Santi keluar dari dalam rumah dengan pakaian rapi dan membawa tas besar.
"Lah, Santi ikut ya?"
"Ikut dong kak! Emang tidak boleh?"
"Oh, malah bagus, jadi rame nih.." Fahri berkata..
"Bisa aja lo Fah!"
"Lah kenapa emang?"
"Tidak papa sih!"
"Ya sudah, kalau tidak apa-apa.. yuk kita jalan"
"Tunggu dulu, yuk kita masuk dulu, kita sarapan.. ibu gua sudah siapin makan buat kalian"
"Yakin ni buat kita doang bukan buat lo juga?"
"Iya buat kita semua deh"
"Nah, begitu baru benar"
Mereka semua tertawa dan berlalan menuju ke dalam rumah melewati pintu utama. Di meja makan terlihat mamanya Herman sedang menyiapkan nasi goreng dengan telur dadar serta irisan timun dan tomat. Mamanya juga menuangkan teh manis hangat ke dalam gelas.
"Permisi bu.." Fahri berkata..
"Oh, iya silahkan pada duduk.. silahkan dicicipi apa adanya yah. Maaf jika makanannya tidak seenak makanan di rumah kalian!"
"Ah, ibu bisa saja.. kita cobain ya bu.."
"Silahkan, nak Hendra.."
"Saya tinggal ya, silahkan dihabiskan semua"
"Iya bu.." mereka menjawab bareng..
Terlihat mereka sangat menikmati sajian dari ibu Herman. Tidak ada banyak percakapan selama santap makan, hingga makan selesai. Setelah itu mereka keluar menuju teras rumah. Sebelumnya mereka melewati ruang keluarga, di sana ana Ibu Atikah (mamanya Santi).
"Bu, kita pamit untuk jalan ke Bali!"
"Oh, iya hati-hati di jalan yah, semoga selamat sampai tujuan hingga pulang kembali ke Jakarta"
"Iya bu.. terima kasih"
"Kalau ngantuk, mendingan berhenti dan istirahat dulu ya! Jangan sampai kayak berita kemarin itu"
"Berita yang mana bu?"
"Itu.. artis yang kecelakaan di tol Jombang"
"Oh, Vanesa..! itu mah bukan karena ngantuk bu.. itu karena main Hp saat mengemudi"
"Ah sok tahu kamu, orang mama denger beritanya katanya ngantuk.. apa tuh nama inggrisnya kalau ngantuk sesaat"
"Mikrosleep?"
"Yah itu.. ya apa pun itu, pokoknya jangan capek-capek dan banyak istirahat saja"
"Siap mah,aku berangkat ya"
"Santi juga izin ya mah"
"Iya hati-hati dijalan dan di sana juga.. Herman tolong dijaga adik kamu ya"
"Kayak masih anak kecil aja, dijaga-jaga.. tapi oke mah, siap"
"Bu kami bertiga pamit ya?"
"Iya nak, hati-hati dijalan kalian semua ya"
"Siap"
Mereka berjalan keluar rumah, di teras rumah mereka berkompromi mengenai jalan yang akan dilewati dan waktu tempuh. Mereka sepakat untuk berangkat lewat jalan biasa dan akan menyinggahi semua tempat wisata dari mulai Jawa Barat hingga Bali. Dan pulangnya baru langsung bablas lewat tol. Mereka setuju dengan keputusan tersebut dan bersama menikmati setiap tempat wisata yang akan disinggahi.
Semua naik ke dalam mobil, Hendra duduk di kursi kemudi, disebelahnya duduk Anisa, di belakang Anisa ada santi, ditengah Herman kemudian Fahri di belakang sopir. Hendra menjalankan mobilnya dengan pelan menuju tol Kampung Rambutan kemudian berjalan ke arah tol bekasi.
"Senang ya aku bisa ikut jalan-jalan ke Bali" Santi berkata..
"Emang kamu belum pernah ke Bali San?" Sahut Anisa..
"Sudah, tapi sudah lama sekali"
"Kapan?"
"Waktu aku umur 5 tahun"
"Lah berarti kamu belum ingat apa-apa dong kalau umur segitu"
"Iya sih, yang aku ingat waktu itu hanya mandi di pantai terus main dengan monyet"
"Oh iya"
Akhirnya mereka keluar tol cikampek. Melewati daerah pantura. Mereka mampir ke Tegal, yaitu pemandian Gucci. Setelah asar mereka sampai di sana, mobil diparkirkan di dalam terminal bus. Semua berjalan ke air pancuran air panas. Senang sekali bisa merasakan air hangat ditengah suhu udara yang sangat dingin. Mereka mandi dengan senangnya, merasakan aliran air panas alam yang jatuh ke badan dan sampai ke seluruh tubuh.
Tidak terasa sudah 2 jam mereka bermain air. Mereka memutuskan untuk mencari hotel dan menginap di sana.
"Aku takjub dengan kuasa Allah, air disini panas sekali, dengar-dengar katanya bisa sampai 55 derajat"
"Kan biasa Nisa, namanya air panas ya bisa saja dong panas segitu?"
"Bukan begitu, yang aku takjub itu di sini udaranya sangat dingin sekali tapi airnya bisa panas sekali. Kekuaasaan Allah sangat luar biasa"
"Iya hebat ya" Jawab Herman..
"Ini baru 1, tapi banyak sekali kekuasaan Allah yang memang sangat luar biasa. Seharusnya manusia harus banyak bersyukur dan berbuat yang terbaik untuk alam semesta"
"Iya-iya bener banget tuh, sekarang mah manusia lebih mementingkan untuk mencari keuntungan semata. Dia tidak berfikir banyak mengenai keseimbangan alam"
"Kak Herman.., Santi mau beli sate kelinci dong?"
"Beli dimana?"
"Tadi saat parkir mobil ada yang teriak 'sate kelinci.. sate kelinci..' begitu kak"
"Oh, kalau begitu nanti saat di hotel kita coba cari yah"
"Iya kak"
Setelah sholat maghrib, mereka pencari makan ke luar hotel. Ternyata di depan hotel tukang makanan pikulan banyak sekali yang mangkal dan menawarkan dagangannya. Sehingga mereka tidak perlu susah-susah untuk mencari keluar. Mereka mendekati tukang sate dan memesan sate Kelinci, ayam serta kambing. Ada juga yang beli nasi goreng serta sekuteng.
Fahri berbicara dengan tukang sate untuk mencari tahu kegiatan mereka di sini.
"Sudah lama dagang sate kang?"
"Lumayan dari sejak sekolah SMP (Sekolah Menengah Pertama)"
"Wah sudah lama sekali ya!"
"Iya.. emas-nya dari daerah mana?"
"Kita dari Jakarta, rencananya mau ke Bali, tapi mampir dulu ke sini"
"Oh, begitu.. rombongan?"
"Iya kita berlima"
"Oh, begitu.. kalau ke sini lagi jangan lupa makan sate Kang Dedi ya"
"Iya kang, jadi ga sabaran ni mau coba rasa sate si akang"
"Ini sudah jadi tinggal diangkat"
"Disini sepi ya kang kalau malam?"
"Iya ramainya pagi, coba deh besok pagi keluar pasti ramai atau kalau malam ramenya tuh jika malam jum'at"
"Kok bisa ramai malam jum'at kang?"
"Banyak yang melakukan ritual"
"Ritual apa kang?"
"Ah, ya sudah tidak usah dipikirin"
"Bagaimana dipikirin, orang si akang cerita juga belum"
"Entar mas-nya bisa tahu sendiri"
"Bagaimana bisa tahu jika tidak ada yang kasih tahu"
"Ini sudah matang, silahkan dicicipi"
Fahri mengambil piring sate kambing dengan lontong tersebut, kemudian memakannya dengan lahap.
"Kak, santai saja makannya" teriak Santi..
"Iya san, habis sudah laper banget nih, dah begitu enak banget ni sate bikinan akang"
"Alhamdulillah kalau enak, mungkin ini karena pengalaman jualan saya yang sudah lama sekali"
"Iya bisa jadi, wah kenyang nih saya, tinggal pesan sekuteng buat panasin badan"
"Iya mas"
"Kak Herman, Santi tidak habis ni makannya!"
"Habisin dong San, sayang kan.. mubazir"
"Iya kalau sudah kenyang gimana dong kak!"
"Sini saya yang makan San" Jawab Fahri
"Tidak usah kak, tidak enak bekas aku"
"Tidak apa san, mumpung perut saya masih bisa nampung nih"
"Oh, ya sudah kalau begitu.. maaf ya kak"
"Iya tidak apa-apa, sayang kan kalau dibuang"
Santi memberikan piring sate kelincinya ke Fahri. Terlihat lontongnya masih banyak dan 5 tusuk sate kelinci utuh.
"Wah, ini mah masih banyak banget San, kamu yakin sudah kenyang?"
"Iya kak, aku kan makannya sedikit"
"Bisa saja kamu, bilang saja takut gemuk ya!"
"Ah, kakak kayak tidak mengerti wanita saja, kita kan harus terlihat ideal"
"Gitu ya!" (KK)
--- DH ---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar