Sejak kecil aku tinggal di sebuah desa di daerah Bogor, kota yang sangat sejuk dengan pekerjaan penduduknya yang beragam dan tingkat kehidupan yang beragam pula. Saat kecil aku sangat suka bermain, aku sering bermain bersama teman-temanku galaksin kotak atau gawang, bola kasti, petak umpet, tap lari jongkok bahkan sepak bola. Masa kecil adalah masa-masa yang sangat menyenangkan, adakalanya aku pergi ke sungai mencari liling (keong sawah), ikan, udang dan sebagainya. Jika hasil tangkapan yang didapat sudah banyak.. bergegas kita masak di rumah atau kita bakar di pinggir sungai saat itu juga dengan menggunakan daun pisang. Aku juga biasa mandi di sungai bersama teman-teman saat pulang sekolah atau sore hari, kami berenang atau hanya mandi saja, waktu itu air sungai sangatlah bening tidak seperti sekarang yang banyak limbah dan sampah plastik.
Waktu itu di sekitar rumahku masih banyak perkebunan buah seperti jambu, rambutan, pepaya, kelapa, dan sebagainya. Hingga kami sering kali memetiknya, ya memang aku akui itu namanya nyolong atau mencuri namun begitulah masa kecil yang hanya memikirkan kesenangan dan bermain. Semakin remaja aku mulai menyukai lawan jenis. Saat awal aku menyukai wanita yaitu saat aku berumur 13 tahun, waktu itu aku tidak tahu jika itu yang dinamakan cinta, yang aku tahu aku sangat ingin melihat wajahnya dan sangat ingin selalu bertemu dengannya.
Aku adalah seorang yang pendiam, mudah bergaul dan sangat pemalu. Saat sekolah SMP (Sekolah Menengah Pertama), aku dekat dengan banyak orang dan beberapa orang sangat dekat sebagai sahabat. Saat itu aku diajak ikut extra kulikuler, yaitu mengikuti kegiatan pramuka, disitu aku mulai banyak dekat dengan wanita, walau yang sangat dekat denganku hanya 3 orang saja. Di situ aku belajar bergaul dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang membawa nama sekolah dan lomba-lomba tingkat nasional. 3 Tahun terlewatkan, tidak ada yang menjadi pacarku saat masa itu.
Memasuki tingkat sekolah selanjutnya, aku semakin tertutup, aku hanya menyukai seseorang dari kejauhan dan mengaguminya dengan hanya memperhatikannya saja. Mencuri pandangan dan memperhatikannya, sudah sangat cukup bagiku. Saat kelas 2 SMA (Sekolah Menengah Atas), aku pindah sekolah ke Jakarta. Kepindahanku di karenakan mengikuti Bapakku yang pindah dinas di ibu kota Jakarta, hingga mau tidak mau sekolahku pindah di dekat rumah dinas Bapakku. Saat pertama kali sekolah, ternyata ada 9 orang lainnya yang sama denganku, mereka pindah dari berbagai daerah di Indonesia. 1 orang yang aku kenal waktu itu adalah pindahan dari Tangerang. Dia sangat ramah, baik dan sopan, rumahnya tak jauh dari sekolahan, cukup berjalan kaki saja, beda denganku yang harus naik angkutan dulu biar bisa sampai ke sekolah. Supri adalah nama panggilan temanku itu, hampir setiap hari aku bersamanya, ke kantin, perpustakaan bahkan aku sering mampir ke rumahnya saat pulang sekolah.
Di saat sekolah SMA itu, ada wanita yang sangat aku sukai, namun aku tidak berani mendekatinya karena dia sangat cantik dan teman laki-lakinya sangat ganteng-ganteng. Jadilah aku hanya sebagai penonton dirinya saja. Saat di kelas aku juga tidak banyak bercerita mengenai wanita dengan teman sebangku ku, melainkan hanya bercerita mengenai pelajaran dan aktifitas di sekolah. Supri yang memang tidak sekelas denganku lebih banyak mengetahui tentang diriku dibandingkan Farhan teman sebangku ku itu.
Walau aku mempunyai wajah biasa saja, akan tetapi masih juga ada wanita yang menyukaiku. Namun aku tidak bisa membalas cintanya karena tidak ada yang yang masuk dalam kategori wanita idamanku. Hingga 1 tahun pun terlewatkan, aku juga belum bisa mendekati wanita impianku. Saat kelas 3 ini aku menyukai seorang wanita lagi di kelas IPA, aku sangat menyukainya karena sikapnya yang periang, murah senyum, rambutnya yang hitam lurus panjang selalu tergerai indah serta badannya yang berisi (tidak kurus tidak juga gemuk), kulitnya yang putih semakin melengkapi dari kecantikannya.
Akupun memberanikan diri mendekatinya namun selalu gagal karena rasa malu serta bingung harus berbicara apa. Saat itu yang aku tahu dia tidak mempunyai pacar namun memiliki banyak teman pria. Berjalannya waktu, aku coba mencari tahu kegiatannya di sekolah, ternyata dia tidak menikuti kegiatan extra kulikuler di sekolah. Lalu aku coba mencari arah jalan pulang dia saat pulang sekolah, aku yang sering berjalan di belakangnya, mencoba berfikir dan mencari cara agar segera bisa berkenalan dengannya. Namun tetap saja tidak bisa aku mendekatinya, hingga akhirnya ada suatu peristiwa tidak sengaja antara aku dengannya.
Hari itu aku agak telat pulang sekolah, aku pergi ke rumah Supri dahulu, saat menunggu angkutan umum setelah pulang dari rumah Supri, aku melihatnya di pinggir saluran air yang lumayan lebar salurannya kira-kira berdiameter 3m dengan dalam 2,5 meter, dia berdiri dengan menggenggam sebuah kayu kecil. Aku pun mendekatinya..
"Hai, Elok!" Elok adalah nama panggilannya..
"Hai"
"Sedang apa? mungkin bisa aku bantu?"
"Tadi aku memainkan cincin di jariku kemudian aku kesandung dan cincinku tak sengaja terlepas dari jariku kemudian jatuh di saluran air ini. Aku sekarang lagi mencarinya, kira-kira di sekitar sini jatuhnya" Dia menunjukkan area tempat jatuh cincin tersebut dengan menggunakan kayu yang dipegangnya..
"Boleh aku bantu cari yah!"
Dia hanya menganggukkan kepalanya saat setuju aku ikut mencari cincinnya. Alhamdulillah aku menemukannya di balik semak dan sampah plastik dekat lumpur pinggir saluran air tersebut. Aku melihatnya dia tersenyum bahagia, tak lama setelah itu pemilik rumah yang ada di depan saluran air tersebut keluar dan bertanya kepada kami sedang apa?, Elok pun bercerita dengan singkat peristiwa yang barusan dia alami. Alhamdulillah dia menawarkan air di kran depan rumahnya untuk aku bersih-bersih. sambil jalan menuju keran yang dimaksud dia bercerita 'takut di marahi oleh orang tuanya jika saja cincin ini tidak ditemukan'. Saat mencuci sepatuku yang penuh lumpur dan baju seragamku sedikit terkena cipratan lumpur saat akan turun ke saluran air tadi. Dia pun coba membantu membersihkan seragamku..
"Terima kasih yah sudah membantuku dan maaf banget sudah membuat kotor dan basah sepatu, baju dan celana kamu"
"ooh.. gak papa kok"
"Ngomong-ngomong rumah kamu di mana?"
"Aku tinggal di Cibubur"
"Wah jauh yah.. bisa 2 kali naik angkutan umum yah?"
"Iya 2 kali naik angkutan, yah dijalanin aja.. paling 1 jam perjalanan. Kamu rumahnya di mana?"
"Aku dekat sini, jadi aku hanya jalan kaki ke sekolahan"
"Oh gitu yah.. enak yah deket.. gak takut terlambat sampai sekolahan jadinya"
Aku membersihkan sepatu dan pakaianku secara cepat saja, takut malah mengotori rumah pemilik air ini, setelah semuanya bersih aku langsung pamit pulang dan mengucapkan terima kasih kepada pemilik rumah serta aku pamit dengan Elok. Keesokan harinya aku bertemu lagi dengannya saat istirahat siang.
"Hai.. kemarin kita belum berkenalan yah!"
"Ooh.. namaku Handi"
"Oke Handi.. aku buru-buru nih.. sampai ketemu yah Han"
"Ya.. terima kasih"
Walau kita sudah saling kenal, namun aku belum bisa sangat dekat dengannya, aku tidak percaya diri bisa sangat dekat dengannya. Tak terasa aku sudah lulus sekolah SMA dan aku langsung melanjutkan mengambil kuliah di daerah Jakarta Barat, saat ini aku sudah mempunyai pacar bernama Santi, dia sangat baik, sabar dan penyayang. Namun aku belum bisa benar-benar mencintainya, wajah Elok masih teringat di pikiranku.
Saat pulang kuliah, sore hari aku secara tak sengaja melihat Elok di atas bus yang sedang ku naiki juga. Akupun menegurnya..
"Hai Lok.. masih kenal aku gak?"
"Oh, kamu Handi yah.. apa kabar kamu.. dari mana nih?"
"Kabarku baik.. aku habis pulang kuliah.. kamu dari mana?"
"Aku pulang kerja Han.."
"Lah kamu lulus SMA langsung kerja?.. terus gak kuliah?"
"Aku kuliah malam sama hari sabtu.. hari ini kebeneran lagi libur jadi bisa langsung pulang ke rumah"
"Oh, begitu.."
