Malamnya Fatma langsung menelpon nomor telepon yang dia dapat dari adiknya Kaisan saat ke rumahnya tadi siang. Dengan sangat pelan, memencet satu persatu tombol nomor di telepon genggamnya, memastikan tidak ada yang salah pencet. Kemudian nomor tersebut tehubung dan terangkat dengan cepat.
"Hallo, selamat malam"
"Ya.. selamat malam"
"Ini kak Kaisan ya?"
"Iya, ini dengan siapa ya saya bicara?"
"Aku yang kamu tolongin kemarin saat terjatuh di eskalator mall"
"Siapa ya?"
"Aku Fatma"
"Oh, iya.. iya.. apa kabar? Bagaimana keadaan kamu masih sakit?"
"Baik kak, aku tidak apa-apa kok.. semuanya baik-baik saja"
"Oh, begitu.. ngomong-ngomong kamu dapat nomor teleponku dari siapa ya?"
"Ayo tebak!"
"Pasti kalian yang tadi datang ke rumah ya, terus karena tidak ada aku, kalian minta nomor telepon ke adikku ya"
"Iya.. kok tahu sih.. maaf ya!"
"Iya tidak apa-apa"
"Kak, boleh tidak aku berteman dengan kakak?"
"Boleh dong, masa berteman saja tidak boleh"
"Terima kasih ya kak"
"Untuk apa?"
"Ya untuk semuanya"
Mereka berbicara hingga 1 jam lamanya sampai- sampai telepon genggam Fatma mati karena kehabisan baterai.
Fatma hampir setiap hari menghubungi Kaisan, sampai-sampai Kaisan merasa bosan. Sedangkan ke dua temannya biasa saja karena Fatma tidak memberikan nomor telepon Kaisan kepada mereka.
Seminggu berlalu, Fatma main ke rumah putri, saat itu Namira juga berada di sana.
"Widih, apa kabar lo Fatma?"
"Baik.. kalian apa kabar?"
"Kita mah sehat!.. tumben lo mampir ke sini? Pasti ada maunya nih?"
"Ah kalian bisa saja, kan emang kita sering main keluar bersama"
"Sejak ada Kaisan lo jadi beda Fatma!"
"Beda kenapa? Gua masih seperti yang dahulu kok."
"Iya lo jadi egois dan lebih banyak sendiri sekarang"
"Masa sih.. gua merasa biasa saja tuh"
"Gimana gebetan lo?"
"Siapa?"
"Yaa.. elah pake nanya lagi.. ya Kaisan lah"
"Ya begitu"
"Sudah jadian?"
"Belum"
"Terus komunikasi lancar?"
"Pastinya.. kalau gua tembak duluan gimana menurut lo.. lo.. pada?"
"Kalau gua sih enggak lah" Jawab Namira..
"Kalau lo Put?"
"Sama"
"Sama apa?"
"Ya ngapain juga cewek nembak duluan.. maaf ya"
"Oh, begitu.. tapi gua enggak sabaran.. karena hubungan gua begitu-begitu saja"
"Ya berarti terserah lo deh"
"Ya sudah gua telepon dia dulu.. gua mau tembak dia"
"Emang lo enggak bisa janjian ketemuan, terus nembak secara langsung?"
"Setiap gua ngajakin ketemuan, dia selalu nolak.. gimana dong?"
"Itu berarti dia tidak suka elo!"
"Begitu ya?"
"Ya iya lah, begitu saja lo enggak ngerti.. saran gua cinta jangan dipaksa.. semakin dipaksa lo akan bakal kehilangan dia"
"Terus gua harus bagaimana?"
"Biarkan dia memilih cintanya sendiri"
"Tapi gua tidak ikhlas"
"Yaa.. kalau begitu lo membiarkan diri lo sendiri untuk sakit hati.. ingat! Sakit hati itu susah disembuhkan walaupun tidak sesakit sakit gigi"
"Masa sih?"
"Jujur ya memang selama ini dia selalu nanyain lo Namira. Dia juga pernah nanyain nomor telepon lo, tapi gua tidak kasih. Mulai dari saat itu dia mulai beda jika gua hubungi."
"Iya gua tahu, dia suka sama gua.. tapi emang gua tidak mau merebutnya dari lo Fatma"
"Dari kapan lo tahu Kaisan suka sama lo?"
"Dari saat gua ke rumahnya"
"Berarti dari awal dulu lo dah tahu dong, kenapa tidak bilang?
"Kalau gua bilang, entar lo bilang gua mau ngerebut dia dari lo lagi! Gua mah tidak mau ribut gara-gara cowok.. emang kayak tidak ada cowok lain saja"
"Bener tuh" sahut Putri..
"Lu.. bener-bener aja Put" sahut Fatma..
"Lah emang iya, lo liat gua.. walau gua suka dia.. tapi gua tahu diri.. karena apa? karena tidak mungkin dia akan memilih gua"
"Masa sih?"
Mendengar penjelasan dari Namira dan Putri, Fatma pun mulai menyadari akan kukurangan dirinya. Walau dia tahu setiap orang pasti akan bisa belajar mencintai, namun jika tidak juga dimulai maka akan sulit untuk mencintai.
Itulah cinta, dimana tidak ada yang bisa memaksakan kehendaknya. Tidak semua cinta bisa berakhir indah, walaupun diawali dengan sesuatu yang indah. Cukup pahami kemudian serahkan semua kepada sang pencipta.
Setelah hari itu Fatma sudah mulai menjaga jarak, dia tidak lagi menghubungi Kaisan. Hingga sebulan kemudian Fatma memberikan nomor Namira kepada Kaisan.
"Hallo"
"Hai.. apa kabar kamu?"
"Aku baik kak.. aku cuma mau kasih nomor telepon Namira"
"Kenapa?"
"Kan waktu itu kakak pernah minta ke aku tapi aku pura-pura tidak tahu.. maaf ya kak.. ini nomornya 08.........09."
"Terima kasih ya!"
"Sama-sama kak"
Entah mengapa sejak saat itu Fatma kembali lagi sifatnya seperti sebelumnya. Dia sangat riang, gembira dan lucu. Mungkin itu semua karena keikhlasannya terhadap cintanya.
Mereka bertiga menjadi sering bertemu dan jalan. Mereka semakin kompak dan saat ini Fatma sudah ada cowok yang dekat dengannya. Beda hal dengan Putri dia malahan sudah jadian dengan cowok yang merupakan tetangga rumahnya sedangkan Namira masih anteng-anteng saja.
"Nam, kok lo kayaknya masih begitu-begitu saja sih!"
"Maksudnya bagaimana?"
"Iyaa.. Putri saja sudah punya pacar. Bagaimana dengan Kaisan?"
"Bagaimana ya? Gua masih ragu sama dia"
"Ragu bagaimana?"
"Iya diakan ganteng.. kaya.., masa tidak punya pacar sih"
"Itu karena kamu cantik Nam dan cintanya juga sudah memilih kamu. Tapi dia sudah nembak lo belum?"
"Sudah"
"Terus lo bilang apa?"
"Suruh tunggu karena aku butuh waktu untuk menjawab"
"Haduh, sebenarnya lo cinta dia enggak sih? Entar kalau dia sudah milik orang, lo cuma bisa menangis deh"
"Terus gua harus bagaimana?"
"Ikuti kata hati kecil lo. Kalau memang lo cinta ya sudah perjuangkan"
"Oh, begitu ya?"
"Ya sudah.. lo telepon dia sekarang, minta ketemuan"
"Harus sekarang?"
"Ya.. sebelum lo benar-benar kehilangan dia"
"Oke deh"
Namira mulai memencet nomor telepon Kaisan. Bersyukur Kaisan cepat mengangkatnya.
"Hallo Kai"
"Iya Nam.. kenapa?"
"Tar malam, kamu ada waktu"
"Mau ke mana?"
"Kita makan bakso yuk?"
"Dimana?"
"Kamu bisa enggak?"
"Apa sih yang tidak bisa buat kamu?"
"Kalau begitu aku tunggu di rumah ya nanti malam, jemput aku setelah magrib ya?"
"Oke.. sampai ketemu nanti malam"
"Iya.. aku tunggu kedatanganmu ya!"
Malam itu, Kaisan bersiap dengan pakaian seperti biasanya, tidak ada yang istimewa selain kotak cincin yang dia taruh di saku celana jeansnya. Dia keluarkan mobilnya dari garasi dan dengan kencang mengemudikan kendaraannya, karena sudah tidak sabar untuk bertemu pujaan hatinya yang sudah lama tidak jumpa.
Di rumah, Namira menunggu dengan dandanan yang cantik, rambut yang dia kepang disamping kanan kepalanya dan dengan pakaian yang baru saja dibelinya kemarin.
3 Jam lamanya dia menunggu namun Kaisan tidak ada kabar, hingga akhirnya terleponnya berbunyi. Dilihatnya dilayar telepon genggamnya bahwa nomor Kaisan yang masuk. Namun Namira terlanjur kesal dan tidak mau mengangkatnya.
"Nam, diangkat teleponnya.. berisik atuh"
"Iya mah"
"Mama tahu kamu kesal sudah menunggu lama, tapikan kita tidak tahu apa yang sedang terjadi sama Kaisan. Nanti kamu menyesal tidak mendengarkan penjelasan darinya dahulu"
"Iya mah"
Telponpun diangkat oleh Namira.
"Hallo Nam, kok kamu diam saja? Maafin aku yah tidak bisa tepati janji.. aku tadi kecelakaan"
"Hah, kecelakaan.. kok bisa?"
"Ya sudah ya aku sekarang di Rumah Sakit Fatmawati, masih di ruang UGD (Unit Gawat Darurat)"
Telepon langsung ditutup.
"Yah kok ditutup sih, aku belum ngomong"
"Ada apa Nam?" Ibunya bertanya..
"Kaisan kecelakaan mah, sekarang dia ada di Rumah Sakit Fatmawati.."
"Tuh kan, bener apa kata mama tadi"
"Iya mah, aku boleh ke rumah sakit mah?"
"Sudah malam begini!"
"Tidak papa mah.. kasian Kaisan"
"Sama siapa kamu ke sana?
"Aku naik taksi saja mah, aku ajak Putri dan Fatma juga kok"
"Ya sudah kamu hati-hati ya.. Nanti jika sudah tidak ada taksi lagi saat pulang, kamu telepon mama ya.. biar nanti mama suruh kakak kamu jemput"
"Iya mah, aku pergi dulu ya" (KK)
--- DH ---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar