Cinta

Cinta
SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA "DODHY HANDAYADI".. SELAMAT MEMBACA.. SEMOGA BISA MENJADI PELAJARAN BUAT KITA SEMUA.. PENTINGNYA MENGHARGAI ARTI CINTA, DIMANA TERKADANG KITA HARUS MENGALAH UNTUK MEMENANGKAN HATINYA NAMUN TERKADANG KITA HARUS MERELAKAN KEHILANGANNYA UNTUK HAL YANG LEBIH BAIK LAGI.. JANGAN MENYERAH TERUSLAH BERJUANG SELAGI CINTAMU MASIH BISA DIPERJUANGKAN

Jumat, 26 Oktober 2018

Cinta Sejak Kecil

Saat kecil aku tinggal di pedalaman pulau Kalimantan, kampung yang sangat indah dan aku kagumi. Saat itu aku masih menyandang status siswa SD, dimana saat itu aku tak banyak bermain dengan teman-teman seusiaku, namun selepas bersekolah aku lebih banyak membantu bapak di ladang. Kami menanami kebun kami dengan tanaman berupa lada, saat panen tiba aku selalu membantu bapak dan ibu kemudian menjualnya ke kota Samarinda (Kalimantan Timur).

 Hasil carian imej untuk ‪kebun lada di sebelah sungai dan kampung‬‏
Siang itu saat aku membantu bapak terlihat dari kejauhan gadis kecil berambut panjang dengan pita biru diatas rambutnya. Mataku memandang mengikuti dia berlari mengejar hewan capung. 'Terlihat sangat manis wajahnya yang selalu tersenyum ceria saat mengitari perkebunan'. Saat itu ingin rasanya aku menghampiri dan berkenalan dengannya kemudian bersama-sama kita berlarian mengejar hewan capung dan kupu-kupu. Tapi itu tak kulakukan karena harus memanen lada yang cukup banyak.
Sering aku melihat dia selalu bermain di pinggiran ladangku, dia bermain air di saluran irigasi kampung yang sangat jernih airnya. Namun yang aku lihat dia lebih banyak bermain sendirian, walau terkadang ada anak-anak kampung juga yang ikut bermain bersamanya. Melihat dia berlari dan bermain bahagia sekali aku melihatnya terlebih lagi senyumannya yang manis.
Aku memang satu sekolah dengannya, hanya kelas kita dipisahkan oleh dinding sekolah sebagai petanda perbedaan kelasku dengannya. Saat itu aku sudah kelas 5 SD sedangkan dia kelas 3 SD (Sekolah Dasar), saat di lingkungan sekolahpun aku sering memperhatikannya. Yang aku lihat dia adalah seorang gadis kecil yang manis, periang, pintar, murah senyum, smart dan energik. Pokoknya kalau melihat dia adem sekali rasanya.
Hingga saat di sekolah Menengah Pertama (SMP) dia kembali satu sekolahan dengan ku, aku melihat dia kembali saat kelas 3 SMP. Selesai menamatkan SMP aku mengambil Sekolah Kejuruan atau STM (Sekolah Menengah Kejuruan), aku mengambil jurusan Penerbangan. Sejak saat itu aku tidak lagi melihatnya. Terlebih lagi dia sudah pindah rumah di kampung sebelah yang berjarak 3KM dari kampungku. Teringat sosoknya yang ngangenin hingga aku akhirnya menyimpan rasa itu menjauhi hatiku. Walau bayangannya tetap hadir dalam ingatanku.
7 Tahun berlalu aku sudah mulai bekerja sebagai pilot di maskapai penerbangan swasta terbesar di Indonesia. Aku sangat senang sekali bisa menerbangkan pesawat-pesawat besar, terkadang rasa was-was selalu menghantui, namun semua aku serahkan hidup matiku kepada Allah.
Saat penerbangan Jakarta Samarinda, aku bertemu seorang gadis cantik, sangat menarik hati.. rasanya aku seperti mengenal wajahnya. Sebelum masuk pesawat aku yang sudah mengenakan pakaian seragam pilot lengkap mencoba bertegur sapa dengannya.

     "Hai, sepertinya kita pernah kenal.. aku Andre"

     "Aku Nita" berkata dengan senyumnya yang manis

     "Nah benarkan, kamu ingat tidak saat di kampung, kita waktu itu pernah satu kampung di Samarinda.

     "Wah.. saya lupa nih"

Setelah aku cerita mengenai letak rumahku di kampung serta kegiatanku waktu kecil dahulu serta kita yang pernah satu sekolah SD dan SMP. Barulah dia sedikit mengingat tentang aku, walau sedikit tapi gak papa deh dari pada gak sama sekali..
Diperjumpaan singkat di bandara Soekarno Hatta tersebut kami bertukar nomor handphone. Dari situlah kami sering mengobrol lewat WA (WhatsApp). Senang sekali rasanya bertemu kembali gadis impianku saat masa kecil dulu, jangankan bertemu.. membaca tulisan di WA diapun aku sangat bahagia sekali. Berharap ini bukan mimpi dan semoga cintaku berbalas manis, bukan cinta bertepuk sebelah tangan.
Saat aku lepas tugas, aku pergi bermain ke rumahnya. Tidak susah mencari alamat rumahnya, mungkin karena aku memang juga orang sana. Ternyata semua keluarganya berada di rumah di hari itu dan menyambut kedatanganku. Setelah aku duduk dan berbincang-bincang di ruang tamu rumah mereka, Nita sudah bercerita banyak kepada orang tuanya mengenai aku. Sehingga aku kesana banyak bercerita mengenai masa kecilku dan kampungku waktu lampau.
Aku semakin sering bermain ke rumahnya begitupun Nita. Kami semakin dekat dan tidak butuh waktu lama untuk berpacaran. Cukup setahun kemudian kami menikah di sebuah gedung dekat dengan kampung kami. Pernikahan sangat meriah dengan 1.000 undangan. Aku gak menyangka gadis semasa kecilku.. yang aku impikan dulu menjadi istriku saat ini. Padahal kami sudah lama sekali tidak bertemu.
Itulah cerita singkatku..(KS)

-- DH --


Jumat, 19 Oktober 2018

Penyesalan Cinta

Saat itu aku kelas 2 SMA (Sekolah Menengah Atas) aku mengikuti kegiatan sekolah yaitu jambore se Jabodetabek yang dihadiri perwakilan-perwakilan dari setiap kecamatan. Kebetulan sekolahku adalah salah satu perwakilan dari sekolahan di wilayah Jakarta Selatan, yang dikirim untuk mengikuti kegiatan jambore tersebut. Kegiatan ini dilakukan selama 3 hari di Bumi Perkemahan Cibubur. Melihat jadwal acara yang sangat padat tak lupa aku menyiapkan vitamin dan minuman penambah ion tubuh agar aku tidak kecapean selama berada di sana. Dalam reguku semuanya wanita terdiri dari 12 orang dalam satu regu, kami menyiapkan banyak perlengkapan untuk kegiatan di sana nanti. Antara lain yang aku siapkan adalah tenda, tali plastik, tambang, kayu ranting, perlengkapan makan dan memasak dan sebagainya.

 Hasil carian imej untuk ‪bumi perkemahan cibubur‬‏

Pagi di hari pertama  kita sudah berada di lokasi dan langsung mendirikan tenda, membangun pagar keliling, membuat jemuran pakaian, menggelar tikar dan karpet untuk alas tidur didalam tenda. Aku sangat bersemangat mengikuti kegiatan ini. Saat upacara siang semua peserta dikumpulkan dan diberi pengarahan dan pengumuman perubahan jadwal untuk 3 hari kedepan. Saat upacara itu aku melihat pria yang selalu melirik ke arahku. Aku melihat dia cukup tampan, dengan tubuh yang tinggi kekar dan kulit yang putih bersih.
Usai makan siang dan sholat zuhur, kami dikumpulkan untuk mengikuti kegiatan permainan berkelompok di lapangan terbuka. Syukur kelompok kami bisa mememenangkan 2 dari 7 permainan yang disediakan. Di saat itu akupun melihat pria misterius itu selalu mamandang ke arahku, namun aku tetap cuek karena tak mau berfikir berlebihan dahulu. Usai kegiatan tersebut, saat sore harinya aku pergi mandi di kamar mandi umum yang cukup jauh dari tenda namun masih terlihat jika dipandang dari tenda. Setelah mandi aku dihampiri oleh seorang pria, yang ternyata dia adalah sosok pria yang sering melemparkan matanya ke arahku tadi.

     "Hai.. Maaf jika mengganggu.. aku cuma mau kenalan dengan kamu.. bolehkah? Oh, iya namaku Muhammad Aisy Rayyan.. Panggil saja aku Rian" sambil dia menyodorkan tangannya ke arahku..

     "Namaku Qairina Amani Fariza.. Panggil aku Airin" aku berkata sambil membalas jabatan tangannya.

     "Aku sama dengan kamu berasal dari daerah Jakarta Selatan juga, makanya tendaku berdekatan dengan tenda kamu.. begitupun saat kita berbaris pasti berdekatan."

     "Iya"

     "Kok, kamu mandi sendiri gak sama teman-teman kamu? tar bahaya loh.. harus ada yang temenin.."

     "Tadi ke kamar mandinya bareng-bareng, tapi selesai mandi pada duluan semua.. mandinya pada cepat semua"

     "Oh gitu.. ya sudah.. kamu sudah sampai tenda kamu tuh.. laen kali bolehkan kita ngobrol-ngobrol lagi?"

     "Boleh.. aku masuk yah.."

     "Ok.. sampai jumpa"

Itulah awal perkenalan aku dengannya, terlihat dia cukup sopan terhadapku. Malamnya ada acara renungan atau jerit malam. Kita semua dikumpulkan dalam satu lapangan tepatnya jam 23.00. Aku melihat dia menunduk dan menangis. Pada malam itu banyak sekali siswa yang menangis tersedu-sedu, berteriak histeris bahkan sampai ada yang pingsan. Acara berlangsung selama 2 jam sampai api unggun menyisakan sedikit kayu dan api yang sangat kecil.
Keesokan harinya, usai sarapan kami dikumpulkan kembali di lapangan dan mengikuti acara cari jejak. Kami berjalan mengikuti arah yang sudah ditentukan, kami akan melewati 7 pos pemberhentian. Yang pertama kami hanya diberikan pertanyaan mengenai kepramukaan. Berjalan kembali sampai pos ke dua kami di tes baris berbaris, pos ke tiga kami disuruh tebak morse sampai pos terakhir yang aku tidak sukai, kami semua 1 regu disuruh masuk ke dalam kubangan lumpur setinggi bahu. Rambutku yang panjang sepinggang harus rela terkena lumpur, karena aku lupa membawa kunciran, berhubung aku juga selalu menggerai rambutku yang panjang, kecuali saat mandi.
Setelah semua kegiatan selesai, jam sudah menunjukkan pukul 2 siang, aku segera lari ke kamar mandi untuk membersihkan badan dan bajuku. 
Sorenya kita dikumpulkan kembali untuk ramah tamah dan candaan ringan kemudian malam hari acara api unggun kembali, pengumuman pemenang dan permainan lempar kata. Dimalam itu kami semua berbaur, tidak hanya satu tim. Panitia mengharapkan kita semua saling kenal. Di saat itulah Rian mendekatiku dan duduk di sebelahku. Kami banyak berbincang soal sekolah, keluarga dan kegiatan jambore ini. Aku merasa sosoknya sangat bersahaja, nyambung saat berbicara, perhatian dan humoris.
Keesokan harinya kami membongkar tenda dan membereskan semua perlengkapan kemah kami. Sebelum menaiki mobil dan bersiap pulang.. Rian menghampiriku dan membawaku agak menjauhi bus.

     "Airin.. mungkin ini terakhir kita bertemu.. mungkin juga tidak jika kamu berkenan memberikanku nomor HP kamu ke aku?" sambil dia memberikan tangan kirinya ke aku dan tangan kanannya memberikan pulpen kepadaku..

     "Oh sini.. aku tulis" akupun menulis no HP ku ditangannya.. terlihat dia sangat geli saat aku menulis ditangannya.

     "Rin.. terima kasih ya.. aku akan segera menghubungi kamu.."

     "Iya.. sampai jumpa"

     "Hati-hati di jalan Rin"

     "Iya"

Aku langsung berjalan menuju bus dan tak lama buspun melaju ke arah sekolahanku.
Malam harinya saat sebelum tidur aku membayangkan perjumpaanku dengan dirinya, perkataannya yang santun selalu aku ingat. 'Tapi kenapa sampai saat ini dia belum meneleponku ya, SMS, WA pun tidak.. Tapi tak apalah mungkin dia masih capek' (dalam hati berkata).
Bangun pagi, bergegas aku mandi, sarapan dan berangkat ke sekolah di antar sopir. Karena terburu-buru saat masuk mobil tak berasa rambut panjangku terjepit pintu, aku baru sadar setelah ditengah jalan ada yang menarik rambutku.. segera sopir aku suruh berhenti karena kepalaku tertarik ke arah pintu, ternyata rambutku tersangkut batu jalan yang menonol pada jalan aspal yang rusak.
Sampai di sekolah seperti hari-hari biasanya, aku hanya mengobrol dengan teman-temanku, bercanda dan belajar seperti biasanya serta ke kantin saat istirahat siang. Tak ada yang istimewa dihari itu, sampai akhirnya malam tiba, tepat jam 20.00 ada pesan WA masuk. Ternyata itu dari Rian

     "Hai Airin.."
     "Apa kabar?"
     "Maaf menggangu! baru bisa WA kamu sekarang"

     "Iya gak apa-apa.. aku baik" aku bingung saat itu harus bagaimana sampai nulis aja gak beraturan

     "Rin kapan kita bisa ketemuan?"

     "Boleh"

     "Aku jemput kamu, besok saat pulang sekolah yah.. WA saja alamat sekolah kamu"

     "Oke"

Keesokan harinya aku bertemu dia di depan sekolahan saat bubaran sekolah, sopir tidak menjemput ku karena dari pagi sudah aku bilang 'jangan jemput saat pulang nanti'. Dengan dibonceng Rian menggunakan motor, aku pergi ke taman dekat sekolahan. Banyak yang kami perbincangkan di sana, terutama mengenai perjumpaan kita saat jambore.

     "Rin.. waktu aku pertama kali melihat kamu.. aku melihat ada bidadari berada di dekatku. Hingga mata ini tak bisa berhenti memandangi bidadari tersebut. Aku tertegun dengan kekuatan magnet diri kamu yang selalu menarikku ke arah kamu sehingga aku beranikan diri untuk segera berkenalan dengan bidadari itu."

     "Oh ya.. gombal ah.." aku tersipu malu dibuatnya

     "Benar.. ini kenyataan bukan gombal"

     "Apa yang kamu suka dariku saat itu?"

     "Yang aku perhatikan pertama adalah senyumanmu yang membuat wajahmu terlihat sangat manis bahkan melebihi gula, badan kamu yang tinggi dengan bentuk tubuh seperti biola dan yang tak kalah menjadi penentu semuanya adalah rambut kamu yang hitam panjang jatuh terurai hingga pinggang kamu, terlebih jika dihembus angin.. tampak berkibar seperti bendera negara. Kamu adalah wanita yang sempurna dimataku. Bagai bidadari turun dari surga dan di buang ke bumi agar bisa bertemu denganku".

     "Ah, kamu bisa aja" aku semakin tersipu malu dan hanya tersenyum mendengarnya

     "Rin kamu mau tahu gak?"

     "Apa?"

     "Nama kamu aja hampir sama denganku hanya hurufnya saja yang diacak".

     "Masa sih" aku coba memikirkan namanya dengan namaku trus aku ingat dan bandingkan, ternyata iya juga yah.
     "Iya juga yah.. kamu bisa aja Yan"

     "Bisa lah"

Aku kembali berjalan ke luar taman dan makan bakso serta es teler di ujung jalan masuk rumahku. Sejak hari itu aku bersamanya menjadi sering bertemu. Sopirku tidak lagi mengantar jemputku, karena ada Rian yang selalu sedia melakukan apa yang dilakukan sopir papaku.
Pagi jam 6.00 Rian sudah berada di depan pagar rumah begitupun saat pulang sekolah dia selalu ada di depan sekolah, walau dia selalu telat 20 menit ke sekolahanku. Karena jam pulang sekolah kita yang sama dan jarak sekolahan yang agak berjauhan. Aku sangat nyaman saat bersamanya, namun ada yang aku tunggu dari mulutnya yaitu 'Aku sayang kamu atau aku cinta kamu atau aku suka kamu' hal tersebut belum keluar hingga hampir 4 bulan kita berkenalan dan pergi pulang bareng bahkan kita sudah sangat dekat.
Masuk bulan ke 5 kita berkenalan, dia mengajakku pergi ke Pantai Carita dengan membawa mobil ayahnya. Akupun kemudian jalan bersamanya dengan dia meminta izin ayahku terlebih dahulu. Rian orangnya mudah mengambil hati orang. Dia selalu membawa buah tangan jika saat ke rumah ada orang tuaku. Makanya dia dengan mudahnya mendapat izin dari orang tuaku saat dia mengajakku jalan atau bertamasya.
Saat di pantai kami bermain kejar-kejaran, hingga sesekali aku terjatuh ke pasir yang menghampar luas di sana. Diapun sangat perhatian kepadaku, dibersihkannya pakaian dan rambutku yang terkena pasir pantai. Saat kami minum air kelapa muda di tepi pantai ia mencoba mengatakan cintanya kepadaku. Memang, aku tidak memungkiri jika aku juga suka kepadanya. Jadilah kita sepasang kekasih yang selalu bersama ke manapun dan berbagi cerita indah bersama.
Sebulan kemudian Rian mengajakku dan keluargaku makan bersama di Cilandak Town Square, kita pergi bersama papa mama dan adikku. Kita saling berbincang bersama di sana. Ku lihat Rian sudah sangat akrab kepada seluruh keluargaku terutama papaku. Malam itu kita semua tertawa bahagia bersama sambil sesekali papaku dan Rian membuat tebak-tebakan lucu atau cerita lucu.
Seminggu kemudian saat Rian mengantarku pulang, aku bercerita di rumah.

     "Yan.. 2 hari lagi aku ulang tahun lo"

     "Oh.. ya.. kamu mau kado apa dari aku?"

     "Ya terserah kamu lah"

     "Kok terserah.. memang kamu gak punya keinginan hadiah spesial dari aku"

     "Kamu datang aja pada saat pesta ulang tahun ku, aku sudah sangat seneng Yan"

     "Ya.. Oke kalau begitu"

Hari ulang tahunku tiba, aku mengundang semua teman sekolahku. Berhubung ini adalah ulang tahun ku ke 17 yang bertepatan pada hari sabtu. Malam minggu itu hampir seluruh temanku datang dan membawa kado untukku. Aku Menunggu kedatangan Rian sampai akhirnya Tiup lilin dan potong kue dia juga belum datang. dalam hatiku 'mungkin macet' dan sampai temanku pulang semua dan acara selesai dia juga belum datang. Aku coba kirim pesan lewat WA namun aku berfikir 'ogah amat, kan dia tau aku ulang tahun.. kenapa harus disuruh-suruh datang segala'. 
Keesokan paginya, aku lihat ada WA masuk dari dia mengantakan 'Maaf semalam aku gak bisa datang dan pagi ini juga tidak bisa menjemput kamu'. Pesan WA itu tidak aku balas karena aku sudah sangat sebal dengan dia. Pulang sekolah aku coba mampir ke sekolahannya diantar oleh supirku, dari kejauhan aku melihat dia sedang membonceng cewek yang tidak kalah cantiknya dengan diriku. Segera aku turun dan melabraknya.

     "Oh.. ini yang kamu lakukan.. aku benci kamu.."
     "Ternyata kamu begitu gampangnya mengobral kata cinta kepada semua cewek yah"
     "Mungkin kalau cowok romantis itu gampang menggombalin wanita yah"

     "Ini bukan seperti yang kamu kira Rin.. aku akan jelaskan semua"

     "Gak perlu.. semua sudah jelas dimataku" aku berlari sambil menangis ke arah mobil dan segera menyuruh supirku pergi dari tempat itu

Aku coba melihat ke belakang, berharap dia mengejarku. Namun apa yang terjadi, sampai di rumah pun aku tidak dikejar olehnya. Dalam hatiku 'Rian berengsek.. aku benci dia', aku langsung pergi ke kamar dan tiduran di atas tempat tidur. Terbayang di kepala ku akan wajah wanita yang bersama Rian ku. Hati ini rasanya sakit dan tak napsu makan dibuatnya.
Sore itu jam 4, Rian datang ke rumah.. dia sudah menungguku di depan pintu pagar rumah. Dia WA dan telepon aku dengan bertubi-tubi. Terpaksa aku menemuinya karena aku juga memang masih dan sangat sayang kepadanya.

     "Bidadariku.. kok kamu hari ini asem sekali sih.. senyum donk" dia menggoda aku yang sedang marah
     "Ini hadiah buat ulang tahun kamu.. Selamat ulang tahun yah!" sambil memberikan ku boneka beruang besar berwarna ping.

     "Telat.. aku gak mau" aku ambil boneka yang diberikan Rian kepadaku kemudian ku buang boneka itu ke tengah jalan

     "Kok dibuang sih.." Setelah berkata dia langsung turun dari motor dan mengambil boneka tersebut..

Aku masih acuh tak acuh kepadanya sambil membuang mukaku.. dan tidak peduli dengan apa yang dia lakukan.

Hasil carian imej untuk ‪boneka beruang besar pink love‬‏

Dia tidak melihat ke arah jalan saat mengambil boneka tersebut, ada mobil truk yang sedang berjalan sangat dekat ke arahnya. Rian pun tertabrak dan terpental sangat jauh.. aku kaget dan segera menghampirinya, darah mengalir deras dari wajahnya. Ku panggil namanya (Rian.. Rian.. Rian.. Riaaaaaaan..) namun  dia sudah tidak bergerak lagi. Semua orang berkerumun menyaksikan kejadian itu, ada seseorang yang memeriksa keadaan Rian mengatakan bahwa dia sudah meninggal.
Begitu tau Rian meninggal di tempat kejadian, akupun pingsan. Malamnya aku baru tersadar, aku pingsan cukup lama. Aku melihat aku sudah berada dikamarku dengan ditemanin mamaku. mamaku bercerita 'kalau aku diangkat masuk oleh supirku dan pembantuku yang mengganti baju yang terkena darah Rian serta mengelap darah Rian dari wajah, tangan dan kakiku'. 
Ke esokan harinya aku tidak ke sekolah aku pergi ke rumah Rian bersama mama dan papaku. Mama dan papaku tidak lama di sana, mereka langsung berangkat kerja. Sedangkan aku ditemani sopir yang siap mengantarku sampai ke pemakaman nanti.
Dari percakapan keluarganya tenyata Semua pemakaman Rian ditanggung oleh si penabrak dan dia juga menanggung biaya tahlilan sampai 40 hari Rian. Di pemakaman aku melihat ada sook gadis yang kemarin dibonceng oleh Rian. Namun aku tidak bertegur sapa dengannya.
Aku selalu datang saat tahlilan 3 hari dan 7 harinya. Saat di 7 harian Rian, wanita itu menghampiriku dan mengajakku ke kamar Rian. Kami berbicara di dalam kamar Rian.

     "Kak.. perkenalkan namaku Anbiyaa Kailuna.. biasa dipanggil Luna" dia menyodorkan tangannya kepadaku
     "Aku adiknya Rian kak"

     "Aku Airin.." Aku menyambut tangannya.. sambil gemetar dan merasa kaget mendengarnya.. ternyata dia adik dari pacarku.. air mataku langsung mengalir dibuatnya dan aku langsung memeluknya.

     "Kakak kenapa menangis.. ya sudah ikhlaskan saja kak Rian.. semoga kak Airin mendapat gantinya yang lebih baik lagi"

     "Iya.. tapi aku masih terbayang akan dirinya dan kejadian itu Lun"

     "Oh, iya.. saat kak Airin kan ke sekolahan aku dan kak Rian siang waktu itu, Kan kakak marah tuh sama kak Rian.. Sebenarnya kak Rian ingin mengantarkan ku dulu ke rumah sakit untuk menjaga ibu.. setelah itu baru ke rumah kak Airin memberikan hadiah yang tak sempat di berikannya saat acara pesta ulang tahun kak Airin sekaligus meminta maaf serta menjelaskan apa yang sedang terjadi di keluargaku".

   "Aku telah salah menilai kakak kamu" aku menangis sejadi-jadinya menyadari akan kesalahanku kepada Rian

Luna memberikan tisu kepada ku dan mencoba menenangkan ku dengan mengusap-usap pundakku. Setelah aku agak tenang dia memberikan surat kepadaku..

     "Ini surat yang ditulis kak Rian, kemarin tidak terbawa saat memberikan kado boneka ke kakak".

     "Oh, Oke.. terima kasih yah Luna" aku mengambil surat tersebut dan menaruh ke dalam tas aku

     "Sebenarnya kakak beli boneka itu dari sabtu, aku yang memilihkannya untuk kak Airin.. karena kak Rian mau hadiah yang paling istimewa untuk kak Airin. Sorenya kak Rian sudah berpakaian rapi dan sangat ganteng, saat mau pergi ke rumah Kak Airin mama terkena serangan jantung. Hingga akhirnya kakak mengantarkan mama ke rumah sakit terdekat. Malam itu kak Rian terlihat panik dan bingung. dia bingung harus memilih menjaga mama atau menghadiri pesta ulang tahun kak Airin. Karena mama koma dan kak Rian takut mama meninggal saat dia tak ada di sisi mama, maka kak Rian putuskan untuk menjaga mama hingga pagi. Saat pagi dia telat ke sekolah karena dia kesiangan berangkat dari rumah sakit. Saat ini mama masih koma di rumah sakit, mama gak tau kalau kak Rian sudah meninggal."

     "Aku turut prihatin yah dengan keadaan ibu kamu.. semoga ibu mu cepat sadar dan kembali ke keluarga ini seperti sedia kala.. Maafin aku yang belum sempat menengok ke rumah sakit"

      "Iya kak, gak papa kok"

Setelah itu kepalaku terasa pusing mendengar penjelasan yang sangat panjang dari Luna, aku sudah linglung, lemas dan menangis tak ada henti. Tak sadar ternyata malam itu aku kembali pingsan.
Saat bangun aku sudah berada di dalam kamarku. Aku mengingat masa-masa bersamanya, kenangan manis yang dia buat terhadapku. Aku membayangkan saat itu aku di taman sambil ngobrol dia membelai-belai rambut panjangku.. aku juga teringat saat kami berlarian dipantai.. saat nonton film horor yang membuat aku ketakutan dan kejadian indah lainnya.
Sudah 2 hari aku tidak makan dan juga perutku tidak terasa lapar. Aku teringat surat yang diberikan Luna semalam dan aku mencari dalam tasku kemudian aku membacanya.
Tertulis tulisan tangannya..

     Selamat ulang tahun Cintaku..
     Teman terbaikku..
     Semoga kamu akan menjadi tulang rusukku suatu saat nanti..

     Bidadariku yang cantik.. ku harap boneka ini bisa menemanimu saat aku tidak bersamamu..
     Dengan memandangnya dan memeluknya aku ingin kamu merasakan jika aku memang disisimu..
     Tetaplah tersenyum cantik..

     Aku cinta kamu..
     Aku sayang kamu..
     Kamulah cinta terbaikku..

     I Love U

    Rian kekasih hatimu selamanya

Membaca suratnya itu, aku kembali menangis.. Berfikir 'kenapa yang aku lakukan terlalu bodoh kepadanya'. Ku peluk boneka dari dia..

Inilah ceritaku.. sampai saat ini aku masih menyesali perbuatan yang aku lakukan terhadapnya.. Aku bodoh tidak mendengarkan alasan dan meminta klarifikasi dari dia saat itu.. kepada pembaca saya harap kalian tidak mengalami hal ini.. lebih baik mengedepankan komunikasi dari pada menyesal nanti.. (KS)

-- DH --





Jumat, 12 Oktober 2018

Cinta Murid

Ini cerita mengenai masa remajaku, di sebuah kampung daerah pulau Sumatera. Saat itu aku duduk di kelas 3 SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan masih berumur 15 tahun. Setiap hari aku pergi pulang sekolah dengan berjalan kaki, walau jarak antara rumahku ke sekolah cukup jauh, yaitu sekitar 2 Kilo Meter namun karena kami berjalan beramai-ramai dengan teman-teman sekolah yang lain, sehingga perjalan menjadi tidak berasa jauh dan lelah.
Saat itu pelajaran bahasa Indonesia, kelasku diajarkan oleh seorang guru laki-laki yang bernama Sunardi. Ku lihat saat mengajar dia sangat bersemangat sekali dan menjelaskan dengan rinci mengenai bagaimana cara menulis sebuah cerita dalam sebuah karangan.
Berjalannya hari dan semakin sering guru tersebut mengajar, aku semakin tertarik dengan guruku itu. Entah mengapa aku bisa tertarik dengan dia.. mungkin karena kedewasaan dia selain itu juga dia menarik, tak jemu jika memandangnya. Aku coba cerita dengan teman-teman akrabku, kebanyakan dari mereka melarangku untuk memandang lebih guruku itu. Aku coba menuruti kata temanku itu, karena memang kita terpaut umur yang sangat jauh yaitu 15 tahun. Namun semakin aku berusaha melupakan, aku malah semakin teringat akan diri beliau dan bayang-bayangnya selalu hadir dalam ingatanku.
Saat beliau mengajar di kelasku, aku memperhatikan beliau dengan serius, aku semakin tertegun dan terpanah dibuatnya. Rasanya jiwa dan raga ini terasa ringan (seperti melayang di udara). Hingga akhirnya saat pulang sekolah aku menghampiri guruku itu.

     "Siang pak.. mau pulang ya pak? bapak tinggal dimana?"

     "Iya nih, mau pulang.. mau bareng bapak?"

     "Enggak pak.. saya bareng temen-teman saja"

     "Kalau mau bareng ayo.."

     "Tar saya diomongin pak.. biar saya jalan sama teman-teman saja.. Terima kasih ya pak.."

