Saat ini aku sudah bekerja di suatu tempat bimbingan belajar di Depok. Aku memang saat ini tidak mempunyai wanita spesial di hatiku. Aku mengerti bagaimana sulitnya mencari pasanga, seorang wanita yang memahamiku dan menyatukan pandangan hidup ke depan.
Bertemu dengan murid-murid wanita di tempat bimbingan belajar, tidak membuat aku menjatuhkan pilihan dengan murid didikku, selain karena mereka masih sekolah aku juga berprinsip tidak mau berpacaran dengan anak didik sendiri. Setahun lamanya aku bekerja sebagai pendidik hingga akhirnya aku pindah bekerja ke Kelapa Gading.
Di Kelapa Gading aku bekerja sebagai seorang marketing. Saat itu pekerjaan aku yaitu banyak bertemu dengan banyak orang. Untuk menjelaskan tentang produk perusahaan kami untuk dipakai di perusahaan mereka. Hampir setahun juga aku bekerja di sana, aku banyak dekat dengan teman wanita di kantor. Namun belum ada juga yang cocok di hati. Hingga akhirnya aku bertemu seorang wanita cantik di dalam perjalanan menuju kantor. Kami selalu bersama menggunakan angkutan umum. Saat di atas bus itu kami berkenalan hingga akhirnya kami dekat.
"Hai, namaku Adi" aku memberikan tanganku kepadanya..
"Hai, namaku Dinda"
"Kamu kerja di mana?"
"Di mall Kelapa Gading"
"Oh, pantesan aku sering melihat kamu naik bis ini"
"Iya, kamu kerja di ruko Jl. Boulevard nya yah?"
"Iya. Kok kamu tahu?"
"Ya iya lah, hampir setiap hari aku melihat kamu turun dari angkutan umum"
"Wah, berarti kamu perhatiin aku juga yah"
"Tidak juga sih, cuma tidak sengaja saja lihat kamu"
"Ah, kamu bisa saja"
"Kamu pulang kerja jam berapa?"
"Aku jam 17.00"
"Pantesan kalau pulang kita tidak pernah ketemu yah, karena jam pulang kita berbeda. Aku pulang jam 19.00"
"Malam banget yah!"
"Iya aku sering banget lembur, untuk pulang jam 17.00 hampir tidak pernah"
"Oh, begitu.. tapi tidak apa juga kalau uang lemburnya besar"
"Ya, begitu deh"
Sejak hari itu kami menjadi semakin akrab. Dia memang wanita periang dan murah senyum. Keceriaannya setiap pagi, membuat aku bersemangat untuk pergi ke kantor. Aku senang bisa dekat dengannya. Berjalannya waktu dan kedekatanku dengannya tidak juga membuat aku berani untuk mengatakan perasaanku ini kepadanya. Entah kenapa rasanya aku sulit mengatakannya kepadanya. Aku takut membuat hubungan ini menjadi semakin jauh jika aku mengatakan perasaanku. Tapi hati kecilku berkata bahwa aku harus memiliki dirinya.
Aku coba untuk mengajaknya makan malam dan menonton di bioskop, namun dia tidak pernah menolaknya.
Akupun menarik kesimpulan bahwa memang dia juga suka kepadaku. Tidak mungkin juga wanita mau mengatakan cintanya terlebih dahulu. Pada malam itu selesai nonton bioskop, kami menunggu bus datang sangat lama. Bosan menunggu terlalu lama, akhirnya aku beranikan diri untuk mengatakan perasaan ini.
"Din!"
"Kenapa Di?"
"Entah kenapa aku merasa cocok bersama kamu. Apakah kamu sudah punya orang teristimewa di hati kamu?"
"Ada sih, tapi dia belum pernah mengatakan cintanya kepadaku"
"Oh, begitu.. kenapa tidak kamu saja yang mengatakan cinta terlebih dahulu?"
"Ogah amat, harusnya dia yang tahu kode-kodenya, bahwa aku mencintainya"
"Terus kalau begitu apa yang kamu mau lakukan"
"Ya mau tidak mau menunggu hingga dia menyatakan cintanya"
"Sampai berapa lama? Kalau dia tidak kunjung mengatakannya gimana?"
"Ya sudah, aku akan menerima siapa pun cowok yang dekat dengan aku, yang penting dia cocok dengan ku"
"Oh, begitu.. kalau aku cocok tidak dengan kamu?"
"Apaan sih kamu? Langsung ngomong begitu!"
"Ya iya, aku sebenarnya sudah suka dengan kamu Din. Kamu itu yang membuat setiap hari aku bersemangat untuk bekerja. Pernah waktu pagi itu aku tidak bertemu dengan kamu di dalam bus. Rasanya bagaimana gitu!"
"Rasanya bagaimana?"
"Ya jadi kurang semangat saja"
"Bisa aja kamu!"
"Iya bener, kamu mau kan Din, jadi orang yang spesial di hatiku"
"Kenapa aku juga punya perasaan yang sama dengan kamu yah"
"Maksud kamu?"
"Iya, aku juga punya semangat yang beda jika bertemu kamu"
"Mungkin ini yang namanya sehati yah!"
"Mungkin"
"Jadi kita bisa.." belum selesai berbicara busnya datang..
"Eh, tuh busnya datang"
"Yuk, naik"
Busnya lumayan penuh, karena memang malam ini busnya sangat jarang. Ini saja kita sudah menunggu lebih dari 1 jam. Di dalam bus, aku melihatnya sudah sangat lelah. Dia tertidur di tangannya yang bergelantungan memegang besi pegangan atas bus. Karena rumahku lebih dekat dengannya jadi aku turun duluan dari bus dengan membawa perasaan yang menggantung.
Pagi keesokan harinya aku bertemu kembali dengannya di atas bus.
"Hallo Din"
"Hai Di"
"Kok kamu masih panggil aku Din.. Din.. saja sih?"
"Emang kamu mau dipanggil apa?"
"Apa kek, katanya aku spesial di hati kamu"
"Oke aku panggil sayang boleh?"
"Terserah deh"
"Kok, terserah?"
"Iya, terserah kamu saja, aku mah ya terserah saja"
"Berarti kita sudah jadian nih?"
"Emang semalam belum jelas?"
"Belum!"
"Pantesan, katanya cinta, tapi kok semalam malah turun duluan.. harusnya yah, dianterin kek ceweknya sampai rumah"
"Iya.. iya tar pulang aku antarin deh"
"Beneran yah?"
"Iyah"
"Aku senang banget semalam, sampai-sampai aku tidak bisa tidur dibuatnya"
"Masa'?"
"Iya, di atas tempat tidur, aku selalu terbayang semua perkataan kamu, semuanya terasa indah"
"Tapi kok, di bus kamu tidur?"
"Mungkin bisa jadi karena aku sudah tidur di atas bus kali yah, jadi pas sampai rumah sudah tidak ngantuk lagi. Lagian yah, kalau ceweknya tiduran gitu dirangkul kek"
"Maunya sih begitu, tapikan banyak orang.. kan jadi gak enak kalau semua mata di dalam bus tertuju kepada kita"
"Mas Adi, sayang banget gak sama Dinda?"
"Ya iya lah"
"Apa yang membuat mas Adi begitu sayang sama aku?"
"Maksudnya?"
"Iya, Mas Adi awalnya kenapa bisa suka sama aku? Apa yang Mas Adi lihat di aku?"
"Aku suka senyum kamu yang manis, ditambah lagi kedua lesung pipitmu di pipi kiri dan kanan, rambut panjangmu juga indah hitam legam lurus jatuh sampai ke pinggang, apalagi saat berjalan tertiup angin karena kamu selalu gerai rambut panjang kamu itu. Pakaian kamu yang rapi dan modis menambah cantik kamu setiap saat"
"Banyak juga ya?"
"Ya lumayan lah, tutur kata kamu juga baik dan sopan serta dandanan kamu tidak norak dan biasa saja bahkan terkesan natural. Aku suka cewek kalau dandan gak menor"
"Oh.. ya!"
"Iya.. terus kalau kamu ngelihat aku bagaimana?"
"Gimana ya! Mau tahu saja atau mau tahu banget?"
"Ya sudah deh gak usah"
"Begitu saja ngambek.. main perasaan!"
"Biasa saja tuh"
"Ya sudah, berarti gak usah aku kasih tahu ya?"
"Ya kasih tahu dong?"
"Aku melihat kamu adalah sosok orang yang sederhana, apa adanya dan gak tahu saja aku suka wajah-wajah yang seperti kamu, muka kamu agak kecinaan gitu"
"Kecinaan bagaimana orang kulit aku hitam begini"
"Kamu tuh, dibilang putih enggak.. hitam juga enggak"
"Iya sih.
"Sayang, kita selalu bertemu di bus, jika liburan aku tidak pernah dikunjungi kamu"
"Emang kamu kangen ya?"
"Bukan begitu, kan aku juga pengen kamu apelin malam minggu. Seperti orang-orang gitu"
"Iya deh malam minggu besok yah"
"Asik, terima kasih ya!"
"Iya"
Aku dengannya menjadi sepasang kekasih yang sangat romantis dan saling perhatian. (KK)
--- DH ---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar