Saat
itu aku kelas 2 SMA (Sekolah Menengah Atas) aku mengikuti kegiatan sekolah
yaitu jambore se Jabodetabek yang dihadiri perwakilan-perwakilan dari
setiap kecamatan. Kebetulan sekolahku adalah salah satu perwakilan dari sekolahan di
wilayah Jakarta Selatan, yang dikirim untuk mengikuti kegiatan jambore tersebut. Kegiatan
ini dilakukan selama 3 hari di Bumi Perkemahan Cibubur. Melihat jadwal
acara yang sangat padat tak lupa aku menyiapkan vitamin dan minuman
penambah ion tubuh agar aku tidak kecapean selama berada di sana. Dalam reguku
semuanya wanita terdiri dari 12 orang dalam satu regu, kami menyiapkan
banyak perlengkapan untuk kegiatan di sana nanti. Antara lain yang aku
siapkan adalah tenda, tali plastik, tambang, kayu ranting, perlengkapan
makan dan memasak dan sebagainya.
Pagi
di hari pertama kita sudah berada di lokasi dan langsung mendirikan
tenda, membangun pagar keliling, membuat jemuran pakaian, menggelar
tikar dan karpet untuk alas tidur didalam tenda. Aku sangat bersemangat
mengikuti kegiatan ini. Saat upacara siang semua peserta dikumpulkan dan
diberi pengarahan dan pengumuman perubahan jadwal untuk 3 hari kedepan. Saat upacara
itu aku melihat pria yang selalu melirik ke arahku. Aku melihat dia cukup
tampan, dengan tubuh yang tinggi kekar dan kulit yang putih bersih.
Usai
makan siang dan sholat zuhur, kami dikumpulkan untuk mengikuti kegiatan
permainan berkelompok di lapangan terbuka. Syukur kelompok kami bisa
mememenangkan 2 dari 7 permainan yang disediakan. Di saat itu akupun
melihat pria misterius itu selalu mamandang ke arahku, namun aku tetap
cuek karena tak mau berfikir berlebihan dahulu. Usai kegiatan tersebut, saat sore harinya
aku pergi mandi di kamar mandi umum yang cukup jauh dari tenda namun
masih terlihat jika dipandang dari tenda. Setelah mandi aku dihampiri
oleh seorang pria, yang ternyata dia adalah sosok pria yang sering
melemparkan matanya ke arahku tadi.
"Hai.. Maaf jika mengganggu.. aku cuma mau kenalan dengan kamu..
bolehkah? Oh, iya namaku Muhammad Aisy Rayyan.. Panggil saja aku Rian"
sambil dia menyodorkan tangannya ke arahku..
"Namaku Qairina Amani Fariza.. Panggil aku Airin" aku berkata sambil membalas jabatan tangannya.
"Aku sama dengan kamu berasal dari daerah Jakarta Selatan juga, makanya
tendaku berdekatan dengan tenda kamu.. begitupun saat kita berbaris
pasti berdekatan."
"Iya"
"Kok, kamu mandi sendiri gak sama teman-teman kamu? tar bahaya loh.. harus ada yang temenin.."
"Tadi ke kamar mandinya bareng-bareng, tapi selesai mandi pada duluan semua.. mandinya pada cepat semua"
"Oh gitu.. ya sudah.. kamu sudah sampai tenda kamu tuh.. laen kali bolehkan kita ngobrol-ngobrol lagi?"
"Boleh.. aku masuk yah.."
"Ok.. sampai jumpa"
Itulah
awal perkenalan aku dengannya, terlihat dia cukup sopan terhadapku.
Malamnya ada acara renungan atau jerit malam. Kita semua dikumpulkan
dalam satu lapangan tepatnya jam 23.00. Aku melihat dia menunduk dan
menangis. Pada malam itu banyak sekali siswa yang menangis tersedu-sedu,
berteriak histeris bahkan sampai ada yang pingsan. Acara berlangsung
selama 2 jam sampai api unggun menyisakan sedikit kayu dan api yang
sangat kecil.
Keesokan
harinya, usai sarapan kami dikumpulkan kembali di lapangan dan mengikuti
acara cari jejak. Kami berjalan mengikuti arah yang sudah ditentukan,
kami akan melewati 7 pos pemberhentian. Yang pertama kami hanya
diberikan pertanyaan mengenai kepramukaan. Berjalan kembali sampai pos
ke dua kami di tes baris berbaris, pos ke tiga kami disuruh tebak morse
sampai pos terakhir yang aku tidak sukai, kami semua 1 regu disuruh masuk ke
dalam kubangan lumpur setinggi bahu. Rambutku yang panjang sepinggang
harus rela terkena lumpur, karena aku lupa membawa kunciran, berhubung
aku juga selalu menggerai rambutku yang panjang, kecuali saat mandi.
Setelah semua kegiatan selesai, jam sudah menunjukkan pukul 2 siang, aku segera lari ke kamar mandi untuk membersihkan badan dan bajuku.
Sorenya
kita dikumpulkan kembali untuk ramah tamah dan candaan ringan kemudian
malam hari acara api unggun kembali, pengumuman pemenang dan permainan
lempar kata. Dimalam itu kami semua berbaur, tidak hanya satu tim.
Panitia mengharapkan kita semua saling kenal. Di saat itulah Rian
mendekatiku dan duduk di sebelahku. Kami banyak berbincang soal sekolah,
keluarga dan kegiatan jambore ini. Aku merasa sosoknya sangat
bersahaja, nyambung saat berbicara, perhatian dan humoris.
Keesokan
harinya kami membongkar tenda dan membereskan semua perlengkapan kemah
kami. Sebelum menaiki mobil dan bersiap pulang.. Rian menghampiriku dan
membawaku agak menjauhi bus.
"Airin.. mungkin ini terakhir kita bertemu.. mungkin juga tidak jika
kamu berkenan memberikanku nomor HP kamu ke aku?" sambil dia memberikan
tangan kirinya ke aku dan tangan kanannya memberikan pulpen kepadaku..
"Oh sini.. aku tulis" akupun menulis no HP ku ditangannya.. terlihat dia sangat geli saat aku menulis ditangannya.
"Rin.. terima kasih ya.. aku akan segera menghubungi kamu.."
"Iya.. sampai jumpa"
"Hati-hati di jalan Rin"
"Iya"
Aku langsung berjalan menuju bus dan tak lama buspun melaju ke arah sekolahanku.
Malam
harinya saat sebelum tidur aku membayangkan perjumpaanku dengan
dirinya, perkataannya yang santun selalu aku ingat. 'Tapi kenapa sampai
saat ini dia belum meneleponku ya, SMS, WA pun tidak.. Tapi tak apalah
mungkin dia masih capek' (dalam hati berkata).
Bangun
pagi, bergegas aku mandi, sarapan dan berangkat ke sekolah di antar
sopir. Karena terburu-buru saat masuk mobil tak berasa rambut panjangku terjepit pintu,
aku baru sadar setelah ditengah jalan ada yang menarik rambutku.. segera
sopir aku suruh berhenti karena kepalaku tertarik ke arah pintu,
ternyata rambutku tersangkut batu jalan yang menonol pada jalan aspal
yang rusak.
Sampai
di sekolah seperti hari-hari biasanya, aku hanya mengobrol dengan
teman-temanku, bercanda dan belajar seperti biasanya serta ke kantin
saat istirahat siang. Tak ada yang istimewa dihari itu, sampai akhirnya
malam tiba, tepat jam 20.00 ada pesan WA masuk. Ternyata itu dari Rian
"Hai Airin.."
"Apa kabar?"
"Maaf menggangu! baru bisa WA kamu sekarang"
"Iya gak apa-apa.. aku baik" aku bingung saat itu harus bagaimana sampai nulis aja gak beraturan
"Rin kapan kita bisa ketemuan?"
"Boleh"
"Aku jemput kamu, besok saat pulang sekolah yah.. WA saja alamat sekolah kamu"
"Oke"
Keesokan
harinya aku bertemu dia di depan sekolahan saat bubaran sekolah, sopir tidak menjemput ku karena dari pagi sudah aku
bilang 'jangan jemput saat pulang nanti'. Dengan dibonceng Rian
menggunakan motor, aku pergi ke taman dekat sekolahan. Banyak yang kami
perbincangkan di sana, terutama mengenai perjumpaan kita saat jambore.
"Rin.. waktu aku pertama kali melihat kamu.. aku melihat ada bidadari
berada di dekatku. Hingga mata ini tak bisa berhenti memandangi bidadari
tersebut. Aku tertegun dengan kekuatan magnet diri kamu yang selalu
menarikku ke arah kamu sehingga aku beranikan diri untuk segera
berkenalan dengan bidadari itu."
"Oh ya.. gombal ah.." aku tersipu malu dibuatnya
"Benar.. ini kenyataan bukan gombal"
"Apa yang kamu suka dariku saat itu?"
"Yang aku perhatikan pertama adalah senyumanmu yang membuat wajahmu
terlihat sangat manis bahkan melebihi gula, badan kamu yang tinggi
dengan bentuk tubuh seperti biola dan yang tak kalah menjadi penentu
semuanya adalah rambut kamu yang hitam panjang jatuh terurai hingga
pinggang kamu, terlebih jika dihembus angin.. tampak berkibar seperti
bendera negara. Kamu adalah wanita yang sempurna dimataku. Bagai
bidadari turun dari surga dan di buang ke bumi agar bisa bertemu
denganku".
"Ah, kamu bisa aja" aku semakin tersipu malu dan hanya tersenyum mendengarnya
"Rin kamu mau tahu gak?"
"Apa?"
"Nama kamu aja hampir sama denganku hanya hurufnya saja yang diacak".
"Masa sih" aku coba memikirkan namanya dengan namaku trus aku ingat dan bandingkan, ternyata iya juga yah.
"Iya juga yah.. kamu bisa aja Yan"
"Bisa lah"
Aku
kembali berjalan ke luar taman dan makan bakso serta es teler di ujung
jalan masuk rumahku. Sejak hari itu aku bersamanya menjadi sering
bertemu. Sopirku tidak lagi mengantar jemputku, karena ada Rian yang
selalu sedia melakukan apa yang dilakukan sopir papaku.
Pagi
jam 6.00 Rian sudah berada di depan pagar rumah begitupun saat pulang
sekolah dia selalu ada di depan sekolah, walau dia selalu telat 20 menit
ke sekolahanku. Karena jam pulang sekolah kita yang sama dan jarak
sekolahan yang agak berjauhan. Aku sangat nyaman saat bersamanya, namun
ada yang aku tunggu dari mulutnya yaitu 'Aku sayang kamu atau aku cinta
kamu atau aku suka kamu' hal tersebut belum keluar hingga hampir 4 bulan
kita berkenalan dan pergi pulang bareng bahkan kita sudah sangat dekat.
Masuk bulan ke 5 kita berkenalan, dia mengajakku pergi ke Pantai Carita dengan membawa mobil
ayahnya. Akupun kemudian jalan bersamanya dengan dia meminta izin ayahku
terlebih dahulu. Rian orangnya mudah mengambil hati orang. Dia selalu
membawa buah tangan jika saat ke rumah ada orang tuaku. Makanya dia
dengan mudahnya mendapat izin dari orang tuaku saat dia mengajakku jalan
atau bertamasya.
Saat
di pantai kami bermain kejar-kejaran, hingga sesekali aku terjatuh ke
pasir yang menghampar luas di sana. Diapun sangat perhatian kepadaku,
dibersihkannya pakaian dan rambutku yang terkena pasir pantai. Saat kami
minum air kelapa muda di tepi pantai ia mencoba mengatakan cintanya
kepadaku. Memang, aku tidak memungkiri jika aku juga suka kepadanya.
Jadilah kita sepasang kekasih yang selalu bersama ke manapun dan berbagi
cerita indah bersama.
