Waktu berlalu, 2 bulan kemudian Monita ke rumah sakit Ibu dan anak. Hasil pemeriksaan dinyatakan bahwa Monita positif mengandung anaknya yang pertama. Mereka berdua sangat gembira. Mereka bersyukur bisa cepat dikaruniai anak.
"Selamat ya bu.. pak.. saya akan berikan obat penguat kandungan dan vitamim"
"Terima kasih ya bu dokter.."
"Iya, tolong dikurangi makan nanas, soda, jauhi perokok.. dijaga pola tidurnya.. ya kalau boleh dibilang makan makanan sehat dan pola hidup sehat"
"Kalau lari pagi boleh dok?"
"Untuk hamil di periode awal seperti intinya tidak boleh capek ya bu, harus lebih banyak istirahat dan juga tidak boleh angkat-angkat berat dulu"
"Oh begitu ya dok"
"Iya.. intinya tidur makan aja lebih baik"
"Oke dok, terima kasih"
"Ya.. sama-sama bu.. tolong dijaga istrinya baik- baik ya pak dan ibu juga harus jaga kandungannya"
"Oh, iya dok.. kalau untuk susu baiknya apa ya?"
"Semua susu baik kok.. terserah ibu saja mau minum susu merek apa"
"Oke bu dokter.. terima kasih"
"Ada lagi yang mau ditanyakan?"
"Sudah dok.. sudah cukup"
"Oke, jika nanti masih ada yang ditanyakan hubungi saya saja"
"Iya dok, terima kasih"
Mereka keluar ruangan dan setibanya di mobil Monita tidak sabaran menghubungi kedua orang tuanya.
"Hallo Mon!"
"Iya mah"
"Ada apa nih, dari nada suaranya kayaknya kamu senang banget?"
"Iya mah, Monita mau ngabarin berita baik"
"Apa tuh?"
"Aku sekarang sudah hamil mah"
"Alhamdulillah.. sudah berapa bulan?"
"Menurut perhitungan dokter sudah 5 minggu mah"
"Syukurlah.. kamu harus jaga kandungan kamu ya.. jangan capek-capek, jangan makan yang tidak bener.."
"Emang makan apa yang tidak bener mah?"
"Kayak nanas, ketan, tape, soda, bir, duren.. jangan dulu ya?"
"Iya mah.. tadi juga dokter sudah ngomongin"
"Iya.. mama mau ngingetin kamu saja, namanya anak pertama harus hati-hati banget ya"
"Iya mah"
"Nanti biar mama sama papa yang main le sana.. kamu tidak apa, tidak usah ke sini dulu"
"Tidak segitunya kali mah"
"Pokoknya jangan kemana-mana dulu ya"
"Iya mah"
"Ya sudah, sekarang kamu langsung pulang ya"
"Iya mah"
Monita mengakhiri pembicaraanya.
"Kenapa kok lesu begitu" Robert berkata..
"Biasa mamaaa.. lebih-lebih dari dokter.. banyak banget tidak bolehnya.. mau ngapa-ngapain tidak boleh"
"Ya sudah ikuti saja perkataan orang tua.. itu baik kok buat kamu.. apalagi ini cucu pertamanya"
"Iya Bert.."
Setiap 2 minggu sekali mereka memeriksakan kandungan ke dokter. Hingga masuk ke ke usia kandungan 7 bulan. Mereka mengadakan syukuan 'Nujuh bulanan'.
Mertua Robert, sibuk mengundang keluarga terdekat, tetangga dan teman-temanya, begitupun juga dengan Ibunya Robert. Jadilah hari itu acara di rumah Robert sangat ramai. Namun orang tua Monita sangat kerepotan dan semua acara dia yang aturkan.
"Mah jangan capek-capek nanti mama sakit!" Monita berkata pelan kepada ibunya..
"Tidak apa-apa dari pada kamu yang capek, lebih bahaya lagi.."
Mamanya langsung berjalan meninggalkan Monita.
"Sudah tidak apa-apa Mon..! mama kamu kelihatan bahagia sekali melakukannya.. kamu lihat itu.. dia selalu tersenyum"
"Iya Bert.. aku tahu.. aku cuma mau ingetin dia saja"
Robert terlihat selalu mendampingi Monita. Acaranya berlangsung sukses, mulai dari acara pembukaan, sambutan dari Robert, acara adat dan doa-doa.
Setelah acara selesai, semua tamu undangan pun dipersilahkan mencicipi hidangan yang telah disiapkan. Semua tamu berjalan kearah meja prasmanan, dengan tertib satu persatu para undangan mengambil hidangan yang ada kemudian kembali ke tempat duduknya tadi sambil mengobrol dan canda tawa.
"Senang yah, mereka yang kita undang datang semua?"
"Iya Bert, aku juga seneng acaranya sukses dan meriah"
"Iya.. melihat mama.. papa tersenyum dan sangat senang, hati ini bahagia sekali"
"Iya.. apalagi kita sudah lama tidak kumpul-kumpul dengan keluarga"
"Iya yah.. terakhir saat kita menikah dulu"
"Iya"
Hari yang ditunggu itu datang, pagi itu Robert sedang sarapan. Monita yang sedang masak dihadapan Robert merasa perutnya keram. Robert panik dan langsung pergi ke kamar untuk mengambil konci mobil. Monita yang duduk di meja makan dibopong Robert hingga masuk ke dalam mobil. Monita dibaringkan di kursi tengah mobil. Robert membuka pintu pagar rumah dan dengan cepat mengemudikan mobilnya menuju rumah sakit.
"Bert, pelan-pelan bawa mobilnya"
"Iya"
"Bert, perutku sakit sekali.."
"Iya, sabar ya"
Pagi itu jalanan sudah padat sekali, seperti biasanya jika hari senin memang sangat macet di Jakarta. Para pekerja sedari pagi sudah berangkat ketempat kerjanya masing-masing. Robert tidak ada pilihan lain selain mengikuti macet dan sesekali mengklakson mobil di depannya agar lebih cepat lagi berjalannya. Setibanya di rumah sakit, Monita langsung dibawa ke ruang Persalinan. Dia sudah sangat kepayahan.
Suster membimbing Monita agar terus berusaha mengedan dengan sekuat tenaga. Terlihat ada darah yang keluar dati selangkangan Monita. Setelah diobservasi ternyata air ketubannya sudah tinggal sedikit lagi.
"Pak, Ibu Monita harus dioperasi karena air ketubannya yang hanya sedikit lagi"
"Tidak bisa diusahakan normal dok?"
"Resiko pak, saya tidak berani mengambil tindakan itu"
"Begitu ya dok?"
"Iya pak.. jika bapak setuju silahkan ditandatangani surat persetujuan operasinya pak"
"Oke bu dokter.. terima kasih"
"Iya pak, kita akan usahakan sebaik mungkin"
"Terima kasih ya dok"
Robert terpaksa menandatangani surat persetujuan itu di depan ruang administrasi. Berharap semuanya akan baik-baik saja. Dia tidak mau kehilangan Monita lagi.
Keluarga Monita dan Robert mulai berdatangan ke rumah sakit. Semua berkumpul di depan ruang operasi. Terlihat muka semuanya tegang sekali dan tertuduk berdoa untuk keselamatan dan kebaikan Monita.
30 menit setelah masuk ruang operasi, terdengar pelan suara bayi menangis.
"Bert, kayaknya anak perempuan kamu sudah lahir tuh" Ibunya Monita berkata..
"Iya mah, kayaknya begitu"
Dokter keluar diikuti 2 suster lain yang masih memakai baju operasi. Dokter langsung berjalan ke arah Robert.
"Selamat ya pak, putranya lahir dengan selamat dan semuanya normal"
"Alhamdulillah.. terima kasih ya dok"
"Maaf dok.. saya mamanya Monita! Jadi cucu saya laki-laki dok? Bukan wanita?"
"Iya laki-laki.. semua itu kehendak Allah, jadi memang tidak sesuai dengan hasil USG yang selama ini"
"Kok bisa dok!, mungkin saat USG ada yang menutupinya ya?"
"Bisa jadi tangannya yang menutupi atau bagian tubuh lainnya.. ya semua rahasia Allah ya"
"Iya Dok.. terima kasih"
Dokter berjalan kembali menuju ruang operasi. Hingga 1 jam kemudian Robert dipanggil untuk melihat bayinya. Sedangkan Monita masih terbaring lemah di ruang observasi.
Robert pun mengazani anak pertamanya itu kemudian qomat. Dalam hatinya selalu bersyukur kepada Allah, apapun jenis kelaminnya dia bisa menerimanya.
"Bert, siapa namanya?" Mamanya Robert bertanya..
"Tidak tahu mah, aku belum siapkan nama untuknya.. aku dan Monita hanya siapkan nama laki-laki saja"
"Harusnya kamu harus siapkan kemungkinannya.. siapkan nama cewek dan cowok"
"Iya mah, karena kita sangat yakin dengan hasil USG nya. Memang Monita sangat ingin anak laki-laki"
"Boleh tidak mama yang kasih nama?"
"Iya mah"
"Mama kasih nama M. Alvadhy"
"Iya mah, semua kita tampung masukannya, tetapi biar Monita yang pilih ya..!"
"Iya Bert.. ngomong-ngomong bagaimana keadaaan istri kamu?"
"Itu sedang ditemani mamanya, 4 jam lagi baru bisa masuk ruang perawatan"
"Oh, alhamdulillah semua baik ya"
Kecemasan sekarang berubah menjadi bahagia dan tawa. Semua bersyukur apa yang diharapkan berjalan baik.
Robert menemui Monita dan menciumi istrinya serta menguatkannya. Menceritakan tentang kondisi bayinya yang baru dilahirkannya. (KK)
--- DH ---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar