Kebahagiaan setelah menikah adalah impian setiap orang. Sudah pasti semua orang mengharapkan kebahagiaan selalu menyertai didalam perjalanan hidup dan cintanya tidak terkecuali aku. Aku dan Mas Imam hidup dengan serba kecukupan, aku bahagia mendampinginya. Mas Imam adalah sosok seorang yang bersifat baik dan sangat sayang kepadaku.
Perjalanan rumah tanggaku tidak diisi dengan kehadiran buah hati. Sudah lebih dari sepuluh tahun aku belum diberikan keturunan. Sedih hati ini ketika melihat seorang anak kecil sedang bermain ceria bersama ibunya di sebuah taman atau sebuah mall.
Aku dan Mas Imam bukannya tidak berusaha untuk mewujudkan mimpi agar memiliki keturunan secepat mungkin. Kami sudah melakukan pemeriksaan di beberapa rumah sakit dan berganti-ganti dokter juga saat keputusannya memang sudah baik. Ada yang menyarankan aku terapi giok, pijat seluruh tubuh, pijat rahim, akupuntur, program hamil, semua aku coba lakukan asalkan tidak menyimpang dari logika kami.
Melihat semua ini rasanya aku sudah cukup melakukan semua, hasilnya pun semua bilang baik. Terkadang aku heran jika melihat ada seorang ibu yang membuang anaknya, bahkan ada yang sampai membunuh anaknya sendiri. Aku berfikir 'kok bisa?'. Apa dia tidak berfikir bahwa sangat banyak orang yang menginginkan anak namun tetap tidak dapat hingga akhir hayatnya. Ada juga yang mengusahakan keturunan hingga berobat keluar negeri dan bahkan bayi tabung hingga menghabiskan biaya yang sangat besar, namun juga tidak berhasil.
Aku dan suami, memang akhirnya memutuskan untuk ikut program bayi tabung, namun apa boleh buat dana yang kami punya belum mencukupi untuk itu. Hingga akhirnya ibuku menelpon untuk mencoba berdoa langsung dihadapan Allah (di depan Baitullah atau ka'bah). Akupun menceritakan hal ini ke suami, alhamdulillah dia setuju dan kita mencari travel yang benar-benar aman dan baik, syukur jika ada travel yang juga menawarkan paket murah.
Sekian bulan mencari travel, akhirnya kita menemukan travel yang terjangkau oleh kami, karena bisa mencicil hingga waktu keberangkatan tiba. Singkat cerita akhirnya kita pergi umroh ke Madinah dan Mekkah. Sesampainya disana aku menangis ketika menginjakkan kakiku di Bandar Udara Internasional Pangeran Mohammad bin Abdul Aziz, namun itu tidak seberapa dibandingkan saat aku melihat Ka'bah.
Aku menangis sejadi-jadinya dan memohon maaf kepada Allah atas dosa dan kehilafanku selama ini. Akupun berdoa agar Allah segera memberikanku keturunan. Saat di Madinah, di masjid Nabawi, aku rajin berdoa di Raudhah (taman surga), di atas sajadah hijau tersebut aku berdoa dalam sujud terakhirku, berharap Allah segera memberikanku keturunan, kalau bisa jangan satu tapi sebanyak-banyaknya. Saat di Mekkah pun aku rajin mengunjungi Ka'bah dan menciumnya.
Sepulangnya aku ke Indonesia, semua keluargaku sudah menyambutku. Kami bercerita banyak mengenai pengalaman kami di sana. Ibu dan Ayahku bercerita juga saat mereka berhaji 7 tahun yang lalu.
Berjalannya waktu tidak ada juga tanda-tanda kehamilan pada diriku. Hingga aku pasrah dan ku serahkan kepada Allah atas semua kehidupanku ini. Perjalanan rumah tanggaku hingga memasuki umur 15 tahun, bukannya mudah, banyak pertengkaran, cemburu, kekhawatiran akan ditinggalkan suami dan keraguan lainnya.
Didalam penantian yang panjang, dan sholat malamku, akhirnya aku memutuskan menyuruh suamiku untuk mencari pendamping hidupnya kembali.
"Mas, maaf.. aku mau ngomong"
"Tumben, ngomong aja pakai bilang.. ada yang serius mau dibicarakan?"
