Cinta

Cinta
SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA "DODHY HANDAYADI".. SELAMAT MEMBACA.. SEMOGA BISA MENJADI PELAJARAN BUAT KITA SEMUA.. PENTINGNYA MENGHARGAI ARTI CINTA, DIMANA TERKADANG KITA HARUS MENGALAH UNTUK MEMENANGKAN HATINYA NAMUN TERKADANG KITA HARUS MERELAKAN KEHILANGANNYA UNTUK HAL YANG LEBIH BAIK LAGI.. JANGAN MENYERAH TERUSLAH BERJUANG SELAGI CINTAMU MASIH BISA DIPERJUANGKAN

Jumat, 30 Juli 2021

Cinta Membuat Gila (Bagian 9)

Saat di ruang tunggu bandara mereka berbicara begitu semangat dan terlihat sangat akrab. Hingga kemudian mereka dipersilahkan untuk masuk ke dalam pesawat melewati pintu yang sudah ditunjuk.
Monita dan Robert duduk di bagian tengah dari pesawat. Keluarga mereka duduk saling berdekatan dan saling terlihat oleh mata. Hanya beberapa menit saja setelah semua penumpang naik, pesawat langsung terbang. Semua penumpang terlihat mengikuti arahan dari petugas pramugari.


     "Aku bersukur Bert semuanya sudah selesai dan aku bisa kembali ke Jakarta"

     "Iya, aku juga bersyukur semua berakhir dengan baik"

     "Iya yah, kita malah menjadi seperi keluarga sekarang ini"

     "Semoga tidak ada kepalsuan ya" ucap Robert berbisik..

     "Apa maksudnya mas?"

     "Ya bisa jadikan dalam hati mereka ada dendam  karena anaknya dipenjara"

     "Ah, mudah-mudahan tidak begitu ya.. kalau dari aku sih aku sudah maafin semua kesalahan Lina. Tapikan ini beritanya luar biasa sekali sehingga proses hukumnya mau tidak mau.. suka tidak suka harus dilanjutkan. Berita kita ini sangat-sangat menyedot perhatian dari seluruh penjuru Indonesia bahkan beritanya sangat ditunggu-tunggu serta selalu menjadi berita yang ramai sehingga stasiun televisi berlomba-lomba menyiarkan berita terbaru dari kasus ini"

     "Iya.. iya.. semoga ya.. kita pikir positif saja"

     "Iya lah"

Saat pesawat mulai naik, terasa sekali pesawat bergoyang sedikit, pramugaripun menenangkan dengan pengeras suara. Monita membuang pandangannya melihat ke arah jendela, melihat lampu yang berada di bawah pesawat dari penerangan rumah-rumah dan jalanan serta cahaya langit di malam hari.
Saat perjalanan telah memakan waktu kurang lebih setengah jam, pesawat berguncang hebat, semua penumpang terlihat panik. Terdengar oleh Monita, banyak yang mengucap takbir dan menyebut nama-nama keluarganya. Pesawatpun menukik tajam, menghujam bumi dengan ledakan dan benturan yang sangat hebat.
Malam itu Monita terlihat berdiri di sebelah badan pesawat yang sudah hancur. Pesawat itu ternyata jatuh di pinggir pantai. Monita masih bingung dengan pemandangan yang dia lihat malam itu. Dia berjalan kesana kemari melihat bangkai-bangkai pesawat yang sudah hancur, Monita berjalan mencari kedua orangtuanya dan suaminya. Karena penerangan yang kurang, dia tidak melihat sosok yang dia cari. Namun Monita melihat, semakin ramai orang yang datang ke sana. Mobil ambulan sudah mulai berdatangan, kepolisian dan masyarakat setempat pun ramai mencari korban.


     "Tolong yang tidak berkepentingan untuk menjauhi lokasi ini, bantu kami untuk kepentingan bersama"

Terlihat semua masyarakat mundur setelah polisi memasang garis kuning di sekitar tempat kejadian yang memang tidak boleh dilewati oleh masyarakat atau orang umum.  Monita terduduk di bawah pohon kelapa, namun tidak ada orang yang menyadarinya bahkan bertanya dengannya. Hilir mudik orang seolah acuh kepada dirinya yang sedari tadi duduk di sana.
Monita tertunduk diam dan menangisi peristiwa ini. Hatinya berkata 'baru saja dia mau kembali ke Jakarta, ingin merayakan dengan seluruh keluarganya dan keluarga suaminya, namun tidak menyangka kehidupannya harus berakhir selamanya. Hidup ini singkat, tidak ada lagi yang dia harus lakukan. Semua berakhir dalam sekali kedipan mata. Yang hanya bisa dilakukan hanyalah doa dan doa'.
Pagi pun tiba, di pinggir pantai dia melihat kantong mayat sudah berjejer memanjangi pantai. Puing-puing pesawat dikumpulkan pada sudut pantai, dibuat menjadi satu tumpukan. Terlihat pesawatnya sangat hancur, terlihat semuanya sudah menjadi kepingan-kepingan kecil, kecuali badan pesawat.
Monita mendengar perkataan orang bahwa tidak ada satu korban selamat yang ditemukan, mereka berkata juga pesawat hancur berkeping-keping, bersyukur pesawat jatuh di bibir pantai sehingga semua korban bisa langsung ditemukan semua.
Monita mencoba membuka kantong mayat satu persatu untuk mencari keluarganya. Yang pertama dia lihat adalah suaminya yang masih utuh dan tersenyum, kemudian dirinya (Monita menangis melihat bagian wajahnya yang gosong). Lama dia tertunduk dan duduk diatas pasir pantai. Kemudian dengan kuat hati mencari kedua orang tuanya, namun hingga kantong terakhir dia tidak menemukan kedua orang tuanya. Hatinya masih berharap kedua orangtuanya bisa ditemukan dalam kondisi masih hidup.
Satu persatu kantong mayat dibawa dengan mobil ambulan ke rumah sakit terdekat. Suara sirine saling bersautan membuat seisi kampung menjadi ramai dan ingin menyaksikan secara langsung kejadian itu.
Telihat wartawanpun sudah ramai meliput. Berita ini, hingga menjadi berita utama karena pada pesawat yang kecelakaan terdapat keluarga Monita dan Lina yang baru menyelesaikan sidang penculikan di Bali. Dalam berita mengatakan kedua keluarga semuanya meninggal hingga hanya menyisakan Lina yang sedang dipenjara di bali dan kakak satu-satunya yang bekerja di Jakarta. 
Monita melihat siaran televisi di perumahan yang tidak jauh dari tempat kejadian, Lina terlihat sangat sedih dan tidak bisa diwawancarai. Lina hanya terlihat menangis dan sesekali mengamuk di dalam selnya. 
Terlihat di televisi semua saluran atau chanel televisi berlomba-lomba menyiarkan berita ini. Ditambah lagi kasus Lina sebagai pelaku penculikan ikut mendompleng berita ini menjadi semakin besar dan heboh.
Dua hari setelah  kecelakaan itu terjadi, pencarian korban dinyatakan berakhir dengan 2 korban terakhir ditemukan saling berpelukan ditengah laut. Data seluruh penumpang pesawatpun sudah dipastikan sama dengan data penemuan mayat yang sudah terkumpul. 
Monita melihat bahwa mayat yang terakhir ditemukan adalah kedua orang tuanya yang dia harapkan masih hidup, kini semuanya pupus sudah. Namun dia bangga diakhir hayatnya kedua orang tuanya masih menunjukkan cinta mereka berdua yang saling berpelukan mengambang dengan masing-masing mengenakan pelampung. Monita yakin bahwa jika kedua orang tuanya ditemukan saat hari pertama kejadian, pasti mereka masih hidup.
Dalam seminggu semua korban sudah bisa teridentifikasi dan hampir semua sudah dikuburkan. Dihari terakakhir adalah berita yang sangat ditunggu masyarakat Indonesia. Semua disiarkan langsung dengan penguburan 7 orang dari 2 keluarga Lina dan Monita. Ketujuh orang tersebut adalah Monita, suaminya, ibu dan bapaknya, serta dari keluarga Lina adalah pengecaranya yang tidak lain adalah kakak tertua dari Lina, ibu dan bapaknya Linapun ikut menjadi korban.
Dengan persetujuan kakak Lina yang nomor 2 mereka dikuburkan di tempat pemakaman umum yang sama.
Siaran langsung dimulai dari pengiriman dari Bandara Halim perdana kusuma kemudian iring-iringan ambulan menuju tempat pemakaman umum Pondok Rangon, Jakarta Timur. Memasuki area pemakaman ketujuh peti mati diturunkan ke satu liang lahat, mereka di buat berjejer dimulai dari keluarga Lina yaitu Bapak Lina, Ibu Linadan kakak Lina kemudian diikuti peti mati Bapak Monita, Ibu Monita, Monita kemudian terakhir Robert.


Terdengar Adzan dan Iqomah sekali berkumandang sebelum traktor menguruk peti mati tersebut. Azan dilakukan oleh kakak Lina yang laki-laki dengan suara sedimit parau dan terisak-isak.
Selesai pengurukan, petugas pemakaman merapikan gundukan tanah makam dan merapikan nisan yang sudah disiapkan dan dipasang di atas makam. Setelah rapi kedua keluarga menyeruak mendekati makam dan menaburkan bunga serta menyiram air mawar.
Mungkin ada puluhan televisi yang menyiarkan langsung siang itu, bahkan terlihat dari kartu identitas yang menggantung di leher, ada kira-kira ratusan wartawan dari dalam negeri dan luar negeri ikut memadati pekuburan. Karena berita ini sudah menjadi berita internasional juga.

     "Aku turut berduka cita ya Mas.. semoga Robert, Monita dan kedia orang tuanya husnuk khatimah.. mas yang sabar ya"

     "Iya.. terima kasih ya bu"

Begitupun juga dari pihak keluarga Lina yang saling silih berganti mengucapkan bela sungkawa dan doa-doa untuk almarhum dan almarhumah.
Pak ustad mendekat, dan semua hening mendengarkan lantunan ayat suci serta doa-doa yang dipanjatkan untuk ketujuh almarhum.. almarhumah.
Saat doa, terdengar kesedihan dan air mata dari para pelayat. Surat Alfatihah menjadi penutup doa dan semua meninggalkan pekuburan. 
Namun para pencari berira masih belum menuntaskan liputannya, karema masyarakat masih memadati pemakaman dan tidak berhenti hinggga sore menjelang, mungkin banyak masyarakat Indonesia yang penasaran, atau memang ingin masuk liputan dari televisi.
Lina memang tidak diizinkan untuk mengikuti prosesi penguburan secara langsung, bahkan diapun tidak bisa melihat langsung wajah terakhir kalinya dari kedua orang tuanya dan kakaknya. Dia hanya bisa melihat siaran dari televisi di dalam penjara di Bali. Dari siaran televisi terlihat mata Lina yang kosong menatap televisi kemudian tertuduk tidak bertenaga saat peti mati diuruk oleh alat berat.
Lina terlihat di bopong ke arah fasilitas kesehatan di penjara tersebut.
Selanjutnya Lina menjadi pusat pencari berita. Lina dikabarkan kondisinya semakin menurun, tidak mau makan, diapun dipasangi selang oksigen dan harus dirujuk ke rumah sakit terdekat.
Seminggu kemudian kesehatannya kembali membaik, namun Lina terlihat seperti orang stress dan selalu berbicara sendiri.
Kakaknya yang dari Jakarta akhirnya terbang ke Bali, untuk memastikan kondisi sebenarnya dari adiknya tersebut.

     "Lin, kamu kenapa?"

     "Tidak apa-apa kak.. kak Ibu.. Bapak dan Kak Hasan!" Dengan suara pelan dan terisak tangis..

     "Iya tidak apa-apa, tidak usah kamu pikirin ya.. kita doakan saja mama papa kita husnul khatimah dan begitu juga dengan kak Hasan"

     "Aamiin"

    "Kamu jangan banyak pikiran ya dek, kamu kan cantik.. kamu bisa kok hidup normal kayak dulu. Kamu anggap saja disini sedang sekolah, nanti tidak sampai 2 setengah tahun lagi kamu bebas, asalkan kamu bisa bersikap baik di penjara, saling bantu membantu serta bisa belajar banyak di sini"

     "Iya kak.. kok kak Dedi bisa tahu aku bisa bebas kapan?"

     "Sebelum Kak Hasan terbang, kak Hasan telepok kakak, dia banyak cerita tentang kamu, kasus hukum kamu dan semuanya"

     "Maksudnya semuanya?"

     "Ya gitu deh, banyak yang kak Hasan ceritakan ke kak Dedi"

     "Iya kak..?"

     "Iya"

     "Kakak sudah dulu ya, itu dimakan makanan kesukaan kamu. Ada pizza, berger sama kamansn ringan ciki, coklat, kacang.. ya banyak deh"

     "Terima kasih ya kak.. aku pikir kakak mu temenin aku di sini"

   "Ya kali dah.. itu saja petugas penjaranya sudah kasih kode, kalau waktu besuknya sudah habis. Kamu sudah kurus banget sekarang.. kamu harus banyak makan. Kalau mau makan makanan yang kamu suka, kamu hubungi kakak saja.. biar nanti kakak pesankan dan kirim ke kamu"

     "Kakak berapa lama di sini?"

     "3 hari dek.. ini saja kakak diikutin terus ssma wartawan.. hampir tiap jam di wawancara. Kakak ke sini karena disuruh cuti dari kantor. Karena banyak wartawan nongkrong di depan kantor"

     "Iya kak?"

     "Kamu tahu gak? Mereka bisa tunggu depan kantor kakak 24 jam. Makanya orang kantor kasih kakak cuti dulu biar sampai situasinya tenang"

     "Sampai segitunya ya kak!"

     "Ya tadi saja di depan.. mereka tahu kakak datang, paling sampai depan nanti kakak diwawancara lagi"

      "Iya kak.. hati-hati di jalan ya kak.. selamat liburan di Bali"

     "Iya terima kasih.. kamu baik-baik di sini ya"

Setiap hari Kak Dedi mampir ke penjara. Hingga hari terakhir mereka berdua saling terisak tangis air mata. Adelina tidak kuat memikirkan siapa yang akan menemaninya di Bali, karena kakaknya akan terbang ke Jakarta siang ini.
Berjalannya waktu, Adelina terus kepikiran mengenai hidupnya, kehilangan orang tuanya kemudian pujaan hatinya yang menjadi semangat hidup dia juga pergi untuk selamanya. Hal ini menyebabkan Lina menjadi tidak nafsu makan hingga menjadi kurus dan lebih banyak menyendiri di sudut penjara. 2 bulan kemudian Lina divonis mengalami gangguan jiwa dan harus dirawat di rumah sakit jiwa di Bali. (KK)

--- DH ---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RINGKASAN DAFTAR CERITA

                                                     DAFTAR CERITA Berikut adalah ringkasan judul cerita yang saya sudah terbitkan: CINTA PE...