Kali ini aku akan bercerita mengenai perjalanan cinta seorang tetanggaku. Tetanggaku itu adalah teman baik di lingkungan rumahku. Hampir setiap hari aku bermain dengannya, entah itu hanya mengobrol saja, bercanda atau bermain bersama.
Temanku itu adalah orang yang sangat baik, dia seorang laki-laki yang bertanggung jawab kepada keluarganya. Dengan perawakan yang tinggi semampai, berambut cepak serta pakaiannya yang selalu rapi dan apa adanya. Dengan penampilan seperti itulah dia banyak disukai oleh cewek-cewek.
Disinilah cerita itu bermula, Saat itu Edvan mengendarai mobil bapaknya, ketika dia akan pergi ke kampus keadaan baik-baik saja namun ketika pulang dari kampus dia mengendarai kendaraannya dengan tergesa-gesa karena ingin menghadiri acara ulang tahun adiknya di rumah. Semua keluarga bahkan pacarnya serta tetangganya sudah hadir semua. Sebelum pulang pacarnya menelpon agar Edvan bisa segera pulang.
Saat di jalan Edvan tidak menyadari ada motor yang keluar gang dari pemukiman penduduk, rem yang dia injak tidak mampu menghindari kecelakaan itu. Motor berwarna merah itu tertabrak olehnya dari sisi samping. Motor tersebut terseret cukup jauh dengan kondisi motor yang rusak parah pada bagian depan dan samping kanan. Sedangkan pengendaranya ikut terseret di atas motornya, dengan posisi kanan motor bersentuhan dengan aspal. Dibantu warga sekitar korban langsung dinaikkan ke mobilku dengan ditemani 2 orang warga.
30 Menit perjalanan menuju rumah sakit terdekat, untungnya rumah sakit tersebut sigap menyambut kami. Dengan berat hati aku kabarkan berita duka ini kepada keluargaku, walau terdengar kaget saat aku telpon tetapi keluargaku bisa memberikan masukan yang baik kepadaku. Akupun bisa sedikit tenang dibuatnya. Keluargaku pun segera meluncur menuju rumah sakit. Sedangkan keluarga korban segera aku hubungi setelah itu.
Sesampainya di rumah sakit, keluarga korban terlihat panik dan sedih. Terlebih lagi setelah melihat dan mengetahui bahwa, keadaannya cukup parah bahkan kaki kanannya rusak karena terseret aspal dan harus di amputasi. Yang lebih menyedihkan lagi terdengar dari percakapan bahwa dia akan menikah 10 hari lagi. Pacar korban, terlihat sangat sedih, kecewa bahkan sangat marah kepada temanku.
Pertengkaranpun pecah antara keluarga dan pacar korban dengan temanku Edvan. Suasana rumah sakit menjadi panas, hingga satpam rumah sakit mengusir kami semua. Keluarga dan pacar korban, sedikit mereda amarahnya setelah mendengar pengakuan warga sekitar kejadian yang mengatakan bahwa korban keluar dari gang tidak ada menghidupkan lampu sen dan tanpa tengok kiri dan kanan. padahal saat itu jalanan sedang ramai serta mobil teman saya sudah sangat dekat.
Hampir setiap hari aku menemani temanku itu mengunjungi rumah sakit, demi menunjukkan perhatian dan tanggung jawabnya sebagai penabrak, tanpa memperdulikan siapa yang salah sebenarnya. 3 hari setelah kejadian korban tersadar, dia histeris melihat kaki kanannya sudah tidak bersamanya, anggota badannya tersebut sudah dikuburkan oleh keluargannya kemarin dipemakaman dekat rumahnya.
Korban terlihat tertekan dan selalu menangis. Di saat itu temanku mendekatinya..
"Hai.. perkenalkan namaku Edvan" temanku berkata sambil menyodorkan tangan kanannya..
"Aku Laura" jawabnya tanpa memberikan tangannya karena bengkak dan masih sulit untuk digerakkan..
"Oh iya.. tangan kamu masih sakit yah" temanku langsung menjawab tanpa mendengar penjelasan dari Laura.
"Maaf yah.. kejadian malam lalu.." Aku sudah berusaha mencegah kejadian itu, tapi memang sulit ku lakukan karena jalanan yang ramai dan penerangannya juga kurang, aku takut jika salah mengambil tindakan malah akan jatuh banyak korban"
"Iya gak papa kok.. aku sudah mengikhlaskan kejadian itu, hanya saja yang belum aku terima adalah kehilangan kakiku ini dan pacarku yang semakin tidak bisa mengerti"
"Ya sudah kamu yang sabar yah. Insyaallah aku akan ada di rumah sakit ini setiap hari dan menanggung semua biaya yang dikeluarkan".
Aku melihat Laura itu adalah wanita yang cantik dan tegar, terlihat dari kulitnya yang putih, tinggi dengan rambut yang selalu terurai panjang serta selalu tersenyum. Aku serta temanku berharap dia akan tetap semangat melanjutkan hidupnya dengan keterbatasan dirinya.
Di hari ke 4 aku melihat pacar Laura dan keluarganya datang menjenguk, pacarnya tersebut terlihat sangat membeci temanku. karena sikapnya yang cuek dan tidak mau menegur. Di hari itu pula aku melihat dia terakhir kalinya. Sejak saat itu juga Laura banyak murung dan menangis, hampir setiap saat aku melihat keadaannya seperti itu.
"Hai.. perkenalkan namaku Edvan" temanku berkata sambil menyodorkan tangan kanannya..
"Aku Laura" jawabnya tanpa memberikan tangannya karena bengkak dan masih sulit untuk digerakkan..
"Oh iya.. tangan kamu masih sakit yah" temanku langsung menjawab tanpa mendengar penjelasan dari Laura.
"Maaf yah.. kejadian malam lalu.." Aku sudah berusaha mencegah kejadian itu, tapi memang sulit ku lakukan karena jalanan yang ramai dan penerangannya juga kurang, aku takut jika salah mengambil tindakan malah akan jatuh banyak korban"
"Iya gak papa kok.. aku sudah mengikhlaskan kejadian itu, hanya saja yang belum aku terima adalah kehilangan kakiku ini dan pacarku yang semakin tidak bisa mengerti"
"Ya sudah kamu yang sabar yah. Insyaallah aku akan ada di rumah sakit ini setiap hari dan menanggung semua biaya yang dikeluarkan".
Aku melihat Laura itu adalah wanita yang cantik dan tegar, terlihat dari kulitnya yang putih, tinggi dengan rambut yang selalu terurai panjang serta selalu tersenyum. Aku serta temanku berharap dia akan tetap semangat melanjutkan hidupnya dengan keterbatasan dirinya.
Di hari ke 4 aku melihat pacar Laura dan keluarganya datang menjenguk, pacarnya tersebut terlihat sangat membeci temanku. karena sikapnya yang cuek dan tidak mau menegur. Di hari itu pula aku melihat dia terakhir kalinya. Sejak saat itu juga Laura banyak murung dan menangis, hampir setiap saat aku melihat keadaannya seperti itu.
Waktu berjalan.. seminggu sudah temanku bolak balik rumah sakit, terlihat dia masih ceria.. Terlebih lagi melihat kondisi Laura yang semakin baik. Dua minggu kemudian Laura sudah mulai latihan berjalan dengan menggunakan tongkat.
Seiring perkembangan keadaan Laura yang semakin baik, pihak rumah sakit memberikan surat izin keluar setelah 30 hari lamanya dirawat. hanya temanku, aku dan keluarga korban yang terlihat menjemputnya untuk pulang ke rumah.
Sampai di Gang rumahnya dia diturunkan dengan menggunakan kursi roda, Aku membantu mendorong kursi rodanya sampai rumah Laura, sedangkan temanku mencari parkir mobil terdekat.
Saya sangat senang sekali keluarga Laura tidak membenci Edvan temanku, kami selalu disambut hangat dalam keluarganya. Mungkin karena mereka tahu, kejadian ini bukan sepenuhnya salah Edvan dan Edvan pun selalu bertanggung jawab dengan segala keuangan dan tenaganya, bahkan Aku selalu melihat Edvan adalah orang yang selalu ada di samping Laura.
Setahun setelah kejadian itu Kami semakin akrab dan masih sering berkunjung ke sana. Laura terlihat sudah mulai melupakan kejadian setahun lalu yaitu peristiwa tabrakan dan kegagalan dalam berumah tangga. Sekarang saat ditanya Laura sudah bisa menjawab dengan senyumnya yang lebar, dia bilang "Itu semua sudah kehendak tuhan dan ini adalah tegurannya untuk ku.. aku akan memperbaiki sikap dan semuanya ke depan"
Saya sangat senang sekali keluarga Laura tidak membenci Edvan temanku, kami selalu disambut hangat dalam keluarganya. Mungkin karena mereka tahu, kejadian ini bukan sepenuhnya salah Edvan dan Edvan pun selalu bertanggung jawab dengan segala keuangan dan tenaganya, bahkan Aku selalu melihat Edvan adalah orang yang selalu ada di samping Laura.
Setahun setelah kejadian itu Kami semakin akrab dan masih sering berkunjung ke sana. Laura terlihat sudah mulai melupakan kejadian setahun lalu yaitu peristiwa tabrakan dan kegagalan dalam berumah tangga. Sekarang saat ditanya Laura sudah bisa menjawab dengan senyumnya yang lebar, dia bilang "Itu semua sudah kehendak tuhan dan ini adalah tegurannya untuk ku.. aku akan memperbaiki sikap dan semuanya ke depan"
Sampai saat ini laura masih malu keluar rumah, sudah dipastikan temannya hanya kami berdua yang selalu bersamanya selebihnya adalah bagian dari keluarganya. Terkadang kami sedih mendengar kenangannya bersama pacarnya dahulu, impian-impiannya yang indah dan persiapan pernikahan mereka yang akhirnya kandas. seperti debu yang tertiup angin.. hilang segera tanpa bekas.
Nah ini lagi nih kejadian yang menimpa temanku itu. Pacarnya mulai cemburu melihat Edvan sering mengunjungi Laura. Edvad sering dimarah-marahin gak jelas, hingga akhirnya mereka berpisah.
Setelah putus dari pacarnya, Edvan berbicara banyak dengan orang tuanya, bahwa dia berkeinginan menikahi Laura.
"Yah (Ayah).. aku ingin menikahi Laura.. bagaimana menurut Ayah?.." dia berbicara pelan di depan Ibu dan adiknya juga..
Nah ini lagi nih kejadian yang menimpa temanku itu. Pacarnya mulai cemburu melihat Edvan sering mengunjungi Laura. Edvad sering dimarah-marahin gak jelas, hingga akhirnya mereka berpisah.
Setelah putus dari pacarnya, Edvan berbicara banyak dengan orang tuanya, bahwa dia berkeinginan menikahi Laura.
"Yah (Ayah).. aku ingin menikahi Laura.. bagaimana menurut Ayah?.." dia berbicara pelan di depan Ibu dan adiknya juga..
"Kamu yakin dengan keputusan kamu itu.. yang perlu kamu ingat adalah Laura hanya memiliki satu kaki dan yang satunya itu buntung sebatas dengkul.. Ke 2 kamu harus sabar jika banyak orang yang memperbincangkan kamu.. ke 3 kamu malu gak jika kamu harus mengajaknya jalan-jalan, kondangan atau acara lainnya. Jika kamu yakin Ayah dan dan ibu akan mendukung kamu"
"Aku sudah mantap Yah.. semoga semua bisa aku lewati dengan kebaikan dan kesabaran"
"Ingat loh.. jangan mengeluh jika banyak hal negatif terjadi.. Jalani.. sabar dan ikhlas"
"Iya Yah.. insyaalah.. Ayah ibu harus selalu doain aku.."
"Iya.. kami akan selalu mendoakanmu"
Mendapat restu dari kedua orang tuanya, keesokan harinya.. hari minggu Edvan mengajakku pergi ke rumah Laura untuk melamarnya. Kami pergi dengan menggunakan motorku, di jalan dia terlihat bersemangat dan sangat senang.
Sampai rumah Laura, terlihat dari depan rumahnya sangat sepi bahkan setelah diketok pintu rumahnya, pintu dibuka oleh papa Laura sangat lama.
"Asalamu alaikum Pak"
"Walaikum salam" jawab papa Laura pelan
"Kirain pergi pak, abis buka pintunya lama sekali.."
"Ah kamu aja yang kepagian datangnya.. kita masih pada tidur.. coba kamu liat jam berapa sekarang"
Kami sontak melihat jam tangan berbarengan.. ternyata masih jam 6.25 pagi "Oh iya pak.. kami kepagian yah"
Kami menunggu di ruang tamu sampai Laura bangun. Dia berjalan dengan kedua tongkatnya.
"Hai.. Kalian berdua ada apa pagi sekali datang ke sini?"
aku menjawab segera "Itu Edvan ada hal penting banget"
"Ah enggak kok" cuma mau ngomong serius aja sama kamu..
"Aku keluar dulu yah" Aku segera pergi keluar meninggalkan mereka agar bisa berbicara lebih dalam
Mereka berbicara berdua, dari luar terdengar sayup-sayup Edvan mau serius dengan Prita. Awalnya Prita sedikit ragu mendengar ucapan yang keluar dari mulut Edvan. Namun Edvan berusaha meyakinkan, hingga Prita mau hidup bersama Edvan.
Mereka akhirnya menikah dan keluarga mereka selalu ceria. Tak peduli perkataan orang hingga akhirnya orang kagum melihat kebahagiaan mereka.
Mereka akhirnya menikah dan keluarga mereka selalu ceria. Tak peduli perkataan orang hingga akhirnya orang kagum melihat kebahagiaan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar