Lina dirawat di rumah sakit jiwa Bangli. Terlihat lusuh dengan tatapannya yang kosong, tetapi masih terlihat kecantikan yang dia miliki.
"Dimana aku?"
"Kamu di dalam pesawat sayang.. kita baru saja sampai.. yuk kita turun"
"Bert, aku mimpi serem banget tadi.. untung saja sudah sampai Bandara soekarno Hatta, kalau tidak aku bisa panik berlebihan nih"
"Oh ya, pantesan saja teriaknya kenceng banget.. sampai-sampai semua orang pada melihat ke sini"
"Masa sih.. kamu bohong ah"
"Beneraan.. masa aku bohong sih!"
"Jadi malu aku.." Monita menutupi mukanya..
"Ada juga aku yang malu.. kamu mah, enak banget tidurnya.. kalau aku tidak bangunin mungkin masih tidur sampai sekarang"
"Asli Bert, aku mimpi serem banget dan nyata banget.. aku sampai sekarang masih teringat mimpinya dari awal sampai terahkir dan sangat tragis serta sangat menyedihkan"
"Apa sih kamu, sudah ah"
"Mau dengar gak? Aku ceritaiin nih!"
"Serem banget ya ceritanya?" Sambil tertaw dan ngeledek..
"Ah, kamu mah malahan becanda.. orang aku serius! Ya sudah deh aku simpan aja mimpiku ini"
"Sudah fokus saja dulu jalannya.. ceritanya bisa nanti-nanti. Tuh banyak wartawan yang melihat. Nanti kalau dia dengar cerita dari mulut kamu itu disangkanya beneran. Entar jadi fitnah, bisa berabe.. heboh lagi!"
"Iya yah, nanti hubungan yang baik ini malahan jadi renggang"
"Lagian, kok bisa-bisanya kamu tidur di dalam pesawat ya?"
"Aku juga tidak tahu.. tadi tidur begitu saja, mungkin aku sangat capek dan memang aku kurang tidur akhir-akhir ini"
"Iya sih.. bisa jadi"
Mereka keluar dari bandara dan dijemput oleh adiknya Robert, sebelum pulang ke rumah, mobil yang dikendarai adik Robert meluncur ke rumah orang tua dari Monita. Disana mereka ngobrol-ngobrol sebentar kemudian pulang ke rumah Robert.
"Tadi di Bandara mama sebel banget, wartawannya banyak banget dan banyak yang tidak sopan"
"Ya begitulah mah.. dimaklumi saja"
"Iya.. yang mama sebel lagi sama pertanyaannya, yang enggak-enggak saja nanyanya.. emang tidak dipikir dulu apa sama mereka!"
"Sudahlah mah, tidak usah diingat-ingat lagi, makanya besok kalau ada wartawan yang mau wawancara ditolak saja. Bilang saja tanya ke saya langsung saja"
"Oh, begitu ya.. iya deh Bert, besok mama bilang seperti itu saja ya"
"Iya mah.. kita pamit ya mah.. pah.. sudah malam dan mau istirahat juga"
"Itu minumnya habisin, enakkan minum panas-panas tehnya.. supaya segeran"
"Iya pah.. terima kasih.. ini mau diabisin dulu"
"Hati-hati dijalan ya!"
"Ya mah.. kita pamit ya Pah.. Mah.."
Mereka berjalan keluar pintu utama yang megah dan besar yang terdiri dari 2 pintu dengan hendel pintu berwarna emas.
Sampai parkiran mobil, Hasan sudah siapkan mobil dengan posisi depan mobil menghadap pintu pagar garasi rumah. Mereka berjalan sambil memandangi jalan dan bangunan yang mereka lewati. Monita sesekali masih terbayang saat pertama dia berangkat bulan madu.
"Kamu sedang memikir apa Mon?"
"Oh, enggak Bert.. emang kenapa?"
"Habis, senyum-senyum sendiri begitu"
"Masa sih! Enggak ah"
"Pasti lagi berfikir jorok ya?"
"Apaan sih kamu Bert.." mereka bercanda dan saling tertawa
"Cie.. cie.." Hasan nyeletuk..
" Eh, maaf San.."
"Enggak apa-apa mba.. santai saja"
Mobil berjalan dengan normal, mereka tidak menyadari jika hari sudah hampir malam. Sampai di Kalibata, Hasan mengajak makan terlebih dahulu.
"Mas, makan dulu yuk"
"Lah, kan tadi kita sudah makan di rumah makan Padang. Kamu memang laper lagi?"
"Enggak sih.. cuma pengen ngemil saja"
"Gimana Mon, kamu mau?" Tanya Robert..
Monita diam dan tidak menjawab.
"Mon, mau gak makan?" Robert membelai rambutnya..
"Ya.. apa?"
"Ya.. kamu mah bengong melulu"
"Iya kenapa?"
"Mau tidak kita makan dulu sebelum sampai rumah?"
"Makan dimana?"
"Itu mba, di seberang makam pahlawan Kalibata.." jawab Hasan..
"Oh, tempat biasa ya.."
"Iya"
"Tapi aku sudah capek banget nih.. tapi boleh lah"
"Jadi gimana.. mau enggak? Kalau mau aku belok kiri nih?"
"Iya tidak apa.. tidak lama kan?"
"Kalau mau buru-buru sampai rumah, mendingan langsung pulang aja deh"
"Enggak kok.. tidak apa-apa!"
"San, beli gorengan saja.. Monita sudah capek kayaknya.."
"Oke.. entar di depan saya beli cakwe dulu ya.. buat ngemil di rumah"
Mobil berjalan kembali menuju rumah, tidak lupa mampir dulu di depan jalan masuk rumah untuk membeli cakwe. Hasan menepikan mobil kemudian turun untuk membeli makanan.
Setelah bungkusan yang berisi cakwe ada di tangan dia kembali berjalan ke mobil kemudian meluncur menuju rumah.
Saat sampai rumah Monita langsung bergegas mandi air panas di kamar mandi kamarnya. Sedangkan Robert dan Hasan masih menonton televisi sambil ngemil.
"Kak Robert tidak mandi?"
"Gantian sama Kak Monita.. sambil nemenin kamu ngemil juga"
"Ah, bilang saja kakak juga sudah laper lagi"
"Nah, tu tahu"
Malam itu saat Robert ke kamar, dilihatnya Monita sudah tertidur pulas di kasur. Robert pun segera masuk kamar mandi dan menuntaskan mandinya.
Keesokan harinya, selesai subuh mereka tidak bisa tidur kembali sehingga mereka bercerita sambil membuat nasi goreng di dapur.
"Bert kamau mau aku ceritain tidak mimpiku waktu di pesawat?"
"Ceritanya panjang tidak?"
"Emang kalau panjang kenapa?"
"Aku mau mandi, terus berangkat kerja nih"
"Ya elah, paling 15 menit tidak sampai, lagi pula ngapain cerita dipanjang-panjangin"
"Ya sudah kalau begitu cerita deh.. aku sambil makan ya!"
"Iya"
Monita terdiam..
"Kok malahan diam, tidak jadi cerita nih?"
"Aku bingung mulai dari mana ceritanya.. ya sudah tidak jadi cerita deh"
"Kok begitu.. aku sudah penasaran nih, mau dengar ceritanya!"
"Kapan-kapan saja ya.. aku ke kamar dulu"
Monita meninggalkan Robert yang sedang makan. Dia berjalan dengan cepat ke arah kamar kemudian menangis di atas tempat tidurnya.
15 menit kemudian Robert menyusul ke kamar.
"Ada apa Mon?"
"Aku tidak habis fikir bagaimana jika hal itu benar terjadi!"
"Kamu ngomong apa sih?"
"Iya jika itu bukan mimpiku.. itu benar terjadi.."
"Sebenarnya apa yang terjadi?"
"Pesawat kita kecelakaan Bert, semuanya meninggal dan kemudian Lina menjadi gila" Monita berbicara keras..
"Ya sudah, tapi itukan tidak terjadi.. lupain saja mimpi itu"
"Mimpi itu sangat nyata Bert.. sulit untuk dilupakan"
"Ya sudah, kamu yang tenang ya! Sabar! Santai saja.."
Setelah tenang Robert meninggalkan Monita untuk mandi dan berangkat ke kantor.
"Aku berangkat kerja dulu ya!"
"Iya Bert.. hati-hati dijalan ya"
"Iya.. kamu baik-baik di rumah ya!"
"Iya" (KK)
--- DH ---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar