Ini cerita mengenai masa remajaku, di sebuah kampung daerah pulau Sumatera. Saat itu aku duduk di kelas 3 SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan masih berumur 15 tahun. Setiap hari aku pergi pulang sekolah dengan berjalan kaki, walau jarak antara rumahku ke sekolah cukup jauh, yaitu sekitar 2 Kilo Meter namun karena kami berjalan beramai-ramai dengan teman-teman sekolah yang lain, sehingga perjalan menjadi tidak berasa jauh dan lelah.
Saat itu pelajaran bahasa Indonesia, kelasku diajarkan oleh seorang guru laki-laki yang bernama Sunardi. Ku lihat saat mengajar dia sangat bersemangat sekali dan menjelaskan dengan rinci mengenai bagaimana cara menulis sebuah cerita dalam sebuah karangan.
Saat itu pelajaran bahasa Indonesia, kelasku diajarkan oleh seorang guru laki-laki yang bernama Sunardi. Ku lihat saat mengajar dia sangat bersemangat sekali dan menjelaskan dengan rinci mengenai bagaimana cara menulis sebuah cerita dalam sebuah karangan.
Berjalannya hari dan semakin sering guru tersebut mengajar, aku semakin tertarik dengan guruku itu. Entah mengapa aku bisa tertarik dengan dia.. mungkin karena kedewasaan dia selain itu juga dia menarik, tak jemu jika memandangnya. Aku coba cerita dengan teman-teman akrabku, kebanyakan dari mereka melarangku untuk memandang lebih guruku itu. Aku coba menuruti kata temanku itu, karena memang kita terpaut umur yang sangat jauh yaitu 15 tahun. Namun semakin aku berusaha melupakan, aku malah semakin teringat akan diri beliau dan bayang-bayangnya selalu hadir dalam ingatanku.
Saat beliau mengajar di kelasku, aku memperhatikan beliau dengan serius, aku semakin tertegun dan terpanah dibuatnya. Rasanya jiwa dan raga ini terasa ringan (seperti melayang di udara). Hingga akhirnya saat pulang sekolah aku menghampiri guruku itu.
"Siang pak.. mau pulang ya pak? bapak tinggal dimana?"
"Iya nih, mau pulang.. mau bareng bapak?"
"Enggak pak.. saya bareng temen-teman saja"
"Kalau mau bareng ayo.."
"Tar saya diomongin pak.. biar saya jalan sama teman-teman saja.. Terima kasih ya pak.."
Akupun segera mengejar teman-teman ku yang sudah berjalan cukup jauh. Tak lama pak guru lewat di sebelah kanan saya dengan mengayuh sepedanya dia berkata
"Saya duluan yah.."
"Ya pak.."
Akupun berjalan santai dengan teman-temanku menuju rumah. Sepanjang jalan kami biasanya mengobrol mengenai pelajaran, teman cowok bahkan guru-gurupun tak lepas dari omongan kami.
Perpisahan tiba, kami saling berpelukan dengan sesama teman wanita.. karena kita akan meneruskan sekolah yang lebih tinggi lagi dengan berbagai macam sekolah dan jurusan yang berbeda-beda. Aku melanjutkan ke SMEA (Sekolah Menengah Ekonomi Atas). Letak sekolahannya tidak jauh dengan sekolahku yang sekarang, hanya melewati sekolah SMP ku.. yah nambah 100 meter lagi lah.
Saat pulang sekolah, ketika melewati sekolah SMP ku, aku terkadang sengaja menunggu pak Sunardi. Hingga akhirnya kami sering pulang bareng bersama, senang sekali rasanya diboncengi sepeda dengan beliau. Semakin sering aku pulang bareng beliau aku mulai berani berpegangan pada pinggang beliau. Pernah Sekali saat itu jalan menurun dan ban sepedanya menginjak sebuah batu kecil, namun sepeda oleng dan kami berdua jatuh ke semak-semak, terus terang kami malu dilihat teman-teman yang saat itu sedang lewat berjalan kaki. Malu bukan hanya jatuh dari sepeda berdua tetapi aku jatuh di atas pak Sunardi dan sepedanya berada di atas kami. Ah pokoknya bagian cerita ini malu.. lucu tapi asik deh.
