Bicara mengenai sekolahku ini, pada saat hujan turun, biasanya air mengenangi lapangan yang berada di tengah-tengah sekolahan, syukurnya airnya tidak pernah sampai masuk ke dalam kelas. Namun ada yang membuat teman-teman menjadi heboh usai air surut, di dalam selokan sering ada anak ikan lele yang berenang kesana-kemari. Usut punya usut ternyata ikan tersebut dari danau buatan yang terletak disudut sekolah bagian depan. Saat kita akan masuk ke dalam sekolahan, saat melewati pintu masuk kecil di bagian depan sekolahan, di sebelah kiri terdapat danau kecil dari tanah. Karena memang bentuknya tidak besar hingga akhirnya airnya tidak dapat menampung lagi saat hujan, membuat airnya meluap ke dalam sekolahan dan ikan-ikan di dalamnya keluar terbawa air.
Pikiranku kembali ke Liana yang merupakan awal aku mengenal cinta dan mengetahui bagaimana rasa suka dan ketertarikan dengan lawan jenis. Rasa ini hanya bisa aku simpan di dalam hati karena aku malu untuk mengungkapkannya. Namun rasa itu tidak berlangsung lama dan pudar.
Saat kelas 1, tidak banyak kenangan yang masih aku ingat selama di sana, namun ada yang masih aku ingat sampai sekarang yaitu saat Syahroni mengagetkan guru sejarah saat beliau masuk kelas dan membuka pintu kelas. Saat itu beliau mau memulai mengajar, beliau dikagetkan Roni dengan menyodorkan sebuah buku. Dengan reflek sang gurupun terkejut. Melihat situasi seperti ini kita semua terdiam.
"Siapa nama kamu?"
"Syahroni pak"
"Apa maksud kamu tadi?"
"Tidak pak, saya pikir teman saya!"
"Coba liat kanan kiri kalian, apakah memang masih ada yang belum masuk ke kelas ini?"
Semua masih terdiam.. dari sejak awal kami semua terdiam dan kelas menjadi sangat hening..
"Semua sudah berada di kelaskan?" Pak guru berkata..
"Jangan ulangi lagi sikap seperti itu" pak guru membentak marah sambil menendang ember yang terisi air penuh, ditaruh di depan kelas, tepat di bawah papan tulis bagian pojok dekat pintu masuk.. pak gurupun menunjuk ke arah Syahroni. Untungnya air tersebut tidak tumpah ke lantai, karena embernya hanya bergerak sedikit..
"Mengerti semua?" Tanya pak guru
"Mengerti pak" jawab kami semua kompak..
"Bagus, mari kita mulai pelajaran ini"
Kemudian guru melanjutkan..
"Kamu keluar deh, saya tidak mau lihat muka kamu. Kamu tidak usah mengikuti pelajaran saya"
Sebelum keluar, temanku itu minta maaf kepada pak guru sambil mencium tangannya. Namun guru tersebut sudah terlanjur marah dan sakit hati, hingga Roni mau tidak mau tetap keluar kelas.
Saat naik ke kelas 2, semua teman kelasku berganti, hanya sedikit sekali yang sekelas waktu aku di kelas 1 kemarin. Namun di sini aku sudah mengenal cukup banyak teman. Di kelas ini aku memiliki teman akrab bernama Iwa, hampir setiap hari kami bermain bersama, padahal kami tidak duduk sebangku. Sepulang dari sekolah biasanya kami janjian, atau aku langsung ke rumahnya dengan menggunakan sepeda. Jarak rumahnya dengan rumahku cukup jauh jika berjalan kaki. Aku dan dia bisanya duduk di teras rumahnya sambil bercerita tentang masa depan atau hanya bercanda dan berbicara apapun.
"Wa, lo rencana mau melanjutkan ke mana setelah SMP?"
"Gak tau nih, belum ada rencana. Kalau lo ke mana?"
"Kalau gua mah terserah aja"
"Maksudnya gimana?"
"Ya antara STM dan SMU"
"Oh gitu! orang tua gua melarang gua untuk nantinya aku kerja di luar kota"
"Berarti lo cari jurusan yang tidak membuat lo akan tugas ke luar kota"
"Iya"
Setiap hari kita bertemu tidak membuat kita bosan, ada saja setiap harinya yang kita kerjakan atau hanya mengobrol saja hingga sore. Suatu hari saat aku pulang dari rumah Iwa, sampai di depan rumah ada teman adikku. Dia bernama Lisa. Baru kali itu aku melihatnya, sedikit berbincang dengannya, ternyata dia termasuk cewek yang ramah.
"Hai, kamu temannya Yani?"
"Iya"
"Kalau begitu kamu masuk saja ke dalam, sepertinya Yani ada di dalam"
"Iya kak, tidak apa, aku tunggu di sini saja"
"Ya sudah, saya masuk dulu untuk panggil Yani"
"Iya.. terima kasih kak"
Aku memanggil adikku dan mengatakan kepadanya bahwa ada temannya yang menunggu di luar. Akupun kembali keluar..
"Tunggu yah, Yani sebentar lagi keluar"
"Iya kak, terima kasih"
Akupun, masuk ke dalam rumah, melangkahkan kakiku menuju kamar di lantai 2. Tidak betah dengan keringat yang masing mengucur di badan, aku pun lekas mengambil handuk yang berada di jemuran luar lantai 2. Lalu dengan segera menuju kamar mandi, setelah itu aku sholat ashar dan selesai itu aku tiduran di tempat tidur kamarku.
10 menit kemudian aku mendengar suara teman adikku menaiki tangga dan melewati depan kamar ku. Terbayang kejadian di luar tadi, hingga dalam hatiku berkata 'cantik juga teman adikku itu'. Sampai akhirnya aku tahu dari adikku bahwa Lisa mencintaiku.
Berfikir keras bagaimana mengatakan cintaku kepadanya, namun tetap diriku berat dan takut mengatakannya. Hingga akhirnya aku beranikan diri menemuinya saat dia main ke rumah. Saat itu adikku sedang di bawah untuk mengambil minum. Aku mendekati Lisa yang berada di dalam kamar adikku, terlihat dari luar kamar dia sedang tidur tengkurap dangan muka menghadap buku yang berada di lantai. Aku terus berjalan mendekati dirinya.
"Hai.. Lisa"
"Eh, Iya kak..!" Dia terlihat kaget saat menoleh ke arahku, kemudian duduk terbangun..
"Lagi apa?"
"Ini kak lagi ngerjain tugas sekolah. Kenapa kak?"
"Enggak, aku mau ngobrol saja sama kamu! bisa?"
"Ya sudah bicara saja kak"
"Tapi tidak di sini, nanti pulang aku antar yah?"
"Oh, oke kak"
Sore itu aku tahu dia pamit pulang dengan adikku. Akupun siap-siap dan berganti pakaian. Aku kejar dia yang sudah jalan dengan mendorong sepedanya. Diperjalanan aku berbicara dengannya, ku lihat senyumnya yang manis dan rambut panjangnya yang tergerai jatuh melayang dihembus angin saat berjalan.
"Lis, maaf yah.. kita ngobrolnya sambil jalan"
"Iya tidak apa. Kakak mau ngobrolin apa?"
"Tadi aku tidak enak ngobrol di rumah!"
"Iya kak, ada sesuatu yang penting yah, jadi Yani tidak boleh tahu!"
"Ya gitu deh"
Jalanan menanjak, aku membantu mendorong sepedanya sampai ke atas, hingga jalanan sudah rata kemudian aku melanjutkan obrolanku.
"Begini Lis, aku malu mengatakannya"
"Ngomong aja kak, aku denger kok"
"Kamu sudah punya pacar?"
"Belum"
"Oh begitu!" aku terdiam..
"Kok diam kak.. emang kenapa kakak bertanya seperti itu?"
"Tidak apa-apa.. ya sudah ya"
"Loh kok sudah? kakak sayang sama aku?"
"Aku.."
"Kak.. aku terima kok cinta kakak, gak usah malu seperti itu"
"Aku sudah menyukai kamu sejak pertama kali melihat kamu saat di depan rumah waktu itu"
"Iya kak, karena aku cantikkan?"
"Iya, kaaamu bisa aja!"
"Ya.. iya lah"
"Selama ini kamu sudah pernah pacaran?"
"Belum, baru sama kak yang pertama"
"Oh, begitu!"
"Semoga ini cintaku yang pertama dan terakhir yah"
"Aamiin"
Tidak terasa sudah mau sampai rumahnya, rumahku dengannya hanya beda 1 RT (Rukun Tetangga).. kitapun menghentikan langkah..
"Sudah sampai rumah kamu tuh"
"Iya kak"
"Aku balik pulang yah"
"Iya, hati-hati di jalan kak"
"Iya, terima kasih"
Aku berjalan sendiri, melewati jalan yang berbeda dengan jalan yang ku lalui tadi. Di sepanjang perjalanan hatiku berbunga-bunga. Aku sangat bahagia hari ini. Sampai rumah, saat masuk ke dalam, ku lihat adikku sedang makan sambil menonton televisi.
"Kenapa kamu senyum-senyum kak.. kayaknya bahagia banget!"
"Emang gak boleh orang senyum?"
"Boleh! tapi tidak seperti biasanya"
"Sudah ah, aku ke atas dulu"
"Ngapain ke atas, biasanya nonton film ini.. ceritanya lagi bagus nih"
"Bagusan ceritaku!"
"Cerita apaan?"
"Eh, enggak.. entar aku turun lagi"
Sejenak aku berada di dalam kamar, membayangkan jika berjalan bersama Lisa suatu saat nanti. Tidak lama terdengar ketukan pintu kamarku dari luar.
"Kak Adi, mau nonton enggak?"
"Iya.. nanti aku turun"
Akupun segera turun dan bergabung nonton dengan kedua adiku Yani dan Seni. Saat itu Seni masih berumur 6 tahun. Saat nonton itu Yani bertanya kepadaku"
"Lo kayaknya lagi seneng banget?"
"Jangan-jangan lo sudah jadian yah sama Lisa?"
"Ah, sok tahu!"
"Ya sudah, kalau tidak mau cerita, gua tanya langsung saja sama orangnya. Gampang kan!"
"Tanya aja sana!"
Kami kembali melihat televisi dan suasana hening tanpa obrolan.
Kembali ke sekolah, saat di kelas 2 itu aku juga suka dengan Retno teman sekelasku, wajahnya membuat hatiku tenang dan senang. namun perasaan itupun hanya ku simpan di hati.
Saat masa diakhir kelas dua, aku bermain dengan saudaraku ke rumah pacarnya, saat itu kami memasuki gang sempit, di depan musholah kami menemui beberapa cewek. Mereka mengatakan jika pacar saudaraku tersebut tidak ada di rumah. hingga kita akhirnya kembali pulang ke rumah. Keesokan harinya, saudaraku tersebut main ke rumahku.
"Di, ada cewek yang suka dengan lo"
"Cewek mana?"
"Inget gak loh, waktu kita main kemarin? salah satunya ada yang suka dengan lo?"
"Dia sekolah di mana?"
"Di SMP swasta kelas 1 kayaknya, gua sih belum sempet nanya-nanya"
"Oh begitu"
"Gini aja deh, kalau lo mau, lo gua antar ke sana terus lo kenalan langsung saja"
"Ah enggak ah, ngapain juga harus ke sana?"
"Masa dia yang ke sini"
"Ya sudah biarin saja deh"
Dua hari, tiga hari sampai seminggu terlewati. Saudaraku kembali datang ke rumah.
"Di, kalau gua kasih nomor telepon rumah lo boleh gak.. ke dia?"
"Ya sudah kasih saja"
"Tapi kalau bisa sih, lo yang hubungi dia! masa' cewek duluan sih yang hubungi laki"
"Iya"
"Nah begitu dong.. nih nomor telepon Rosi" sambil menyodorkan secarik kertas berisi tulisan nomor telepon rumah..
Namun hal tersebut hanya ku diamkan saja. Hingga Akhirnya Rosi yang menelepon ke rumahku. Dia menjadi sering telepon ke rumah, namun kita tidak pernah bertemu. Hingga saat dia ulang tahun, aku memberikannya sebuah kado besar yang ku titipkan ke saudaraku untuk diberikan kepadanya.
Rosi hanya ku anggap sebagai teman saja karena ada Lisa yang mengisi hati aku. Lisa sering bermain ke rumahku, kita sering bercanda berdua, berlarian, main kelitik-kelitikan dan nonton televisi bersama. Suatu hari saat hanya ada aku di rumah, Lisa datang. Kita bermain diruang tamu rumah, bercanda, tertawa, tidak disengaja dia jatuh di atas badanku, hingga akhirnya kita berciuman. Indah rasanya, dia pun tersenyum dan tidak marah kepadaku.
"Lis, maafin aku yah!"
"Tidak papa kak.. kan Kak Adi pacarku"
"Kita tidak dosa kan?"
"Tidak tahu deh"
"Yang penting kita tidak melakukan lebih dari itu"
"Iya kak"
Ku memang tidak pernah main ke rumah Lisa, hanya Lisa saja yang sering main ke rumahku, kita juga sering main sepeda keluar. Semakin lama kami semakin akrab. Kitapun tidak pernah bertengkar. Sampai akhirnya aku naik ke kelas 3.
Saat di kelas 3 ini aku semakin fokus dengan pelajaran, Lisa sedikit terlupakan, kitapun menjadi jarang bertemu karena aku masuk siang sedangkan Lisa pagi. Kita hanya bertemu saat aku pulang sekolah dan dia baru datang ke sekolah. Hingga kami bertemu hanya di hari sabtu atau minggu.
Kelulusan tiba, sekolah mengadakan perpisahan kelas 3 di Yogyakarta. Dari 9 kelas yang ada, hanya 6 kelas yang mengikutinya. (KNK)
-- DH --
Tidak ada komentar:
Posting Komentar