Cinta

Cinta
SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA "DODHY HANDAYADI".. SELAMAT MEMBACA.. SEMOGA BISA MENJADI PELAJARAN BUAT KITA SEMUA.. PENTINGNYA MENGHARGAI ARTI CINTA, DIMANA TERKADANG KITA HARUS MENGALAH UNTUK MEMENANGKAN HATINYA NAMUN TERKADANG KITA HARUS MERELAKAN KEHILANGANNYA UNTUK HAL YANG LEBIH BAIK LAGI.. JANGAN MENYERAH TERUSLAH BERJUANG SELAGI CINTAMU MASIH BISA DIPERJUANGKAN

Jumat, 24 Juli 2020

Cinta Remaja (Bagian 3)

Malam sebelum berangkat ke Yogyakarta aku menyiapkan semua pakaian dan perlengkapan yang akan di bawa. Di pagi hari itu aku diatar oleh ayah sampai depan sekolahanku, dengan menggunakan mobil kijang.
Saat di perjalanan menuju Jogja teringat pertemuanku dengan Lisa kemarin.

     "Kak, hati-hati di sana yah.. jangan lupa bawa oleh-oleh buat aku!"

     "Iya.. kamu mau oleh-oleh apa?"

     "Apa saja yang penting bagus dan berkesan buat kamu"

     "Oke deh"

Bus yang aku naiki berjalan memasuki gerbang tol, ke 6 bus berjalan beriringan. Ku lihat di dalam bus, teman-teman masih ramai mengobrol, bercanda dan tertawa. Sampai memasuki pantura, suasana mulai hening, terlihat olehku dari tempat duduk, banyak yang sudah mulai tertidur. Memasuki magrib kita istirahat makan sebentar. Sepanjang perjalanan suasana menjadi gelap tidak banyak yang bisa aku saksikan dari jendela bus, hanya rumah dan lalu lalang kendaraan. Jam 11.00 malam, kita sampai di hotel Yogyakarta. Kita dikumpulkan di lobby hotel, kemudian dikelompokkan perkamar 10 orang dengan jenis kelamin yang sama. Setelah kita mandi dan berganti pakaian, di malam itu, kita dikumpulkan di aula semua, semua diberi pengarahan sebentar, kemudian kembali tidur.
Hari berikutnya kita pergi ke Candi Prambanan dan Malioboro, Saat di candi Eka mendekatiku, dan berbicara banyak denganku, dia juga mencurahkan isi hatinya kepadaku.

     "Hai di, kamu duduk sendirian aja di sini?"

     "Iya, tadi habis foto-foto sama teman-teman, kemudian duduk di sini sambil menikmati pemandangan yang indah dari atas sini. Aku pikir kamu tidak ikut Ka?

     "Ikut dong, kamar kamu di lantai berapa?"

     "Kan laki-laki di lantai 2 semuanya, kalau wanita di lantai 3"

     "Oh gitu yah!"

     "Masa' kamu tidak tahu!"

     "Bener, aku gak tahu. Entar malam kita ke acara sekolah berdua yuk! mau tidak? nanti aku yang jemput ke kamar kamu deh? kamar kamu nomor berapa?"

     "Oke, kamu tunggu di pintu masuk tempat acara saja, tidak usah jemput aku. Aku datang pas saat acara akan dimulai"

     "Bener yah?"

     "Iya"

PT TWC: Wisata Candi Diharapkan Bisa Kembali Dibuka Bulan Juni

Kemudian kami semua pulang sebelum sore hari, karena untuk persiapan acara nanti malam selepas maghrib.
Dari kamarku yang terletak di lantai 2, suara-suara musik sudah mulai terdengar dan panggilan melalui pengeras suara pun terdengar, memanggil kita semua untuk kumpul dan makan malam bersama. Acara tersebut adalah acara perpisahan yang akan diisi oleh 9 kelas kemudian 5 penampilan sumbangan dari anak-anak yang ingin tampil.
Malam itu aku tunggu Eka di pintu masuk, 10 menit menunggu dia tidak kunjung terlihat. Sehingga aku langsung mencari tempat duduk saja karena memang banyak sekali orang, takut tidak kebagian tempat duduk. Aku menikmati pertunjukan sampai dengan acara selesai. Diawali dengan kata sambutan dari Kepala Sekolah dan diakhiri dengan doa.
Hari selanjutnya kita pergi ke Candi Borobudur dan Pantai Parangtritis. Baru kali itu aku menginjakkan kakiku di candi yang terbesar di dunia ini, Candi yang merupakan kebanggaan Indonesia dan dunia. Dimana sempat masuk dalam salah satu daftar 7 keajaiban dunia. Tangganya yang terjal dan sangat banyak, membuat aku kelelahan namun karena ketakjubanku dan keingintahuanku yang besar, membuat rasa lelah itu hilang. Ku perhatikan relief-relief candi tersebut dan ku kelilingi semua bagian candi. Tidak lupa aku abadikan fotonya bersama teman-teman. Ini merupakan candi yang sangat besar. Tidak terbayang olehku bagaimana bisa orang-orang terdahulu membangun Candi ini. Struktur bangunannya yang sangat rapi dan detail-detail pahatannya yang sangat baik. Bangunan candipun sangat luas sehingga tidak bisa aku mengelilingi semua candi.

Jumat Mendatang Candi Borobudur Ditutup untuk Wisatawan Perorangan

Setelah hari beranjak siang, kami melanjutkan perjalanan ke pantai. Saat di Pantai Parangtritis, ada suara dari jauh melambaikan tangan ke arahku, kemudian dia mendekat dan menghampiriku.

     "Kamu semalam kemana sih? aku cari-cariin kesana-kesini kamu tidak kelihatan juga"

     "Aku sudah tunggu kamu di pintu masuk lama! tapi kamu tidak muncul juga. Aku pikir kamu lupa?"

     "Aku siap-siap dulu di kamar, eh.. ternyata acaranya sudah mulai setengah jam"

     "Lah memang kamu tidak dengar suara musik dan panggilan?"

     "Denger sih, aku pikir masih pada latihan"

     "Nah itu, bukannya nanya sih? malah mikir terus... hehehe"

     "Kamu mau kemana rencananya sekarang?"

     "Ya, duduk-duduk saja di pinggir pantai"

     "Enggak, mandi?"

     "Enggak, takut ah.. katanya laut pantai selatan serem"

     "Ah, kamu bisa saja"

Kita berjalan sampai pinggir pantai, dan melanjutkan berbicara mengenai keluarganya Eka. Terlihat dia sedang menghadapi masalah berat di kelurganya. Hingga aku tidak bisa menolaknya saat dia tidur di pundakku. Eka adalah sosok yang periang, namun melihat dirinya seperti itu aku menjadi kasihan. Akupun menguatkannya, agar bisa menerima semuanya dengan ikhlas dan sabar. Saat menjelang sore, kami masih duduk di pantai. Ternyata ada seorang guru yang mencari kami berdua.

Pantai Parangtritis Yogyakarta, Letak Pantai Parangtritis Di ...

     "Kamu ngapain di sini? pacaran terus sih?"

     "Enggak Pak, kami hanya duduk-duduk saja"

     "Kamu tahu tidak, ini sudah menjelang malam, semua bus sudah jalan. Untung tadi ada yang kasih tahu jika kalian berdua ada di sini. Ayuk kita kembali ke hotel sekarang"

     "Iya pak, maafin kita berdua"

     "Ya.. sudah lain kali lihat disekeliling kalian masih ada teman kalian tidak? jangan keenakan berdua di sini!"

     "Iya pak, sekali lagi kami minta maaf"

Sampai di mobil, ketika masuk ke dalam bus, kami berdua disorakin oleh teman-teman semua. mereka berkata 'harusnya sudah dari tadi sampai hotel, ini malah nungguin orang yang lagi asik pacaran'. Mendengar perkataan tersebut kami hanya bisa terdiam. Aku dan Eka seharusnya tidak 1 bus, itu karena semua bus yang lain sudah jalan duluan, hingga Eka harus menumpang di busku. Sampai di hotel aku tiduran di kasur dan ku lihat teman-temanku semua bermain kartu dan bercanda ria.
Hari terakhir kami pergi ke tempat wisata alam yaitu ke Batu Raden dan Goa Jatijajar. Pesona alam di Batu Raden sangat indah, takjub aku melihatnya, memang baru kali ini juga aku menginjakkan kaki ke sini.

Gunung Slamet Status Waspada, Baturaden Aman Terkendali


Goa Jatijajar Kebumen | DAFTAR.CO

Di Batu Jajar ini, aku membelikan oleh-oleh untuk Lisa. Banyak di tempat parkir bus, kios-kios yang menjajakan pernak-pernik dan makanan khas daerah ini. Setelah mendapatkan oleh-oleh yang bagus untuknya, barulah aku masuk ke kawasan wisatanya, aku melewati jembatan gantung di atas air terjun, kemudian turun ke bawah ku lihat sudah banyak teman-temanku mandi di sana.
Sedikit waktuku berada di Batu Raden, kemudian kita lanjut ke Goa Jatijajar. Menurutku Goa ini sudah banyak modifikasi, sudah tidak asri lagi. aku berfoto di patung buatan yang ada di dalam gua, kemudian mencuci muka pada mata air yang mengalir di bawah gua. Setelah itu keluar dari sisi lain goa dan kembali ke dalam Bus.
Hari itu jam menunjukkan pukul 04.00 sore, ke 6 bus berjalan beriringan menuju jakarta dengan melewati jalan utara pulau jawa atau lebih dikenal Pantura. Perjalanan malam membuat kita tidak bisa melihat pemandangan alam. Disamping itu kita sudah lelah beraktifitas dari pagi sehingga kebanyakan dari kita tiduran saja di dalam bus.
Sampai Jakarta, aku sudah dijemput oleh Ayahku. Hari itu ku lihat jam masih menunjukkan jam 08.00 pagi. Setibanya di rumah aku langsung bongkar isi tasku. Pakaian kotor aku taruh di dalam mesin cuci, sedangkan oleh-oleh aku taruh di atas meja belajar. Aku bergegas menuju kamar mandi, kemudian turun untuk makan pagi. Pagi itu aku asik berbicara kepada Ibu dan Ayah mengenai liburanku ke Yogyakarta.

     "Bagaimana liburan kamu di Jogja?"

     "Asik mah, menyenangkan. semuanya yang kita kunjungi memiliki pesonanya tersendiri. Apalagi baru kali itu aku ke sana"

     "Syukur deh.. entar kapan-kapan kita sekeluarga ke sana yah!"

     "Pasti dong bu.. harus itu"

Badan terasa capek dan ngantuk, akupun pergi ke kamar untuk tidur. Entah berapa lama aku sudah tertidur, tiba-tiba kurasakan di mukaku kejatuhan helaian rambut dan tercium sangat wangi. Ku buka mataku, ternyata Lisa sudah duduk di tempat tidurku.

     "Hai, kakak sudah bangun"

     "Habis kamu kibasin rambut kamu ke mukaku.. jadi kebangun deh aku"

     "Enggak kok aku tidak bangunin kakak, aku cuma duduk disamping kakak saja"

     "Bisa aja kamu? tadi kamu datang ada siapa di bawah?"

     "Ada Ibu dan Bapak kamu.. katanya aku disuruh naik saja ke kamar"

     "Oh, begitu..!"

     "Kak, makasih yah oleh-olehnya! Banyak sekali untuk aku semua?"

     "Enggak lah.. itu buat yang lain"

     "Terus buat aku mana?"

     "Buat kamu!!! aku lupa beliin!"

     "Ah, kakak mah jahat.. lupa sama aku"

     "Aku bangun dan mengambil ke dalam lemari pakaian.. kemudian berbalik ke arahnya sambil berkata ini buat kamu" ku lihat dia tersenyum dan bahagia sekali..

     "Asik.. terima kasih ya kak" dia mencium pipiku..

     "Iya sama-sama.. pipi yang sebelah lagi belum di cium!" sambil kutunjuk dengan jariku..

     "Huft.. Emang maunya kakak itu mah" hehehe.. kita tertawa bersama

      "Aku bahagia sekali bisa melihat kamu tersenyum"

Ku lihat, dia mencoba mengenakan perhiasan yang aku berikan.

     "Oh iya, aku belum sholat zuhur"

     "Iya tuh sudah jam 2.. gimana sih kakak.. tidur terus sih!"

selesai sholat kami berdua turun ke bawah dan makan siang bersama sambil menonton televisi di ruang keluarga. Lisa terlihat sudah tidak canggung lagi di dalam keluargaku. Keluargaku juga sudah menganggap Lisa seperti keluarga sendiri.
Sore itu kami lanjutkan berbicara di teras rumah, adikku Yani ikut ngobrol bersama kita.

     "Kak, Lisa sudah di kasih oleh-oleh.. buat Yani mana?"

     "Itu ambil sendiri di kamar, pilih saja mau yang mana"

     "oh, ya sudah nanti aku ambil ya kak!"

     "Iya"

........

Ku dengar kenek menyebut daerah tempat tinggalku, dengan sigap aku berdiri memberhentikan bus yang aku tumpangi. Aku berjalan menyusuri jalanan aspal dengan berjalan kaki.
Sampai rumah masih siang hari, ku masuk ke rumah hanya adikku yang kecil bersama pembantu yang ada. Malam harinya saat makan malam mengobrol bersama Ibu dan Ayah.

     "Bagaimana pendaftaran STM kamu tadi Adi?" Tanya ayahku..

     "Sudah bu, aku sudah daftar.. nanti 3 hari lagi datang kembali untuk melihat kelas aku nantinya dimana"

     "Oh, begitu" ibuku berkata

     "Iya.. Bu"

     "Kamu nanti hati-hati yah jika akan ke sekolah dan pulang sekolah"

     "Iya Bu"

     "Ingat Adi, keselamatan adalah yang paling utama.. jaga diri kamu baik-baik. Jika keadaannya tidak memungkinkan untuk pulang, mendingan kami tunggu dulu di sekolahan sampai keadaannnya sudah aman yah. Jika sampai malam belum juga memungkinkan untuk pulang, kamu telepon Ayah. Nanti biar Ayah jemput!"

     "Iya Yah"

3 hari kemudian, yaitu hari kamis aku pergi ke sekolahanku yang baru dengan mengajak Lisa. Hari itu sekolah sedang libur persiapan ujian kenaikan kelas makanya Lisa bisa ikut denganku. Di dalam bus kami duduk berdua terkadang juga harus berdiri. Kami selau bergandengan tangan berdua, bercerita, tertawa. Sehingga sepanjang perjalan tidak membosankan.
Memasuki gerbang sekolah, sudah banyak mata memandang ke arahku. semakin berjalan masuk ke dalam sekolahan, semakin banyak orang di dalam sekolahan tersebut. Maklum, STM ku lihat wanitanya hanya ada paling 5% dari seluruh jumlah siswa yang ada. Bisa jadi perkiraanku salah, bisa jadi hanya 1% wanita yang ada di sekolah ini. Hari itu adalah keputusan yang salah aku mengajak Lisa ke sekolahanku yang baru, aku sebagai laki-laki tidak bisa membelanya dan tidak dapat berbuat apa-apa. Selain hanya diam dan menghadapi semuanya dengan tersenyum.

     "Cewekk.., cantik banget kamu"
    
     "Beruntung banget laki-lakinya dapat cewek yang cantik seperti kamu"
  
     "Boleh Kenalan tidak?"

     "Kok diam saja sih.. bisu yah? atau tuli?"

Mereka berbicara bergantian, rasanya hati ini ingin marah tapi apa daya, aku hanya anak baru di sana, merekapun jumlahnya sangat banyak. Aku melihat raut wajah Lisa yang tertekan dan tidak nyaman. Memang aku salah sudah mengajaknya ke sini. Dalam hatiku berjanji 'ini yang pertama dan terakhir mengajaknya ke sekolah ini'.
Mendekati papan pemgumuman pembagian kelas dan nama siswa baru, seorang lelaki berjalan ke arahku, diikuti dengan 3 temannya yang berdiri di belakangnya. Dia mendekati pacarku, sambil menatap tajam ke arah Lisa dia berkata.

     "Hai neng yang cantik, kamu masuk di kelas berapa?"

     "Ini baru mau lihat bang?" aku menjawab"

     "Diam loh.. gua gak tanya sama lo, tapi sama cewek cantik yang berdiri tepat di hadapan gua ini. Lagi pula lo siapa? ikut campur aja!"

     "Saya temannya"

     "Ya, ternyata cuma temannya doang!"

     "Hai, boleh kenalan tidak" Dia mengulurkan tangannya ke arah Lisa..

Lisa terdiam tidak membalas jabatan tangannya.

     "Namanya Lisa bang"

     "Lagi-lagi lo yang jawab.. mau gua tonjok loh! sudah deh, lo diam saja kalo gak mau kena tonjok gua. Baru teman aja sudah sok-sokan"

     "Iya bang"

     "Yah dia jawab lagi, berani lo sama gua!" dia melintir baju atasku..

     "Sudah bang maafin dia yah?" Lisa berkata..

     "Nah gitu dong.. ngomong dari tadi. Ternyata suara kamu manis juga yah, semanis orangnya"

     "Sudah yuk kak. kita pulang?"

     "Oh, ternyata kakaknya. Tadi bilang temannya. Kamu takut yah kalau adik kamu.. saya gangguin? saya orang baik kok dan penyayang"

      "Iya"

     "Gak usah panggil bang.. panggul saya Ronald"

     "Iya nal"

     "Oke, sip deh kalau begitu. Oh iya nama kamu siapa?"

     "Saya Adi bang"

     "Kok bang lagi? ya sudah, mungkin kamu belum terbiasa yah? gua tinggal dulu yah!"

Dia pergi meninggalkan kami, akupun segera melihat namaku di papan pengumuman. Setelah mendapatkan namaku, aku langsung mencari dimana letak kelasku. Aku berjalan berkeliling. Dalam kebingunganku dan tatapan semua orang yang ada. Ada seorang lelaki yang mendekati kita lagi.

     "Mau di bantu mas? cari kelas berapa?"

     "kelas 1 jurusan Teknik Kontruksi"

     "Oh, itu di lantai paling atas sebelah pojok"

     "terima kasih yah"

     "Sama-sama"

Entah kenapa, semua orang menjadi baik dan tidak menggoda Lisa lagi setelah Ronald menganggap aku kakaknya Lisa. Aku berfikir keras dan akhirnya mengabaikan itu semua sambil melangkah menuju ruangan yang ditunjukkan tadi. Setelah aku dapati ruang kelasku, aku melangkah ke ruang Tata Usaha.

     Aku mengetuk pintu kantor "Permisi pak!"

     "Ya silahkan masuk!"
     "Ada yang bisa kami bantu dek?"

     "Iya pak, tadi saya sudah melihat pengumuman di depan. Ada nama saya di sana.. saya bisa mulai masuk kapan ya pak?"

     "Oh, begitu.. nanti kita hubungi melalui telpon yah. Atau kamu bisa datang kembali bulan Juli awal. Takutnya kita lupa menghubungi kamu"

     "Oh, begitu pak! oke.. terima kasih ya pak?"

     "Ya sama-sama"

Aku melangkah keluar ruangan menuju keluar sekolahan. Saat sampai di pintu gerbang sekolahan Ronald ternyata mencegatku dengan temannya yang sangat banyak disekelilingnya. (KK)
 
-- DH --









Jumat, 17 Juli 2020

Cinta Remaja (Bagian 2)

Bicara mengenai sekolahku ini, pada saat hujan turun, biasanya air mengenangi lapangan yang berada di tengah-tengah sekolahan, syukurnya airnya tidak pernah sampai masuk ke dalam kelas. Namun ada yang membuat teman-teman menjadi heboh usai air surut, di dalam selokan sering ada anak ikan lele yang berenang kesana-kemari. Usut punya usut ternyata ikan tersebut dari danau buatan yang terletak disudut sekolah bagian depan. Saat kita akan masuk ke dalam sekolahan, saat melewati pintu masuk kecil di bagian depan sekolahan, di sebelah kiri terdapat danau kecil dari tanah. Karena memang bentuknya tidak besar hingga akhirnya airnya tidak dapat menampung lagi saat hujan, membuat airnya meluap ke dalam sekolahan dan ikan-ikan di dalamnya keluar terbawa air.

Guru `Penoda` Siswi SMP 98 Sudah Dipecat - Medcom.id

Pikiranku kembali ke Liana yang merupakan awal aku mengenal cinta dan mengetahui bagaimana rasa suka dan ketertarikan dengan lawan jenis. Rasa ini hanya bisa aku simpan di dalam hati karena aku malu untuk mengungkapkannya. Namun rasa itu tidak berlangsung lama dan pudar.
Saat kelas 1, tidak banyak kenangan yang masih aku ingat selama di sana, namun ada yang masih aku ingat sampai sekarang yaitu saat Syahroni mengagetkan guru sejarah saat beliau masuk kelas dan membuka pintu kelas. Saat itu beliau mau memulai mengajar, beliau dikagetkan Roni dengan menyodorkan sebuah buku. Dengan reflek sang gurupun terkejut. Melihat situasi seperti ini kita semua terdiam.

     "Siapa nama kamu?"

     "Syahroni pak"

     "Apa maksud kamu tadi?"

     "Tidak pak, saya pikir teman saya!"

     "Coba liat kanan kiri kalian, apakah memang masih ada yang belum masuk ke kelas ini?"

Semua masih terdiam..  dari sejak awal kami semua terdiam dan kelas menjadi sangat hening..

     "Semua sudah berada di kelaskan?" Pak guru berkata..

     "Jangan ulangi lagi sikap seperti itu" pak guru membentak marah sambil menendang ember yang terisi air penuh, ditaruh di depan kelas, tepat di bawah papan tulis bagian pojok dekat pintu masuk.. pak gurupun menunjuk ke arah Syahroni. Untungnya air tersebut tidak tumpah ke lantai, karena embernya hanya bergerak sedikit..

     "Mengerti semua?" Tanya pak guru

     "Mengerti pak" jawab kami semua kompak..

     "Bagus, mari kita mulai pelajaran ini"

Kemudian guru melanjutkan..

     "Kamu keluar deh, saya tidak mau lihat muka kamu. Kamu tidak usah mengikuti pelajaran saya"

Sebelum keluar, temanku itu minta maaf kepada pak guru sambil mencium tangannya. Namun guru tersebut sudah terlanjur marah dan sakit hati, hingga Roni mau tidak mau tetap keluar kelas.

Saat naik ke kelas 2, semua teman kelasku berganti, hanya sedikit sekali yang sekelas waktu aku di kelas 1 kemarin. Namun di sini aku sudah mengenal cukup banyak teman. Di kelas ini aku memiliki teman akrab bernama Iwa, hampir setiap hari kami bermain bersama, padahal kami tidak duduk sebangku. Sepulang dari sekolah biasanya kami janjian, atau aku langsung ke rumahnya dengan menggunakan sepeda. Jarak rumahnya dengan rumahku cukup jauh jika berjalan kaki. Aku dan dia bisanya duduk di teras rumahnya sambil bercerita tentang masa depan atau hanya bercanda dan berbicara apapun.

     "Wa, lo rencana mau melanjutkan ke mana setelah SMP?"

     "Gak tau nih, belum ada rencana. Kalau lo ke mana?"

     "Kalau gua mah terserah aja"

     "Maksudnya gimana?"

     "Ya antara STM dan SMU"

     "Oh gitu! orang tua gua melarang gua untuk nantinya aku kerja di luar kota"

     "Berarti lo cari jurusan yang tidak membuat lo akan tugas ke luar kota"

     "Iya"

Setiap hari kita bertemu tidak membuat kita bosan, ada saja setiap harinya yang kita kerjakan atau hanya mengobrol saja hingga sore. Suatu hari saat aku pulang dari rumah Iwa, sampai di depan rumah ada teman adikku. Dia bernama Lisa. Baru kali itu aku melihatnya, sedikit berbincang dengannya, ternyata dia termasuk cewek yang ramah.

     "Hai, kamu temannya Yani?"

     "Iya"

     "Kalau begitu kamu masuk saja ke dalam, sepertinya Yani ada di dalam"

     "Iya kak, tidak apa, aku tunggu di sini saja"

     "Ya sudah, saya masuk dulu untuk panggil Yani"

     "Iya.. terima kasih kak"

Aku memanggil adikku dan mengatakan kepadanya bahwa ada temannya yang menunggu di luar. Akupun kembali keluar..

     "Tunggu yah, Yani sebentar lagi keluar"

     "Iya kak, terima kasih"

Akupun, masuk ke dalam rumah, melangkahkan kakiku menuju kamar di lantai 2. Tidak betah dengan keringat yang masing mengucur di badan, aku pun lekas mengambil handuk yang berada di jemuran luar lantai 2. Lalu dengan segera menuju kamar mandi, setelah itu aku sholat ashar dan selesai itu aku tiduran di tempat tidur kamarku.
10 menit kemudian aku mendengar suara teman adikku menaiki tangga dan melewati depan kamar ku. Terbayang kejadian di luar tadi, hingga dalam hatiku berkata 'cantik juga teman adikku itu'. Sampai akhirnya aku tahu dari adikku bahwa Lisa mencintaiku.
Berfikir keras bagaimana mengatakan cintaku kepadanya, namun tetap diriku berat dan takut mengatakannya. Hingga akhirnya aku beranikan diri menemuinya saat dia main ke rumah. Saat itu adikku sedang di bawah untuk mengambil minum. Aku mendekati Lisa yang berada di dalam kamar adikku, terlihat dari luar kamar dia sedang tidur tengkurap dangan muka menghadap buku yang berada di lantai. Aku terus berjalan mendekati dirinya.

     "Hai.. Lisa"

     "Eh, Iya kak..!" Dia terlihat kaget saat menoleh ke arahku, kemudian duduk terbangun..

     "Lagi apa?"

     "Ini kak lagi ngerjain tugas sekolah. Kenapa kak?"

     "Enggak, aku mau ngobrol saja sama kamu! bisa?"

     "Ya sudah bicara saja kak"

     "Tapi tidak di sini, nanti pulang aku antar yah?"

     "Oh, oke kak"

Sore itu aku tahu dia pamit pulang dengan adikku. Akupun siap-siap dan berganti pakaian. Aku kejar dia yang sudah jalan dengan mendorong sepedanya. Diperjalanan aku berbicara dengannya, ku lihat senyumnya yang manis dan rambut panjangnya yang tergerai jatuh melayang dihembus angin saat berjalan.

     "Lis, maaf yah.. kita ngobrolnya sambil jalan"

     "Iya tidak apa. Kakak mau ngobrolin apa?"

     "Tadi aku tidak enak ngobrol di rumah!"

     "Iya kak, ada sesuatu yang penting yah, jadi Yani tidak boleh tahu!"

     "Ya gitu deh"

Jalanan menanjak, aku membantu mendorong sepedanya sampai ke atas, hingga jalanan sudah rata kemudian aku melanjutkan obrolanku.

Foto Artikel : Puisi | Senja - Kompasiana.com


     "Begini Lis, aku malu mengatakannya"

     "Ngomong aja kak, aku denger kok"

     "Kamu sudah punya pacar?"

     "Belum"

     "Oh begitu!" aku terdiam..

     "Kok diam kak.. emang kenapa kakak bertanya seperti itu?"

     "Tidak apa-apa.. ya sudah ya"

     "Loh kok sudah? kakak sayang sama aku?"

     "Aku.."

     "Kak.. aku terima kok cinta kakak, gak usah malu seperti itu"

     "Aku sudah menyukai kamu sejak pertama kali melihat kamu saat di depan rumah waktu itu"

     "Iya kak, karena aku cantikkan?"

     "Iya, kaaamu bisa aja!"

     "Ya.. iya lah"

     "Selama ini kamu sudah pernah pacaran?"

     "Belum, baru sama kak yang pertama"

     "Oh, begitu!"

     "Semoga ini cintaku yang pertama dan terakhir yah"

     "Aamiin"

Tidak terasa sudah mau sampai rumahnya, rumahku dengannya hanya beda 1 RT (Rukun Tetangga).. kitapun menghentikan langkah..

     "Sudah sampai rumah kamu tuh"

     "Iya kak"

     "Aku balik pulang yah"

     "Iya, hati-hati di jalan kak"

     "Iya, terima kasih"

Aku berjalan sendiri, melewati jalan yang berbeda dengan jalan yang ku lalui tadi. Di sepanjang perjalanan hatiku berbunga-bunga. Aku sangat bahagia hari ini. Sampai rumah, saat masuk ke dalam, ku lihat adikku sedang makan sambil menonton televisi.

     "Kenapa kamu senyum-senyum kak.. kayaknya bahagia banget!"

     "Emang gak boleh orang senyum?"

     "Boleh! tapi tidak seperti biasanya"

     "Sudah ah, aku ke atas dulu"

     "Ngapain ke atas, biasanya nonton film ini.. ceritanya lagi bagus nih"

     "Bagusan ceritaku!"

     "Cerita apaan?"

     "Eh, enggak.. entar aku turun lagi"

Sejenak aku berada di dalam kamar, membayangkan jika berjalan bersama Lisa suatu saat nanti. Tidak lama terdengar ketukan pintu kamarku dari luar.

    "Kak Adi, mau nonton enggak?"

     "Iya.. nanti aku turun"

Akupun segera turun dan bergabung nonton dengan kedua adiku Yani dan Seni. Saat itu Seni masih berumur 6 tahun. Saat nonton itu Yani bertanya kepadaku"

     "Lo kayaknya lagi seneng banget?"

     "Jangan-jangan lo sudah jadian yah sama Lisa?"

     "Ah, sok tahu!"

     "Ya sudah, kalau tidak mau cerita, gua tanya langsung saja sama orangnya. Gampang kan!"

     "Tanya aja sana!"

Kami kembali melihat televisi dan suasana hening tanpa obrolan.

Kembali ke sekolah, saat di kelas 2 itu aku juga suka dengan Retno teman sekelasku, wajahnya membuat hatiku tenang dan senang. namun perasaan itupun hanya ku simpan di hati.
Saat masa diakhir kelas dua, aku bermain dengan saudaraku ke rumah pacarnya, saat itu kami memasuki gang sempit, di depan musholah kami menemui beberapa cewek. Mereka mengatakan jika pacar saudaraku tersebut tidak ada di rumah. hingga kita akhirnya kembali pulang ke rumah. Keesokan harinya, saudaraku tersebut main ke rumahku.

     "Di, ada cewek yang suka dengan lo"

     "Cewek mana?"

      "Inget gak loh, waktu kita main kemarin? salah satunya ada yang suka dengan lo?"
 
     "Dia sekolah di mana?"

     "Di SMP swasta kelas 1 kayaknya, gua sih belum sempet nanya-nanya"

     "Oh begitu"

     "Gini aja deh, kalau lo mau, lo gua antar ke sana terus lo kenalan langsung saja"

     "Ah enggak ah, ngapain juga harus ke sana?"

     "Masa dia yang ke sini"

     "Ya sudah biarin saja deh"

Dua hari, tiga hari sampai seminggu terlewati. Saudaraku kembali datang ke rumah.

     "Di, kalau gua kasih nomor telepon rumah lo boleh gak.. ke dia?"

     "Ya sudah kasih saja"

     "Tapi kalau bisa sih, lo yang hubungi dia! masa' cewek duluan sih yang hubungi laki"

     "Iya"

     "Nah begitu dong.. nih nomor telepon Rosi" sambil menyodorkan secarik kertas berisi tulisan nomor telepon rumah..

Namun hal tersebut hanya ku diamkan saja. Hingga Akhirnya Rosi yang menelepon ke rumahku. Dia menjadi sering telepon ke rumah, namun kita tidak pernah bertemu. Hingga saat dia ulang tahun, aku memberikannya sebuah kado besar yang ku titipkan ke saudaraku untuk diberikan kepadanya.
Rosi hanya ku anggap sebagai teman saja karena ada Lisa yang mengisi hati aku. Lisa sering bermain ke rumahku, kita sering bercanda berdua, berlarian, main kelitik-kelitikan dan nonton televisi bersama. Suatu hari saat hanya ada aku di rumah, Lisa datang. Kita bermain diruang tamu rumah, bercanda, tertawa, tidak disengaja dia jatuh di atas badanku, hingga akhirnya kita berciuman. Indah rasanya, dia pun tersenyum dan tidak marah kepadaku.

     "Lis, maafin aku yah!"

     "Tidak papa kak.. kan Kak Adi pacarku"

     "Kita tidak dosa kan?"

     "Tidak tahu deh"

     "Yang penting kita tidak melakukan lebih dari itu"

     "Iya kak"

Ku memang tidak pernah main ke rumah Lisa, hanya Lisa saja yang sering main ke rumahku, kita juga sering main sepeda keluar. Semakin lama kami semakin akrab. Kitapun tidak pernah bertengkar. Sampai akhirnya aku naik ke kelas 3.
Saat di kelas 3 ini aku semakin fokus dengan pelajaran, Lisa sedikit terlupakan, kitapun menjadi jarang bertemu karena aku masuk siang sedangkan Lisa pagi. Kita hanya bertemu saat aku pulang sekolah dan dia baru datang ke sekolah. Hingga kami bertemu hanya di hari sabtu atau minggu.

Cegat Pemudik Pakai Mobil, Pemda Tutup 2 Jalur Alternatif Menuju ...

Kelulusan tiba, sekolah mengadakan perpisahan kelas 3 di Yogyakarta. Dari 9 kelas yang ada, hanya 6 kelas yang mengikutinya. (KNK)

-- DH --




Jumat, 10 Juli 2020

Cinta Remaja (Bagian 1)

Lulus dari sekolah SMP (Sekolah Menengah Pertama), membuat aku harus mencari kemana kiranya aku akan melanjutkan sekolah berikutnya. Aku sebenarnya bimbang memilih antara SMU (Sekolah Menengah Umum) atau STM (Sekolah Teknik Menengah). Hingga akhirnya aku memilih STM jurusan mesin kontruksi. Kertas pemilihan minat aku serahkan ke bagian tata usaha setelah aku memilih 2 tempat sekolah yang ingin aku tuju.
Aku tidak tahu apakah aku bisa masuk ke sekolah yang aku telah pilih tadi. Karena ujian kelulusan memang baru minggu depan akan dilaksanakan. Seminggu sebelum menghadapi ujian kelulusan sekolah, aku menjadi sering belajar. Beda dengan teman sebangkuku Adrian, dia lebih suka mengobrol di kelas, bercanda, dan meledek orang lain.

Sekolah Kita

Kelasku terletak di pojok sekolah, sehingga jauh dari jangkauan penglihatan para guru. Yang mana ruang guru terletak di depan dekat sekali dengan gerbang sekolah. Saat guru telat masuk, teman-teman sekelas masih berisik dan bercanda. Apalagi kelasku dekat dengan kantin sekolah, jadinya kita masih saja jajan jika guru tidak datang mengajar.
Saatnya ujian tiba, tempat duduk diisi hanya satu orang, itupun hanya terisi setengahnya, membuat jarak kita menjadi berjauhan. 

     "Silahkan kumpulkan tas dan buku kalian di depan kelas"

     "Siap bu" jawab kami semua..

     "Di atas meja hanya ada alat tulis yah, ibu akan periksa nanti satu persatu"

     "Iya bu" jawabku dengan sebagian teman di kelas..

Suasana sangat hening ketika ujian berlangsung, ujian ini akan berlangsung setiap harinya selama 4 hari. Tidak ada yang bisa menyontek karena selain bangkunya berjauhan, tatapan mata pengawas ujian yang seperti burung elang, menatap tajam kepada setiap peserta ujian membuat kita semua tidak bisa berkutik selain hanya fokus pada kertas ujian. 
Saat ujian sudah dimulai ada temanku cewek, dia duduk 2 bangku dari depan. Susunan bangku dari depan ke belakang ada 5 deret dan kesamping 4 baris, jadi 1 kelas hanya berisi 20 orang. Temanku itu ketahuan mencontek, dan guru menyuruhnya keluar dengan membawa tasnya dan barang-barang miliknya. Ujiannya pun dianulir, dianggap tidak pernah ikut ujian. Melihat hal tersebut pacarnya yang duduk tepat dibelakangnya menunjuk tangan dan mengatakan jika kertas contekan itu dari dia. Hal itu tidak membuat guru pengawas mengembalikan ceweknya untuk kembali mengikuti ujian. Hingga akhirnya Otomatis, diapun dikeluarkan juga dari ruangan. Jadilah mereka berdua berada di luar kelas.
Dalam hatiku 'luar biasa sekali itu orang, tomantis atau bodoh? membantu dalam arti negatif'.
Tidak mau ambil pusing, akupun kembali berkonsentrasi mengerjakan kertas ujian yang sudah ada di hadapan ku. Kertas ujian tersebut terdiri dari 4 lembar dengan jumlah soal sebanyak 50 soal. Akupun mulai membolak-balik kertas ujian tersebut dan dengan teliti membacanya hingga 1 jam setengah terlewati. Keluar kelas aku melihat temanku yang disuruh keluar tadi sudah siap mengikuti ujian yang kedua. Banyak yang mendekati mereka dan menanyakan hal tadi.
Setelah ujian kedua aku pulang sekolah dengan temanku yang bernama Joko. Joko tinggalnya memang dekat denganku. Hampir setiap hari kami pergi dan pulang bersama saat sekolah.  Menyusuri perkampungan penduduk dengan berjalan kaki berdua, sambil mengobrol dan bercanda.
Hari ke 4 yaitu hari terakhir ujian. Akupun lega bisa menyelesaikan semuanya. Berharap semua nilai yang aku dapatkan bisa membuat aku masuk STM negeri. 
Hari-hari berikutnya aku hanya datang dan pulang dari sekolah. Tidak ada pembelajaran, kami hanya mengobrol, bercanda dan bermain.
Entah kapan awal mulanya teman adikku menjadi sering datang menjemput adikku. Dia itu bernama Citra. Katanya sih satu kelas dengan adikku yang satu tingkat dibawahku.
Awalnya dia sering mampir untuk menjemput adikku Yani. mereka pun berjalan ke sekolah bersama. Namun lama-kelamaan, melihat aku jalan sendiri, dia jadi ikut jalan bersamaku. Citra adalah gadis yang manis tetapi dia bukan tipeku, lagi pula aku punya prinsip belum mau berpacaran kalau belum dewasa. 
Semakin hari Citra semakin berani, dia sering datang ke rumah. Kamipun bermain bersama di rumah. Sebenarnya rumahku tergolong sepi, saat siang hari  di rumah hanya ada pembantuku seorang. Itulah kenapa Citra berani untuk datang bermain di rumahku. 
Rumahku berlantai 2, aku memiliki kamar yang letaknya di lantai 2 bersama dengan adikku disebelah kamarku dan kamar pembantu di depan kamar adikku.
Saat itu Citra datang memanggil adikku, untuk berangkat bareng ke sekolah, ternyata saat itu  adikku masih mandi. Melihat aku yang saat itu sudah siap berangkat sekolah, Citra akhirnya mengikuti aku dan jalan ke sekolah bersamaku. 