Memang sejak diajar beliau saat SMP dulu, aku adalah seorang yang sering memberanikan diri bertanya mengenai pelajaran yang beliau ajarkan bahkan aku sering berdebat dengan beliau. Akupun tak malu mengatakan beliau ganteng di depan anak-anak kelasku.
Dalam hatiku pak Nardi adalah sosok idamanku banget deh, beliau sopan, santun, baik, sabar, penyayang, berkata sangat hati-hati.. dan lainnya.. pokoknya idaman hatiku banget deh. Setiap hari.. setiap saat aku selalu memikirkan beliau, sosoknya tak pernah lari dari dalam dadaku dan pikiranku.
Saat kelas 3, aku semakin sering ketemu beliau bahkan disaat itu aku sudah janjian di rumah, beliau selalu izin dengan orang tuaku saat mengajakku jalan. Aku biasanya menghabiskan hari mingguku bersamanya ke tempat wisata, saat itu aku berdua dengannya berekreasi ke air terjun. Kami menaiki mobil angkot ke air terjun yang berada dekat dengan kampungku. Namun walau dekat bisa memakan waktu 2 jam perjalanan. Dari turun angkot hingga sampai ke air terjun membutuhkan waktu 1 jam berjalan kaki. Di sepanjang perjalanan menuju ke lokasi, kami berjalan di atas tanah semak menyusuri hutan tropis dengan nyanyian alam berupa suara jangkrik, burung dan monyet. Sesekali aku menggenggam tangan pak Sunardi karena jalan yang licin dan becek. Disepanjang perjalanan kami banyak mengobrol mengenai keindahan flora dan fauna yang ada di sekeliling kita. Sebelum tiba di tujuan kami sudah mendengar suara gemericik air yang turun dan membentur batu yang ada di bawahnya. Kami menuruni tebing kemudian menaik kembali dan turun kembali untuk mencapai dasar air terjun. Sesampainya di sana ku lihat air terjun yang sangat indah, tak tahan rasanya ingin berendam di air terjun tersebut, namun teringat aku tidak membawa baju ganti. Aku akhirnya hanya duduk di atas batu besar di tepian sungai. Sambil memandangi jatuhnya air aku rebaan di bahu pak guru, aku berbicara dari hati ke hati kepadanya
"Pak.. sejak dari kelas 3 SMP aku sudah mulai suka dengan bapak, entah suka seperti apa itu.. akupun bingung.. yang aku tahu wajah bapak tak pernah jauh dari pikiranku. Semakin lama aku semakin senang memandang wajah bapak. Hingga aku kelas 1 SMEA, aku baru mulai memberanikan diri mendekati bapak. Semakin hari aku merasa semakin akrab dengan bapak. Aku merasa nyaman berada di samping bapak. Sampai saat ini aku masih sering bertanya pada hatiku 'Apakah ini yang dinamakan cinta? cinta sesungguhnya hingga tua nanti dan dibawa mati sampai menjadi kenangan terindah pada anak cucu kita kelak'
"Ya, Ani.. saya juga melihat ada yang berbeda pada diri kamu. Kamu orangnya periang, supel dan apa adanya serta selalu tersenyum. Saya mengerti keinginan hati kamu, maka dari itu saya tidak pernah menolak dirimu untuk hadir di dalam hidup saya"
"Jadi bapak juga suka samaku? terima kasih ya pak. Hatiku sangat senang sekali hari ini"
"Dulu 3 tahun yang lalu, awal kamu tegur saya di halaman sekolah.. saya masih menganggap kamu anak kecil loh, yang hanya butuh perhatian dari guru sebagai orang tuanya. Namun sekarang ini saya mulai melihat kamu sosok wanita yang pemberani, mempunyai prinsip walau terkadang keras, menghormati orang tua, pintar dan ke ibuan. Saya bangga kamu menyuruh saya ke rumah kamu dulu untuk minta izin ke orang tuamu saat saya ajak pergi ke luar rumah. Bahkan kamu menolak jika kita janjian di depan sekolah saja. Saat pulang sekolah kamu langsung pulang dan tak pernah mengajak saya mampir ke suatu tempat.. kamu pernah bilang 'izin papa dulu jika aku mau pulang telat'. Itulah yang saya lihat dari sosok diri kamu."
"Iya pak.. karena papa saya TNI, beliau sangat keras mendidik anak-anaknya dan walau tidak pernah ringan tangan kepada anaknya, tetapi kita segan terhadap perkataan papa"
"Oh, gitu ya.. mau tahu gak kenapa papa kamu bisa izinkan saya mengajak kamu keluar rumah. Bahkan hanya berdua saja"
"Iya pak.. dari tadi aku mau tanya hal itu ke bapak, kok bisa bapak diizinkan mengajakku keluar rumah?. Hatiku senang sekali loh pak bisa jalan berdua seperti ini."
"Saya berbicara kepada papa kamu banyak hal. Saya menjelaskan siapa saya, pekerjaan saya dan niat saya kepada kamu"
"Itu saja pak?"
"Ya.. saya menjelaskan walau saya guru kamu yang terpaut usia 15 tahun, namun saya bersungguh-sungguh berhubungan dengan anak bapak (Ani). Hingga nanti dia lulus sekolah, saya bersama keluarga saya akan melamar anak bapak dan menikahinya dengan mahar yang bapak minta jika ada?"
"Trus papaku bilang apa?'
"Papa kamu bilang: sampai dimana kesungguhan kamu.. saya jawab dari dalam hati yang paling dalam saya sudah mengukir nama anak bapak dan tak kan bisa terhapuskan walau harus mengorbankan diri saya sendiri. Saya sungguh-sungguh akan menikahinya saat dia tamat sekolah nanti"
"Trus papa bilang apa lagi? ah ini mah karangan bapak aja kali yah.. masa sih bapak bilang seperti itu ke papaku? Bapak romantis juga yah?"
"Saya beneran nih ceritanya.. kamu mau dengar gak sih?"
"Iya deh aku dengerin.. berhubungkan bapak mantan guruku, masa sih berbohong.. iya gak pak"
"Nah tuh kan kamu tahu.. buat apa juga saya berbohong ke kamu"
"Mau dilanjut gak ceritanya?'
"Iya pak guru.. hehehehe"
"Papa kamu juga tadi pesan ke saya, dia bilang: saya percaya kepada kamu, tetapi jangan salah gunakan kepercayaan saya ini. Saya izinkan kamu membawa putriku atau anak ke 3 saya. Untuk mengenai lamaran nanti saja kita bicarakan selaku orang dewasa saat waktunya tiba nanti."
"OOooooo"
"Kok O doank sih?
"Maunya apa pak?"
"Ya ngomong apa gitu? Saya sangat serius dengan perasaan ini dan saya sangat sayang kepada kamu. Semoga hubungan kita ini bisa mendapat restu dari kedua orang tua kita dan Allah."
"Aamiin.. terima kasih yah pak, sudah menerima cintaku"
Sepulang dari sana.. sepanjang jalan aku sangat bahagia dan selalu tersenyum. Begitu pula saat di rumah dan di kamar.. di atas kasur menjelang tidur malamku.. aku membayangkan kejadian siang tadi.. aku merasa siang tadi adalah kenangan yang terindah dalam perjalanan hidupku.
Ternyata benar, usai tamat sekolah SMEA.. Pak Sunardi benar-benar melamarku. Sebulan sebelum lamaran beliau datang ke rumahku bersama keluarganya untuk silaturahmi ke keluargaku. Orang tuaku, aku, 2 kakakku serta adikku sama-sama berada pada ruangan tamu rumahku sedangkan dia juga membawa keluarga besarnya. Pembicaraan cukup panjang, karena pernikahanku ini harus melangkahi kedua kakak-kakakku. Namun aku bersyukur kakakku yang tertua (cowok) mau dilangkahi tanpa uang pelangkah (istilah mahar yang diberikan kepada kakak yang belum menikah). Namun beda dengan kakakku yang wanita, dia meminta perhiasan sebagai hadiah pelangkah dan disanggupi oleh pak Sunardi.
Saat pernikahan itu umurku berusia 18 tahun, saat itu dalam hatiku yang ada hanya senang, bahagia dan selalu tersenyum. Keluargaku dan keluarga suamiku semuanya hadir, kamipun menyelenggarakan resepsi pernikahan dengan perayaan yang cukup meriah. Saat itu tak menyangka bahwa impianku menikah dengan orang yang ku cintai akan terwujud.
Itulah perjalanan kisah cintaku saat remaja dulu hingga aku menikah muda dengan seorang pujaan hatiku. Perjalanan rumah tanggaku sejauh ini sangat bahagia dan berjalan apa adanya. Kakak ke duaku akhirnya menikah 6 tahun kemudian dan kakak yang pertama menikah 16 tahun kemudian. Saat ini aku di anugerahi 4 orang anak dan 6 orang cucu. Hanya anak 3 dan 4 saja yang belum nikah. Namun ada yang membuatku sangat sedih yaitu adik bontotku sampai saat ini belum menemukan jodohnya juga. Aku berharap pembaca berkenan mendoakan adikku itu agar bisa mendapat pasangannya atau menemukan jodohnya.. Aamiin. (KNK)
-- DH --
"Saya duluan yah.."
"Ya pak.."
Akupun berjalan santai dengan teman-temanku menuju rumah. Sepanjang jalan kami biasanya mengobrol mengenai pelajaran, teman cowok bahkan guru-gurupun tak lepas dari omongan kami.
Perpisahan tiba, kami saling berpelukan dengan sesama teman wanita.. karena kita akan meneruskan sekolah yang lebih tinggi lagi dengan berbagai macam sekolah dan jurusan yang berbeda-beda. Aku melanjutkan ke SMEA (Sekolah Menengah Ekonomi Atas). Letak sekolahannya tidak jauh dengan sekolahku yang sekarang, hanya melewati sekolah SMP ku.. yah nambah 100 meter lagi lah.
Saat pulang sekolah, ketika melewati sekolah SMP ku, aku terkadang sengaja menunggu pak Sunardi. Hingga akhirnya kami sering pulang bareng bersama, senang sekali rasanya diboncengi sepeda dengan beliau. Semakin sering aku pulang bareng beliau aku mulai berani berpegangan pada pinggang beliau. Pernah Sekali saat itu jalan menurun dan ban sepedanya menginjak sebuah batu kecil, namun sepeda oleng dan kami berdua jatuh ke semak-semak, terus terang kami malu dilihat teman-teman yang saat itu sedang lewat berjalan kaki. Malu bukan hanya jatuh dari sepeda berdua tetapi aku jatuh di atas pak Sunardi dan sepedanya berada di atas kami. Ah pokoknya bagian cerita ini malu.. lucu tapi asik deh.
Memang sejak diajar beliau saat SMP dulu, aku adalah seorang yang sering memberanikan diri bertanya mengenai pelajaran yang beliau ajarkan bahkan aku sering berdebat dengan beliau. Akupun tak malu mengatakan beliau ganteng di depan anak-anak kelasku.
Dalam hatiku pak Nardi adalah sosok idamanku banget deh, beliau sopan, santun, baik, sabar, penyayang, berkata sangat hati-hati.. dan lainnya.. pokoknya idaman hatiku banget deh. Setiap hari.. setiap saat aku selalu memikirkan beliau, sosoknya tak pernah lari dari dalam dadaku dan pikiranku.
Saat kelas 3, aku semakin sering ketemu beliau bahkan disaat itu aku sudah janjian di rumah, beliau selalu izin dengan orang tuaku saat mengajakku jalan. Aku biasanya menghabiskan hari mingguku bersamanya ke tempat wisata, saat itu aku berdua dengannya berekreasi ke air terjun. Kami menaiki mobil angkot ke air terjun yang berada dekat dengan kampungku. Namun walau dekat bisa memakan waktu 2 jam perjalanan. Dari turun angkot hingga sampai ke air terjun membutuhkan waktu 1 jam berjalan kaki. Di sepanjang perjalanan menuju ke lokasi, kami berjalan di atas tanah semak menyusuri hutan tropis dengan nyanyian alam berupa suara jangkrik, burung dan monyet. Sesekali aku menggenggam tangan pak Sunardi karena jalan yang licin dan becek. Disepanjang perjalanan kami banyak mengobrol mengenai keindahan flora dan fauna yang ada di sekeliling kita. Sebelum tiba di tujuan kami sudah mendengar suara gemericik air yang turun dan membentur batu yang ada di bawahnya. Kami menuruni tebing kemudian menaik kembali dan turun kembali untuk mencapai dasar air terjun. Sesampainya di sana ku lihat air terjun yang sangat indah, tak tahan rasanya ingin berendam di air terjun tersebut, namun teringat aku tidak membawa baju ganti. Aku akhirnya hanya duduk di atas batu besar di tepian sungai. Sambil memandangi jatuhnya air aku rebaan di bahu pak guru, aku berbicara dari hati ke hati kepadanya
"Pak.. sejak dari kelas 3 SMP aku sudah mulai suka dengan bapak, entah suka seperti apa itu.. akupun bingung.. yang aku tahu wajah bapak tak pernah jauh dari pikiranku. Semakin lama aku semakin senang memandang wajah bapak. Hingga aku kelas 1 SMEA, aku baru mulai memberanikan diri mendekati bapak. Semakin hari aku merasa semakin akrab dengan bapak. Aku merasa nyaman berada di samping bapak. Sampai saat ini aku masih sering bertanya pada hatiku 'Apakah ini yang dinamakan cinta? cinta sesungguhnya hingga tua nanti dan dibawa mati sampai menjadi kenangan terindah pada anak cucu kita kelak'
"Ya, Ani.. saya juga melihat ada yang berbeda pada diri kamu. Kamu orangnya periang, supel dan apa adanya serta selalu tersenyum. Saya mengerti keinginan hati kamu, maka dari itu saya tidak pernah menolak dirimu untuk hadir di dalam hidup saya"
"Jadi bapak juga suka samaku? terima kasih ya pak. Hatiku sangat senang sekali hari ini"
"Dulu 3 tahun yang lalu, awal kamu tegur saya di halaman sekolah.. saya masih menganggap kamu anak kecil loh, yang hanya butuh perhatian dari guru sebagai orang tuanya. Namun sekarang ini saya mulai melihat kamu sosok wanita yang pemberani, mempunyai prinsip walau terkadang keras, menghormati orang tua, pintar dan ke ibuan. Saya bangga kamu menyuruh saya ke rumah kamu dulu untuk minta izin ke orang tuamu saat saya ajak pergi ke luar rumah. Bahkan kamu menolak jika kita janjian di depan sekolah saja. Saat pulang sekolah kamu langsung pulang dan tak pernah mengajak saya mampir ke suatu tempat.. kamu pernah bilang 'izin papa dulu jika aku mau pulang telat'. Itulah yang saya lihat dari sosok diri kamu."
"Iya pak.. karena papa saya TNI, beliau sangat keras mendidik anak-anaknya dan walau tidak pernah ringan tangan kepada anaknya, tetapi kita segan terhadap perkataan papa"
"Oh, gitu ya.. mau tahu gak kenapa papa kamu bisa izinkan saya mengajak kamu keluar rumah. Bahkan hanya berdua saja"
"Iya pak.. dari tadi aku mau tanya hal itu ke bapak, kok bisa bapak diizinkan mengajakku keluar rumah?. Hatiku senang sekali loh pak bisa jalan berdua seperti ini."
"Saya berbicara kepada papa kamu banyak hal. Saya menjelaskan siapa saya, pekerjaan saya dan niat saya kepada kamu"
"Itu saja pak?"
"Ya.. saya menjelaskan walau saya guru kamu yang terpaut usia 15 tahun, namun saya bersungguh-sungguh berhubungan dengan anak bapak (Ani). Hingga nanti dia lulus sekolah, saya bersama keluarga saya akan melamar anak bapak dan menikahinya dengan mahar yang bapak minta jika ada?"
"Trus papaku bilang apa?'
"Papa kamu bilang: sampai dimana kesungguhan kamu.. saya jawab dari dalam hati yang paling dalam saya sudah mengukir nama anak bapak dan tak kan bisa terhapuskan walau harus mengorbankan diri saya sendiri. Saya sungguh-sungguh akan menikahinya saat dia tamat sekolah nanti"
"Trus papa bilang apa lagi? ah ini mah karangan bapak aja kali yah.. masa sih bapak bilang seperti itu ke papaku? Bapak romantis juga yah?"
"Saya beneran nih ceritanya.. kamu mau dengar gak sih?"
"Iya deh aku dengerin.. berhubungkan bapak mantan guruku, masa sih berbohong.. iya gak pak"
"Nah tuh kan kamu tahu.. buat apa juga saya berbohong ke kamu"
"Mau dilanjut gak ceritanya?'
"Iya pak guru.. hehehehe"
"Papa kamu juga tadi pesan ke saya, dia bilang: saya percaya kepada kamu, tetapi jangan salah gunakan kepercayaan saya ini. Saya izinkan kamu membawa putriku atau anak ke 3 saya. Untuk mengenai lamaran nanti saja kita bicarakan selaku orang dewasa saat waktunya tiba nanti."
"OOooooo"
"Kok O doank sih?
"Maunya apa pak?"
"Ya ngomong apa gitu? Saya sangat serius dengan perasaan ini dan saya sangat sayang kepada kamu. Semoga hubungan kita ini bisa mendapat restu dari kedua orang tua kita dan Allah."
"Aamiin.. terima kasih yah pak, sudah menerima cintaku"
Sepulang dari sana.. sepanjang jalan aku sangat bahagia dan selalu tersenyum. Begitu pula saat di rumah dan di kamar.. di atas kasur menjelang tidur malamku.. aku membayangkan kejadian siang tadi.. aku merasa siang tadi adalah kenangan yang terindah dalam perjalanan hidupku.
Ternyata benar, usai tamat sekolah SMEA.. Pak Sunardi benar-benar melamarku. Sebulan sebelum lamaran beliau datang ke rumahku bersama keluarganya untuk silaturahmi ke keluargaku. Orang tuaku, aku, 2 kakakku serta adikku sama-sama berada pada ruangan tamu rumahku sedangkan dia juga membawa keluarga besarnya. Pembicaraan cukup panjang, karena pernikahanku ini harus melangkahi kedua kakak-kakakku. Namun aku bersyukur kakakku yang tertua (cowok) mau dilangkahi tanpa uang pelangkah (istilah mahar yang diberikan kepada kakak yang belum menikah). Namun beda dengan kakakku yang wanita, dia meminta perhiasan sebagai hadiah pelangkah dan disanggupi oleh pak Sunardi.
Saat pernikahan itu umurku berusia 18 tahun, saat itu dalam hatiku yang ada hanya senang, bahagia dan selalu tersenyum. Keluargaku dan keluarga suamiku semuanya hadir, kamipun menyelenggarakan resepsi pernikahan dengan perayaan yang cukup meriah. Saat itu tak menyangka bahwa impianku menikah dengan orang yang ku cintai akan terwujud.
Itulah perjalanan kisah cintaku saat remaja dulu hingga aku menikah muda dengan seorang pujaan hatiku. Perjalanan rumah tanggaku sejauh ini sangat bahagia dan berjalan apa adanya. Kakak ke duaku akhirnya menikah 6 tahun kemudian dan kakak yang pertama menikah 16 tahun kemudian. Saat ini aku di anugerahi 4 orang anak dan 6 orang cucu. Hanya anak 3 dan 4 saja yang belum nikah. Namun ada yang membuatku sangat sedih yaitu adik bontotku sampai saat ini belum menemukan jodohnya juga. Aku berharap pembaca berkenan mendoakan adikku itu agar bisa mendapat pasangannya atau menemukan jodohnya.. Aamiin. (KNK)
-- DH --
Tidak ada komentar:
Posting Komentar