ke mereka "maaf".
Hari itu aku coba mencari keberadaannya, namun tak terlihat lagi sosoknya, namun yang aku lihat tendanya masih ada terpasang. sampai akhirnya aku tertidur dan terbangun saat hari sudah akan gelap. Aku melihat keindahan matahari yang akan tenggelam. Warna merah merona sangat besar dan jelas, senang rasanya melihatnya, yang belum tentu aku bisa kisini lagi melihat peristiwa ini.
Keesokan harinya yaitu hari ke 3, suasana di Camp Pos 7 sudah mulai sepi dan digantikan oleh yang baru tiba. Kami masih mengabadikan suasana di sekitar gunung dan bercengkrama. Pagi itu aku melihat, tenda wanita kemarin itu sudah tidak ada.
Keesokah harinya, saat hari ke 4, setelah melihat matahari terbit dan makan mie instan. kami mulai berjalan menuruni gunung dan kembali ke Jakarta. Rasa capek terbayar akan keindahan matahari terbit dan tenggelam serta pemandangan awan yang terasa seperti 'negeri di atas awan' serta suasana dan kicauan hewan yang berada di hutan tersebut.
Saat meninggalkan Terminal dan menuju ke Jakarta aku sempat ke temu wanita itu lagi.
 
     "Hai, kok masih disini?'

     "Iya kemarin tim kami nyasar seharian, karena kita baru pertama kali mendaki gunung Cikuray"

     "Lah, kita juga baru sekali.. sama donk"
     "Oh iya namaku Riski"

     "Namaku Riska"

     "Kok, nama kita sama sih.. kayak anak kembar"

     "Iya yah.. aneh"

Lagi-lagi aku dipanggil oleh temanku, mereka bilang bis akan berangkat, akupun segera menulis nomor handphone ku di secarik kertas. Kemudian memberikannya kepada Riska, dan berlari pergi meninggalkannya menuju bus. Dari kejauhan aku melihatnya masih memandangiku dan kemudian aku pakai isyarat tangan dengan mengepal tangan kananku dengan ketiga jariku tengahku aku genggam kecuali jempol dan kelingking, setelah itu aku mengarahkan ke telinga dan mulutku.

Aku sangat senang melihat  responnya, berharap semoga dia segera menghubungiku.

Dua hari setelah berada di Jakarta, dia memberi pesan lewat WA (WhatsApp). Aku sangat senang membacanya. Itu lah awal kedekatanku dengannya. Hingga akhirnya kita sering ketemuan dan jalan bareng. (KK)

-- DH --

Jumat, 23 November 2018

Cinta Karena Kemiripan

Saat melihat wanita yang sangat mirip dengan wajah pacarku dulu, aku sangat senang dan tak ingin membuang pandangan mataku dari dirinya. Entah kenapa wajahnya begitu berkesan di hati ku sampai saat ini. Saat dimana kita sudah tidak pernah bertemu 1 tahun lamanya.
Ketika itu aku baru mulai masuk kuliah, seminggu itu aku harus mengikuti Ospek (Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus), perkenalan mengenai sejarah kampus, teman, belajar bersama dan praktikum. Banyak yang aku harus siapkan pada saat itu mulai dari tas yang dibuat dari karung goni dengan berlogokan kampus, papan nama yang dibuat dari kertas karton bewarna warni, baju hitam putih dan surat menyurat.
Hal yang membuatku teringat sampai saat ini adalah diri dan namamu yang begitu indah, Luci adalah nama panggilan dia. Saat itu kami semua yang hadir diberi tugas untuk menulis surat cinta yang ditujukan kepada teman yang ada di kelas ku itu dan surat ke 2 untuk orang tua kita. Aku sangat senang mengerjakan tugas tersebut, untungnya memang ada wanita yang aku taksir di kelas itu.
Aku tulis surat tersebut dengan hati dan benar-benar berisikan ungkapan perasaanku kepadanya. Diakhir surat aku tutup dengan nama inisialku, karena aku tak yakin surat itu akan berbalas cintanya. Aku berfikir 'masa iya sih kita belum saling mengenal sudah mengatakan cinta'. Masa Ospek berakhir dan kita memasuki masa perkuliahan, aku seorang yang pendiam dan sedikit pemalu hanya bisa memandanginya dari jauh. Mencoba melihat sisi lain yang memang terpancar dari sosok dirinya. Keindahan sosoknya yang membuatku selalu terbayang dimanapun bahkan saat akan mau tidur.
Terus terpikirkan, bagaimana cara ku berkenalan dengannya lebih dekat lagi namun semua tak ku lakukan, karena keberanianku yang tak cukup mampu mendekatinya. Hingga semua hanya menjadi angan-anganku saja.
Pada semester genap (semester berikutnya), mantanku mulai menghubungiku lagi, namun rasanya sulit untuk bersamanya. Karena semua kebohongan yang dilakukannya saat kita pacaran dahulu hingga membuat kita mengakhiri hubungan. Aku tak ingin terulang begitu lagi hingga aku belum berani merespon lebih dirinya. Namun desakannya yang begitu besar ingin bertemu denganku membuat aku akhirnya luluh. 
Aku bertemu dengan dirinya kembali di rumahnya, aku diberikan alamat rumahnya dan bermain ke sana pada siang hari. Singkat cerita aku jadian kembali dengannya dan kita berpacaran selama lebih dari 4 tahun yang akhirnya kandas kembali karena orang ketiga. Lagi-lagi seperti dahulu, dia menghianatiku.
Aku pun tak ambil pusing, walau memang terasa pusing.. aku coba mencari kesibukan dan membuang jauh kenangan bersamanya. Ku berharap ini terakhir aku menerima cintanya, hatiku pedih karena ketidak jujurannya. Hanya bisa berdoa 'Semoga keputusannya adalah jalan yang terbaik untuk kehidupannya'
6 bulan berlalu, aku kembali melihat sosok seperti dirinya.. kali ini namanya Heni. Namun sekarang aku sedikit berani mendekatinya. Walau tidak terlalu dekat dengannya namun aku sering mengobrol dengannya. Aku sering bertemunya diangkot, ternyata dia tinggal di kosan dekat kampus, karena dia berasal dari luar kota.
Pernah sekali aku berbicara banyak dengannya di kelas, kita berbicara banyak mengenai masalah pelajaran kuliah dan kampus. Ingin rasanya menanyakan kepadanya mengenai cowok yang lagi dekat dengannya, tapi tidak jadi aku lakukan karena takut menyinggungnya dan membuat aku menjadi jauh dengannya.
Entah kenapa saat aku jatuh cinta kepada wanita, aku hanya melihat sosok wajahnya ada di wanita tersebut. Bayang-bayang wajah dan postur tubuhnya selalu menjadi acuanku untuk suka kepada wanita.
Entah kenapa juga, aku tidak memiliki teman wanita special di kampus.. temanku hanya seorang cowok dan cowok. Mungkin karena perawakanku yang kurus tinggi, jadi kurang menarik.. tapi entahlah (KN)

-- DH --

Jumat, 16 November 2018

Keraguan Cinta

Di pagi yang cerah itu aku pergi, melangkahkan kakiku menuju kantorku yang terletak di daerah Kelapa Gading. Pagi itu masih gelap, terlihat di jam tanganku menunjukkan pukul 05.40. Aku berjalan menyusuri aspal hitam menuju halte bus yang berjarak 900 meter dari rumahku, kurang lebih 10 menit jika berjalan kaki. Sesampainya di halte bus, untungnya tak lama aku menunggu bus-nya datang, syukurnya aku dapat duduk di posis tengah bus. Bus berjalan menyusuri kemacetan jalan ibu kota Jakarta yang sangat menyita waktu. Tak lama terlihat ada seorang wanita menaiki bus dan duduk di sebelah ku, karena bangkunya masih kosong. Memasuki Tol wanita tersebut tertidur di bahuku. Aku bingung harus berbuat apa, aku bangunkan atau hanya diam saja. Ya terpaksa aku hanya mengikhlaskan pundakku menjadi bantal untuknya.
Rutinitas ini aku jalani setiap hari kecuali sabtu dan minggu, ya setidaknya aku selalu melihat hampir semua orang yang sama setiap pagi berangkat kerja. Akupun mulai mengenal gadis itu, Sisil nama panggilannya. Akupun akrab dengan dengannya mulai berbagi cerita setiap paginya hingga akhirnya kita sering janjian lewat SMS. Aku mulai dekat dengan Sisil karena dia wanita yang murah senyum dan senang bercerita.
Waktu itu aku pulang kerja aku janjian dengannya di perempatan jalan Pulomas. Kami berencana ingin menonton film di bioskop terdekat. Aku ingat bener waktu itu tahun 2006 aku menonton film yang berjudul 'Cinta Pertama', ceritanya sangat sedih hingga Sisil dibuatnya menangis. Pulang dari sana sudah hampir jam 9 malam, sangat sulit mencari bus yang menuju ke Depok. Namun kami masih tetap menunggu hingga setengah jam, mobil yang kita tunggu datang. Mobil sudah penuh hingga hanya menyisakan 1 kursi saja. Ku persilahkan dia untuk duduk sedangkan aku berdiri di sampingnya. Memasuki Tol ku lihat Sisil sudah terlelap di bangkunya, dari raut wajahnya terlihat dia sangat capek sekali.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiNRGuNk9uLTWsW_dt23k7H07GVUuOmsFSTfpb1NpHgkmUU86LVR3hs0uocqH05IJJIA1F8t04ggCPclrMoVH7FNiGn9Ayqk_wL7cN9wH0ouD1o387eCJ1KgzGK_CSOGO3d1AXFG4P8xi0/s1600/cinta+pertama.jpg

Saat itu belum ada rasa cintaku terhadapnya, aku hanya menganggapnya sebagai teman dan seorang wanita yang berparas manis. Pernah sesekali aku pergi bersamanya untuk makan siang, ku lihat dia mengajak teman prianya bernama Budi. Aku melihat dia sudah akrab sekali dengan pria tersebut. Iri rasanya aku melihat kedekatannya. Terbesit dalam hati 'Apakah ini yang namanya cemburu? namun aku kan tidak mencintai dia'. Kubuang jauh pikiran itu dan mengakrabkan diri dengan Budi yang baru aku kenal hari ini.
Saat Sisil membayar makanan kami, berhubung dia Ulang tahun hari ini jadi dia yang meneraktir. Saat itu aku berbicara dengan Budi.

     "Kamu sekantor dengan Sisil Bud?"

     "Iya kami teman sekantor, tadi saat mau turun makan kami gak sengaja ketemu, dia bilang mau makan di mall, lalu ku lihat dia menunggu angkot lama sekali, dia bilang mau jalan tanggung. Karena dekat aku tawarin saja untuk aku antar menggunakan motorku. Eh.. malah aku diajak makan bareng"

     "Oh begitu"

     "Eh, maaf yah kalau aku mengganggu acara makan kalian!"

     "Oh.. gak papa Bud.. santai aja lah"

     "Ngomong-ngomong kalian pacaran yah Nan?

     "Enggak.. kami hanya teman kok"

     "Kok nanyanya begitu sih? memang terlihat seperti pacaran yah!"

     "Enggak kok.. Tapi  Sisil sering cerita mengenai sosok Yunan, sepertinya dia mengidolakan kamu loh. Atau bisa dibilang dia suka sama kamu, tapi enggak tahu juga ya, karena dari mulutnya belum pernah keluar kata itu. Namun dari caranya bercerita aku bisa mengerti kalau dia suka sama kamu loh."

     "Terus terang yah Nan, Sisil itu manis dan gak ngebosenin orangnya, aku aja suka sama dia"

     "Lah, kenapa gak kamu nyatakan saja cinta kamu kepadanya".

     "Enggak lah, aku belum terlalu dekat dengannya.. belum seperti kamu dengan dirinya"

Percakapan kami terhenti saat Sisil menghampiri, setelah selesai membayar makan.

     "Nan, aku langsung ke kantor lagi yah.. bareng Budi"

     "Oke Sil.. hati-hati di jalan yah"

Saat bekerja di depan komputer, aku teringat akan pembicaraan ku dengan Budi. Aku banyak berfikir mengenai hubunganku dengannya. Banyak yang terfikirkan oleh ku mengenai 'apakah bener dia mencintaiku, rasanya sulit jika aku menyatakan cinta ke kepadanya dan budi pun mencintainya". Itulah segelintir pikiranku terhadapnya.
Berjalannya hari, kami tetap bersikap seperti biasanya. Hingga akhirnya aku pindah bekerja di daerah Jl. M.H. Thamrin, Jakarta Pusat. Perjalanan yang tidak searah lagi membuat hubunganku semakin jauh. Terlebih lagi pekerjaanku yang padat dan sangat beda dengan sebelumnya membuat aku tenggelam dalam rutinitasku dan Sisil pun terlupakan oleh ku.
Setahun kemudin, saat aku menelpon dia, ternyata dia sudah berpacaran dengan Budi. Pernah dia meledekku 'Abis orang yang diharap gak nembak-nembak, trus mau berharap sampai kapan, sekarang aja sudah semakin jauh, karena Ada yang berani menyatakan cinta kepadaku ya aku terima saja'. Aku terdiam mendengar kalimat tersebut keluar dari mulutnya.
Aku bingung dibuatnya, namun aku berlaga acuh saja, agar tidak menimbulkan pertanyaan yang membuat aku terpojok. Sulit rasanya menjalani hubungan yang memang belum mencintai terlalu dalam terlebih lagi sosok dirinya yang belum banyak aku ketahui.
Itulah cinta yang tak mungkin terjadi jika tak ada yang buat kita 'klik' terhadapnya. Dan kita selalu berfikir yang terbaik untuk kita, keluarga, hubungan kita, dan juga dia. Aku cuma bisa berdoa semoga semua berjalan baik. (KK)

-- DH --


Jumat, 09 November 2018

Cinta Kupu-kupu Malam

Hari itu aku dan temanku berencana pergi ke pasar untuk berbelanja persiapan bakar ayam nanti malam minggu. Aku pergi dengan temanku menaiki sepeda motor bebek. Semua catatan yang akan kita beli sudah dipersiapkan begitu juga dengan uangnya, yang didapat dari patungan 10 orang yang akan ikut nanti malam. Usai solat zuhur kita berjalan menuju pasar, namun ku lihat temanku, salah jalan, yang seharusnya belok kanan ini malah terus saja. Dalam hati 'ah mungkin belok di depan'. Setelah berjalan lagi kok semakin terus saja, dalam hati lagi 'mungkin ada jalan pintas'. Namun perasaan sudah tidak enak, akhirnya perasaanku terjawab.. benar saja dia mampir dulu ke kawasan prostitusi.

     "Ril, lo mah bener-bener dah.. ngapain sih kita ke sini?"

     "Udah ayo kalau mau ikut, lo tinggal pilih aja tar gua yang bayar"

     "Enggak ah, gua gak mau gitu-gituan. Lo aja deh biar gua tunggu di sini aja sambil jagain motor"

     "Ah, terserah lo deh, gua masuk dulu ya.."

     "Ya sudah sana, jangan lama-lama yah. tar ada razia gua ditangkep disangka berbuat gituan lagi. Gua gak mau pokoknya"

     "Udah, tenang aja.. pasti aman kok di sini"

Aril pergi masuk ke sebuah rumah.. meninggalkanku yang duduk di bangku luar dekat parkiran motor.
Tak lama keluar wanita cantik menegurku..

     "Hai, gak masuk?

     "Enggak, gua disini aja nungguin motor"

     "Yuk, sama gua aja"

     "Enggak, gua di sini gak mau gituan.. gua cuma mau temenin teman aja"

     "Jangan munafiklah.. yuk gua kasih diskon deh"

     "Beneran nggak mba.. Mba kok di luar"

     "Gua lagi sepi pelanggan nih, sudah seminggu ini gak dapat pelanggan.."

     "Kok bisa sih.. embak kan cantik" aku melihat dia tipe aku banget deh kulit putih bersih, parasnya sangat cantik, tinggi semampai.

     "Ya namanya jualan dan persaingan bisnis"

     "Ngomong-ngomong umur lo berapa?"

     "Oh, iya namaku Rudi.. Umur 17 tahun.. trus siapa nama mba" 

     "Gua Lisa.. ternyata lo berondong yah? lo masih sekolah?"

     "Masih kelas 3 SMA"

     "Ayo dong, maen sama gua.. gua kasih harga spesial deh atau 100 ribu juga gak papa"

     "Kok sampai segitunya sih mba?"

