Cinta

Cinta
SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA "DODHY HANDAYADI".. SELAMAT MEMBACA.. SEMOGA BISA MENJADI PELAJARAN BUAT KITA SEMUA.. PENTINGNYA MENGHARGAI ARTI CINTA, DIMANA TERKADANG KITA HARUS MENGALAH UNTUK MEMENANGKAN HATINYA NAMUN TERKADANG KITA HARUS MERELAKAN KEHILANGANNYA UNTUK HAL YANG LEBIH BAIK LAGI.. JANGAN MENYERAH TERUSLAH BERJUANG SELAGI CINTAMU MASIH BISA DIPERJUANGKAN

Jumat, 25 Oktober 2019

Perasaan Cinta (Bagian 1)

Sudah sejak 3 tahun yang lalu aku mengenalnya. Saat kami sama-sama satu sekolah SMU (Sekolah Menengah Umum), saat itu kami hanya beda angkatan saja, aku kelas 2 sedangkan dia kelas 1. Sejak awal bertemu saat ada acara pertandingan 17 Agustusan di sekolah.
Sedikit mengenang saat-saat aku pertama kali berjumpa dengannya. Saat itu tanggal 17 Agustus 1998. Seharusnya memang libur tanggal merah namun sekolah mengadakan pertandingan antar kelas, ada banyak lomba yang di pertandingkan saat itu. Saat itu tepat tengah hari, cuaca sangat terik, aku mencari pohon rindang untuk berteduh agar bisa tetap melihat pertandingan yang sedang berlangsung. Tak lama di depanku datang seorang wanita berjumlah 5 orang berdiri di depanku. Aku yang berada di belakang mereka terhalang oleh badan mereka yang berdiri berjajar ke samping. Aku coba mencari celah dari mana yang enak untuk menonton tapi tetap teduh dibawah pohon itu. Namun tidak ku temukan posisi yang pas, hingga akhirnya aku menegur mereka agar bergeser sedikit.

     "Hai, cewek-cewek di depanku geseren dikit dong.. gak kelihatan nih"

     "Kalau gak kelihatan ke depan dong" salah seorang menyahut tanpa menengok ke belakang (ke arahku)..

     "Lah dibilangin bisanya nyaut"


Imej yang berkaitan

Hingga akhirnya aku mengalah dan hanya duduk saja di belakang mereka. Selesai pertandingan aku ke kantin belakang sekolah untuk makan makanan yang sudah disiapkan oleh sekolah, lagi-lagi aku bertemu dengan ke 5 orang yang tadi. 
Pulang sekolah sekitar jam setengah 4 aku menunggu angkot di depan kantor kelurahan Kalisari. Saat angkot 09 lewat akupun menaikinya, tak lama di depan ada yang naik juga. Ternyata salah satu gadis yang berlima tadi naik angkot yang sama dengan ku. Dia duduk percis di depanku.

     "Hai.. Kamau yang tadi kan?"

     "Iya"

     "Kamu pulang ke mana?

     "Pasar Rebo"

     "Oh, kok kita gak pernah bertemu yah.."

     "Masa sih"

     "Oh iya kenalin nama saya Anwar" aku menyodorkan tangan kananku untuk berjabatan dengannnya..

     "Aku Rosi"

     "Kamu kelas berapa Ros?

     "Aku kelas 1-8"

     "Kakak kelas berapa?"

     "2-3"

Kami berbicara banyak mengenai sekolah kami dan syukurnya suasananya tidak kaku, dia enak diajak berbicara dan nyambung.

 Imej yang berkaitan
Itulah sedikit cerita awal perjumpaan dengan Rosi. Saat ini kami sudah pacaran kurang lebih 1 setengah tahun lamanya. Rosi adalah seorang yang tertutup, dia tidak akan bercerita jika aku tidak bertanya dengannya. Rosi juga jarang bercerita mengenai kehidupan keluarganya. Beda sebaliknya dengan aku, aku lebih banyak menceritakan keluargaku dan teman-temanku.
Saat jum'at sore, ketika pulang sekolah aku sering mengajak Rosi ngumpul bareng ke rumah temanku di Munjul. Kita biasanya ngobrol hingga mau masuk waktu maghrib. Setelah itu seperti biasa aku mengantarnya pulang ke rumahnya dulu baru aku pulang ke rumahku.
Saat ini kami sudah kuliah di Universitas yang sama juga namun beda jurusan, dia mengambil Fakultas Ekonomi sedangkan aku di Fakultas Teknik. 
Baru beberapa bulan ini aku memberanikan diri untuk main ke rumah Rosi. Dan menjadi kenal dan akrab dengan kedua orang tuanya. Setahu aku rosi mempunyai 2 orang adik cowok yang masih SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan SD (Sekolah Dasar) kelas 3.

 Imej yang berkaitan
Saat hari minggu aku sering mengajak kedua adiknya untuk bermain bola di taman depan rumahnya. Di setiap minggu akhir bulan aku juga sering mengajak Rosi ke nonton film di bioskop terdekat. Aku semakin dekat dengan Rosi, pernah selesai menonton di dalam mobil dia berbicara serius denganku mengenai hubungan kita.

     "Kak Anwar, maaf jika Rosi seperti ini.. Rosi ingin tanya ke kakak apakah kakak serius dengan hubungan yang kita jalanin ini?"

     "Maksud kamu gimana Ros?"

     "Iya maksudku, hubungan kita mau dibawa kemana setelah ini?"

     "Aku sih mau kita jalanin saja dulu, kalau aku sih inginnya kita lanjut ke jenjang pernikahan setelah kita berdua tamat kuliah dan sudah bekerja nanti."

     "Beneran kak?"

     "Beneran lah, masak pacaran terus.. kan enggak! emang kamu mau pacaran seumur hidup?"

     "Iiiih kakak kalau ngomong sembarangan.. amit-amit deh.."

     "Ya sudah kalau begitu kamu harus yakin dengan hubungan kita"

     "Iya kak"

Sampai rumah sudah jam 11 Malam, Aku mengantarnya sampai depan pintu rumah, kedua orang tuanya sudah tidur semua, sehingga aku langsung pamit pulang dengannya.
Seminggu kemudian aku pergi ke rumahnya, tanpa bilang dulu dengannya. Dia keluar dengan pakaian tidur dan seksi, kali ini dia sangat berani denganku. Dia menciumku membabi buta dan bertanya kapan akan menikahiku. Dalam hati bukankan aku pernah mengatakan dengannya mengenai kapan aku akan segera melamarnya. Akupun langsung membuang pikiran negatifku. Dia pun kemudian juga berani duduk di atas pangkuanku.

     "Jangan begini Ros, nanti orang tua kamu melihat bisa marah"

     "Ah mama papa kan tidak ada"

      "Tapikan ada adik-adik kamu?"

     "Semua adik-adikku juga pergi"

     "Oh yah, semua pergi kemana?"

     "Pada ke Mall, mereka biasanya belanja saat mama papa sudah gajian"

     "Oh begitu, terus kenapa kamu tidak ikut?"

     "Ogah ah, aku kan jarang diajak.. jadi mending aku main di rumah ajaaa"

Terlihat ada yang aneh dengan Rosi hari. Dia ngomong blak-blakan dan terlalu berani. Takut nanti kedua orang tuanya segera pulang dan berfikiran macam-macam, akupun pamit pulang ke Rosi.

     "Ros, aku pulang yah?"

     "Kok cepat banget sih.. nanti aja dong tunggu mama papa pulang dulu"

     "Aku ada kerjaan lain nih"

     "Oh, ya sudah deh.. besok-besok datang lagi yah"

Sampai rumah, aku kepikiran dengan kejadian tadi, dalam pikiranku 'kenapa Rosi berubah dragtis seperti itu'. 
Keesokan harinya saat aku bareng dengannya ke kampus, di kampus aku memegang tangannya dan memandanginya.

     "Kamu kenapa Anwar, ada yang aneh denganku?"

     "Enggak.. gak papa kok"

     "Kok mandangin aku seperti itu"

     "Kamu cantik sekali hari ini" aku mengatakannya agar tidak memperpanjang pertanyaannya"

     "Ah masa, pada hari ini aku tidak dandan loh"

     "Berarti kamu cantiknya natural, jadi gak perlu dandan emang sudah cantik" aku gombal sedikit..

     "Ah kakak bisa aja, jadi malu aku"

Sebulan kemudian aku menelpon dia, maksud hati ingin mengajaknya ke Puncak.

     "Hallo, Ros" dia mengangkat telponku..

     "Iya kak, besok kita ke puncak yuk?"

     "Hayuk, aku siapkan baju dulu yah"

     "Gak usah sekarang, kan ke Puncaknya besok"

     "Oh Iya.. ya"

     "Iya, jadi gak usah buru-buru yah"

     "Iya kak, tapi kakak gak usah jemput ke rumah yah!"

     "Lah, biasanya kan aku izin orang tua kamu dulu! gimana sih"

     "Nanti biar aku saja yang bilang mama papa, kakak jemput aku di depan jalan masuk mau ke rumah saja yah"

     "Oke.. aku besok tunggu kamu di Jalan depan jam 8 pagi yah"

     "Iya, sampai ketemu besok yah!"

     "Oke.. daaah"

     "Daahhhh kakak"

Besoknya tepat jam 8 pagi aku sudah berada di tempat yang dijanjikan. Aku menunggu 10 menit lamanya hingga dia datang. Aku melihat dia berpakaian rapi dengan menggunakan topi dan bawa tas besar.

     "Kamu bawa tas besar banget! isinya apa?"

     "Ini baju ganti"

     "Lah kok pake bawa baju ganti segala, biarin kita gak usah beli baju lagi kak"

     "Maksudnya gimana sih Ros? kamu mau kabur dari rumah ya?"

     "Sudah jalan aja deh cepat, nanti aku jelasin"

Akupun tancap gas menuju puncak, diperjalanan dia banyak diam bahkan tertidur dikursi sebelahku. Dalam hatiku 'ni orang aneh banget sih sudah bawa tas besar banget, tidur pula.. padahalkan aku mau ajak dia jalan-jalan untuk senang-senang dan mengobrol, masa tidur sih'.
Dia pun aku biarkan hingga aku tiba di perkebunan teh. Di kebun teh kami duduk berdua, berbicara tentang masa depan yang indah. Dia terlihat cantik dan bersemangat saat cerita, aku melihat didirinya sosok yang bersemangat dan periang, dia sangat terlihat berbeda. Siang harinya kami makan jagung dan bakso hangat di puncak pas. Lalu kami sholat di masjid atta'awun. Jam 3 siang aku sudah turun dari atas menuju rumahnya.

 Hasil carian imej untuk ‪puncak‬‏

Saat melewati taman safari, Hp ku berbunyi, terlihat di layar nomor Rosi. Aku bingung, karena Rosi berada di sebelahku, lalu siapa yang menelponku. Dalam hati 'apakah Hp-nya ketinggalan jadi orang tuanya menelponku'. Aku segera mengangkatnya..

     "Hallo kak.. Kakak dimana?"

     "Hallo.. aku lagi jalan ke sana.. ini siapa yah?"

     "Ini Rosi kak.. masa gak kenal suaraku" akupun bingung siapa sebenarnya orang yang mirip Rosi yang berada di sebelahku..

     "Rosiii!, ah becanda ni.. ini nelpon saya ada perlu apa yah?"

     "Beneran ini Rosi.. emang kakak gak simpan nomor aku di Hp kakak yah?"
     "Kak aku ada penting nih, kakak ke rumah yah"

     "Ada apa? ini aku lagi jalan ke sana?"

     "Ya sudah pokoknya ke sini aja.. tar aku jelasin.. cepetan yah kak, bantuin aku!"

     "Sebenarnya ada apa sih?" aku kepikiran bahwa ini adalah saudara kembar Rosi yang kabur, makanya dia panik mencarinya..

     "Entar aja, aku kasih tahu di rumah!"

     "Kamu lagi cari saudara kembar kamu yah?"

     "Kok kakak tahu sih..!"

     "Ini lagi sama aku di sini"

     "Ya Allah kak.. jadi sama kakak, kok kakak gak bilang pergi sama kak Rosa"

     "Oh namanya Rosa toh.."

     "Iya.. emang kakak gak kenalan"

     "Emang aku tahu kalau kamu ada saudara kembar? emang kamu pernah cerita sama aku?"

     "Ya sudah deh kak aku tunggu di rumah segera yah"

Sesampainya di rumah Rosi, aku mengajak Rosa masuk. Diapun tidak mau turun, sampai akhirnya mama dan papanya datang untuk menjemputnya turun.

     "Rosa ayo turun nak!"

     "Gak mau.. mama papa selalu begitu, gak pernah merestui aku untuk pacaran! mama papa maunya sendiri gak perduli perasaanku"

     "Maafin mama ya Ros"

     "Jadi aku harus bagaimana nih, apa-apa gak boleh. sekarang aku mau pergi sama pacarku yang baru juga gak boleh" diapun turun dari mobil sambil dipegangi mamanya

     "Iya boleh, tapi bukan sama Anwar.. dia itu pacar adik kamu Rosi"

     "Gak boleh.." dia berlari kearah aku dan megang serta memeluk tanganku "Ini pacar aku"

     "Iya.. iya.. ayuk masuk"

Diruang tamu aku berbicara dengan Rosi, sedangkan Rosa masuk ke kamarnya..

     "Kakak kemana aja sama kak Rosa"

     "Kamu kenapa gak bilang dari dulu sih, punya kembaran?"

   "Aku takut kakak malu punya pacar tapi keluarganya ada yang stres, apalagi dia adalah kembaranku"

     "Ngapain harus malu sih Rosss.. dia kan bagian dari keluarga kamu.. lagi pula mau gak mau pasti aku akan tahu juga suatu saat nanti.. seperti sekarang ini kan aku akhirnya tahu. Coba kamu sudah bicarakan hal ini dari awal, jadi hal ini kan tidak akan terjadi"

     "Iya kak Anwar maafin aku yah! kakak kok bisa Pergi sama kak Rosa?"

Gak lama papa mamanya datang dari arah kamar Rosi.

     "Iya.. kemarin aku telepon kamu, aku pikir kemarin itu kamu yang angkat, jadilah aku janjian dengan kakak kamu itu. Memang aku agak ragu karena dia maunya dijemput di jalan depan rumah, katanya sih biar dia saja yang bicara ke papa mama. ya akupun mengiyakan karena aku pikit itu kamu."

     "Terus kakak kemana aja hari ini"

     "Tadi aku jalan jam 08.10 langsung ke puncak, nah disitu juga aku curiga kok kamu bawa tas besar banget, kayak orang mau kabur dari rumah. Tapi karena memang aku gak tahu kamu punya saudara kembar, lagi-lagi aku pikir itu kamu ya sudah, aku jalan saja. Di jalan aku juga sudah curiga nih kok kamunya tidur aja. Mau diajak jalan malah tiduran, tapi ya sudah lah"

    "Oh gitu.. terus-terus ngapain lagi"

     "Ya kita ngobrol di kebun teh lalu makan jagung dan bakso di puncak pas dan sholat baru setelah itu kita pulang"

     "Kak Anwar bicara apa saja ke kak Rosa?"

   "Dia bicara banyak tentang masa depannya, dia ceria banget dan selalu tersenyum. Memang terkadang dia nyambung, kadang juga ngaco"

Kami terdiam semua di ruangan tamu..