     "Sudah mau jalan ke sekolah kak?"

     "Iya"

     "Yani lagi apa? Dia juga sudah siap?"

     "Baru saja mandi!"

     "Kakak jalan bareng siapa?"

     "Gak ada sih, kecuali nanti di jalan ketemu teman"

     "Kalau begitu.. aku bareng kakak saja deh"

     "Lah terus Yani bareng siapa nanti.. kan biasanya kalian jalan bareng berdua"

     "Biarin saja, habis baru mandi sih, nanti lama.. bisa terlambat aku. Kakak saja gak mau nungguin kan?"

     "Aku kan jalan kaki sampai sekolahan, Yani terkadang naik angkot"

     "Iya gak apa jalan kaki.. kan sekalian olah raga. Bisa menyehatkan badan kita. Bolehkan aku bareng kakak?"

     "Ya sudah, hayo?"

Kita berjalan berdua menyusuri jalan aspal yang luasnya bisa dilewati oleh tiga mobil, kemudian untuk mempersingkat jarak, diujung jalan aku belok ke arah kanan menuju gang sempit dan menyusuri tangga karena jalannya menanjak. Sampai di jalan besar, kita harus menyebranginya. Jalan tersebut yang menghubungkan antara Pasar Minggu dan Depok, kemudian kita menyebrangi 2 rel kereta Jakarta Bogor. Terakhir kita menyebrangi kembali jalan besar yang menghubungkan Depok dan Pasar Minggu.

Solusinya Pembangunan Flyover Perlintasan Rel KA Biang Kerok ...

Sampai disebrang jalan kita kembali menyusuri perkampungan penduduk dengan melewati jalan bercor semen yang hanya bisa dilalui motor 1 dan juga orang.
Citra adalah orang yang selalu ceria dan supel, ada saja caranya menghidupkan suasana selama dijalan dan juga dia orangnya aktif bercerita, juga bertanya. Hingga setiap harinya tidak berasa berjalan dari rumah hingga sampai di sekolahan.
Sampai suatu ketika saat adikku tidak jalan bersamaku dan hari itu kitapun berjalan berdua bersama, dia berbicara banyak kemudian menggandeng tanganku.

     "Jangan gandengan tangan begini Cit!"

     "Kenapa ada yang marah yah? Kakak sudah punya pacar yah?"

     "Bukan!.. bukan begitu. Aku belum punya pacar. Tapi aku risih kalau gandengan tangan seperti ini"

     "Tapi aku mau.. aku takut jatuh"

     "Jalanan bagus dan lurus masa jatuh?"

     "Kali saja aku kesandung, kan kalau pegangan sama kamu aku jadi tidak terjatuh"

     "Yah terserah kamu deh"

     "Asik.. terima kasih ya"

Sebenarnya hatiku malu dilihat banyak orang di jalan, apalagi di sekolahan, bisa menjadi bahan ledekan. Sampai-sampai adikku menduga kami sudah pacaran. 
Saat sesudah pulang sekolah kami bermain di lapangan, dia pun selalu ada. Kemana aku berada pasti ada dia. Citra tinggal 2 blok di belakang rumahku.
Hari selanjutnya dia masih datang menjemput, seperti hari sebelumnya dia menggandeng tanganku bahkan gelendotan di bahuku. Dijalan yang beraspal hitam legam itu, karena baru saja jalanan tersebut selesai diaspal, aku berbicara.

     "Kamu tidak bisa yah berhenti memegang tanganku"

      "Enggak"

     "Emang seperti apa sih wanita yang kamu suka?"

     "Ada deh!"

     "Tolong kasih tahu aku, kali saja aku bisa menjadi orang yang kamu impikan itu!"

     "Aku suka cewek memiliki rambut panjang, kesannya kalau cewek berambut pendek itu seperti laki-laki"

     "Tapi aku tidak pernah panjangin rambut, tapi akan aku coba menjadi seperti yang kamu pinta"

Akupun lulus dari SMP, alhamdulillah diterima di STM Negeri 1 jurusan mesin kontruksi. Awalnya kedua orang tuaku sempat tidak mengizinkan aku sekolah di STM.

     "Jangan masuk sekolah STM nak, nanti kamu bisa bahaya karena STM itu kerjanya hanya tawuran saja"

     "Tidak begitu juga mah, inikan STM Negeri, siswanya kebanyakan orang yang pintar-pintar"

     "Mama takut nak, nanti kamu mati sia-sia saja"

     "Ya sudah, Adi pakai baju sekolahnya saat sudah sampai di sekolah deh begitupun saat pulang, aku akan pakai pakaian biasa saat keluar sekolahan"

     "Kamu yakin begitu akan aman?"

     "Yakin mah, setidaknya kita coba dulu"

     "Kamu pakai-pakaian biasa tetapi kan teman-teman kamu tidak, nanti saat jalan dengan mereka tetap saja kamu akan kena sasaran jika tawuran"

     "Ya, elah mah.. dimana aja dan siapa saja bisa kena sasaran jika lagi apes. Sudahlah jangan pikiran negatif terus. Doain saja aku akan lulus dengan baik tanpa terlibat dengan tawuran" 

     "Aamiin.. ya sudahlah jika keputusan kamu sudah bulat"

     "Iya mah"

Sejarah - SMKN 1 Jakarta

Aku kemudian mendaftar ke sekolahan yang aku dapatkan tersebut. Aku membawa semua berkas yang sudah aku siapkan dari rumah.
Butuh 2 kali naik bus untuk sampai ke STM 1 dengan perjalanan kurang lebih 1 jam. Memasuki gerbang sekolah. Melihat kondisi sekolahan yang sangat terjaga baik dengan bangunan tua yang terdiri dari 2 lantai. 
Melewati lapangan aku menuju ruang tata usaha. Di dalamnya sudah ada panitia menunggu peserta pendaftaran siswa baru. Karena pagi itu belum banyak orang yang mendaftar, akupun langsung duduk menghadap panitia. 

     "Selamat pagi pak"
   
     "Pagi.. sudah disiapkan semua berkasnya?"

     "Sudah pak, saya juga bawa tanda bukti yang asli jika saya sudah diterima di sini"

     "Oke, boleh saya lihat?"
   
Aku menyerahkan semua berkasnya dan Bapak panitia pun mengecek dengan teliti.

     "Oke, semua berkasnya sudah lengkap. Tolong kamu isi form penerimaan siswa baru ini"

Aku mengisinya dengan baik kemudian menyerahkan kembali ke panitia.

     "Terima kasih yah" panitia sambil memberikan tanda terima penerimaan berkas

Keluar dari gerbang sekolah aku langsung mendapatkan bus.  Diperjalanan yang sendiri, aku terbayang masa-masa SMP ku dulu.
Teringat saat masuk sekolah dulu, saat itu teman sekelas yang aku kenal hanya 4 orang, itupun karena mereka satu sekolah SD (Sekolah Dasar) denganku. Aku coba bersosialisasi saat itu, bersyukur semua teman sekelasku baik-baik semua. Akupun cepat akrab dengan mereka semua. Aku saat itu duduk dideret kedua paling depan. Kelasku berada di tengah dengan jendela menghadap ke kantin sekolah dan musholah.
Saat kelas 1 SMP aku belum tahu bagaimana wanita cantik dan seperti apa cinta. Seiring waktu aku mulai mengetahuinya. Aku mulai suka melihat wanita, mulai kangen, bahkan ketertarikan ku dengan seseorang menjadi bertambah. Inilah arti cinta yang selama ini hanya bisa aku dengar. Dulu aku pikir hanya sebagai buah bibir dan coretan di bangku dan ditembok sekolah saja. Biasanya tertulis nama si cowok dan cewek dengan dilingkari bentuk love. Entah siapa yang menulis tapi itu biasanya menjadi ramai dan terkenal. Lontaran perkataan, ejekan mengenai cinta-cintaan menjadi hal biasa saat itu. Ada yang menanggapi serius, ada juga yang menganggap hanya gurawan. Nah kalau yang menanggapinya yang serius ini yang menjadi bahaya karena biasanya sang peledek sama yang diledek akan berantam.
Saat memasuki cawu ke 2, aku mulai menyukai cewek teman sekelasku, dia sebagai ketua kelas di kelasku. Dia bernama Liana, entah apa yang membuat aku menjadi tertarik dengannya. Yang kutahu dia bisa membuat hatiku kangen dan ingin selalu melihat dirinya. (KK)

-- DH --







  

Jumat, 03 Juli 2020

Biar Cinta Yang Memilih (Bagian 2)

Pada hari itu aku sangat lelah sekali, tidak ku sangka omongan mamanya Rafi masih teringat jelas hingga saat ini.  Setelah mengantarkanku pulang sampai depan pintu rumah, Seno langsung pamit pulang. Diapun mengeluarkan motornya dari garasi rumahku kemudian pergi dan menghilang dalam pandangan mataku dikegelapan malam.
Ku buka pintu rumah dan berjalan masuk ke arah kamarku, untungnya aku sudah makan dengan Seno di jalan tadi. Jadi selesai mandi aku langsung tiduran di atas tempat tidur. Saat di atas tempat tidur, aku kembali terbayang lagi kejadian tadi. Walau peristiwa itu membuat hatiku sakit namun aku bahagia, Seno bisa membelaku dan menyatakan cintanya kepadaku. Tidak aku sangka harus menunggu kejadian itu dulu untuk membuat cinta kita bersatu.
Seperti biasanya hari-hariku disibukkan dengan pekerjaan yang aku harus selesaikan di kantor. Namun rasa lelah tidak pernah kurasakan, karena Seno selalu menghubungiku setiap jam istirahat dan saat aku pulang kerja. Ada kalanya saat pulang kerja dia mampir ke kantorku untuk mengajakku makan malam atau dia langsung ke rumahku dan kita makan bersama keluargaku di rumah. 
Sebulan sudah aku berpacaran dengannya, pada hari minggu diakhir bulan itu dia mengajakku ke rumahnya untuk dikenalkan ke keluarganya.

     "Dinda, aku sudah lama sekali kenal dengan keluarga kamu. Bahkan sudah sangat akrab sekali dengan ibu dan adikmu. Apalagi dengan adik kamu, kita sering bermain bola di lapangan. Sekarang sudah waktunya kamu, aku kenalkan ke keluargaku. Biar kamu bisa akrab dan dekat juga dengan keluargaku"

     "Iya mas Seno, aku dandan dulu yah"

     "Sudah.. tidak usah dandan, begitu saja kamu sudah cantik sekali"

     "Ya tetep saja, namanya ketemu calon mertua harus lebih cantik dari biasanya dong"

     "Iya.. iya.. aku tunggu di depan yah! Dandannya jangan kelamaan!"

     "Iya cintaku"

Mas Seno menungguku sambil bermain dengan adikku di depan rumah. 1 jam kemudian aku keluar rumah, ku lihat Seno melihatku seperti takjub, karena matanya tidak berkedip saat melihat diriku.

     "Mas, kamu kenapa? Begitu banget melihatku!"

     "Iya, tadi aku pikir ada bidadari turun dari khayangan.. aku tidak menduga ternyata itu kamu. Kamu cantik sekali sayang! Memang tidak salah aku memilih kamu"

     "Hus, ada Dika tuh yang ngelihatin"

     "Tidak apa-apa dong aku memuji kamu, kan memang kenyataan kalau kamu tuh bener-bener cantik.. iya gak Dika?"

     "Iya bener itu kak" adikku menyahut..

     "Ya sudah kamu masuk sana.. kakak pergi dulu yah Dika"

     "Iya kak, hati-hati yah"

     "Sip" jawab seno sambil mengacungkan jempolnya

Dalam perjalanan menuju rumah Seno, saat berada di dalam mobil, jantungku berdegup kencang. Entah kenapa hatiku menjadi cemas, sepertinya aku takut jika tidak diterima di keluarganya Seno.
Sesampainya di rumah Seno, dengan pelan aku melangkah masuk ke rumah Seno, ternyata suasananya sangatlah adem dan akhirnya semua terjawab sudah. Hatiku senang melihat dan mengetahui keadaan ini, sambutan hangat dari semua keluarganya, ayahnya, ibunya, kedua adiknya, Semua sangat ceria dan bersahaja. Keceriaan demi keceriaan hadir selama aku di sana. Mereka menerimaku seperti keluarga sendiri.

     "Saya sudah dengar dari cerita Seno mengenai kamu"

     "Seno cerita apa saja bu?"

     "Wah, semuanya diceritakan olehnya, bahkan dari waktu dia masih berteman dengan kamu"

     "Oh, ya!"

     "Iya, tapi banyak cerita yang ibu sudah lupa.. dia pernah cerita apa saja ke ibu karena sudah lama sekali.. mungkin 4 tahun atau 5 tahuin yang lalu yah Seno?"

     "Ya kurang lebihnya begitu bu" Jawab Seno

Aku pun tertawa melihat muka mereka, hingga akhirnya semua tertawa.

Saat pulang kembali ke rumah, di dalam mobil aku menyetir sendiri, teringat kembali pembicaraanku bersama Seno dan keluarganya tadi. Ini akan menjadi kenangan yang terindah buat ku.

Kata-kata Bijak dan Mutiara tentang Keikhlasan Kehidupan-Cinta ...

Sejak saat itu akupun menjadi akrab dengan keluarganya. Aku senang bisa menjalin hubungan yang hangat bukan bersama Seno saja, tapi sekaligus dengan keluarganya. Memang ini yang aku inginkan untuk memulai masa pernikahan nanti. Karena menikah bukan hanya kepada anaknya saja tetapi semua keluarganya secara utuh.
Mengingat umurku yang sudah tidak muda lagi dan hubungan kedua keluarga sudah sangat baik. Maka kami sepakat untuk menikah di akhir tahun ini. Komunikasi antara kita berdua menjadi semakin sering.

     "Sen, aku tidak menyangka tidak lama lagi kita akan menikah!"

     "Iya, kita sudah berteman lama dan akhirnya bisa seperti ini"

     "Padahal tadinya aku sempat khawatir, jika aku jadian bersama kamu, hubungan kita akan menjadi kaku atau berubah tidak seperti yang dahulu. Tapi ternyata pikiranku salah, hubungan kita malahan semakin erat dan erat"

     "Aku bersyukur bisa mengenalmu dan dekat dengan kamu"

     "Mungkin ini rencana Allah untuk kita"

     "Iya yah, karena hubungan kita mengalir begitu saja dan dengan mudahnya kita bersatu"

     "Semoga hubungan pernikahan kita nanti bisa langgeng sampai anak cucu dan akhir hayat kita"

     "Aamiin"

Setelah kami selesai melakukan lamaran antar keluarga, kami berdua menjadi sibuk mengurusi persiapan pernikahan. Mulai dari tempat resepsi, undangan pernikahan, buah tangan, dekorasi dan juga baju pengantin. Walau ada sedikit pertengkaran antara aku dengannya mengenai persiapan pernikahan kita, tetapi semua terselesaikan dengan baik.
2 bulan sebelum akad nikah, pacar Seno yang dahulu kembali mendekati Seno. Katanya sudah banyak lelaki bersamanya namun tidak ada yang sebaik Seno. Sono pun mengacuhkannya dan bersyukur Seno selalu cerita dan jujur kepadaku saat Pacarnya Citra berhubungan dengannya. Jujur awalnya aku sangat cemburu dan sempat khawatir rencana pernikahan ini akan gagal, tetapi akhirnya aku bisa menguatkan diri dan tetap bertahan atas azas saling percaya dan memahami keadaan yang terjadi serta meningkatkan rasa sayang antara kami berdua.
Saat itu aku tidak menyangka, Citra berani menemuiku di kantor. Untungnya kantor tidak terlalu ramai hari itu. Sehingga tidak menimbulkan ke gaduhan. Citrapun aku ajak bicara di tempat makan di luar kantor.

     "Kenapa sampai kamu berani datang ke kantorku?"

     "Aku mohon ke kamu untuk membantalkan rencana pernikahan kamu dengan Seno?"

     "Kenapa harus aku batalkan dan apa hak kamu menyuruhku seperti itu?"

     "Iya karena aku sangat mencintai Seno?"

     "Terus kenapa kamu dulu meninggalkannya?"

dia terdiam..

     "Dulu aku masih mencari yang terbaik, tetapi sekarang aku sudah menemukannya"

     "Iya setelah kamu sakiti hatinya, apakah Seno masih cinta kamu? coba jika kamu yang jadi Seno apakah kamu akan menerimanya?"

dia kembali terdiam..

     "Iya aku salah selama ini, seharusnya aku waktu itu bertahan bersamanya! untuk itulah sekarang aku mau memperbaiki semuanya?"

     "Apakah kasur yang terkena lumpur akan bisa dibersihkan kembali menjadi seperti dahulu lagi?"

     "Saya akan berusaha walau itu tidak mungkin"

     "Aku sih tidak masalah jika memang Seno masih mencintai kamu. Disinilah salah kamu, harusnya kamu bicara dengannya bukan ke aku!"

     "Aku sudah bicara dengannya, tetapi dia tetap menolakku"

     "Terus apa lagi yang kamu harapkan?"

     "Aku berharap kamu yang bisa meninggalkan Seno!"

     "Terus jika aku meninggalkan Seno, apakah sudah pasti dia akan ke kamu? aku rasa jawabannya pasti tidak. Karena apa? karena Seno sudah terlanjur benci dengan kamu"

dia menangis..

     "Sudahlah, kamu lupakan Seno. Aku doakan kamu akan mendapatkan orang seperti Seno. Saranku jika kamu mau mendapatkan orang baik maka perbaiki diri kamu dahulu untuk menjadi baik. Setelah itu pasti Allah akan mengirimkan orang baik juga kepada kamu"

     "Terima kasih ya"

Benar saja setelah hari itu, aku tidak pernah melihat Citra lagi. Sampai akhirnya dia hadir di pernikahanku.

     "Selamat yah mas Seno.. Dinda"

     "Terima kasih yah"

     "Din, aku sekarang sudah mempunyai pacar yang seperti idamanku. Aku coba mengikuti apa yang kamu bicarakan waktu itu"

     "Alhamdulillah.. syukur deh"

     "Ini di belakangku orangnya, namanya Andri"

     "Hallo" aku berkata sambil berjabatan tangan dengan Andri..

Pernikahanku memang tidak terlalu ramai, aku hanya mengundang orang-orang yang memang dekat denganku saja, begitupun juga Mas Seno. Banyak tamu yang datang memang dari keluarga mas Seno.
Selesai acara kami langsung beranjak pulang ke rumah yang aku sudah beli sebelumnya. Kami memang memutuskan untuk tinggal berdua di rumah sendiri.
2 hari setelah itu kami terbang ke Bunaken..

5 Titik Diving dan Snorkeling di Bunaken yang Wajib Didatangi

Laut yang indah, memang ini yang kita cari untuk menenangkan hati. 5 hari lamanya kita bulan madu di sana. Menghabiskan waktu bersama berdua, bercumbu, bercanda, bercerita tentang cinta.

     "Aku berharap kita cepat diberikan keturunan"

     "Aamiin"

     "Kamu mau punya anak berapa mas?"

     "Aku mah, terserah saja Allah kasih berapa!"

     "Iya, kita jalanin saja yah mas.."

Di hari terakhir kita disana, kita berbelanja banyak oleh-oleh untuk orang tua kita dan adik-adik. Saat sampai di Jakarta kita sudah disambut keluarga di Bandara. Mereka terlihat senang melihat kami kembali. Aku pun membagikan buah tangan kepada mereka, yang memang sudah aku persiapkan sejak dari Manado.

     "Sudah lama kalian menunggu kami?"

     "Yah gitu deh"

     "Iya pesawatnya delay.. maaf yah!"

     "Iya tidak apa, yang penting kakak semua sehat" jawab adik mas Seno

     "Iya yang terpenting kalian sehat dan bahagia" Jawab dari ibu Seno..

Kami melanjutkan makan bersama di rumah makan, kita makan soto dan bebek bakar.

     "Gimana liburan kalian di sana" tanya ayahnya Seno..

     "Wah bagus sekali pemandangannya pah, kapan-kapan kita harus ke sana bersama. Papa mama harus melihat pemandangannya yang indah" jawabku..

     "Iya, pasti.. semoga Allah selalu memberikan kita umur panjang"

     "Aamiin.."

2 tahun kemudian, aku juga belum kunjung hamil. Kita berdua sudah mulai panik dan mencoba mencari rumah sakit yang terbaik untuk program hamil. Kita pun menjalani semuanya, ternyata aku dan Mas Seno baik-baik saja. Aku akhirnya mengambil cuti untuk istirahat penuh di rumah. Sampai hak cutiku habis, belum juga ada tanda-tanda kehamilan. Hingga akhirnya aku coba mencari cara bagaimana bisa cepat hamil di internet dan bertanya dengan teman-teman yang sudah memiliki anak.
Semua sudah kami lakukan, tetapi masih belum menunjukkan tanda-tanda kehamilan juga. Waktu berjalan begitu cepat, tidak terasa sudah 5 tahun berlalu.
Disaat itu kami sedang berjalan di mall, kami dihampiri seorang pria berbaju putih, tinggi tegap.

     "Assalamu alaikum!"

     "Wa alaikum salam"

     "Maaf mengganggu, saya lihat kalian sedang ada masalah?"

     "Masalah apa ya pak?"

     "Kalian orang baik, Allah mau menguji cinta kalian dan iman kalian. InsyaAllah apa yang kalian inginkan dan harapkan selama ini akan segera hadir. Percayalah bahwa Allah mendengar semua doa-doa kalian. Jadi bersabarlah"

     "Maksud bapak apa? kita akan segera diberikan anak?"

     "Ya.. saya pamit.. Assalamu alaikum!"

     "Wa alaikum salam"

Kami saling tatap dan dalam tatapan itu kita berbicara dalam hati apa maksudnya ini?. Kemudian aku mencari keberadaan orang tua tersebut, namun tidak kami dapati sosoknya. Dia menghilang bagai ditelan bumi.
Benar saja, penantian panjang kami membuahkan hasil, 2 tahun kemudian setelah kejadian itu, aku hamil. Kami sangat bahagia dan sangat menjaga kandungan ini, kita pun meminta pengarahan dari dokter. Dokter memberikan aku vitamin dan obat penguat kandungan.
Sejak saat itu aku berinisiatif mengajukan surat berhenti dari pekerjaanku di kantor, aku fokus menjaga kandunganku. Bersyukur itu semua didukung oleh suamiku dan semua keluarga. Walaupun saat itu, aku sempat terfikir bagaimana membayar cicilan rumah yang tinggal sedikit lagi. Untungnya aku ada tabungan, hasil uang kerjaku selama ini, akupun menutupi kekurangan cicilan rumah yang tinggal 5 tahun lagi.
Semua beban aku buang, aku fokus hanya kepada kandunganku. (KK)

-- DH --



RINGKASAN DAFTAR CERITA

                                                     DAFTAR CERITA Berikut adalah ringkasan judul cerita yang saya sudah terbitkan: CINTA PE...