Cinta

Cinta
SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA "DODHY HANDAYADI".. SELAMAT MEMBACA.. SEMOGA BISA MENJADI PELAJARAN BUAT KITA SEMUA.. PENTINGNYA MENGHARGAI ARTI CINTA, DIMANA TERKADANG KITA HARUS MENGALAH UNTUK MEMENANGKAN HATINYA NAMUN TERKADANG KITA HARUS MERELAKAN KEHILANGANNYA UNTUK HAL YANG LEBIH BAIK LAGI.. JANGAN MENYERAH TERUSLAH BERJUANG SELAGI CINTAMU MASIH BISA DIPERJUANGKAN

Jumat, 25 Juni 2021

Puisi Cinta 11

CINTA

Cinta datang sejak kita dilahirkan
Karena cinta juga kita bisa ada di dunia ini
Cinta yang hadir dari hati yang bersih
Pikiran yang sehat..

Cinta dan perasaan
Adalah sesuatu yang sejalan dan tertanam dalam diri kita

Cinta itu indah
Cinta juga membuat kita lebih bahagia
Cinta yang buat dunia ini terlihat sempurna

Cinta tidak bisa dipandang sebelah mata..
Cinta juga tidak boleh bertepuk sebelah tangan
Cinta harus berjalan apa adanya

Cinta bisa datang tiba-tiba
Dan bisa pergi begitu saja

Tanpa rekayasa..
Tanpa paksaan..

Itulah cinta
Perasaan yang berisi beribu-ribu makna dan kejutan.

Ingat
Cinta tidak boleh berlebihan
Dan
Cinta tidak boleh kurang

Biarkan cinta berjalan dan tumbuh dengan sendirinya dan segitu adanya

Terima kasih cinta

--- DH ---


Jumat, 18 Juni 2021

Cinta Membuat Gila (Bagian 8)

Sidang pertama pada hari itu berjalan dengan baik dan lancar. Walau Lina agak berbelit-belit saat menjawab, namun dia bisa menjawab dan mengakui semua yang dilakukannya kepada Monita. Sidangpun berjalan sesuai dengan jadwal dan waktu yang sudah ditentukan.
Ada pengakuan yang membuat Monita sangat terkejut. Dia berkata 'Hari itu dia agak takut untuk melakukannya, namun karena dibantu orang lain dan kedua laki-laki itu memberi masukan dan arahan, disitulah akhirnya dia berani melakukan hal itu. Semenjak hari itu, Lina akhirnya menjadi sering di peras oleh laki-laki itu'.
Selesai sidang Monita menemui Lina yang sedang berbicara dengan pengacaranya.

     "Hallo Lin.. apa kabar?"

     "Hai Mon, aku baik.. ini kenalin Kakakku!"

     "Hai.. saya Hasan" mereka saling berjabatan tangan..

     "Lin, boleh ngobrol sebentar?"

     "Boleh Mon.. ada apa nih?"

     "Lo bayar orang sampe segitu mahalnya Lin!"

     "Iya seperti yang lo dengar tadi, awalnya mereka hanya mau bantu gua doang.. makanya waktu itu gua mau bekerja sama dengan mereka. Tetapi setelah berita ini menjadi besar, mereka datangi gua lagi sambil mengancam akan memberitahu keberadaan gua dengan pihak kepolisian"

     "Iya padahal lo sudah bayar mahal diawal ya!"

     "Iya 1 orang gua kasih 5 juta"

     "Ya begitulah manusia Lin, banyak yang licik. Ya sudah, sekarang saatnya lo berubah menjadi orang yang terbaik untuk semua orang didekat lo. Gua yakin ini juga yang diharap bapak lo"

     "Jangan ngomongin dia deh, gua sebel sama dia. Mana dia saat keadaan gua seperti ini, apa dia peduli?"

     "Eh, maaf-maaf.. segitu marahnya sih!"

     "Iya Lin, papa sebenarnya sayang banget sama kamu, pernah gua lihat papa pegang foto kamu sambil menangis. Mungkin papa tidak mau saja anaknya cengeng makanya dia didik kamu seperti ini"

     "Kakak tidak usah belain papa deh, aku cuma butuh bukti.. sekarang mana dia? Telepon juga enggak"

     "Ya sudah, suatu saat nanti semoga semuanya menjadi lebih baik. Sekarang lupain saja hal ini" Monita menenangkan mereka berdua..

Hampir 3 bulan lamanya menjalani persidangan, akhirnya selesai juga dengan keputusan Lina harus hukum penjara 6 Tahun lamanya begitu juga dengan 2 orang yang membantunya.
Saat sidang terakhir itu, terlihat Bapaknya Lina  hadir mendengarkan putusannya. Terlihat wajahnya yang begitu tegang dengan mata yang basah.
Putusan ini memang lebih ringan dari tuntutan jaksa sebelumnya yaitu 12 Tahun penjara. Keputusan hakim karena melihat Lina masih muda dan tidak berbelit-belit dalam berkata dipersidangan.
Usai sidang putusan terakhir itu, Lina menemui Monita dan meminta maaf kepadanya serta Robert dan keluarga Monita. Dalam kesempatan itu aku juga dikenalkan kepada Bapak Zainal, yang tidak lain adalah bapak kandung Lina.
Pak Zainal juga meminta maaf kepada Monita dan orang tuanya serta Robert. Monita melihat sebenarnya keluarga Lina adalah keluarga yang bersahaja dan juga harmonis.
Dalam kesempatan itu juga terlihat momen dimana Pak Zainal memeluk erat anak kandungnya Lina. Terlihat mereka saling tangis dan berbicara pelan.


     "Maafkan papa ya Lin, papa selama ini terlalu keras dalam mendidik kamu. Papa hanya tidak mau kamu salah dalam bergaul dan menjadi manja"

     "Iya pah.. Lina juga minta maaf sudah banyak menyusahkan papa.. mama.. terlebih lagi kasus ini membuat nama keluarga kita tercoreng"

     "Ya sudah, ini mungkin teguran kepada papa agar papa bisa menjadi orang yang lebih baik lagi" mamanya berkata..

     "Mama bisa saja! Sekarang aku harus kehilangan anak perempuanku satu-satunya dalam waktu yang lama"

     "Enggak begitu juga pah, nantikan ada remisi dan jika di dalam penjara Lina bersikap baik dan banyak membantu sipir penjara (petugas penjara), dia juga nanti bisa dibebaskan bersyarat. Lagi pulakan akan dipotong masa tahanan sebelum putusan sidang" anaknya yang pengacara berkata..

     "Oh begitu nak.. ya sudah kamu baik-baik di dalam sana yah. Kabarin Papa selalu yah"

     "Kabarin pakai apa pah?"

     "Kan ada telepon genggam?"

      "Mana boleh di dalam penjara pegang telepon genggam"

     "Oh, tidak boleh ya? Ya sudah kalau begitu nanti papa dan mama akan selalu tengokin kami di sini"

     "Terima kasih ya pah.. mah.. kak.. sudah banyak membantu aku"

Monita sangat bersyukur keluarga Lina akhirnya menjadi akur dan apa yang selama ini diharapkan sudah terwujud. Semoga saat mereka bersatu nanti, mereka bisa saling mendukung dan menjadi keluarga yang bahagia. 
Sore hari keesokan harinya Monita dan Robert terbang ke Jakarta. Namun pagi harinya mereka bersama-sama sempatkan diri untuk jalan-jalan ke Ubud dan Trunyan.


Mereka sangat ceria dan bersyukur semuanya  dapat berakhir dengan bahagia. Terlihat sekali dalam raut wajah mereka semua, kebahagiaan dan juga senyuman.


     "Mama bahagia kasus kamu ini sudah berakhir dan kita bisa kembali ke Jakarta"

      "Iya mah, Monita sudah kangen banget ni dengan Jakarta, kangen sama keluarga di sana juga"

     "Kamu sudah 8 bulan di sini ya sayang? Sudah bisa nih bahasa Bali?"

     "Apaan sih kamu Bert! Tapi aku senang dengan kejadian ini"

     "Senang! Diculik malah senang.. hahaha" mereka tertawa semua..

     "Senangnya, harusnya bulan madu 1 minggu ini bisa sampai 8 bulan lebih, jadi tahu semua tempat-tempat di Bali. Senang juga bisa menyatukan keluarga Lina. Banyak hikmah yang bisa diambil dari kejadian ini"

     "Iya yah.. ini namanya Duka membawa bahagia ya!" Ucap papanya Monita..

     "Iya bener.. bener pah" sahut Robert

     "Bali ini indah yah.. sudah lama papa mau ke sini dengan mama kamu, karena tidak ada waktu dan selalu sibuk dengan urusan bisnis makanya jadi tidak sempat terus. Padahal Kalau keluar negeri malahan sudah sangat sering. Ini hikmahnya juga dari kasus kamu.. mama papa bisa melihat Bali.. sudah begitu bisa lama pula di sininya"

     "Menurut Monita, papa mama bukan sibuk tapi tidak mau nyempetin diri untuk berkunjung ke sini. Buktinya keluar negeri bisa. Ini juga ke Bali 3 bulan lamanya juga bisa. Berarti asal mau sempetin dan siapin waktu pasti bisa lah"

     "Iya.. iya deh.. anak papa yang satu ini bisa saja.."

     "Bukan bisa saja.. tapi memang bener kan?"

     "Iya.. iya deh"

Mereka sangat menikmati pemandangan alam yang masih asri di Ubud, pegunungan yang indah dengan udara yang sangat segar, air di sana pun sangat bening. Setelah puas dengan melihat asrinya pegunungan Bali, mereka ke trunyan.
Di sini Monita agak merinding dibuatnya sehingga agak ragu untuk ikut sampai masuk area pekuburannya. Namun karena melihat banyak orang yang ke sana, diapun berani dan malahan antusias bertanya pada penjaga makamnya.

     "Pak.. berapa total orang yang dikuburkan disini?"

     "Untuk yang baru hanya sebatas 11 orang saja maksudnya yang dikurung dalam anyaman bambu ya"

     "Jika ada lagi yang akan dikuburkan.. padahal jumlahnya sudah 11?"

     "Maka akan dicari yang mana sudah dibaringkan paling lama disini? Dan yang lama akan disingkirkan dan ditaruh juga di sekitar sini"

     "Oh tidak dikuburkan ya pak?"

     "Tidak.., hanya ditumpuk atau dibiarkan begitu saja di sekitar sini"

     "Oh begitu ya.."

     "Itu ada yang baru meninggal 2 hari yang lalu, tidak tercium kan baunya?"

      "Iya.. iya pak.."

     "Nah itu karena wewangian dari pohon ini" penjaga makam menunjuk pohon taru menyan yang ada di depan makam..

     "Hebat ya! Terus siapa saja yang boleh dimakamkan disini pak?"

     "Penduduk Trunyan yang meninggalnys normal dan sudah pernah menikah.. bukan bunuh diri, kecelakaan, dibunuh.. ya kalau dibilang meninggal karena sakit atau karena sudah tua"

     "Oh begitu"

     "Kalau meninggalnya tidak wajar ya kita tetap menguburkannya di tempat pemakaman yang sudah disediakan"

Banyak hal yang Monita tanyakan, karena penasarannya. Sedangkan wisatawan lain mendengarkan mereka berbicara.
Pukul 2 siang mereka kembali ke hotel. Di hotel mereka menyiapkan segala perlengkapan, pakaian, oleh-oleh kemudian berangkat ke Bandara.
Dalam perjalanan menuju bandara Monita bercerita.

     "Kita kalau sudah meninggal tidak bisa berbuat apa-apa lagi yah!"

     "Kok tiba-tiba bicara seperti itu?" Sahut suaminya Robert..

     "Iya kayak tadi di sana.. mereka tidak dikuburkan secara layak dan digeletakkan dimana saja"

     "Itukan sudah adat mereka Mon" jawab papanya..

     "Iya aku ngerti"

     "Terus apa?"

     "Iya saat hidup sekarang kita bisa berbuat apa saja semau kita, kita bisa kemana saja dan apa yang kita sudah lakukan untuk keluarga kita, anak kita, diri kita, orang tua kita, kehidupan kita, agama kita dan lainnya. Aku rasa saat hidup ini lah kita harus berikan yang terbaik untuk kita, Allah dan orang di sekeliling kita. Tidak bisa kita seenaknya lagi.. karena kita tidak tahu kapan kita akan mati"

     "Kamu kenapa Mon?" Jawab Robert..

     "Tidak apa-apa.. emang aku kenapa? Tapi benarkan apa yang aku katakan?"

Semua terdiam dan menganggukkan kepala tanda mereka setuju dengan perkataan Monita.
Ketika sampai di bandara mereka bertemu seluruh keluarga dari Lina, ternyata mereka menaiki pesawat yang sama. 

     "Memang dunia sempit ya! Bapak Ibu juga naik pesawat ke Jakarta yang jam 8 malam ya"

     "Iya"

     "Ternyata.."

     "Kenapa?"

     "Tidak apa-apa bu"

     "Kami sudah jenuh di sini, mau segera istirahat di Jakarta"

     "Iya bu, kita juga sama" 

     "Seenak-enaknya tempat tinggal, masih enakan rumah sendiri ya?"

     "Iya ya"

Mereka berbicara sambil menunggu pesawat datang, terlihat di layar monitor pesawat delay.
(KK)

--- DH ---

Jumat, 11 Juni 2021

Cinta Membuat Gila (Bagian 7)

Robert telihat sedikit memundurkan badannya dan menjaga jarak dengan ekspresi muka yang sedikit takut.

     "Tapi tenang saja Bert, sejak aku kenal Monita dari 2 bulan sebelum aku tertangkap. Aku bisa sedikit mengerti apa itu cinta, perasaanku sedikit meredam dan tahu bagaimana bersikap. Monita yang telah mengubah cara berfikirku, menerima segala takdir yang aku terima"

    "Aku tidak tahu harus bagaimana sekarang ini kepada kamu, yang aku ingin katakan hanya permintaan maafku untuk kamu Lin"

     "Tidak apa-apa mas, ini mungkin sudah jalan hidup aku. Aku juga tidak mengerti, kenapa diriku selalu terbayang akan kamu"

    "Padahal kamu cantik, baik.. menurutku kamu itu idaman laki-laki banget. Aku rasa tidak mungkin cowok tidak suka kamu apalagi menolak cinta kamu"

     "Aku tahu itu mas, karena di instagram saja followers ku banyak sekali begitupun juga facebook. Banyak juga cowok yang dekat denganku ingin selalu mengajak aku jalan atau hanya sekedar makan di luar. Namun aku tidak bisa.. karena aku takut kecewa"

     "Kecewa kenapa? Kan kamu bisa dekat dulu dengan mereka kemudian kamu nilai bagaimana dia"

     "Banyak orang setelah menikah baru tahu sifat asli pasangannya yang sebenarnya. Banyak yang menganiaya pasangannya, padahal saat pacaran dulu dia sangat baik. Ada juga yang dibunuh karena ternyata hanya mengincar harta warisan. Aku bingung mas, aku hanya melihat ketulusan dan kebaikan kamu adalah yang terbaik. Makanya sampai saat ini aku masih berharap dengan kamu"

     "Tapi aku sudah menikah Lin, kamu lihat sendiri di belakangku ada istriku" Robert menoleh ke belakang sambil menunjuk Monita.. 

     "Iya aku tahu itu mas.. tapi aku masih boleh berharap dong? Atau kalau Monita mengijinkan, aku mau jadi istri kedua Mas Robert"

     "Aku tidak pernah berfikir akan punya istri lebih dari satu.. satu saja aku belum tentu bisa kasih yang terbaik untuknya"

     "Terus.. tolong ajari aku bagaimana cara membenci kamu dan melupakan kamu!"

     "Kenapa harus begitu!"

     "Iya mas, karena mungkin hanya itu jalan satu-satunya"

     "Saya akan mengatakan suatu hal yang mungkin bisa kamu lakukan untuk melupakan aku atau setidaknya kamu lupa dengan aku"

     "Apa itu mas?"

     "Benar kamu mau melakukan, apa yang aku katakan? Caranya mudah asal kamu mau lakukan"

     "Iya.. Apa?"

     "Pertama, perbanyak sholat dan ibadah kepada Allah dan yang kedua, buka diri kamu untuk dicintai dan mencintai orang lain"

     "Itu saja mas?"

     "Iya.. itu saja"

     "Semoga aku bisa melakukannya ya mas!"

     "Aamiin"

     "Terima kasih ya mas"

Lina dibawa kembali masuk ke selnya. Sedangkan Robert pergi meninggalkan ruangan, kemudian langsung berpamitan dengan polisi yang sedang bertugas.
Di dalam mobil dia banyak berfikir mengenai pertemuannya dengan Lina tadi. Robert tidak banyak bicara di dalam mobil, hanya memegang tangan Monita saja. Karena ada sopir taksi yang mendengarkan, jika mereka banyak bicara. Mereka tidak mau beritanya nanti akan ramai tersebar di media.
Sampai hotel, sopir taksinya disuruh berjalan kembali oleh Robert menuju Pantai Kuta. Entah kenapa setelah sampai hotel, Robert merasa ingin menenangkan pikiran di pinggir pantai bersama istrinya.
Mobil taksi kembali berjalan menuju pantai. Diperjalanan mereka masih terdiam dengan tangan yang sambil berpegangan. 


Turun dari taksi, mereka berjalan ke arah pantai sambil tersenyum dan bergandengan tangan, mencari tempat teduh untuk duduk bersantai. Memandang ke arah pantai, melihat air memecah ombak, mendengar suara burung dan gemuruh air menyertai.

     "Kita di sini dulu ya sayang! Nanti sore kita baru ke hotel kembali"

     "Iya.. tidak apa-apa"

     "Aku ingin merenungi jalan hidup ini"

     "Kenapa memang?"

     "Ternyata tidak mudah untuk mengendalikan diri kita.. terkadang banyak dorongan-dorongan negatif dalam diri kita.. banyak juga pikiran-pikiran yang tidak baik. Kenapa kita tidak berfikir lurus bersikap baik dan selalu membawa kebaikan bahkan cenderung berfikir positif?"

     "Karena kita punya hawa nafsu mas, banyak setan juga yang ingin menjerumuskan kita dalam kesesatan"

     "Kok kamu bener sih!"

     "Apanya yang bener"

     "Omongannya.. kamu hebat banget sekarang.. tapi waktu sama Lina sering sholat kan?"

     "Enggak lah waktu 3 bulan pertama"

     "Kok bisa, ini nih"

     "Ini nih apa? Orang tangan kaki ku diikat bagaimana bisa sholat! Bergerak aja susah, kadang rasa gatal saja harus ku tahan sampai aku hanya bisa mengeluarkan air mata menahan gatal dan rasa sakitnya"

     "Aduh kasihan banget istriku ini"

     "Iya.. kasihan kan! Coba deh kamu rasakan apa yang aku alami waktu itu. Sudah makan kurang, tidak bisa bergerak, badan bau karena tidak pernah mandi, kedinginan karena tidak berpakaian"

     "Waduh, tidak enak banget yah. Kok bisa yah Lina bersikap seperti itu?"

     "Ya karena sudah cinta mati sama kamu.. otaknya sudah tidak jalan, hatinya sudah beku, pikirannya hanya berisi kamu saja"

     "Emang stress tuh anak"

     "Bukan setress lagi, mungkin sudah gila"

     "Ya, sudahlah tidak usah diomongin lagi"


Monita tidur dipangkuan Robert dengan beralaskan pasir putih. Robert mengelus rambut Monita dengan lembut sambil berbicara. 
Tanpa mereka sadari hari pun sudah beranjak sore.

     "Mas, sudah sore nih, kita harus ke hotel, kasian mama dan papa"

     "Kasihan kenapa?"

     "Iya.. mereka sudah makan belum ya?"

     "Pasti sudah lah, mereka kan sudah dewasa.. sudah bisa cari makan sendiri"

     "Ya sudah lah, kita pulang saja.. lagi pula kita sudah lama di sini"

     "Oke lah.. yuk"

Sampai di depan pintu kamar hotel, mamanya keluar dari kamar.

     "Mah" mereka menyalaminya..

     "Kalian lama sekali di kantor polisi?"

      "Iya mah! Mama dan papa sudah makan?"

     "Ya sudah lah! Kitakan bisa cari makan sendiri. Kalian sudah makan? Jangan sampai terlambat makan loh nanti malahan sakit"

     "Iya mah, kita sudah makan tadi. Mama mau ke mana?"

     "Mau cek ke kamar kalian.. apakah kamu sudah pulang atau belum!"

     "Oh, begitu"

     "Ya sudah sana, mandi dulu kalian.. entar kita makan malam bareng di bawah"

     "Iya mah, kita mandi dulu yah"

Mereka masuk ke kamar masing-masing. Robert pun mandi bersama Monita. Di dalam kamar mandi mereka berbagi kemesraan dan saling bercumbu. Selesai itu mereka ke kamar orang tua Monita.

     "Kalian mandi lama sekali?"

     "Masa sih mah?"

     "Hampir 3 jam mama nunggu kalian, mungkin sudah lebih dari 10 kali mama bolak balik mengetuk pintu kamar kalian"

     "Oh ya.. maaf deh mah"

     "Ya sudah.. yuk kita jalan saja.. sudah malam nih" papanya berkata..

Tidak terasa sudah seminggu Robert di Bali, dia harus kembali bekerja. Robert pun berangkat ke Jakarta meninggalkan Monita dan kedua orang tuanya yang akan mengikuti persidangan minggu depan.
Kedua orang tua monita tinggal bersama Monita, jadi mereka pindah ke kamar yang lebih besar yang muat sampai 4 orang di dalamnya.


Persidanganpun dimulai, banyak awak media yang meliput, terlihat juga orang tua Lina yang memang jika dilihat berpakaiannya seperti keluarga berada. Orang tua Lina mendekati Monita dan dengan santun mereka berkata dan berbicara.

     "Nak Monita, ibu sebagai orang tua Lina.. meminta maaf yang sedalam-dalamnya kepada nak Monita. Ibu tidak tahu jika dibalik kejadian besar ini adalah karena kelakuan anak kandung ibu. Selama ini ibu selalu mengikuti perkembangan berita yang besar dan heboh ini. Tidak disangka jika anak ibu yang melakukannya. Awal mendengar Lina tertangkap.. hati ibu hancur, ibu sangat sok. Ibu tidak terima sampai akhirnya ibu sakit karena terlalu memikirkan berita ini. Keluarga ibu banyak sekali menerima hujatan, caci, maki dengan kata-kata yang sangat kasar." Ibu Lina menangis menitikkan air mata..

     "Iya bu.. ibu yang sabar yah. Aku sudah memaafkan kesalahan Lina. Aku paham kenapa dia bisa melakukan hal ini"

     "Iya nak, ibu tidak habis pikir cintanya waktu kecil sampai mendarah daging di jiwanya. Ibu juga tidak tahu harus bagaimana lagi, padahal hampir setiap hari ibu selalu menasehati dia. Untuk hal percintaan ini ibu baru tahu nak, karena Lina orangnya tertutup, selama ini ibu hanya menasehati tentang kuliahnya saja dan jodoh"

     "Iya bu.. saya mengerti pasti setiap orang tua menginginkan yang terbaik untuk anaknya dan agar kelak anaknya bisa berhasil dan sukses"

     "Iya nak.. oh, iya.. Ibu tidak melihat nak Robert?"

     "Dia kerja bu di Jakarta.. saya di sini hanya ditemani kedua orang tua saya yang duduk di sana" Monita menunjuk tempat duduk kedua orang tuanya..

     "Oh begitu.. iya susah juga yah jika bekerja, harus ambil cuti panjang kalau mau ke sini"

     "Iya bu!.. ngomong-ngomong ibu dengan siapa di Bali?"

     "Dengan kakaknya Lina yang cowok, dia kerjanya sebagai pengacara.. jadi dia yang dampingi Lina selama ini"

     "Bapaknya Lina tidak ikut bu?"

     "Tidak nak, karena orangnya emosian. Takut Lina nanti kenapa-kenapa.. karena Lina dari kecil tidak dekat dengan bapaknya dan dia juga takut kalau bicara ke bapaknya"

     "Oh, begitu bu"

     "Mungkin, karena itu juga nak, makanya dia sangat menilai cowok yang mana akan dia dekati. Karena dia trauma dengan sifat bapaknya"

     "Kasihan ya Lina bu.. tidak mendapatkan kasih sayang yang utuh dari seorang Bapak"

     "Ya begitulah, tapi jangan bicara ke siapa-siapa ya nak mengenai apa yang ibu bicarakan ini. Apalagi ke media, ibu takut masalahnya menjadi melebar"

     "Iya bu.. ibu tenang saja.. aman kok"

     "Terima kasih ya nak"

     "Sama-sama bu" (KK)

--- DH  ---







Jumat, 04 Juni 2021

Cinta Membuat Gila (Bagian 6)

Mereka pergi makan malam di mall terdekat dari hotel. Ternyata memang banyak sekali warga yang sudah mengetahui berita tentang penculikan itu. Sehingga membuat mereka terganggu saat berjalan di dalam mall dan saat makan malam di sebuah tempat makan cepat saji. Saat makan mereka semua tidak bisa santai dan menikmati makan malam karena banyak mata yang melihat ke arah meteka dan juga banyak orang yang mengarahkan kamera telepon genggamnya ke arah mereka.



     "Terus terang mama agak canggung nih, kalau makan dilihatin oleh banyak orang kayak begini."

     "Habis, mau bagaimana lagi mah, anak mama sekarang sudah jadi artis ngetop" Sahut Robert..

     "Huss.. enak saja" Monita berkata..

     "Terus apa dong"

     "Apa ya? Terserah kamu saja deh"

     "Sudah-sudah, makan dulu.. habiskan cepat.. papa juga tidak enak nih, kita dilihatin banyak mata kayak begini. Habiskan makanannya, terus kita pulang deh"

Mereka fokus, menghabiskan hidangan yang ada di depan mata mereka. Bersyukur pihak tempat makan bisa menjaga pengunjung untuk tidak masuk ke rumah makan bahkan juga foto. Pihak tempat makan juga membebaskan semua tagihan (gratis).

     "Kenapa kami dikasih makan gratis mas?"

     "Iya bu Monita, ini karena kepedulian tempat makan kami terhadap anda"

     "Oh begitu.. terima kasih atas semua jamuan makan malamnya ya!"

     "Sama-sama bu Monita.. hati-hati dijalan"

     "Oke.." (dalam hati Monita 'iya gratis gara-gara gua tempat makannya jadi rame, terus semua orang yang lewat pasti melihat tempat itu. Anggap aja gua yang iklanin tempat itu.. hehehe)

Mereka meninggalkan mall dan segera berjalan ke hotel. 3 jam lamanya kedua orang tua monita, bergabung dan ngobrol di kamar Monita.

     "Kalau mama papa, jalan sama kamu Mon.. pasti mama papa, ikutan ngetop juga" mamanya berbicara..

     "Iya, ngetopnya tapi tidak enak!" Papaku, juga berkata..

     "Emang kenapa?"

     "Ngetop karena kasus"

     "Iya.. ternyata ngetop itu tidak enak ya.. jadi pusat perhatian, kemana-mana selalu dilihatin orang" jawab Robert..

     "Sudah ah, sudah malam nih.. mama sudah ngantuk.. yuk ke kamar pah, kita tidur"

Mama dan papa Monita keluar kamar dan langsung masuk ke dalam kamarnya yang kebenaran pintu kamarnya berseberangan dengan kamar anaknya. Sedang Monita masih melanjutkan ceritanya dengan Robert.

     "Aku bingung sama kamu sayang!"

     "Bingung kenapa?"

     "Iya, biasanya nih.. orang yang habis diculik tuh ada yang trauma, sedih, sakit, kecewa, murung, menyendiri, bingung, khawatir, takut"

     "Terus kenapa?"

     "Iya.. ini mah kamu kayak tidak pernah terjadi apa-apa. Masih bisa bercanda, ketawa, ngobrol, pokoknya ceria banget deh.. tapi bagus juga sih. Jadi aku kebawa sampai lupa dengan apa yang sudah terjadi"

     "Awalnya saat 3 bulan pertama aku benci banget sama keadaanku, aku diam, aku nangis.. tapi apa? Percuma juga, tidak ada yang tahu dan juga tidak ada yang perduli. Kemudian aku coba mengerti keadaan Lina dan coba mendalami apa yang dia rasakan serta mengerti keadaannya. Mencari latar belakangnya kenapa bisa melakukan hal ini"

     "Terus apa yang kamu dapat dari dia?"

     "Iya.. sekarang aku bisa tahu arti cinta sesungguhnya. Cinta yang selalu diagung-agungkan oleh banyak orang. Cinta yang memiliki kekuatan hati dan pikiran"

     "Lalu!"

     "Cinta itu menurutku tidak boleh lebih dan tidak boleh kurang. Cinta yang berlebihan hanya untuk Allah SWT dan juga orang tua kita. Karena cinta yang teramat sangat bisa membuat orang lupa dan nekat. Tahu tidak kenapa orang bisa bunuh diri? Orang bisa gila? Orang bisa membunuh? Bahkan rela memberikan semua hartanya. Karena dia lupa akan Tuhannya, karena dia terlena akan hatinya yang sudah mengagungkan seseorang. Menganggap orang itu segalanya dan tidak ada yang lebih baik dari orang tersebut. Maka dari itu jika dia sudah kehilangan orang yang sangat dia cintai itu, dia akan rela melakukan segalanya asalkan orang yang dicintainya itu kembali kepadanya."

     "Oh.. ya..!"

     "Iya, aku beneran kok.. coba deh kamu pikirkan apa yang sudah aku katakan tadi!"

     "Iya.. yah.. bener juga kamu"

     "Makanya jika jatuh cinta, coba jangan terlalu berlebihan. Berikan apa yang seharusnya saja, cintai dia maksimal hanya 70% deh, agar ketika kita kehilangannya.. kita tidak merasakan kesedihan yang mendalam"

     "Terus kalau kita mencintainya biasa saja bahkan kurang dari 50%?"

     "Kalau itu juga jangan.. akibatnya kita akan masa bodo.. kita tidak peduli dengan cinta itu sendiri. Nantinya kita akan mudah putus cinta, mudah bercerai jika sudah menikah dan tidak ada upaya untuk menyelesaikan masalah. Atau bisa jadi malah tidak akan dapat jodoh, karena tidak ada perjuangan untuk mendapatkan cintanya kembali."

     "Jadi orang yang tidak dapat jodoh itu karena cintanya yang tidak besar? Cintanya yang tidak kuat?"

     "Bukan juga karena itu semata, itu hanya faktor pendukung. Semuanya pasti ada faktor-faktor lainnya. Contohnya, dia judes, galak, sering ngatur, cemburuan, pelit, bau badan, tidak modis, tidak pernah dandan, tidak pernah mandi, pemalas, dan sebagainya."

     "Hebat.. hebat.. hebat banget kamu, kalau kayak begini bisa jadi seorang motivator cinta nih!"

     "Ah kamu mah.. malah ngeledek"

     "Bukan ngeledek.. aku mah beneran.. kamu sekarang beda semakin pintar dan menarik"

     "Apa maksudnya?"

     "Enggak!"

     "Apa.. apa?" Mereka tertawa bersama sambil bercanda ria..

     "Aku tanya lagi deh?"

     "Apa?"

     "Jadi orang itu tidak boleh cemburu yah?"

     "Boleh, asal tidak berlebihan dan lebih banyak bertanya bukan menuduh atau juga langsung menghakimi. Apalagi sampai memukul atau menyiksa pasangan kita"

     "Oh, begitu"

     "Kamu mau tanya apa lagi?"

     "Apa ya? Kamu kaya bimbingan konseling saja.. hahaha" Robert tertawa.. disambut istrinya yang tersenyum

Mereka berbicara hingga larut malam. Banyak hal yang mereka bicarakan hingga perencanaan kehidupan mereka ke depannya.
2 hari setelah itu dia mendapat kabar dari kepolisian jika Lina sudah sehat dan sudah bisa bertemu. Pagi itu Robert sangat bersemangat karena ingin segera bertemu dan mengetahui 'siapa sih Lina!". Pagi itu dengan menggunakan taksi dia berdua dengan istrinya berangkat menuju kantor polisi.

     "Selamat pagi pak"

     "Pagi.. silahkan duduk Pak Robert.. Bu Monita"

     "Terima kasih pak"

     "Tadi, saya sudah mengunjungi Bu Lina.. saya sudah mengatakan kepadanya jika Pak Robert ingin berbicara dengannya hari ini. Awalnya dia menolak.. malu katanya.. namun akhirnya dia bisa kami bujuk dan mau bertemu dengan Pak Robert"

     "Iya, terima kasih pak"

     "Sama-sama.. mau bertemu sekarang?"

     "Oh, boleh"

     "Yuk"




Robert dan Monita berjalan di belakang Pak Polisi, dia mengikuti sampai ke ruang pertemuan di dalam gedung tersebut. Ketika masuk pintu ruangan, terlihat Lina sudah duduk di bangku ruangan dalam keadaan tangan terborgol ke depan dan memakai baju tahanan. Robert melangkah masuk, diikuti oleh istrinya, kemudian duduk tepat di hadapan Lina.

     "Hai" Robert memulai omongan..
     "Apakah kita pernah kenal?"

Lina tetap diam dan menunduk.

     "Aku tidak akan marah ke kamu, aku hanya ingin tahu kenapa kamu culik istriku"

Lina tidak bergeming dan tetap pada posisinya sejak awal tadi.

     "Hai Lina, kalau kamu begini bagaimana saya tahu kamu.. tadi kata Pak polisi kamu mau bicara denganku?"
     "Ayo dong.. angkat wajah kamu.. tatap aku!"

Semua hening dan terdiam..
Lina mengangkat wajahnya dan menatap Robert dengan tatapan kosong.

     "Maafkan aku mas! Aku tidak bermaksud menyakitinya..."

Robert fokus terhadap wajah Lina dan menatap sambil mengingat-ingat siapa dia dan kapan pernah bertemu.

     "Mas..mas Robert.. mas Robert" Monita menegur Robert dan menggoyang-goyang pundaknya.. barulah Robert tersentak dari bengongnya..

     "Iya"

     "Kamu kenapa mas?" Tanya Monita

Ternyata Robert tidak sadar jika dia terlalu dalam berfikir dan menatap Lina, sehingga dia tidak mendengar apa yang baru saja Lina katakan.

     "Maaf, aku bengong.. boleh ulangi apa yang kamu katakan tadi"

      "Kamu masih ingat saya?" Lina berkata..

     "Tidak.. kamu siapa ya?"

     "Teman masa kecil kamu, aku memang tidak terlalu sering bermain bersamamu. Tapi kita pernah bermain bersama waktu dulu. Aku adalah teman 1 komplek rumah dengan kamu."

     "Kok aku tidak ingat ya!"

     "Aku tinggal 5 rumah dari kamu. Saat kelas 2 SMP (Sekolah Menengah Pertama) kamu pindah rumah. Coba kamu ingat-ingat lagi deh.."

Robert mengingat keras, tetapi tidak terlintas sedikitpun wajah Lina saat dia kecil dulu.

     "Maaf Lin, aku benar-benar lupa. Tidak  terlintas sedikitpun diingatanku saat kita kecil dulu"




     "Ternyata kamu benar-benar lupa kepadaku Bert, dulu kamu pernah membantu mengobatiku saat aku jatuh dari sepeda, kamu juga yang menolongku saat aku diledek oleh teman-teman saat kita bermain petak umpet, kamu juga orangnya tidak pelit, aku sering kamu jajanin saat itu."

     "Oh, iya.. aku ingat sedikit.. oh jadi kamu Lina waktu kecil itu. Maaf waktu itu aku tidak mengetahui nama kamu. Jadi aku tidak tahu kamu siapa"

     "Karena kebaikanmu itu, aku selalu mengingat kamu, aku kagum dengan kamu. Sejak itu aku selalu membandingkan kamu dengan anak laki-laki lainnya. Bahkan aku sempat berpacaran juga membandingkannya dengan kamu"

     "Aku tidak menyangka, kenangan masa kita kecil dulu, terlalu membekas di kamu. Terus bagaimana kamu bisa tahu aku ada di Bali?"

     "Aku selalu mengikuti sosial media kamu. Aku senang bisa melihat kondisi terbaru kamu. Aku juga pernah menyapa kamu di instagram tetapi kamu cuekin cetingan aku"

     "Masa sih? Mungkin aku lagi sibuk banget. Aku selalu menjawab chat orang yang DM (Direct Message) ke aku, walaupun aku tidak kenal"

     "Buktinya begitu kan.. terlebih lagi saat aku tahu kamu akan menikah. Hatiku hancur berkeping-keping.. setisp hari aku marah-marah kepada siapa pun, apapun. Aku tidak kuasa menahan emosi dan pikiranku sangat kacau. Memikirkan akan kehilangan kamu"

     "Kenapa selama ini kamu tidak berusaha menemui aku?"

     "Aku tidak punya daya, upaya.. aku takut kamu menolak aku"

     "Kan kita bisa mulai dari teman dulu"

     "Rasa takutku sangat tinggi, jadi tidak mungkin kita mulai dari teman"

     "Oke aku paham sekarang"

     "Aku beda Bert, aku tidak bisa kamu jadikan orang kedua, aku tidak bisa melihat orang yang aku cintai dekat dengan wanita lain"

Robert telihat sedikit mundur dan menjaga jarak dengan ekspresi muka yang sedikit takut. (KK)

--- DH ---



RINGKASAN DAFTAR CERITA

                                                     DAFTAR CERITA Berikut adalah ringkasan judul cerita yang saya sudah terbitkan: CINTA PE...