     "Gua lagi butuh duit nih, buat biaya operasi ibu gua di rumah sakit, harus ada dalam minggu-minggu ini, malah gua gak pernah dapat pelanggan lagi nih".

     "Emang mba butuh duit berapa?

     "Hanya 2 juta aja kok"

     "Ya sudah tar gua bantu, tar kalo duitnya sudah ada gua akan kasih mbak yah!"

     "Emang lo punya? lo duit dari mana? kan lo masih sekolah"

     "Ada lah, gua minta nomor telepon mba.. nanti jika sudah ada duitnya, gua akan hubungin mbak" dalam hatiku 'aku hanya mengumpulkan setengahnya saja.. cukuplah aku kumpulkan duit itu dalam waktu seminggu karena aku sudah punya tabungan 1 juta rupiah'.

Sejak hari itu aku mengnyisihkan uang jajanku.. hingga terkumpul sebanyak yang dia minta. Saat aku mengumpulkan duit tersebut, aku juga mencoba bermain ke sana untuk menanyakan ke temannya, apakah benar ibunya Lisa sedang sakit dan akan dioperasi. Ternyata Lisa benar dan tidak membohongiku.

 Imej yang berkaitan


2 minggu kemudian aku menghubunginya dan mengajaknya jalan ke pantai. Di pinggir pantai kami duduk dan berbincang.

     "Sebenarnya lo cuma mau ngajak jalan gua atau mau gituan sih sama gua?"

     "Gua cuma ngajak jalan aja keliling-keliling lihat pantai"

     "Dua-duanya juga boleh kok gua ikhlas"

     "Mba kok segitunya sih, gua seriusan mau ngajak jalan aja sekalian mau kasih uang yang pernah gua janjikan"

     "Selama ini setahu gua cowok cuma mau tubuh gua aja lalu pergi ninggalin gua, tapi ternyata lo beda banget. Lo nepatin janji lo.. gua gak nyangka banget anak segede lo bisa baik banget sama gua. Terima kasih ya, semoga operasi ibu gua bisa berjalan baik." Lisa berlinang air mata saat berbicara

     "Semoga operasinya lancar ya mba.." sambil aku mengelus bahunya dan membantu usap air matanya yang mengalir deras jatuh di pipinya dan menghujam jatuh ke pasir pantai.

     "Gua selama ini berfikir dunia ini kejam dan gua tidak pernah merasakan kebahagiaan serta gua juga harus banting tulang memenuhi segala kebutuhan keluarga. Tapi setelah ada kamu pikiran gua sedikit berubah dan bahagia"

     "Iya mba, saran saya mba harus meninggalkan dunia hitam ini, cari pekerjaan yang lebih baik lah mba"

     "Lo panggil gua Lisa aja yah, biar enak" berbicara terbata-bata karena masih dalam keadaan menangis

     "Iya.. oke Lis"

Banyak yang kami bicarakan mulai dari dia berkecimpung ke pekerjaannya sekarang sampai keadaan keluarganya yang berantakan serta miskin.
Sejak saat itu kami sering bertemu. Syukur operasi ibunya berjalan lancar dan baik. Saat operasi ibunya lagi-lagi aku coba bermain ketempat kerjanya Lisa. Aku menanyakan kepada temannya mengenai 'kenapa Lisa susah mencari pelanggan'. Ternyata aku menemukan jawabannya, walau tadinya susah mencari orang yang mau berterus terang kepadaku, setelah aku mengatakan bahwa 'aku adalah temannya Lisa' barulah aku mendapatkan jawaban bahwa ternyata dia terkena penyakit kelamin. Hal itulah yang membuat pelanggan tidak mau lagi bersamanya. Aku juga bertanya kenapa pelanggan tau prihal penyakitnya. Temannya hanya mengatakan ' Ya namanya persaingan bisnis mas, jadinya banyak yang bocorin'.
Keesokan harinya usai pulang sekolah, Lisa ingin bertemu aku, sehingga aku mampir ke rumahnya. Aku diperkenalkan dengan keluarganya. Aku banyak berbicara dengan dia dan keluarganya.