     "Trus apa yang kamu tangkap dari omongannya saat bersama kamu War?" Papanya Rosi berkata..

     "Kalau saya pikir Rosa harus dinikahkan pak, sepertinya jika dia memang sudah mempunyai pacar silahkan bapak nikahkan saja. Karena saya lihat dia tadi bahagia jalan bersama saya"

     "Oh, begitu yah"

    "Kalau boleh tahu Pak sebenarnya apa yang terjadi dengan Rosa yah?"

     "Begini kak.." Rosi berkata namun terhenti

     "Biar bapak saja yang menjelaskan.. Begini nak Anwar dulu dia mempunyai pacar bernama Sidiq, Rosa pacaran sejak kelas 2 SMP, kemudian saat awal kuliah kemarin pacarnya memutuskannya karena akan kuliah di Amerika. Nah Rosa pikir saya dan mamanya yang tidak suka dengan Sidiq dan menyuruh sidiq mengatakan itu kepada Rosa. Karena pada malam hari sebelumnya memang saya dan mamanya banyak bicara dengan Sidiq di ruang tamu ini. Jadi ini adalah kesalah pahaman Rosa kepada kita saja, karena menurutnya sebelum kita berbicara di ruangan ini, hubungan mereka baik-baik saja, namun setelah itu Sidiq jadi berubah dan memutuskan hubungan mereka yang sudah berjalan selama 5 tahun."

     "Oh begitu, Boleh tidak aku bantu berbicara dengan Rosa besok?"

     "Gak usah nak Anwar, nanti malah tambah runyam"

    "Oh ya sudah kalau begitu, tapi kalau boleh tau ada tidak foto Sidiq? apalagi jika ada alamat rumahnya atau nomor telponnya?"

     "Kami tidak punya"

Beranjak malam, selesai makan malam bersama, akupun pamit pulang. Saatakan tidur malam, di atas tempat tidur aku teringat akan kejadian hari ini. Aku memikirkan bagaimana Rosi bisa menutupi saudara kembarnya, padahal sudah beberapa bulan ini aku sering bertamu ke rumahnya. (KK)

Bersambung..

-- DH --

Jumat, 18 Oktober 2019

Cinta Gadis Desa

Perjalananku menuju Sukabumi adalah untuk mengunjungi kebun keluarga di sana. Hal ini aku dan keluargaku lakukan hampir setiap hari minggu atau tanggal merah atau juga hari libur. Perjalanan dari Jakarta ke sana paling cepat kita tempuh dalam waktu 3 Jam. Itupun kita harus berjalan subuh ke sana. Paling sering jam 8 atau jam 9 pagi kita sudah sampai di lokasi.

 Imej yang berkaitan
Kebun keluargaku luasnya hampir 1 Hektar, dengan ditanami pohon kelapa, durian, rambutan, pisang, pepaya, singkong, sirsak. Yang paling sering kita panen adalah kelapa dan pisang, dimana dia bisa berbuah sepanjang tahun. Aku sangat senang jika akan berpergian ke sana. Jalan mobil untuk masuk ke desa sana memang masih bebatuan kasar, namun kampung tersebut sudah termasuk desa wisata untuk arung jeram.
Aku memang sering ke sana namun aku tidak pernah menemukan pemandangan di pagi hari minggu itu. Saat melewati pertengahan desa ada rumah yang letaknya orang bilang 'tusuk sate'. Gadis itu terlihat sedang duduk di bangku panjang depan rumahnya. Dalam hati 'cantik juga tuh cewek', ingin rasanya berkenalan namun bagaimana dan kapan!, itu yang menjadi pikiranku saat itu.
Seperti biasa saat sudah sampai di kebun yang terletak belakang di lapangan bola depan balai desa. Aku sudah sibuk dengan memanjat pohon kelapa dan menurunkannya, terutama kelapa tua, aku juga berkeliling melihat buah pisang yang sudah tua. Memang yang paling aku senangi saat pergi ke kebun adalah saat akhir tahun, dimana duren dan rambutan sedang berbuah.
Hari itu aku yang sedang sibuk mengangkut buah kelapa dan pisang, saat itu aku melihat gadis yang minggu lalu aku lihat. Dia sedang berjalan tepat di samping ku, entah akan pergi kemana!. Saat itu kesempatan untuk berkenalanpun terlewatkan. Hingga aku memutuskan untuk menuntuskan kembali pekerjaanku. Sebelum pulang aku mampir dulu ke sungai untuk mencuci tanganku
Dilain minggu aku pun diajak oleh teman papaku yang juga penduduk kampung Warung Kiara Sukabumi (Jawa Barat) untuk mencari batu akik (batu cincin) di seberang sungai. Melewati jalan yang kasar dan jembatan kayu dengan penyanggah besi berwarna kuning. Saat mobilku melewati jembatan, kendaraan yang berlalu lalang harus bergantian saat berada lewat di atas jembatan tersebut. Ternyata perjalanan menuju gunung di seberang sungai cukup jauh, butuh waktu 1 setengah jam agar benar-benar sampai ke lokasi. Mobil yang terparkir di pinggir jalan tengah hutan kami tinggalkan. Aku membawa ember kecil ke sana, melewati sungai kecil, terlihat batu berwarna warni di dalamnya, akupun mulai memunguti batu-batu yang berwarna bagus dan berbentuk aneh, hingga ember terisi penuh dan berat.

Imej yang berkaitan

















Lama tidak ke kebunku membuat kangen suasana di sana, sehari sebelum keberangkatan papaku mengajakku ke sana berdua, di sepanjang jalan kita membicarakan mengenai kedepannya kebun kami. Ada rencana papa akan menjualnya karena memang letaknya yang terlalu jauh dan kurang menghasilkan. Seperti biasa rutinitasku yaitu mengambil buah yang ada dan kemudian memasukkannya ke dalam mobil kijangku. Saat itu lah aku melihatnya sedang berada di warung depan lapangan sedang meminum es. Sambil membeli gorengan, aku menghampirinya dan menyapanya.

     "Hai.. boleh berkenalan?"
     "Namaku Andrew" akupun menyodorkan tanganku untuk berjabatan tangan dengannya..

    "Nami abdi Sarah" dia berbahasa sunda

     "Sarah sudah lama tinggal di sini?"

     "Kuring cicing di kampung ieu saprak kuring oge murit"

     "Sarah gak bisa bahasa Indonesia?"

     "Bisa.. masa gak bisa.. kan di sekolah juga pakai bahasa Indonesia"

     "Oh.. ya sudah pakai bahasa Indonesia saja yah ngobrolnya, jadinya kepalaku gak pusing mencari artinya"

     "Hehehe.. emang sengaja"

     "Oh gitu.." aku senang dia baru kenal namun sudah bisa bercanda..

Pembicaraanku terputus, karena dari kejauhan papaku memanggilku dan mengajakku pulang kembali ke Jakarta.
Kemudian saat ulang tahun ibuku, kami bersama keluarga dan teman mamaku bersama pergi ke kebunku di Sukabumi. Total mobil yang ikutan kami konvoy sebanyak 13 mobil. Namun yang masuk sampai kebunku hanya 9 mobil. Sisanya diparkir di terminal yang terletak di jalan lintas pelabuhan ratu, itu karena mobolnya berjenis sedan. Acara hari itu sangat riuh, berawal dari ke kebunku untuk memetik buah rambutan, durian serta kelapa muda. Kemudian kami makan bersama di saung pinggir sungai. Ikan mas dan ayam memang sudah kita siapkan dari Jakarta berikut dengan perlengkapan memanggang dan peralatan makan serta tikar. Suasana saat itu sangat ramai dan bahagia. Sesekali kita melihat ke arah sungai karena ada arung jeram yang lewat. Pemandangan hamparan sawah yang luas terletak disisi kanan kiri dan depan saung. Sangat indah pemandangannya hingga kami tak jemu memandangnya dan sangat ingin berlama-lama berada di sana.

Hasil carian imej untuk ‪gambar sungai warung kiara sukabumi jawa barat‬‏

Selesai makan aku pergi ke sungai untuk duduk di bebatuan besar di pinggir sungai, aku lihat Sarah sedang mencuci pakaian. Akupun mendekatinya..

     "Hai Sarah.."

     "Eh, Andrew"

     "Aku pikir siapa yang lagi makan-makan di pinggir sawah di atas.."

     "Iya seluruh keluargaku pada mau rekreasi, ya akhirnya kami ajak aja ke sini"

     "Oh iya Sarah, ini jagung bakar buat kamu" Tidak sengaja aku membawa 2 jagung bakar saat itu, tadinya sih dua-duanya mau dimakan sendiri..

Di atas batu besar kami berdua banyak bercerita, sambil makan jagung yang aku berikan, kami asik berbicara sambil melihat derasnya aliran sungai. Sarah menurutku tergolong orang yang asik untuk dijadikan teman. Aku berharap 'semoga saja bisa menjadi teman spesial di hati'. Hari semakin siang, keluargaku memanggilku untuk segera berangkat ke pantai Pelabuhan Ratu. Akupun pamit ke sarah dan diapun segera melanjutkan pekerjaannya.
Berjalan ke Pelabuhan Ratu, di sepanjang perjalanan aku memikirkan kejadian tadi bersama Sarah. Hatiku semakin berbunga-bunga dibuatnya. Aku seperti menemukan bunga di tengah hutan luas. Tidak ku sangka ada gadis secantik dirinya di kampung tersebut. 
Setelah sampai di pantai aku bersama saudaraku bermain pasir dan mandi di pinggir pantai. bersenang-senang deh, kapan lagi bisa ke pantai.
Hari itu terlewatkan sampai 6 bulan lamanya, kami tidak pernah mengunjungi kebun lagi. Hingga saudaraku mengajakku untuk pergi ke Sukabumi untuk menemui temannya di sana. Pagi sampai siang hari kami berada di rumah teman saudaraku, kami disana mancing ikan, kebeneran dia punya kolam luas dengan berbagai macam ikan di dalamnya, seperti ikan lela, ikan emas, ikan bawel, ikan patin dan ikan gurame. Sebagian yang kami peroleh, kami bakar di samping kolam, rasa daging ikannya sangat gurih sekali, mungkin karena baru saja diambil dan langsung dibakar, dan mungkin saja kami lagi lapar juga.
Siangnya aku pergi ke Warung Kiara, ternyata masih ada sisa buah rambutan di pohon, kami mengambil sebanyak 1 karung penuh. Kemudian aku coba mampir ke rumah Sarah. Aku mengajaknya pergi ke Pelabuhan ratu, untungnya dia mau. Jadilah kita berempat pergi ke Pantai. Di pantai aku berlarian berkejaran dengannya. Saat ku pegang tangannya diapun mau. Tak peduli dengan saudaraku yang bersama teman wanitanya. Aku dengannya hanya berdua saja kesana kemari. Saat ditepi pantai, kami bercerita banyak. 
 
 Imej yang berkaitan

     "Andrew.. mungkin ini terakhir kali kita bertemu"

     "Memang kamu mau ke mana Sar?"

     "Aku mau pergi jauh.."

     "Maksudnya gimana sih?"

     "Aku mau pergi untuk mencari nafkah ke sebuah negara di timur tengah"

     "Maksudnya TKW (Tenaga Kerja Wanita)"

Aku terdiam menatapnya..

     "Kapan kamu akan berangkat?" aku menghela napas panjang dan berkata pelan..

     "Hari senin depan Drew"

     "Semoga kamu baik-baik saja di sana yah"

     "Ammiin.. terima kasih ya.. sebenarnya sih aku tidak mau seperti ini, tetapi memang karena ekonomi keluarga yang kurang yang membuat aku mau tidak mau harus mencari nafkah untuk membantu orang tuaku"

     "Kamu kan cantik, pasti bisa kan cari kerja disini? aku yakin jika orang secantik kamu akan mudah untuk mendapatkan pekerjaan"

     "Kalau di sini, terlalu lama untuk mengumpulkan uangnya.. aku melihat di sekeliling tempat tinggalku, banyak yang sukses setelah mereka menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia) di negara luar"

     "Jadi keputusan kamu sudah bulat?"

     "Ya.. untuk keluarga"

     "Berarti intinya kamu sendiri gak mau kan!"

     "Ya.. untuk keluarga aku harus melakukannya"

Dia memelukku dengan erat..

     "Doain aku yah.. semoga aku baik-baik saja" dia berkata sambil memelukku..

     "Iya.. aku akan mendoakan kamu selalu"

Di perjalanan pulang saat aku mengantarnya pulang ke kampungnya, kami berdua duduk di bagian belakang mobil, dia tiduran di pundakku. tak ada pembicaraan di dalam mobil. Saat dia akan turun dia mencium pipiku dan aku membalasnya dengan mencium di bibirnya. Setelah turun kami langsung meninggalkan kampungnya dan mengantar teman wanita saudaraku. Lambayan tangannya saat terakhir kali itu yang masih ku ingat dengan senyumannya yang manis. Aku hanya berharap bisa kembali bertemu dengannya.
Sampai di Jakarta sudah tengah malam. Di malam itu aku tidak bisa tidur, padahal sudah mandi. Kan kata kebanyakan orang kalau kita mandi tengah malam bisa membantu agar cepat tidur. Ternyata itu semua tidak berpengaruh. Tetap saja aku tidak bisa tidur..
Aku memikirkan tentang perjumpaan indah hari ini, harum tubuhnya yang sangat wangi masih terasa saat malam itu, wangi rambutnya dan ciuman perpisahannya masih terus terbayang Sulit rasanya melupakan lambayan tangan perpisahan saat terakhir bertemu waktu itu.
Setahun berlalu, saat aku mengunjungi kebunku dan lewat depan rumahnya, rumahnya masih tampak sepi. Namun aku beranikan diri menanyakan kabar dia ke tetangga dekatnya. Ternyata Sarah sudah meninggal 2 minggu yang lalu karena hukum pancung. Sedih sekali rasanya aku mendengar kabar tersebut. Yang aku dengar dari perkataan tetangganya tersebut, hal itu, kenapa itu bisa terjadi karena dia mempertahankan keperawanannya dari majikannya yang bejat tersebut. Namun karena kematian majikannya tersebutlah dia jadi terkena hukuman.
Aku tahu dia tidak salah, dia hanya membela diri untuk kehormatan dirinya. Namun itulah kelemahannya, hukum negara tersebut tidak bisa melihat sedikitpun kebaikan darinya, yang dia lihat hanyalah akhir, bukan bagaimana kejadian tersebut bisa terjadi. Aku kasian dengannya, dia ke sana untuk keluarganya, namun berakhir tragis. Hal ini lah yang sudah aku duga saat pertemuan terakhir dengannya, saat di pantai itu. Aku sudah menduga kecantikannya akan membuat bumerang untuk dirinya sendiri.
Saat diperjalanan pulang ke Jakarta, aku sedih memikirkannya, saat makan siang di rumah makan padang bersama papaku. Aku juga tidak banyak makan, rasanya tidak napsu dan tidak lapar. Sampai papaku berkata 'Tumben makannya dikit?, biasanya sampai nambah!'. Aku cuma bisa menjawab 'iya pah gak lapar'. Sampai di rumah pun aku langsung ke kamar dan merenunginya sampai-sampai aku menangis dibuatnya.
Sekarang semuanya sudah menjadi kenangan.. kenangan yang indah yang tidak mungkin terlupakan olehku. (KK)

-- DH --


         
     

Jumat, 11 Oktober 2019

Cinta Tidak Akan Kemana

Aku mencintainya sejak umurku 14 tahun. Dia adalah anak seorang kiyai tempat aku belajar di sebuah pesantren di Jawa Timur. Walau pakaiannya selalu dibalut oleh jilbab panjangnya, namun pancaran kecantikan dari wajahnya sangat menarik dipandang mata. Dia selalu menjadi perhatianku kapanpun dan dimanapun aku melihatnya. Dia merupakan penghapal Al Qur'an yang baik. saat berumur 10 tahun dia sudah hapal Al Qur'an 30 Juz. Yang aku tertegun dengannya adalah bacaan suratnya saat dia melantunkan ayat suci.

 Hasil carian imej untuk ‪taaruf‬‏
Semakin dewasa perasaan itu terus tumbuh, namun aku tidak berani mengkhitbahnya kepada kiyai atau bapaknya langsung. Perasaan itu hanya ku pendam di dalam hatiku.
Seperti biasa aku hanya mencoba menjadi santri yang terbaik di sana. Aku berusaha menghafal 30 Juz, aku juga menghapal hadis dan lain sebagainya. Aku juga tidak pernah menolak saat kiyai menyuruhku kemanapun dan apapun aku lakukan.
Saat Kiyai mengirimku untuk lomba atau kejuaraan, aku selalu mendapatkan prestasi dan menjadi pemenang, aku juga sering disuruh beliau untuk menggantikannya ceramah saat-saat kiyai sedang sakit atau berhalangan hadir.
Sejak kecil aku sudah hidup di pesantren, ibu ku meninggal saat melahirkan ku, sedangkan ayahku meninggal karena sakit saat aku berusia 5 tahun. Sejak itulah kemudian aku dititipkan di pesantren oleh pamanku.
Memasuki masa remaja seperti saat ini, ingin rasanya aku segera menikah, apalagi bisa menikah dengan anak kiyai bernama Zahra. Banyak pertimbangan yang aku pikirkan saat aku ingin meminang Zahra. Terutama karena aku seorang yatim piatu dan berasal dari keluarga miskin yang tidak mempunyai apapun bahkan rumah juga tidak ada.
Beberapa bulan kemudian aku mendengar sahabatku yang bernama Usman, ingin menikahi Zahra, dia langsung ke Pak Kiyai untuk mengkhitbahnya. Saat itu aku sangat takut jika lamaran sahabatku itu diterima oleh Zahra. Namun yang saya dengar Zahra menolaknya, akupun bersyukur karena masih memiliki harapan untuk bersamanya. Kemudian dihari-hari berikutnya banyak lagi laki-laki yang datang melamarnya, namun semuanya ditolak.
Terakhir yang aku dengar adalah sahabat terdekatku bernama Umar juga ingin melamarnya.  Kali itu aku semakin bingung dan khawatir jika kesempatan untuk melamar zahra tidak ada lagi. Terlebih Umar berperawakan tegap dan ganteng, dia juga terlahir dari keluarga yang berada. Aku takut lamaran Umar di terimanya. Hingga kemudian aku mendengar bahwa khitbah sahabatku juga ditolak, aku sangat senang karena harapanku untuk mengkhitbahnya tetap terbuka.
Banyak sekali dorongan dari teman-teman terutama 2 sahabat dekatku Usman dan Umar. Untuk segera ikutan mengkhitbah Zahra putri kiyai yang pertama. Aku ragu, takut dan tidak percaya diri untuk menemui kiyai.

 Hasil carian imej untuk ‪taaruf‬‏
1 Tahun berlalu, Zahra belum juga menikah. Entah kenapa saat itu aku berani menemui kiyai untuk mengkhitbah Zahra.

     "Pak Kiyai, maaf sekali jika mengganggu waktunya yang sangat berharga ini"

     "Ada apa Ali? ada yang pentingkah?"

     "sudah lama sekali saya ingin membicarakan ini kepada kiyai, namun tidak ada keberanian"

     "Kamu mau bicara apa?"

     "Begini Pak Kiyai.. saya.. saya.. saya......"

     "Saya apa? kamu ingin mengkhitbah anak saya Zahra begitu?" Pak kiyai memotong pembicaraanku karena geroginya aku..

     "Iya Pak Kiyai.. saya ingin melamar dan menikahi Zahra.. Putri pertama Pak Kiyai.. semoga Pak Kiyai berkenan!"

     "Saya tidak bisa menentukan hal ini.. Hanya Zahra yang bisa menentukan.. saya akan bicara kepada Zahra dulu yah"

     "Iya Pak Kiyai.. terima kasih"

Pak Kiyai ke dalam menemui anak pertamanya.. Zahra

     "Zahra anakku.. Ali datang menemuiku di depan.. dia berkeinginan menikahimu.. apakah kamu berkenan?"

     "Aku yang terbaik saja menurut bapak!"

     "Ali adalah anak teladan di sini, cerdas, pintar dan hapal segalanya, dia juga sering menjadi pengganti bapak saat bapak berhalangan. Juga dia selalu membanggakan pesantren kita, saat menjadi pemenang mengikuti lomba."

     "Jika Bapak mengizinkan dan Allah menghendakinya aku siap. Semoga Ali bisa menjadi suami yang terbaik dalam hidupku"

     "InsyaAllah"

Kemudian Pak Kiyai keluar menemuiku..

     "Alhamdulillah Zahra mau menikah denganmu"
     
     "Alhamdulillah" aku sangat bersyukur mendengarnya dan semakin bersemangat..

     "Namun mahar apa yang kamu bisa berikan kepada anakku?"

     "Aku mempunyai uang Rp 2 Juta, tabunganku yang aku selalu kumpulkan setiap menang lomba. Itu saja yang aku punya Pak Kiyai!"

     "Oke.. itu sudah cukup untukku"

      "Terima kasih Pak Kiyai" Aku menyalami dan mencium tangannya..

Aku pamit dan segera mengambil uang mahar tersebut yang ku simpan dalam lemari pakaianku. Saat sampai di kamarku, ku cari uang tersebut di dalam lemari namun tidak ada. Aku ingat-ingat dimana aku menyimpannya, namun tetap tidak ingat. 
Keesokan harinya aku ingin menjumpai Pak Kiyai, namun beliau tidak ada. Ternyata beliau pergi keluar kota selama 2 minggu lamanya. Dengan sabarnya aku menunggu kedatangan Pak Kiyai kembali ke pesantren. Benar saja saat tiba di pesantren aku dipanggil beliau untuk menemuinya.

     "Ali kamu mencari saya selama 2 minggu ini?"

     "Iya Pak Kiyai!"

     "Ada apa?"

     "Uang yang aku janjikan ke Pak Kiyai tidak ada, mohon Pak Kiyai bisa bersabar sampai aku kumpulkan uang kembali sejumlah tersebut"

     "Ya sudah tidak usah risau.. tidak perlu kamu pikirkan itu!"

     "Iya Pak"

     "Memang uang tersebut kamu simpan dimana? kok bisa tidak ada?"

     "Saya taruh di bawah bajuku pak, di dalam lemari pakaianku.. mungkin aku lupa taruh atau bisa jadi hilang diambil orang.."

     "Tidak mungkin hilang, mana mungkin anak-anak pesantren ada yang mencuri.. itu mungkin kamu lupa saja menaruhnya"

     "Iya pak, saya kayaknya lupa menaruhnya dimana!"

     "Ya sudah, Begini Ali, saya ini ada undangan dari pesantren teman saya, jaraknya 1 jam dari tempat kita ini.. teman saya itu ingin mengadakan lomba kaligrafi, baca Qur'an dan Azan.. Kamu kan bisa semua tuh.. kamu bisa wakilin saya kan?"

     "Siap pak Kiyai.. waktunya kapan?"

     "Hari jum'at besok dari ba'da subuh hingga selesai.. mungkin selesainya sore, karena ada sholat jum'at dan makan siang bersama"

     "Iya pak saya akan berangkat sebelum subuh dan sholat subuh di sana"

     "Iya, nanti kamu akan ditemani Umar dan Usman serta sopir saya akan mengantarkan kamu hingga acara selesai. Nanti saya akan daftarkan kamu ke sana"

     "Terima kasih Pak Kiyai!"

     "Sama-sama"

 Acara yang dinanti tiba, jam 3 malam kami berempat pergi ke pesantren yang Pak Kiyai katakan. Diperjalanan kami sangat senang bisa jalan-jalan bersama sahabatku keluar pondok pesantren. Tiba disana, sudah banyak sekali tamu yang datang. Kami segera menemui pimpinan pesantren di sana dan beramah tamah dengannya. Setelah itu kami sholat subuh berjama'ah di langgar. Kemudian dilanjutkan sarapan bersama.
Singkat cerita aku bisa memenangkan semua lomba, hanya lomba baca Al'quran aku menang juara pertama, yang lainnya hanya bisa di posisi ke dua.
Setelah sholat maghrib kami kembali ke pesantren, kami disambut oleh teman-teman disana. Sangat meriah sambutan mereka, hingga membuatku semakin bangga dan bahagia. Di rumah aku sudah disambut oleh ustad-ustad dan Pak Kiyai mereka mengucapkan selamat padaku atas prestasiku ini.
Saat aku berpamitan untuk kembali ke kamarku, Pak Kiyai mengundangku ke rumahnya, kebeneran juga memang ada yang aku mau bicarakan juga kepada beliau.
Kami berjalan bersama sambil berbincang bincang ringan.

     "Silahkan duduk Li" Pak Kiyai mempersilahkan aku duduk saat memasuki rumahnya, dan beliau masuk ke dalam kamarnya..

     "Iya, terima kasih pak"

Lama aku menunggu hingga Pak Kiyai keluar kamar..

     "Ada yang mau kamu bicarakan yah?"

     "Iya Pak" dalam hati 'pak Kiyai tahu saja setiap aku ingin berbicara dengannya'..

     "Silahkan Nak Ali..!"

     "Ini pak, saya mau memberikan mahar yang saya janjikan kemarin"

     "Oh, begitu.. boleh saya hitung?" Pak Kiyai menyambut amplop yang aku berikan kemudian menghitungnya..
    
     "Ya Pak Silahkan"

     "Kok banyak sekali Li, ini lebih 1,5 Juta loh"

     "Iya Pak, itu semua uang yang saya terima dari menang lomba hari ini"

     "Ini yang 1,5 Juta kamu pegang buat persiapan yang lainnya yah.. saya terima yang ini saja sesuai kesepakatan kita di awal dulu"

     "Iya Pak terima kasih"

Sebulan lamanya persiapan pernikahanku dengan Zahra. Namun aku mendengar dari Zahra jika dia banyak mendengar pembicaraan yang kurang baik mengenai aku. Namun dia tetap pada pendiriannya untuk menerimaku sebagai calon suaminya. Zahra tidak peduli dengan semua perkataan yang kurang baik dari masyarakat sana dan penghuni pondok pesantren lainnya.
Hari yang dinanti tiba, seluruh teman, sahabat dan kerabat Kiyai dari seluruh Indonesia datang. Bahkan ada yang dari luar negeri juga datang, dari Malaysia, Turki, Arab Saudi dan negara lainnya. Aku melihat ini adalah pesta yang sangat sederhana namun banyak sekali orang yang hadir melihat akad nikah dan resepsi kami.

 Hasil carian imej untuk ‪menikah islam‬‏

Aku sangat bahagia mengenang hari-hari itu, apalagi seminggu setelah itu Usman datang menemuiku, katanya ingin mengembalikan hutangnya sebesar Rp 2 Juta kepadaku. Di situ aku baru teringat bahwa uang yang aku cari-cari selama ini ternyata aku pinjamkan ke sahabatku.
Uang tersebut aku langsung berikan kepada istriku.. Zahra. (KK)

-- DH --








Jumat, 04 Oktober 2019

Cinta Itu Tidak Mudah

Hari itu aku menemukanmu, dari pandangan pertama itu hatiku langsung terpikat kepadamu. Melihatmu tidak mudah memalingkan wajah ini, rasanya ingin selalu menatap dirimu yang ternilai sempurna di mataku. Dia adalah teman sekelasku saat aku duduk kelas 2 SMA (Sekolah Menengah Atas). Matanya yang elips, berkulit putih dengan alis tebal serta berambut panjang terurai yang membuat pesonanya semakin indah, suaranya yang sedikit mendesah menambah kekagumanku kepada dirinya. Angelic adalah namanya.
Mendekatinya adalah suatu tantangan buatku, karena aku adalah seorang yang pemalu untuk mendekati seorang wanita, butuh nyali yang besar buat melakukannya. Tapi mau tidak mau aku harus berani mendekatinya, berawal dari kerja kelompok di kelas, pulang bareng hingga saat di kantin sekolah makan di dekatnya saat istirahat.
Semakin lama aku semakin akrab dengannya, Saat jam istirahat aku coba untuk berbicara dengannya untuk mengajaknya pergi ke mall, ya sekedar jalan-jalan bersama.

     "Angel, besok bisa temanin aku ke mall gak?, aku mau membeli sesuatu untuk kamu"

     "Kamu mau beliin aku sesuatu, untuk apa?"

     "Ya karena besok adalah hari spesial kamu"

     "Maksudnya! memang kamu tahu hari ulang tahunku yah.. terima kasih ya kamu sudah perhatian denganku"

     "Ya Jel.. di hari yang sangat istimewa besok, aku mau memberikan yang istimewa juga buat kamu"
     "Besok saya tunggu di taman yang mau ke rumah kamu yah, kira-kira jam 4 sore"

     "Udah maen nentuin aja sih, emang yakin akunya mau?"

     "Yakin lah, biasanyakan wanita paling seneng diberikan sesuatu!" akupun sedikit tersenyum..

     "Bisa aja kamu.. ya sudah sampai ketemu besok yah"

     "Oke"

Keesokan harinya saat di sekolah aku bertemu dengannya, hari itu dia terlihat beda, dia terlihat lebih cantik. Dengan rambut terkepang 2 kecil di sisi kiri dan kanan depan tepat di sebelah wajahnya. Senang menatap keindahan wajahnya. Hingga saat pulang sekolah aku menegurnya dan mengingatkannya tentang janji kita kemarin.

     "Jel.. jangan lupa nanti sore yah" aku berbicara saat berjalan melewatinya tepat di depan gerbang sokolah

     "Ada apa yah?"

     "Lah kan kemarin aku sudah bicara sama kamu"

     "Bicara apa?"

     "Coba ingat-ingat kemarin kita bicara saat istirahat di sekolah"

     "Lupa! Bicara apa?"

     "Yah, masa aku ulang lagi disini! masa kamu gak ingat sama sekali.. sudah yah sampai ketemu nanti"

     "Arslan.. Arslan.. Tunggu" dia memanggilku dan mengejarku..

Saat itu aku tidak memperdulikan panggilannya. Aku berfikir nanti juga bertemu. Hingga akhirnya aku menunggunya di taman depan rumahnya 10 menit sebelum waktu yang kita sepakati.
Tepat jam 4 sore, di juga berlum kelihatan.. kemudian lewat 15.. 30.. 45 menit terlewatkan. Tepat jam 5, aku sudah mulai ragu untuk tetap menunggunya. Namun aku masih berbesar hati. hingga akhirnya jam 17.30 aku meninggalkan taman tersebut dan pergi sendiri ke mall. Aku mencari hadiah yang cocok untuk diberikan kepadanya. Aku temukan boneka bebek lucu, berwarna kuning dengan bentuk lumayan besar. Akupun akhirnya membeli boneka tersebut dan membayarnya di kasir.
Pulang dari mall aku langsung ke rumahnya, tepat jam 8 malam aku sampai depan rumahnya. Aku coba memanggil namanya berulang kali. Hingga akhirnya dia keluar dari pintu utama rumahnya.

     "Hai.. Arslan! ada apa yah kok malam-malam begini ke rumahku?"

     "Kamu lupa yah dengan janji kita kemarin?

     "Emang aku ada janji yah dengan kamu?"

     "Ah, ya sudah lupakan saja.. ni hadiah buat kamu" aku mengangkat hadiah itu ke arahnya"

     "Terima kasih yah.. kamu baik sekali sama aku"

     "Selamat ulang tahun yah.. semoga panjang umur, sehat selalu dan dikabulkan doa-doa kamu selama ini.. Semoga kamu suka yah dengan hadiah yang aku berikan itu!"

     "Aamiin.." Dia pun membuka kantong plastik, dan melihat boneka bebek tersebut..
     "Iya aku suka, terima kasih yah Lan"

     "Tadinya aku mau mengajak kamu langsung ke mall untuk memilih langsung hadiah yang memang kamu sangat sukai"

     "Terus kenapa kamu gak ngajak aku? kamu mah begitu.."

     "Lah begitu gimana kan 2 hari yang lalu kita sudah janjian"

     "Kapan janjiannya?"

     "Ah sudah lah.. yang penting kamu senang sama boneka itu"

Ibu Angel.. keluar dari rumah dan menyuruhku untuk masuk. Namun aku tolak karena hari sudah malam. Akupun berpamitan dengan Angel.

 Imej yang berkaitan

Sebulan berlalu, aku pun mengajaknya kembali untuk makan malam diluar. Saat jam pelajaran yang kosong (tidak ada guru), aku mendatangi tempat duduknya dan berbicara dengannya ingin mengajaknya makan di luar. 

     "Jel.. tar malam makan bakso yuk di depan komplek" rumahku dengannya beda 3 blok dari rumahnya..

     "Jam berapa?"

     "Habis maghrib saja ya.. jam setengah 7"

     "Oke.. jadi kita ketemuan di mana?"

     "Terserah kamu deh.. entar enggak datang lagi!"

    "Maksudnya enggak datang gimana?"

     "Enggak papa"

     "Enggak ngerti"

    "Ya sudah mau ketemuan di mana Jel?"

     "Di pos satpam kompleks saja yah"

     "Oke.. sampai nanti malam yah"

Aku pun kembali ke tempat dudukku dan berbicara dengan teman sebangkuku. Sepulangnya dari sekolah aku langsung menuju rumah, selesai makan siang aku tiduran di kamar. Saking nyenyaknya tidurku, aku baru kebangun jam 18.15. Teringat akan janjiku, aku segera mandi dan langsung ke menuju tempat aku janjian. 3 Menit sebelum jam yang kita sepakati, aku sudah sampai lokasi janjian. Ternyata dia juga belum sampai, aku coba bertanya ke satpam komplek, ternyata menurut satpam komplek dari tadi dia tidak melihat ada orang yang datang ke sini. Ku coba menunggunya, sudah setengah jam aku berdiri di sini, tidak terlihat tanda-tanda dia akan datang. Hingga pak satpam menawarkanku untuk duduk di posnya. 1 jam waktu berlalu dia juga belum datang, akhirnya aku pulang kembali ke rumah.
Esok harinya aku tanyakan ke dia kenapa tidak menepati janjinya kembali. Dia berkata bahwa dia tidak pernah berjanji apa-apa kepadaku. Lagi-lagi dia beralasan yang sama.
Aku memang tidak pernah marah mengenai hal ini, karena memang aku berfikir seharusnya tidak janjian diluar rumah, seharusnya aku pamit kepada orang tuanya. Mungkin dia tidak boleh keluar rumah sendirian.
Dua minggu berselang dia menghampiriku saat aku sedang berada di perpustakaan sekolah.

     "Aku mencari kamu kemana-mana Lan! ke kantin, ke musholah, eh.. ternyata kamu di sini"

     "Ada apa Jel, aku sumpek banget di rumah, hari sabtu besok kita jalan-jalan yuk ke TMII (Taman Mini Indonesia Indah)"

     "Tumben kamu ngajakin aku jalan!"

     "Abis bingung mau ngajakin siapa lagi"

     "Oke.. tapi aku gak mau lagi yah janjian sama kamu di luar. Aku langsung jemput kamu di rumah yah"
     "Kita pakai motor saja ke sana yah"

     "Iya gak apa-apa Arslan"

Saat di hari sabtu pagi itu, jam 9 pagi aku sudah pergi ke rumahnya, lama aku mengetuk pintu rumah. Ibunya keluar menyambutku.

     "Cari siapa dik"

     "Aku mau ketemu Angelic bu"

     "Sudah janjian?"

     "Sudah"

     "Kalau begitu tunggu yah, dia masih tidur di kamarnya.. ibu coba bangunkan dia dulu"

Lama aku menunggu, hingga 15 menit kemudian ibunya keluar, memberikan aku minuman dan menyuruhku menunggu sebentar karena Angel sedang mandi dan siap-siap.

     "Memang kalian mau ke mana?"

     "Saya mau ajak Angel ke jalan ke TMII bu"

     "Oh gitu, siapa nama kamu ibu belum kenal"

     "Oh iya nama saya Arslan, saya tinggal 3 blok dari rumah ibu"

     "Oh Arslan tinggal di Blok K yah?"

     "Iya bu"

     "Kamu satu sekolahan dengan Angel?"

     "Iya bu"

     "Ibu titip anak ibu yah, dia jangan ditinggal jauh yah, kamu harus menemani dia selalu. Jangan lupa Angel di suruh makan.. karena dia suka lupa makan"

     "Iya bu.. saya akan menjaga anak ibu dengan baik"

Lama berbicara dengan ibunya, sampai keluargaku pun tak luput dari pertanyaan ibunya. Tak terasa ku lihat jam tangan sudah menunjukkan pukul 10 lewat. Saat Angel keluar aku sangat pangling melihatnya. Dia terlihat sangat cantik, padahal ku lihat dia hanya memakai baju kaos putih sederhana dengan celana jeans cantung dan sedikit ketat.
Jam 11 kita sudah memasuki TMII, aku mengajaknya duduk-duduk di sebuah rumah adat padang kemudian berjalan sambil menggandeng tangannya, ternyata dia mau aku pegang. Hatiku sangat senang saat itu, bahagia banget rasanya. Kita juga menaiki kereta gantung, masuk teater keong mas, kemudian makan sambil duduk di sebuah taman.

     "Aku sangat senang bisa jalan dengan kamu Jel"

     "Sama aku juga senang bisa keluar rumah.. jalan-jalan seperti ini"

     "Kenapa kamu tidak ajak bapak dan ibumu saja Jel, kan enak bisa ajak ke tiga adikmu juga"

     "Ah papa mama mah sibuk. hari sabtu mereka masih kerja terus hari minggu mereka istirahat, susah deh ngajakin mereka"

     "Oh, begitu"

     "Kamu kok tanya begitu sih, emang gak mau yah nemenin aku jalan. Kalau gak mau laen kali aku gak akan ajak kamu lagi deh"

     "Oh bukan begitu Jel. Aku malah senang jalan dengan kamu. Bahkan kalau perlu tiap hari aku siap. Apalagi jalan dengan gadis cantik seperti kamu kapanpun jam berapapun aku siap"

     "Ah kamu beneran nih!"

     "Iya bener"

     "Jadi mau jalan sama aku hanya karena aku cantik?"

     "Iya lah"

     "Jadi kalau aku jelek kamu pasti gak mau jalan sama aku?"

    "Iya lah"
     "Kamu tuh menurutku seperti bidadari yang harus dilindungi dan di jaga"

     "terima kasih yah"

Selesai makan dia rebakan kepalanya di pundakku, dia banyak bercerita kepada ku mengenai masa kecilnya. Dan dia berkata sangat menyukai es krim. Sontak akupun langsung berdiri dan pergi meninggalkannya untuk cari es krim.

     "Jel, kalau begitu aku beli es krim dulu yah.. kamu mau tunggu di sini atau ikut denganku?"

     "Beneran kamu mau beli es?

     "Bener.. katanya kamu suka!"

     "Ya sudah kalau begitu aku tunggu di sini saja yah"

     "Oke, aku jalan dulu yah.. kamu jangan kemana-mana"

 

Aku berjalan mencari tukang es, namun tidak aku dapatkan. Hingga akhirnya aku menemukan tukang es krim yang lumayan jauh dari tempat kita duduk tadi. Yang beli ternyata banyak dan terpaksa aku antri. Setelah itu aku langsung kembali ke tempat Angel menunggu, namun aku tidak menemukan sosoknya berada di tempat itu lagi. Ku coba menunggu dia, namun sudah 20 menit dia tidak kunjung datang. Aku coba mengelilingi TMII dan melapor ke bagian informasi, tetap usahaku sia-sia. Akupun akhirnya pulang menuju rumahnya. Aku memanggilnya dari luar pintu pagar, ibunya keluar menemuiku.

     "Eh kamu Arslan"

     "Iya bu.. mau tanya aja, Angelic sudah pulang bu?"

     "Ada tuh lagi di kamarnya"

     "Oh, ya sudah kalau begitu.. saya pamit ya bu!"

     "Memang tadi kamu tidak pulang bareng Angel, Lan?"

     "Enggak bu dia pulang duluan"

     "Kok bisa, memang kamu tidak selalu bersamanya?"

      "Tadi aku sempat tinggalin dia, saat saya mau beli es krim"

     "Oh jadi begitu kejadiannya.. ya sudah kalau begitu.. hati-hati di jalan yah!"

     "Iya bu.. Terima kasih"

Sampai di rumah aku langsung rebaan di kamar, berfikir ada yang janggal dengan perkataan ibunya, seolah-olah ada yang ditutupi. Tapi ya sudah lah, semua pikiran negatifku hilang sudah dengan rasa senang karena sudah jalan dengannya, menggandeng tangannya bahkan dia sempat rebaan di pundakku, senang rasanya walau 3 jam lamanya mencari-cari dia. Sampai-sampai 2 es krim tersebut aku makan semua.
Hari itu pun berlalu, ada lagi kejadian saat perpisahaan sekolah, pas pagi itu aku menjemputnya. Hari itu hari sabtu jam 6.30 pagi aku ke rumahnya. ternyata dia masih tertidur pulas.

     "Hai, Lan.. kamu ngapain pagi-pagi gini ke sini? rapi banget juga.. mau ngajak aku jalan yah?"

     "Ampun deh kamu.. pagi ini kan ada perpisahan sekolah.. masa kamu lupa sih?"

     "Kapan?"

     "Hari ini jam 8 pagi"

     "Masa sih!"

     "Sudah sana mandi dan siap-siap. aku tungguin kamu di sini yah"

Dia beranjak pergi ke kamarnya kemudian mandi, saat aku menunggunya, dari dalam rumah ibunya datang.

     "Lan, mau kemana?"

     "Pagi bu.. mau perpisahan sekolah bu.. acaranya jam 8 pagi ini"

     "Ya pagi Lan.. loh kok Angel gak cerita!"

     "Masa bu?"

     "Iya. Ngomong-ngomong kamu pacaran sama Angelic?"

     "Ah, ibu kok nanya gitu sih? saya hanya teman kok dengan anak ibu"

     "Pacaran juga gak apa-apa.. selama ini teman laki-lakinya yang pernah ke rumah hanya kamu loh"

     "Oh gitu ya bu.. saya benar kok hanya temannya saja.. memang sih jujur saya suka dengan Angel tetapi saya masih takut mengungkapkan kepadanya. terlebih lagi dia selalu ingkar kalau janjian sama saya. Kayaknya dia memang tidak peduli dengan saya"

     "Oh begitu yah, memang Arslan belum tahu tentang sakitnya Angel? Angel gak pernah cerita?"

     "Emang Angel sakit apa bu?"

     "Dia harus sering meminum obat, karena jika tidak dia akan lupa dengan apa yang sudah dia lakukan atau perkataan apa yang sebelumnya dia ucapkan"

     "Oh gitu bu! bahayakah buat Angel?"

     "Enggak sih tetapi harus sering minum obat saja"

Angel keluar dari kamarnya dan menghampiriku. Kemudian langsung mengajakku jalan dan pamit kepada ibunya. Ibunya menahan kita berdua agar sarapan dulu, karena memaksa kitapun menurutinya.
Saat di perjalanan menuju sekolah Angel menanyakan mengenai pembicaraan ku dengan ibunya tadi.

     "Lan.. tadi aku dengar loh kamu berbicara dengan ibuku!"

     "Oh ya.. emang kenapa? ada yang salah?"

     "Enggak apa-apa kok.. tapi benar apa yang kamu katakan tadi?"

     "Mengenai apa? yang mana?"

     "Mengenai perasaan kamu ke aku?"

     "Iya benar lah.. aku memang sudah suka dengan kamu sejak kelas 2 SMA"

     "Kenapa kamu tidak ngomong dari dulu?

     "Aku takut.. aku takut kamu sudah ada yang punya.. takut juga jika kamu menolak cintaku.. maka itu aku biarkan perasaan ini tetap ku simpan sampai waktunya tiba"

     "Sekarang kamu sudah tahu perasaanku terus jawaban kamu apa?"

     "Lan, aku cuma tidak mau orang tahu tentang penyakit aku, tapi kayaknya kamu sudah tahu tadi dari mama yah? Aku juga tidak mau berharap banyak bisa dekat dan cinta dengan seseorang. Aku takut setelah dia tahu, dia malahan menjauhiku.."

     "Enggak begitu juga Jel, setiap orang ada sisi terbaik dan ada kelemahannya juga. Kita harus saling mengerti itu"

     "Terus, kamu masih mau sama aku.. setelah tahu semua itu?"

     "Iya.. aku akan terima kamu apa adanya"

     "Walau harus menjagaku.. untuk seumur hidup kamu?"

     "Iya Jel.. aku akan berusaha menjadi orang yang terbaik untuk kamu"

     "Terima kasih ya Lan.. sekarang aku lega mendengarnya" terdengar dari suaranya dia sedang menangis..

Aku memberhentikan laju motorku dan menepi di jalan, ku usap air matanya kemudian memeluknya dengan erat. Kemudian jalan kembali setelah dirinya agak tenang. Di Perjalanan dia merebakan kepalanya di pundak belakang ku dan memeluk erat pinggangku.

 Imej yang berkaitan

Sekarang kita sudah menikah dan mempunyai 2 orang anak. Aku masih menjaganya kemanapun berada dan selalu mengingatkan mengenai kegiatan-kegiatan di rumah dan diluar rumah. Aku sangat menjaganya saat kita jalan-jalan di tempat keramaian. Sekarang aku baru mengerti kenapa orang tuanya dulu jarang mengajak istriku tamasya.
Inilah cerita saat aku mengenalnya dulu.. (KK)

-- DH --

RINGKASAN DAFTAR CERITA

                                                     DAFTAR CERITA Berikut adalah ringkasan judul cerita yang saya sudah terbitkan: CINTA PE...