Akupun segera mengejar teman-teman ku yang sudah berjalan cukup jauh. Tak lama pak guru lewat di sebelah kanan saya dengan mengayuh sepedanya dia berkata

     "Saya duluan yah.."

     "Ya pak.."

Akupun berjalan santai dengan teman-temanku menuju rumah. Sepanjang jalan kami biasanya mengobrol mengenai pelajaran, teman cowok bahkan guru-gurupun tak lepas dari omongan kami.

Perpisahan tiba, kami saling berpelukan dengan sesama teman wanita.. karena kita akan meneruskan sekolah yang lebih tinggi lagi dengan berbagai macam sekolah dan jurusan yang berbeda-beda. Aku melanjutkan ke SMEA (Sekolah Menengah Ekonomi Atas). Letak sekolahannya tidak jauh dengan sekolahku yang sekarang, hanya melewati sekolah SMP ku.. yah nambah 100 meter lagi lah.

Hasil carian imej untuk ‪SMEA baturaja‬‏

Saat pulang sekolah, ketika melewati sekolah SMP ku, aku terkadang sengaja menunggu pak Sunardi. Hingga akhirnya kami sering pulang bareng bersama, senang sekali rasanya diboncengi sepeda dengan beliau. Semakin sering aku pulang bareng beliau aku mulai berani berpegangan pada pinggang beliau. Pernah Sekali saat itu jalan menurun dan ban sepedanya menginjak sebuah batu kecil, namun sepeda oleng dan kami berdua jatuh ke semak-semak, terus terang kami malu dilihat teman-teman yang saat itu sedang lewat berjalan kaki. Malu bukan hanya jatuh dari sepeda berdua tetapi aku jatuh di atas pak Sunardi dan sepedanya berada di atas kami. Ah pokoknya bagian cerita ini malu.. lucu tapi asik deh.
Memang sejak diajar beliau saat SMP dulu, aku adalah seorang yang sering memberanikan diri bertanya mengenai pelajaran yang beliau ajarkan bahkan aku sering berdebat dengan beliau. Akupun tak malu mengatakan beliau ganteng di depan anak-anak kelasku.
Dalam hatiku pak Nardi adalah sosok idamanku banget deh, beliau sopan, santun, baik, sabar, penyayang, berkata sangat hati-hati.. dan lainnya.. pokoknya idaman hatiku banget deh. Setiap hari.. setiap saat aku selalu memikirkan beliau, sosoknya tak pernah lari dari dalam dadaku dan pikiranku.
Saat kelas 3, aku semakin sering ketemu beliau bahkan disaat itu aku sudah janjian di rumah, beliau selalu izin dengan orang tuaku saat mengajakku jalan. Aku biasanya menghabiskan hari mingguku bersamanya ke tempat wisata, saat itu aku berdua dengannya berekreasi ke air terjun. Kami menaiki mobil angkot ke air terjun yang berada dekat dengan kampungku. Namun walau dekat bisa memakan waktu 2 jam perjalanan. Dari turun angkot hingga sampai ke air terjun membutuhkan waktu 1 jam berjalan kaki. Di sepanjang perjalanan menuju ke lokasi, kami berjalan di atas tanah semak menyusuri hutan tropis dengan nyanyian alam berupa suara jangkrik, burung dan monyet. Sesekali aku menggenggam tangan pak Sunardi karena jalan yang licin dan becek. Disepanjang perjalanan kami banyak mengobrol mengenai keindahan flora dan fauna yang ada di sekeliling kita. Sebelum tiba di tujuan kami sudah mendengar suara gemericik air yang turun dan membentur batu yang ada di bawahnya. Kami menuruni tebing kemudian menaik kembali dan turun kembali untuk mencapai dasar air terjun. Sesampainya di sana ku lihat air terjun yang sangat indah, tak tahan rasanya ingin berendam di air terjun tersebut, namun teringat aku tidak membawa baju ganti. Aku akhirnya hanya duduk di atas batu besar di tepian sungai. Sambil memandangi jatuhnya air aku rebaan di bahu pak guru, aku berbicara dari hati ke hati kepadanya
  
  
 
  "Pak.. sejak dari kelas 3 SMP aku sudah mulai suka dengan bapak, entah suka seperti apa itu.. akupun bingung.. yang aku tahu wajah bapak tak pernah jauh dari pikiranku. Semakin lama aku semakin senang memandang wajah bapak. Hingga aku kelas 1 SMEA, aku baru mulai memberanikan diri mendekati bapak. Semakin hari aku merasa semakin akrab dengan bapak. Aku merasa nyaman berada di samping bapak. Sampai saat ini aku masih sering bertanya pada hatiku 'Apakah ini yang dinamakan cinta? cinta sesungguhnya hingga tua nanti dan dibawa mati sampai menjadi kenangan terindah pada anak cucu kita kelak'

     "Ya, Ani.. saya juga melihat ada yang berbeda pada diri kamu. Kamu orangnya periang, supel dan apa adanya serta selalu tersenyum. Saya mengerti keinginan hati kamu, maka dari itu saya tidak pernah menolak dirimu untuk hadir di dalam hidup saya"

     "Jadi bapak juga suka samaku? terima kasih ya pak. Hatiku sangat senang sekali hari ini"

     "Dulu 3 tahun yang lalu, awal kamu tegur saya di halaman sekolah.. saya masih menganggap kamu anak kecil loh, yang hanya butuh perhatian dari guru sebagai orang tuanya. Namun sekarang ini saya mulai melihat kamu sosok wanita yang pemberani, mempunyai prinsip walau terkadang keras, menghormati orang tua, pintar dan ke ibuan. Saya bangga kamu menyuruh saya ke rumah kamu dulu untuk minta izin ke orang tuamu saat saya ajak pergi ke luar rumah. Bahkan kamu menolak jika kita janjian di depan sekolah saja. Saat pulang sekolah kamu langsung pulang dan tak pernah mengajak saya mampir ke suatu tempat.. kamu pernah bilang 'izin papa dulu jika aku mau pulang telat'. Itulah yang saya lihat dari sosok diri kamu."

     "Iya pak.. karena papa saya TNI, beliau sangat keras mendidik anak-anaknya dan walau tidak pernah ringan tangan kepada anaknya, tetapi kita segan terhadap perkataan papa"

     "Oh, gitu ya.. mau tahu gak kenapa papa kamu bisa izinkan saya mengajak kamu keluar rumah. Bahkan hanya berdua saja"

     "Iya pak.. dari tadi aku mau tanya hal itu ke bapak, kok bisa bapak diizinkan mengajakku keluar rumah?. Hatiku senang sekali loh pak bisa jalan berdua seperti ini."

     "Saya berbicara kepada papa kamu banyak hal. Saya menjelaskan siapa saya, pekerjaan saya dan niat saya kepada kamu"

     "Itu saja pak?"

     "Ya.. saya menjelaskan walau saya guru kamu yang terpaut usia 15 tahun, namun saya bersungguh-sungguh berhubungan dengan anak bapak (Ani). Hingga nanti dia lulus sekolah, saya bersama keluarga saya akan melamar anak bapak dan menikahinya dengan mahar yang bapak minta jika ada?"

     "Trus papaku bilang apa?'

     "Papa kamu bilang: sampai dimana kesungguhan kamu.. saya jawab dari dalam hati yang paling dalam saya sudah mengukir nama anak bapak dan tak kan bisa terhapuskan walau harus mengorbankan diri saya sendiri. Saya sungguh-sungguh akan menikahinya saat dia tamat sekolah nanti"

     "Trus papa bilang apa lagi? ah ini mah karangan bapak aja kali yah.. masa sih bapak bilang seperti itu ke papaku? Bapak romantis juga yah?"

     "Saya beneran nih ceritanya.. kamu mau dengar gak sih?"

     "Iya deh aku dengerin.. berhubungkan bapak mantan guruku, masa sih berbohong.. iya gak pak"

     "Nah tuh kan kamu tahu.. buat apa juga saya berbohong ke kamu"
     "Mau dilanjut gak ceritanya?'

     "Iya pak guru.. hehehehe"

     "Papa kamu juga tadi pesan ke saya, dia bilang: saya percaya kepada kamu, tetapi jangan salah gunakan kepercayaan saya ini. Saya izinkan kamu membawa putriku atau anak ke 3 saya. Untuk mengenai lamaran nanti saja kita bicarakan selaku orang dewasa saat waktunya tiba nanti."

     "OOooooo"

     "Kok O doank sih?

     "Maunya apa pak?"

     "Ya ngomong apa gitu? Saya sangat serius dengan perasaan ini dan saya sangat sayang kepada kamu. Semoga hubungan kita ini bisa mendapat restu dari kedua orang tua kita dan Allah."

     "Aamiin.. terima kasih yah pak, sudah menerima cintaku"

Sepulang dari sana.. sepanjang jalan aku sangat bahagia dan selalu tersenyum. Begitu pula saat di rumah dan di kamar.. di atas kasur menjelang tidur malamku.. aku membayangkan kejadian siang tadi.. aku merasa siang tadi adalah kenangan yang terindah dalam perjalanan hidupku.
Ternyata benar, usai tamat sekolah SMEA.. Pak Sunardi benar-benar melamarku. Sebulan sebelum lamaran beliau datang ke rumahku bersama keluarganya untuk silaturahmi ke keluargaku. Orang tuaku, aku, 2 kakakku serta adikku sama-sama berada pada ruangan tamu rumahku sedangkan dia juga membawa keluarga besarnya. Pembicaraan cukup panjang, karena pernikahanku ini harus melangkahi kedua kakak-kakakku. Namun aku bersyukur kakakku yang tertua (cowok) mau dilangkahi tanpa uang pelangkah (istilah mahar yang diberikan kepada kakak yang belum menikah). Namun beda dengan kakakku yang wanita, dia meminta perhiasan sebagai hadiah pelangkah dan disanggupi oleh pak Sunardi.
Saat pernikahan itu umurku berusia 18 tahun, saat itu dalam hatiku yang ada hanya senang, bahagia dan selalu tersenyum. Keluargaku dan keluarga suamiku semuanya hadir, kamipun menyelenggarakan resepsi pernikahan dengan perayaan yang cukup meriah. Saat itu tak menyangka bahwa impianku menikah dengan orang yang ku cintai akan terwujud.
Itulah perjalanan kisah cintaku saat remaja dulu hingga aku menikah muda dengan seorang pujaan hatiku. Perjalanan rumah tanggaku sejauh ini sangat bahagia dan berjalan apa adanya. Kakak ke duaku akhirnya menikah 6 tahun kemudian dan kakak yang pertama menikah 16 tahun kemudian. Saat ini aku di anugerahi 4 orang anak dan 6 orang cucu. Hanya anak 3 dan 4 saja yang belum nikah. Namun ada yang membuatku sangat sedih yaitu adik bontotku sampai saat ini belum menemukan jodohnya juga. Aku berharap pembaca berkenan mendoakan adikku itu agar bisa mendapat pasangannya atau menemukan jodohnya.. Aamiin. (KNK)

-- DH --



Jumat, 05 Oktober 2018

Kepergian Cinta

Aku seorang papa dari 2 anak yang ganteng dan cantik, saat ini anakku berumur 5 tahun dan 3 tahun. Aku bekerja sebagai karyawan biasa di perusahaan keuangan ternama di daerah Jakarta Pusat. Rutinitasku sehari-hari adalah rumah kantor dengan menggunakan kendaraan berupa motor. Pagi hari jam 6.00 aku sudah berangkat dari rumahku di Citayam (Bogor) dan pulang kerja aku sampai rumah sudah jam 7.00 malam. Begitulah rutinitasku setiap hari tanpa lelah.. walau terkadang memang lelah, untungnya hari sabtu dan minggu aku libur. Di hari itu lah aku menghabiskan waktu bersama kedua anakku dan istriku berlibur ke tempat wisata atau berenang atau nonton film di bioskop atau belanja di mall atau hanya sekedar makan-makan saja.
Pernah pada suatu hari aku dan istriku kelimpungan mencari si bontot yang entah berada dimana. Ceritanya kami sekeluarga sedang berlibur ke Ancol dan berenang di pantainya. Nah kami yang asik berenang dan bermain pasir lengah terhadap si bontot. Begitu sadar bahwa dia sudah tidak bersama kami, kami panik dan berpencar mencarinya. Istriku dan anak pertamaku mencari ke arah kanan sedangkan aku mencari ke arah kiri. Kami berjalan menyusuri pinggir pantai sambil berteriak memanggil namanya. Sejam sudah kami mencarinya, hingga kami lelah dan pasrah kemudian kembali ke tempat asal kita berenang tadi. Ternyata anakku ada di tempat kita berenang tadi, dia asik membangun pasir pantai dengan teman barunya yang memang seumuran dengannya. Saat kami Hampiri dia hanya tersenyum.

 

     "Kamu ke mana saja dee?" (kami memanggil dia de, maksudnya adik bukan namanya) istriku berkata kepada anakku..

     "Aku di sini dari tadi mah, main pasir sama dia-dia" dia berkata sambil menunjuk teman-temannya..
     lalu dia melanjutkan bicaranya "mama papa kakak aku cariin dari tadi.. ke mana ayo.. karena pada gak ada ya sudah aku main lagi disini.."

     "Lain kali.. kamu bilang mama papa dulu ya dee.. kalau mau ke mana-mana" istriku memeluk erat anaknya sambil menitikkan air mata..

     Namanya anak kecil dia tetap menjawab terus perkataan dari mamanya "kan aku gak kemana-mana mah.. aku dari tadi disini kok"
     Istriku melepaskan pelukannnya dan dia melihat mamanya mengeluarkan air mata hingga ia berkata "mama kok menangis, aku salah yah.. maafin aku yah mah sudah bikin mama sedih.. lain kali aku janji akan bilang mama papa dulu deh ke manapun aku pergi.. maafin aku yah mah.

     "Iya mama maafin kali ini.. yuk kita pulang de" sambil menggendong dia ke arah kamar mandi untuk bebersih

Melihat situasi ini sampai aku juga meneteskan air mata, aku terharu mendengar perkataannya yang polos dan gak tahu bahwa mama papanya khawatir akan kehilangan dia tadi. Setelah selesai mandi aku langsung pacu kendaraanku menuju ke rumah.
Istriku adalah seorang ibu rumah tangga yang telaten, dia sangat rajin mengurus rumah dan juga berjualan online (hanya kecil-kecilan dan sampingan saja). Sebelum azan subuh dia sudah terbangun lalu memasak makanan buat kami dan membersihkan rumah, kami tidak mempunyai asisten rumah tangga, semua diselesaikan dengan baik oleh istriku, terkadang hal yang ringan dibantu oleh kedua anaknya. Syukurnya anak-anak kami mengerti semua dengan apa yang kita suruh dan mereka cepat bertindak.
Saat makan malam kami sering bertanya ke mereka sampai akhirnya kita semua tertawa lepas mendengar perkataan yang keluar dari mereka (kakak dan adik). Kami juga selalu mengajarkan mereka untuk berdoa terlebih dahulu sebelum makan, dan kami pun selalu bersama-sama mengucapkan doa makan sebelum memulai makan.

     "Gimana enak ayam gorengnya kak? istriku menanyakan pada anak pertamanya..

     "Enak banget mah" si kecil menjawab dengan pelan dan cadel

     "Enak mah" jawab kakaknya 

     "Mah, masakan mama emang paling enak kok" aku coba ikutan bicara untuk membuat suasana lebih hidup lagi

     "Syukurlah kalau kalian semua suka dengan masakan mama" jawab istriku..

     "Trus kalau mama gak ada kita makan apa ya kak? tanya si kecil

     "Ya, beli di luar lah.. kan banyak juga makanan.." kakaknya menjawab

     "Iya yah.." si kecil terus berbicara

Kami terus berlanjut berbincang apa saja sambil diselingi tertawa, kami sangat senang melihat anak kami yang pintar dan semakin besar.
Usai makan seperti biasa kami lanjutkan di ruang keluarga, kami menonton televisi bersama. Kami sangat memilih acara apa yang akan ditonton saat ada anak-anak dan juga kami tidak pernah bermain handphone saat bersama mereka. Handphone selalu kami taruh kamar dengan nada yang dibuat maksimal, agar terdengar saat kami berada di luar kamar.
Anak-anak biasanya jika tidak ada film kartun atau film untuk seusianya, mereka pergi bermain di kamarnya, yang laki-laki bermain mobilan dan robotan sedangkan anak kami yang perempuan bermain boneka berbie
Saat pulang kerja, ketika motorku memasuki garasi rumah, biasanya mereka sudah membukakan pintu rumah dan keluar dengan berlarian menyambutku. Mereka menanyakan "Papa bawa apa?", mereka senang sekali jika aku membawa buah tangan, beda hal jika aku bilang "gak bawa apa-apa". Pasti mereka langsung menjawab serentak "yahhhhhh papa". Terkadang sedih aku melihatnya, tapi apa boleh buat, karena jika aku tidak bawa apa-apa berarti, mamanya sudah menyiapkan makanan banyak dirumah. Itu juga agar makanan yang mereka makan bisa lebih higienis karena makan-makanan rumah buatan mama-nya.
Saat itu hari sabtu pagi, kami tidak ada rencana akan ke luar rumah. Sehingga kami berada di dapur untuk membuat makanan ringan untuk paginya dan makanan berat untuk siang dan malam. Kami semua berada di dapur mencicipi makanan yang telah jadi sambil mendengarkan musik. saat itu lah anak kami keduanya mau membantu ibunya, mereka membantu mengaduk adonan bakwan dan pisang goreng. Namun apa yang terjadi mereka berdua malah lempar-lamparan tepung sehingga membuat dapur kami belepotan tepung di mana-mana dan begitupun dengan wajah dan baju anak kami. Segera kami ambil sisa adonan tersebut dan menyuruh mereka segera pergi ke kamar mandi.
Saat di kamar mandi mereka berdua bermain cipratan air sehingga menjadi becek semua. Begitulah anak-anak, kami tidak pernah memarahi mereka.. yang kami lakukan hanya mengingatkan mereka mengenai bahaya dan dampak buruk akibat apa yang dia sudah lakukan.
Kembali ke kamar mereka, mereka mengenakan pakaian dan segera bergabung dengan kami di dapur. sampai siang kami menghabiskan waktu di dapur sambil duduk di tepi kolam ikan koi yang berada di sisi kanan dapur kami. Ikan koi kami sangat nurut semua, saat kita berada di dekatnya pasti semua ikannya berkerubung mendekati kami. Kamipun memberi makan langsung dengan tangan kami. kolam kami berbentuk kotak dengan ukuran 2m x 2m dengan jumlah koi sebanyak 15 ekor dan berwarna warni.
Aktifitasku selama seminggu hilang saat sabtu dan minggu bersama istri dan kedua anakku. Terkadang saat lelah, sabtu dan minggu hanya aku habiskan tiduran di kamar. Pernah suatu hari ke dua anakku dan istriku berkomplot mengerjaiku saat tidur siang mereka memberi garam ke mulutku yang sedang tidur. Saat tidur sih tidak berasa apa-apa, namun setelah aku terbangun dari tidurku.. kok ada rasa asin di bibirku. aku langsung mengejar kedua anakku sambil mengatakan "kalian ngerjain papa pakai garam dapur yah?". Mereka berlarian keliling rumah menghindari tangkapanku terhadap mereka. mereka berlari sambil tertawa-tawa dan berteriak. Aku menangkap mereka dan mengelitiki badan mereka.
Saat tidur malam, aku sering berbincang dengan istriku tentang masa depan kita berdua dan anak-anak kita saat mereka besar nanti.

     "Aku senang anak kita sudah besar, penurut, periang dan rajin beribadah yah mah.."

     "Iya pah, aku juga sangat senang melihat mereka cepat tumbuh"

     "Aku ingin mereka mendapatkan pendidikan yang terbaik, dan mengembangkan bakat serta prestasi yang menonjol dari mereka"

     "Iya pah, suatu saat nanti mereka Sekolah Menengah Atas (SMA) dan perguruan tinggi, mereka bisa memilih sendiri jurasan pendidikan yang mereka sangat sukai".

     "Bener banget mah.. kita tidak boleh memaksakan kehendak kita ke mereka, namun kita harus mendorong dan mengiyakan semua yang baik untuk mereka".
     "Bagus juga mereka sudah tidur di kamar masing-masing tanpa ada rasa takut dan juga sudah mandiri jika mengerjakan sesuatu".

     "Iyaaa Pah.. aku sayang banget sama mereka"

     "Kok.. sama mereka doang! sama aku enggak nii.."

     "Iyalah sama papa juga.. bahkan sayang banget-banget"

Hari-hari kami lalui dengan suka cita, kita lalui bersama tanpa mengeluh dan selalu berkomunikasi jika ada masalah yang terjadi.
Di minggu berikutnya aku merapikan kebun belakang rumah bersama istri dan anakku. Kami menanam Cabe, tomat dan segala bumbu dapur. lagi-lagi anakku saat mereka disuruh menyiram semua tanaman, mereka malah berebut selang dan airnya mengenai kami semua sehingga membuat becek di mana-mana. segera kami akhiri semua dan pergi mandi.
  
Keesokan harinya, hari senin.. rasanya aku malas berangkat ke kantor, ingin rasanya melanjutkan tidurku. Namun istriku selalu ke kamar berteriak mengingatkanku sudah jam berapa saat ini. Dengan berat hati, aku pergi ke kamar mandi dan segera menuju ruang makan. Usai itu aku menyiapkan motor dan berangkat menuju kantor. Saat makan tadi istriku sempat berkata ingin ke rumah orang tuanya setelah mengantarkan anak pertamaku sekolah TK (Taman Kanak-kanak).
Sesampainya dikantor jam 7.30 aku langsung bekerja dan menyelesaikan pekerjaan yang tertunda dari minggu lalu. Tepat pukul 9.00 aku mendapat telepon dari rumah sakit, aku disuruh segera ke sana. Sebelum berangkat aku meminta izin ke atasanku dan segera bergerak menuju rumah sakit yang dimaksud.
Sesampainya di sana aku bergegas masuk ke ruang UGD (Unit Gawat Darurat). Dokter memberikanku banyak keterangan dan diakhiri dengan kata 'bapak yang sabar yah.. semua sudah kehendak Allah'. Aku langsung lemas di buatnya, aku dengan sisa tenaga yang memang sudah tidak ada lagi.. menuju ke ruang kamar jenazah. Aku langsung diperlihatkan ke istriku yang sudah terbujur kaku di atas tempat tidur dorong. Ku lihat mukanya tersenyum menghadapku dengan masih terlihat darah yang mengalir di kepalanya. Aku tertunduk dan terjatuh di lantai tidak sadarkan diri.
Saat ku terbangun aku sudah berada di sebuah ruangan di rumah sakit tersebut, aku melihat di sekelilingku ada mertuaku yang sudah sangat tua dan kedua anakku. Ada seorang asing yang mukanya belum pernah ku lihat selama ini, dia menyalamiku dan berkata..

     "Maaf pak, saya adalah orang yang membawa isti bapak ke rumah sakit ini, jika bapak mau tahu kejadian sebenarnya saya akan ceritakan secara lengkap. Namun itu juga jika bapak sudah benar-benar siap mendengarkannya."

     "Ya mas, saya siap.. silahkan saja berbicara.. biar semua saudaraku juga mendengar kejadian yang sebenarnya"

     "Tadi saya sudah bercerita juga dengan orang tua istri anda.. jika berkenan saya akan mengulanginya dari awal. Begini ceritanya.. Waktu itu saat istri anda melintas di jalan raya dan berboncengan dengan anak anda yang kecil. Dari belakang motor istri anda ada Motor yang mendekat dengan pelan merebut tas istri anda yang di selempang ke belakang. Orang yang dibonceng pada motor itu mencoba merebut tas istri anda yang sedang berjalan di jalur tengah. Motor istri anda sempat oleng ke arah pemotor tersebut namun istri anda tetap menyeimbangkan motornya karena ada anak anda yang paling kecil berada di depan motor (berpegangan pada stang motor). Terdengar istri anda menyuruh anak anda memegang erat-erat stang motor. Motor tersebut akhirnya jatuh dan istri anda terseret aspal, sedangkan anak anda terjatuh di atas ibunya. Istri anda terluka parah pada bagian kepalanya karena helm yang digunakan terlepas sedangkan anak anda masih menggunakan helm saat terjatuh diatas istri anda. Walau tas istri anda tidak berhasil didapatkan perampok tersebut, namun uang yang ada didalamnya tercecer di jalanan dengan jumlah yang sangat banyak. Kami warga mencoba mengumpulkan uang tersebut dari tangan jahil dan segera membawa istri anda ke rumah sakit ini. Polisi juga sudah mengetahui hal ini, semua benda berharga dan motor istri anda sudah diamankan pihak kepolisisan. Kurang lebih begitu ceritanya pak."

     "Oh, begitu yah pak.. terima kasih banyak pak sudah membantu istri dan anak saya, sampaikan ucapan terima kasih saya kepada penduduk di sana yang sudah membantu kami."

     "Iya pak.. nanti saya akan sampaikan ke mereka semua, saya pamit ke luar ruangan pak" dia bergegas menuju pintu keluar dan kembali menutup pintu ruangan setelah membukanya

Aku bangun dari tempat tidurku, menyalami kedua mertuaku yang sudah sangat tua, aku juga menyalami semua saudara-saudaraku yang hadir di rumah sakit sambil mengucap banyak terima kasih atas semua bantuannya dan memeluk kedua anakku dengan sangat sedih di dada. Rupanya anak pertamaku di jemput oleh adik istriku ke sekolahannya setelah mendengar kakak kandungnya kecelakaan. Dia mau mempertemukan anakku dengan mamanya.
Sehari setelah penguburan, aku masih terngiang perkataan pagi itu, saat dia terus mengiangatkanku untuk bangun dan segera berangkat ke kantor. Teringat juga kenangan-kenangan manis bersamanya tak terasa air mata jatuh membasahi pipiku dan rasanya badan ini malas untuk melakukan aktifitas sampai-sampai perut ini tidak merasakan lapar. Ku melihat masih banyak saudaraku dan saudara istriku yang berada di rumahku.
Hingga pada hari ke tiga, mereka semua sudah tidak berada lagi di rumahku. Di hari itulah aku mulai benar-benar merasa kehilangan istriku. Anak-anakku meminta makan dan aku harus memasakkannya hingga menyiapkan pakaian sampai memakaikan pakaiannya. Tidak hanya sampai disitu, aku juga memandikan mereka dan mengantarkan anak pertamaku ke sekolah. Sedangkan si kecil mau gak mau aku tinggalkan sendirian di rumah selagiku bekerja. Si kecil aku ajari agar tidak keluar rumah dan tidak membukakan pintu jika ada orang datang ke rumah. Aku juga sudah menyiapkan makanan mereka di meja makan hingga untuk 3x mereka makan.
Semakin hari aku semakin sulit membagi waktu. Agar tidak terlambat ke kantor sebelum subuh aku sudah bangun, aku menyapu seluruh isi rumah yang kotor dan berantakan lalu aku masak nasi goreng atau mie untuk aku dan ke dua anakku. Setelah selesai semua, aku pergi mandi dan menyapkan pakaian untuk aku dan anak-anakku. Jam setengah 7 aku sudah berangkat dari rumah dan anakku yang pertama terpaksa menggunakan sepeda menuju sekolahnya yang kira-kira hanya 3 menit jika berjalan kaki dari rumah.

 Hasil carian imej untuk ‪anak naik sepeda kesekolah tk‬‏

Saat sampai kantor aku sangat merasa lelah, bahkan terasa sangat ngantuk berada di depan komputer. Saat ngantuk itu tiba aku segera membuat kopi atau ke toilet membasahi mukaku. Dalam hatiku 'aku harus selalu semangat bekerja untuk membesarkan kedua anakku'.  Berjalannya waktu, anakku mulai rewel terhadap makanan yang hanya itu-itu aja. Hingga akhirnya aku selalu menyuruh anakku yang tertua membeli makanan di warteg atau restoran padang saat dia pulang sekolah. Walau saat aku tanyakan 'kakak makan apa tadi?'.. terkadang aku mendengar dari mulutnya mengatakan dia hanya beli jajanan warung saja.
Sesekali saat bekerja beberes rumah atau memasak, aku terbayang akan pekerjaan istriku yang sangat banyak di rumah ini dan sekarang aku mesti berbagi pekerjaan kepada anak-anakku. Kami mengambil peran dari istriku yang telah tiada seperti memasak, mencuci piring, mencuci pakaian, menyetrika pakaian, menyapu rumah, mengepel rumah, mandiin anak serta memakaikan mereka baju, belum lagi mencuci mobil dan motor, menguras kolam ikan, menyiram tanaman, menyikat kamar mandi, mencuci sepatu anak, benerin segala yang rusak dalam rumah dan sebagainya. Saat lelah mengerjakan pekerjaan rumah, aku sering terbayang dan memikirkan bagaimana istriku bisa mengurusi seisi rumah ini.. hal ini membuatku meneteskan air mata. Aku juga bingung harus berbuat apa terhadap anak-anakku yang terpaksa menjadi dewasa lebih cepat.

Kasus kecelakaan istriku sampai saat ini masih diselidiki oleh pihak kepolisian Jakarta Selatan, semoga terungkap semua dan ditangkap penjahat yang telah membunuh istriku.

Selamat jalan istriku tercinta.. Semoga kamu mendapat tempat yang terbaik di sisi-Nya. Kami sangat kehilangan peranmu di rumah ini.. awalnya aku sangat bingung harus berbuat apa.. aku tak dapat membagi waktu antara pekerjaan rumah dan kantor serta mengurusi anak-anak.. saat awal aku kehilanganmu aku sering terlambat sampai di kantor dan si kecil belum terbiasa sendiri di rumah hingga dia sering menelpon Handphone ku. Aku menyadari sih, memang si kecil selalu bersamamu kemanapun. Sampai sekarang yang tak bisa aku hilangkan adalah kekhawatiranku kepada kedua anak kita saat aku ada di kantor, karena banyak sekali orang jahat yang bisa saja mengetahui keadaan rumah tanggaku. (KK)

RINGKASAN DAFTAR CERITA

                                                     DAFTAR CERITA Berikut adalah ringkasan judul cerita yang saya sudah terbitkan: CINTA PE...