Sebulan
kemudian Rian mengajakku dan keluargaku makan bersama di Cilandak Town
Square, kita pergi bersama papa mama dan adikku. Kita saling berbincang
bersama di sana. Ku lihat Rian sudah sangat akrab kepada seluruh
keluargaku terutama papaku. Malam itu kita semua tertawa bahagia bersama
sambil sesekali papaku dan Rian membuat tebak-tebakan lucu atau cerita
lucu.
Seminggu kemudian saat Rian mengantarku pulang, aku bercerita di rumah.
"Yan.. 2 hari lagi aku ulang tahun lo"
"Oh.. ya.. kamu mau kado apa dari aku?"
"Ya terserah kamu lah"
"Kok terserah.. memang kamu gak punya keinginan hadiah spesial dari aku"
"Kamu datang aja pada saat pesta ulang tahun ku, aku sudah sangat seneng Yan"
"Ya.. Oke kalau begitu"
"Kamu datang aja pada saat pesta ulang tahun ku, aku sudah sangat seneng Yan"
"Ya.. Oke kalau begitu"
Hari
ulang tahunku tiba, aku mengundang semua teman sekolahku. Berhubung ini
adalah ulang tahun ku ke 17 yang bertepatan pada hari sabtu. Malam
minggu itu hampir seluruh temanku datang dan membawa kado untukku. Aku
Menunggu kedatangan Rian sampai akhirnya Tiup lilin dan potong kue dia
juga belum datang. dalam hatiku 'mungkin macet' dan sampai temanku
pulang semua dan acara selesai dia juga belum datang. Aku coba kirim
pesan lewat WA namun aku berfikir 'ogah amat, kan dia tau aku ulang
tahun.. kenapa harus disuruh-suruh datang segala'.
Keesokan
paginya, aku lihat ada WA masuk dari dia mengantakan 'Maaf semalam aku
gak bisa datang dan pagi ini juga tidak bisa menjemput kamu'. Pesan WA
itu tidak aku balas karena aku sudah sangat sebal dengan dia. Pulang
sekolah aku coba mampir ke sekolahannya diantar oleh supirku, dari
kejauhan aku melihat dia sedang membonceng cewek yang tidak kalah
cantiknya dengan diriku. Segera aku turun dan melabraknya.
"Oh.. ini yang kamu lakukan.. aku benci kamu.."
"Ternyata kamu begitu gampangnya mengobral kata cinta kepada semua cewek yah"
"Mungkin kalau cowok romantis itu gampang menggombalin wanita yah"
"Ini bukan seperti yang kamu kira Rin.. aku akan jelaskan semua"
"Gak perlu.. semua sudah jelas dimataku" aku berlari sambil menangis ke
arah mobil dan segera menyuruh supirku pergi dari tempat itu
Aku
coba melihat ke belakang, berharap dia mengejarku. Namun apa yang
terjadi, sampai di rumah pun aku tidak dikejar olehnya. Dalam hatiku 'Rian
berengsek.. aku benci dia', aku langsung pergi ke kamar dan tiduran
di atas tempat tidur. Terbayang di kepala ku akan wajah wanita yang
bersama Rian ku. Hati ini rasanya sakit dan tak napsu makan dibuatnya.
Sore
itu jam 4, Rian datang ke rumah.. dia sudah menungguku di depan pintu
pagar rumah. Dia WA dan telepon aku dengan bertubi-tubi. Terpaksa aku menemuinya karena aku juga memang masih dan sangat sayang
kepadanya.
"Bidadariku.. kok kamu hari ini asem sekali sih.. senyum donk" dia menggoda aku yang sedang marah
"Ini hadiah buat ulang tahun kamu.. Selamat ulang tahun yah!" sambil memberikan ku boneka beruang besar berwarna ping.
"Telat.. aku gak mau" aku ambil boneka yang diberikan Rian kepadaku kemudian ku buang boneka itu ke tengah jalan
"Kok dibuang sih.." Setelah berkata dia langsung turun dari motor dan mengambil boneka tersebut..
Aku masih acuh tak acuh kepadanya sambil membuang mukaku.. dan tidak peduli dengan apa yang dia lakukan.
Aku masih acuh tak acuh kepadanya sambil membuang mukaku.. dan tidak peduli dengan apa yang dia lakukan.
Dia
tidak melihat ke arah jalan saat mengambil boneka tersebut, ada mobil truk
yang sedang berjalan sangat dekat ke arahnya. Rian pun tertabrak dan
terpental sangat jauh.. aku kaget dan segera menghampirinya, darah mengalir deras dari
wajahnya. Ku panggil namanya (Rian.. Rian.. Rian.. Riaaaaaaan..) namun dia sudah tidak bergerak lagi. Semua
orang berkerumun menyaksikan kejadian itu, ada seseorang yang memeriksa
keadaan Rian mengatakan bahwa dia sudah meninggal.
Begitu tau
Rian meninggal di tempat kejadian, akupun pingsan. Malamnya aku baru tersadar, aku
pingsan cukup lama. Aku melihat aku sudah berada dikamarku dengan
ditemanin mamaku. mamaku bercerita 'kalau aku diangkat masuk oleh
supirku dan pembantuku yang mengganti baju yang terkena darah Rian serta
mengelap darah Rian dari wajah, tangan dan kakiku'.
Ke
esokan harinya aku tidak ke sekolah aku pergi ke rumah Rian bersama
mama dan papaku. Mama dan papaku tidak lama di sana, mereka langsung
berangkat kerja. Sedangkan aku ditemani sopir yang siap mengantarku
sampai ke pemakaman nanti.
Dari
percakapan keluarganya tenyata Semua pemakaman Rian ditanggung oleh si
penabrak dan dia juga menanggung biaya tahlilan sampai 40 hari Rian. Di
pemakaman aku melihat ada sook gadis yang kemarin dibonceng oleh Rian.
Namun aku tidak bertegur sapa dengannya.
Aku
selalu datang saat tahlilan 3 hari dan 7 harinya. Saat di 7 harian
Rian, wanita itu menghampiriku dan mengajakku ke kamar Rian. Kami
berbicara di dalam kamar Rian.
"Kak.. perkenalkan namaku Anbiyaa Kailuna.. biasa dipanggil Luna" dia menyodorkan tangannya kepadaku
"Aku adiknya Rian kak"
"Aku Airin.." Aku menyambut tangannya.. sambil gemetar dan merasa kaget mendengarnya.. ternyata
dia adik dari pacarku.. air mataku langsung mengalir dibuatnya dan aku
langsung memeluknya.
"Kakak kenapa menangis.. ya sudah ikhlaskan saja kak Rian.. semoga kak Airin mendapat gantinya yang lebih baik lagi"
"Iya.. tapi aku masih terbayang akan dirinya dan kejadian itu Lun"
"Oh, iya.. saat kak Airin kan ke sekolahan aku dan kak Rian siang waktu itu, Kan kakak marah tuh sama kak Rian.. Sebenarnya kak Rian ingin mengantarkan ku dulu ke rumah sakit untuk menjaga ibu.. setelah itu baru ke rumah kak Airin memberikan hadiah yang tak sempat di berikannya saat acara pesta ulang tahun kak Airin sekaligus meminta maaf serta menjelaskan apa yang sedang terjadi di keluargaku".
"Aku telah salah menilai kakak kamu" aku menangis sejadi-jadinya menyadari akan kesalahanku kepada Rian
"Oh, iya.. saat kak Airin kan ke sekolahan aku dan kak Rian siang waktu itu, Kan kakak marah tuh sama kak Rian.. Sebenarnya kak Rian ingin mengantarkan ku dulu ke rumah sakit untuk menjaga ibu.. setelah itu baru ke rumah kak Airin memberikan hadiah yang tak sempat di berikannya saat acara pesta ulang tahun kak Airin sekaligus meminta maaf serta menjelaskan apa yang sedang terjadi di keluargaku".
"Aku telah salah menilai kakak kamu" aku menangis sejadi-jadinya menyadari akan kesalahanku kepada Rian
Luna memberikan tisu kepada ku dan mencoba menenangkan ku dengan mengusap-usap pundakku. Setelah aku agak tenang dia memberikan surat kepadaku..
"Ini surat yang ditulis kak Rian, kemarin tidak terbawa saat memberikan kado boneka ke kakak".
"Oh, Oke.. terima kasih yah Luna" aku mengambil surat tersebut dan menaruh ke dalam tas aku
"Sebenarnya kakak beli boneka itu dari sabtu, aku yang memilihkannya
untuk kak Airin.. karena kak Rian mau hadiah yang paling istimewa untuk
kak Airin. Sorenya kak Rian sudah berpakaian rapi dan sangat ganteng,
saat mau pergi ke rumah Kak Airin mama terkena serangan jantung. Hingga
akhirnya kakak mengantarkan mama ke rumah sakit terdekat. Malam itu kak
Rian terlihat panik dan bingung. dia bingung harus memilih menjaga mama
atau menghadiri pesta ulang tahun kak Airin. Karena mama koma dan kak
Rian takut mama meninggal saat dia tak ada di sisi mama, maka kak Rian
putuskan untuk menjaga mama hingga pagi. Saat pagi dia telat ke sekolah
karena dia kesiangan berangkat dari rumah sakit. Saat ini mama masih
koma di rumah sakit, mama gak tau kalau kak Rian sudah meninggal."
"Aku turut prihatin yah dengan keadaan ibu kamu.. semoga ibu mu cepat sadar dan kembali ke keluarga ini seperti sedia kala.. Maafin aku yang belum sempat menengok ke rumah sakit"
"Iya kak, gak papa kok"
"Aku turut prihatin yah dengan keadaan ibu kamu.. semoga ibu mu cepat sadar dan kembali ke keluarga ini seperti sedia kala.. Maafin aku yang belum sempat menengok ke rumah sakit"
"Iya kak, gak papa kok"
Setelah itu kepalaku terasa pusing mendengar
penjelasan yang sangat panjang dari Luna, aku sudah linglung, lemas dan
menangis tak ada henti. Tak sadar ternyata malam itu aku kembali
pingsan.
Saat
bangun aku sudah berada di dalam kamarku. Aku mengingat masa-masa
bersamanya, kenangan manis yang dia buat terhadapku. Aku membayangkan
saat itu aku di taman sambil ngobrol dia membelai-belai rambut
panjangku.. aku juga teringat saat kami berlarian dipantai.. saat nonton
film horor yang membuat aku ketakutan dan kejadian indah lainnya.
Sudah
2 hari aku tidak makan dan juga perutku tidak terasa lapar. Aku
teringat surat yang diberikan Luna semalam dan aku mencari dalam tasku
kemudian aku membacanya.
Tertulis tulisan tangannya..
Selamat ulang tahun Cintaku..
Teman terbaikku..
Semoga kamu akan menjadi tulang rusukku suatu saat nanti..
Bidadariku yang cantik.. ku harap boneka ini bisa menemanimu saat aku tidak bersamamu..
Dengan memandangnya dan memeluknya aku ingin kamu merasakan jika aku memang disisimu..
Tetaplah tersenyum cantik..
Aku cinta kamu..
Aku sayang kamu..
Kamulah cinta terbaikku..
I Love U
Rian kekasih hatimu selamanya
Membaca suratnya itu, aku kembali menangis.. Berfikir 'kenapa yang aku lakukan terlalu bodoh kepadanya'. Ku peluk boneka dari dia..
Inilah
ceritaku.. sampai saat ini aku masih menyesali perbuatan yang aku
lakukan terhadapnya.. Aku bodoh tidak mendengarkan alasan dan meminta
klarifikasi dari dia saat itu.. kepada pembaca saya harap kalian tidak
mengalami hal ini.. lebih baik mengedepankan komunikasi dari pada
menyesal nanti.. (KS)
-- DH --
Tidak ada komentar:
Posting Komentar