     "Rud, terima kasih yah sudah mau nolongin gua.. gua pasti ganti kok uang yang sudah lo kasih"

     "Ga usah dipikirin Lis, yang penting ibu lo sudah sehat"

     "Gua gak abis pikir yah.. ternyata masih ada orang baik di dunia ini"

     "Lo kok mikirnya gitu sih.. ya pasti ada lah"

Sejak saat itu aku semakin dekat dengan Lisa dan akhirnya kami berpacaran. Lisa mau menurutiku agar tidak bekerja di sana lagi dan mencari pekerjaan yang layak dan baik. Setiap pulang sekolah aku menemaninya mencari pekerjaan yang layak untuknya, hingga akhirnya dia mendapat pekerjaan di sebuah perusahaan.
Perjalanan cintaku berjalan baik dengannya, aku sangat senang bisa bersamanya begitupun dengan dia. 3 bulan berjalan terlihat badan Lisa mulai kurusan, hingga dia tidak bisa berjalan lagi keluar rumah. Aku sangat sedih melihat keadaannnya. Aku coba membujuknya untuk dirawat di rumah sakit. Namun selalu dia tolak karena alasan biaya. Setelah aku paksa barulah dia mau, aku hanya berkata 'biar aku yang menanggung semua biaya rumah sakit'. Seminggu di rumah sakit keadaannya semakin membaik, namun di hari ke 9 dia memberikanku berupa kalung yang ada di lehernya dan surat yang berada di dalam amplop tertutup.

     "Rud, simpan kalung ini dan surat ini dibaca jika aku sudah tidak bersama kamu lagi"

     "Lis, jangan berkata seperti itu" aku mengusap air mata di pipinya

     "Aku gak sanggup lagi, sakit banget Rud.. aku ingin sekali sembuh dan selalu bersamamu kapanpun dan dimanapun. Tapi kayaknya aku sulit bertahan Rud, dokter juga sudah menyerah atas penyakitku ini". menangis sambil menahan sakit di perut bagian bawahnya..

     "kamu yang sabar yah.. banyak berdoa dan yakin kepada Allah bahwa kamu akan sembuh" aku membelai kepalanya dan mengusap punggungnya.

     "Kamu berjanji yah Rud akan selalu bersamaku."

     "Iya, kamu tenang aja"

 Imej yang berkaitan

Sore itu aku harus meninggalkannya karena aku ada ujian kelulusan besok. Dia pun menyemangatiku untuk belajar dengan rajin agar bisa lulus SMA (Sekolah Menengah Atas).
Keesokan harinya usai ujian aku sempatkan mampir ke rumah sakit dahulu. Aku lihat Lisa sedang dalam keadaan koma dan di tangani dokter di ruangannya. Aku berharap cemas 'Semoga Allah memberikan kesempatan kedua untuk Lisa sembuh'. Namun takdir berkata lain sore itu hari senin dia menghembuskan nafas terakhirnya. Aku dan keluarganya sangat bersedih dan benar-benar kehilangan dirinya. Aku tidak menyangka dia pergi meninggalkan kenangan indah dalam waktu yang sangat singkat (hanya dalam 6 bulan saja) aku mengenalnya.
Setelah penguburannya aku pulang ke rumah dan membaca surat yang diberikannya 2 hari yang lalu, begini isi suratnya:

Sayangku..

Maafin aku yang sudah banyak menyusahkanmu..
Aku banyak dibantu oleh mu..

Yang tidak aku sangka adalah mendapatkan orang sebaik kamu..
Walau usia kamu jauh di bawahku..
Namun kamu sangat baik kepadaku..

Aku hanya berharap kenangan indah bersamamu, bisa berjalan lama..
Tapi aku tidak yakin dengan sakit yang aku derita..
Dulu aku berpikir dunia sangat kejam..
Namun dengan ke hadiranmu, aku sangat merasakan kebahagiaan..
Bahkan saat kamu tahu aku sakitpun.. kamu masih mau bersamaku..

Kamu adalah hal yang terindah dalam hidupku..
Terima kasih ya.. buat semua kebaikan yang kamu berikan kepadaku..
Dan juga keluargaku..

Ingat jangan pernah lagi pergi ke sana..
Karena bagaimana iman kamu dan pertahanan kamu..
pasti akan membuat kamu goyah juga..

Semoga kamu bisa mendapatkan gadis impian terbaikmu..
Salam dariku untuk bidadarimu..

Aku cinta kamu dan sangat sayang kamu..
melebihi apapun..
bahkan cintamu tak akan bisa melebihi cintaku kepadamu..

Lisa
Yang mencintaimu

Sangat Sedih aku membaca surat darinya, hingga sampai saat ini aku masih belum bisa melupakan dirinya. Semoga dia tenang di alam sana dan mendapatkan tempat yang layak di sisi-Nya.. (KS)

-- DH --

Jumat, 02 November 2018

Cinta Anak Terhadap Ibu

Setiap hari aku harus bangun pagi menyiapkan makanan untuk bapak dan ibuku. Aku ke pasar untuk membeli makanan untuk sehari atau 2 hari ke depan. Jika tidak ada uang aku pergi ke hutan untuk mencari tumbuhan yang bisa dimakan. aku belanja tidak terlalu banyak karena keluargaku tidak memiliki kulkas, yang bisa mengawetkan dan membuat makanan tetap segar selama beberapa hari. Kami hidup sangat sederhana di sebuah desa di pinggiran hutan. 
Rumahku terletak di desa terpencil, masuk pedalaman. Rumahku berhadapan dengan kebun keluarga dan sungai kecil yang airnya mengalir sangat deras dan sangat jernih. Jalan menuju desaku sangat jelek dan masih tanah, apalagi saat hujan turun.. semuanya becek dan menjadi kubangan lumpur.
Luas rumahku tidak lebih dari 50 meter, terdiri ruang keluarga, 2 kamar tidur dan dapur. lantainya hanya beralaskan tanah dengan dinding yang terbuat dari anyaman pohon bambu yang dibuat sendiri oleh bapakku. Isi rumah pun tidak banyak hanya berupa tikar untuk alas tidur, tungku kayu untuk memasak beserta peralatan memasak. Dulu sebelum ibu sakit, kita masih mempunyai televisi, radio, kursi, meja. Namun itu dijual untuk menambah biaya berobat ibu.
Hasil carian imej untuk ‪anak merawat ibu sakit‬‏
Walau umurku baru berusia 7 tahun namun aku yang harus mengurus semua keperluan rumah, mulai dari memasak makanan, mencuci pakaian, mencuci piring dan gelas, menyapu rumah, memandikan ibu bahkan menyuapi ibu sampai semua kegiatan ibu aku yang mengawasi. Setiap 3 hari sekali aku mencuci rambut ibu dengan sabun yang ada, karena ketidak adaan biaya untuk membeli sampo.
Pernah sesekali aku meminta dana dari pemerintah untuk perawatan ibu, hingga akhirnya pemerintah iba melihat kami dan memberikan bantuan dana yang cukup untuk kehidupan kami sebulan, disitulah kami bisa makan enak, aku membeli daging sapi atau ayam untuk kita masak.
Bapakku bekerja serabutan, lebih banyak menjadi buruh angkut kayu atau kuli bangunan atau hanya membantu ladang warga kampung yang akan panen. Bapakku sangat kuat, pekerjaan yang biasa 7 orang lakukan seharian.. ini dia bisa lakukan hanya seorang diri. Disitulah banyak orang kampung yang puas dengan pekerjaannnya. Hasil dia bekerja, lebih banyak digunakan untuk pengobatan ibu.
Yang tersulit aku lakukan adalah melarang ibu pergi ke luar rumah, ke pasar atau ke kota. Karena jika ibu berada di keramaian hanya akan membuat orang kampung takut dan aku takut ibu di lukai orang yang marah dengan tingkah laku ibuku. Aku terkadang harus menarik ibuku untuk kembali ke rumah, sering kali aku tak kuat melakukannya karena apalah aku, hanya seorang gadis kecil yang tidak memiliki tenaga besar untuk membawa ibu kembali pulang ke rumah. Terkadang juga ibu sangat mengerti jika aku ajak bicara, sehingga dengan sendirinya dia kembali pulang ke rumah.
Menurut cerita orang kampung ibuku dulunya adalah seorang kembang desa di kampung itu. Banyak orang tergila-gila oleh kecantikan wajahnya. Terlihat juga foto yang tersimpan rapi di kamar bapak, bagimana wajah ibu saat muda dulu, ibu terlihat sangat cantik pada foto tersebut. Setelah dia menikah dan mempunyai anak, dia masih bekerja sebagai buruh pabrik di kampung sebelah yang berjarak 5 kilo meter dari kampung halaman ku ini. Ibuku biasanya pergi bekerja setelah menyiapkan makanan untuk aku dan bapak. Ibu berjalan dari rumah sampai gerbang desa kemudian dilanjutkan naik angkutan umum sampai tempat kerjanya.
 
Waktu itu hari sudah mulai malam, bapak sudah bingung mencari ibu yang belum sampai juga ke rumah sedangkan aku baru berusia 5 tahun saat itu. Malam itu pukul 9.00 ibu sampai di depan rumah dan mengetuk pintu, hingga bapak segera membukakan pintu rumah. Di dapati ibu sudah tergeletak di depan pintu dengan darah yang sangat banyak di kepala dan bajunya. Bapak segera membersihkan tubuh ibu serta membawa ibu ke dokter ke esokan paginya, saat hari mulai terang dan banyak angkutan umum. Bapak membawa ibu dengan menggunakan grobak yang ditarik oleh sapi.
Sampai di tempat praktik dokter, Ibu diperiksa dengan teliti, Terdapat luka benturan di kepala dan luka gores ditangan dan kakinya. Dokter menyatakan jika ibu hanya trauma saja. Namun setelah ibu sadar, bapak mendapati ibu sudah linglung, tidak mengenali siapapun bahkan dia lupa tentang segala hal, yang dia ingat hanya memiliki suami, seoarang anak dan rumah. Namun terkadang hal itupun dia juga lupa. Sampai saat ini tidak ada perubahan dari ibu, obat yang diberikan hanya membuat dia lebih tenang saja.
Ibu sudah seperti anak kecil saja setiap hari yang segala kegiatannya harus dibantu. Dia hanya bisa bermain ke pasar lalu memakan makanan yang dia suka kemudian pulang saat hari akan gelap, dia duduk semau dia saja, bahkan saat pulang terlihat pakaiannya sudah sangat kotor dengan tanah. Makanan yang diambil dari pasar harus kita ganti dengan uang jika pemilik toko meminta kita menggantinya, namun walau begitu ada saja orang yang mengikhlaskannya. Yang membuat aku sangat pusing jika obat sudah habis dan bapak belum punya uang untuk membelinya. Disitu aku harus menjaga ibu baik-baik agar dia tidak mengamuk di kampung dan pasar. Terkadang aku juga menjadi amukannya karena selalu menahannya saat dia akan pergi.

 Hasil carian imej untuk ‪anak merawat ibu sakit‬‏

Bapak setiap harinya selalu pergi keluar rumah mencari kerjaan yang bisa dia kerjakan dan menghasilkan uang. Aku pernah membantunya menebang pohon bambu di tepi hutan, setelah bapak menebang pohon bambu tersebut aku membersihkan bambu tersebut dari ranting-ranting kecil yang melekat pada bambu tersebut. Bapak menebang pohon bambu jika ada orang yang memesannya saja.
Sampai saat ini aku belum bersekolah karena keterbatasan dana, obat adalah prioritas utama di dalam kehidupan keluarga kami, agar ibu cepat sembuh seperti dahulu. Bagiku ibu adalah sosok orang yang terbaik, dihatiku asal ada seorang ibu.. itu merupakan kebahagiaan. Aku sayang sekali sama ibuku, aku ingin ibu cepat sembuh. memasak makanan yang enak untukku, menyayangiku seperti anak-anak kecil yang lain yang sangat diperhatikan oleh ibunya, aku juga berkeinginan bermain bersama ibu. Untungnya aku masih memiliki bapak yang sayang kepadaku, begitu pun aku.. aku sangat sayang kepada bapak.
Walau bapak seorang pendiam dan kurang perhatian kepadaku namun dia tidak pernah marah kepadaku jika aku salah dan dia sering bermain denganku. (KN)

-- DH --


RINGKASAN DAFTAR CERITA

                                                     DAFTAR CERITA Berikut adalah ringkasan judul cerita yang saya sudah terbitkan: CINTA PE...