"Iya mas, ini menyangkut perkawinan kita"
"Kenapa? Ada apa? Aku baik-baik saja kok, dan tidak ada niat aku untuk menghianati kamu"
"Iya mas, aku percaya dengan cinta kamu kepadaku, tapi apakah kamu tidak merindukan akan kehadiran seorang anak?"
"Ya sudah pasti kalau itu, kamu gak perlu tanyakan lagi. Memang kenapa?"
"Aku berfikir mungkin kamu harus mencari pendamping lagi, agar kamu bisa memiliki seorang anak"
"Kenapa kamu berfikir begitu? Aku saja tidak pernah memikirkannya!"
"Ya sudah sekarang kamu harus memikirkannya, cari yang terbaik, yang bisa menerima kita dan barakhlak baik."
"Iya nanti aku coba, aku berharap ini tidak terjadi diperkawinan kita dan aku berharap kamu bisa hamil"
"Iya mas, begitu juga harapanku, lagipula siapa sih istri yang mau dimadu"
Seiring waktu kami tetap menjalani kehidupan seperti biasanya, aku sudah menerima keputusan dari Allah. Aku jalani semua tan mengeluh, tanpa curiga dan selalu berprasangka baik.
Hari itu aku pergi ke masjid di dekat rumah untuk mendengar ceramah, aku melihat sosok wanita yang cantik dan murah senyum. Aku pun mendekatinya saat selesai acara ceramah.
"Asalamu 'alaikum"
"Wa'alaikum salam"
"Saya Aisah, tadi saya perhatikan dari jauh kamu sangat periang dan kelihatannya masih muda yah"
"Oh ya masa sih.. nama saya Rahayu, saya memang baru kali ini datang mendengarkan ceramah di masjid ini. Umur saya memang masih 20 tahun dan belum mempunyai pacar mba Aisah"
"Nah benarkan, perkiraan saya!"
Aku bercerita banyak dengannya, namun aku masihh mencari bagaimana sifat dan kebiasaannya. Berselang beberapa hari kemudian aku mengajaknya jalan kemudian main ke rumah saat hari libur. Maksudnya agar bisa bertemu dengan Mas Imam.
Saat aku kenalkan dengan Mas Imam, dia belum banyak berkata. Karena memang Mas Imam belum bicara banyak dengan Rahayu. Sepertinya dia masih menjaga perasaanku. Lambat laun aku dengan Rahayu semakin dekat dan kamipun berteman.
Akupun akhirnya berbicara dengan Rahayu saat makan bersama di sebuah mall di daerah Jakarta Selatan. Mas Imam ada juga bersamaku, maksudnya agar dia tahu apa yang akan aku bicarakan kepada Rahayu.
"Rahayu, aku sebenarnya ada niatan baik kepada kamu"
"Niatan apa ya mba"
"Aku berharap kamu bisa menerima apa yang akan aku katakan, tidak malah berfikir yang salah"
"Iya Mba.. ngomong saja"
"Begini.. (Ueueue..)" aku merasa mual dan ingin muntah hingga aku memutuskan pergi ke toilet, Mas Imam aku tinggalkan berdua di meja makan.
Saat aku kembali, aku ingin meneruskan perkataanku yang tadi terputus, Namun badanku terasa lemas. Dan aku sudah tidak ingat apa-apa.
Saat aku bangun aku sudah berada di Rumah sakit, ku lihat Mas Imam dan Rahayu di hadapanku. Aku melihat mereka sangat serasi. Aku tidak tahu kenapa badanku tiba-tiba seperti ini, dalam hati 'jika ini adalah akhir perjalanan hidupku dan Allah akan memanggilku maka aku ikhlas'.
"Aisah, gimana perasaan kamu sekarang?"
"Aku baik mas"
"Ya sudah kamu tidak usah berfikir apa-apa yah"
"Aku sakit apa mas? apa sakitku parah?"
"Enggak.. kamu tidak sakit"
"Terus kenapa aku begini?"
"Alhamdulillah, kamu hamil sayang.. usia kandungan kamu sudah 6 minggu"
"Alhamdulillah, benar mas?"
"Benar"
"Selamat ya Mba" Rahayu berkata..
Allah memang maha berkehendak dan mempunyai banyak rencana. Disaat usiaku sudah 43 tahun akhirnya aku hamil anak pertamaku. Aku bersyukur walau harus menunggu 18 tahun lamanya agar memiliki seorang anak. Aku harus menjaga kandunganku dan banyak bersyukur kepada Allah. Tak sadar air mataku jatuh di malam itu. Aku menangis dalam kebahagiaan. Ternyata Allah mengabulkan doaku disaat yang tepat.
Begitulah cara Allah menjawab setiap doa-doa kita. (KK)
-- DH --
"Iya mas, begitu juga harapanku, lagipula siapa sih istri yang mau dimadu"
Seiring waktu kami tetap menjalani kehidupan seperti biasanya, aku sudah menerima keputusan dari Allah. Aku jalani semua tan mengeluh, tanpa curiga dan selalu berprasangka baik.
Hari itu aku pergi ke masjid di dekat rumah untuk mendengar ceramah, aku melihat sosok wanita yang cantik dan murah senyum. Aku pun mendekatinya saat selesai acara ceramah.
"Asalamu 'alaikum"
"Wa'alaikum salam"
"Saya Aisah, tadi saya perhatikan dari jauh kamu sangat periang dan kelihatannya masih muda yah"
"Oh ya masa sih.. nama saya Rahayu, saya memang baru kali ini datang mendengarkan ceramah di masjid ini. Umur saya memang masih 20 tahun dan belum mempunyai pacar mba Aisah"
"Nah benarkan, perkiraan saya!"
Aku bercerita banyak dengannya, namun aku masihh mencari bagaimana sifat dan kebiasaannya. Berselang beberapa hari kemudian aku mengajaknya jalan kemudian main ke rumah saat hari libur. Maksudnya agar bisa bertemu dengan Mas Imam.
Saat aku kenalkan dengan Mas Imam, dia belum banyak berkata. Karena memang Mas Imam belum bicara banyak dengan Rahayu. Sepertinya dia masih menjaga perasaanku. Lambat laun aku dengan Rahayu semakin dekat dan kamipun berteman.
Akupun akhirnya berbicara dengan Rahayu saat makan bersama di sebuah mall di daerah Jakarta Selatan. Mas Imam ada juga bersamaku, maksudnya agar dia tahu apa yang akan aku bicarakan kepada Rahayu.
"Rahayu, aku sebenarnya ada niatan baik kepada kamu"
"Niatan apa ya mba"
"Aku berharap kamu bisa menerima apa yang akan aku katakan, tidak malah berfikir yang salah"
"Iya Mba.. ngomong saja"
"Begini.. (Ueueue..)" aku merasa mual dan ingin muntah hingga aku memutuskan pergi ke toilet, Mas Imam aku tinggalkan berdua di meja makan.
Saat aku kembali, aku ingin meneruskan perkataanku yang tadi terputus, Namun badanku terasa lemas. Dan aku sudah tidak ingat apa-apa.
Saat aku bangun aku sudah berada di Rumah sakit, ku lihat Mas Imam dan Rahayu di hadapanku. Aku melihat mereka sangat serasi. Aku tidak tahu kenapa badanku tiba-tiba seperti ini, dalam hati 'jika ini adalah akhir perjalanan hidupku dan Allah akan memanggilku maka aku ikhlas'.
"Aisah, gimana perasaan kamu sekarang?"
"Aku baik mas"
"Ya sudah kamu tidak usah berfikir apa-apa yah"
"Aku sakit apa mas? apa sakitku parah?"
"Enggak.. kamu tidak sakit"
"Terus kenapa aku begini?"
"Alhamdulillah, kamu hamil sayang.. usia kandungan kamu sudah 6 minggu"
"Alhamdulillah, benar mas?"
"Benar"
"Selamat ya Mba" Rahayu berkata..
Allah memang maha berkehendak dan mempunyai banyak rencana. Disaat usiaku sudah 43 tahun akhirnya aku hamil anak pertamaku. Aku bersyukur walau harus menunggu 18 tahun lamanya agar memiliki seorang anak. Aku harus menjaga kandunganku dan banyak bersyukur kepada Allah. Tak sadar air mataku jatuh di malam itu. Aku menangis dalam kebahagiaan. Ternyata Allah mengabulkan doaku disaat yang tepat.
Begitulah cara Allah menjawab setiap doa-doa kita. (KK)
-- DH --
Tidak ada komentar:
Posting Komentar