Aku berbicara sambil berdiri di bus, kemudian duduk di sebelahnya setelah orang di sebelahnya turun di UKI. Aku berbicara banyak dengannya, ku lihat dirinya semakin cantik. Kamipun saling bertukar nomor telepon genggam, hingga kami sering SMSan.
Teringat olehku saat akan tidur malam di rumah, sudah lama sekali aku tidak bertemu dengan temanku Supri, saat hari kamis sebelum kuliah aku mampir ke rumahnya. Ku lihat tidak banyak perubahan pada dirinya namun ada yang mengherankan dari sosok dirinya yaitu dia mempunyai kebisaan seperti supranatural. Seiring waktu kami sering bertemu, diapun sering menunjukkan kemampuannya di depanku, tapi aku masih tidak perduli dengan kebisaannya itu.
Akupun akhirnya menceritakan kepada Supri mengenai Cintaku dengan Santi serta Elok yang hadir lagi ke dalam kehidupanku. Supri mendengarkan ku dengan baik hingga dia menawarkan untuk membantuku. Akupun setuju dengan apa yang dia katakan, karena dia tidak memberikan syarat apapun kepadaku.
Benar saja semenjak hari itu, Elok semakin dekat denganku dan akupun jadian dengannya. Tak disangka sudah 6 bulan aku menjalani 2 cinta, hingga akhirnya aku melamar Elok dan memutuskan cintaku dengan Santi. Santi yang diputuskan secara sepihak dan secara begitu saja tanpa ada salah dan sangat mendadak, dia menjadi sangat marah kemudian menangis. Aku menjadi tidak enak melihat ini, mau tak mau harus tega demi mendapatkan wanita impianku sejak SMA dulu. 6 bulan setelah itu aku menikahi Elok, saat pernikahan kami berumur 8 tahun.. kami telah dikaruniai 3 orang anak, kami sangat bahagia, namun hati ini selalu ada ganjalan dan tidak tenang saat menjalani pernikahan ini. Aku juga mudah emosi dan rezeki susah di dapat.
Aku teringat Supri teman SMA ku yang sudah lama tidak aku temui, aku menelponnya.. syukur nomor teleponnya masih aktif..
"Pri apa kabar? Gua mau ketemu dengan lo segera, lo kapan ada waktu?"
"Ya sudah datang aja ke rumah gua, di Jakarta Barat.. kapan aja gua ada kok"
Keesokan harinya aku pergi ke rumahnya setelah pulang kerja. Aku mengatakan keresahan di dadaku, pikiran dan sebagainya.
"Pri.. gua bingung ni, kenapa ya hati gua gak pernah tenang, padahal gua gak ada masalah apapun di kantor, rumah tangga ataupun di lingkungan"
"Menurut lo kenapa kira-kira ya!"
"Lah gua mau minta masukan.. malah lo tanya balik.. gimana sih Pri?"
"Oh ya gua inget, gua kan pernah bantuin lo dapetin si Elok.. mungkin karena itu kali yah!"
"Bisa jadi yah Pri.. Emang lo apain tu Elok hingga bisa sangat mencintai gua, lagi pula gua kan gak pernah ngasih lo apa-apa Pri"
"Waktu itu gua kerjain lewat fotonya, yang kemudian mengalir begitu aja, gua aja sebenarnya sudah lupa peristiwa itu.. baru keingetan sekarang setelah lo datang"
"Lo dapet foto dia dari mana? gua aja yang waktu itu dekat dengannya gak punta fotonya.. lo bisa-bisaan dapet fotonya!"
"Emang lo gak pernah buka album kenangan SMA, disitukan ada biodata dan foto setiap siswa, gimana sih lo"
"Oh.. iya yah.. baru kepikiran gua.. ya sudah lo tolongin gua deh bersihin guna-guna lo dalam pernikahan gua"
"Tapi bisa jadi ada 2 kemungkinan nih.. yang paling buruk dia akan meninggalkan lo dan yang baik karena lo sudah punya anak, maka dia akan menerima lo apa adanya. Lo siap menghadapi kondisi terburuknya yah.. dan jangan pernah nyalahin gua atau menyesal!"
"Apa boleh buat Pri, demi ketentraman hati keluarga gua.. lakukan yang terbaik aja"
Supri pun membantuku melepaskan semuanya, dan benar saja saat aku pulang ke rumah malam itu. Dia sudah bersikap dingin kepadaku, bahkan dia memarahiku.
"Kok bisa gua delapan tahun menikahi orang jelek seperti lo yah!"
"Lok, kenapa waktu itu kamu menerima lamaranku dan mau menikah dengan ku, hingga saat ini kamu sudah memiliki 3 orang anak"
"Gak tahu kenapa, karena saat itu aku melihat muka kamu bukan seperti yang sekarang ini! pokoknya aku mau kita sudahan Han"
"Lah trus gimana dengan perkawinan dan anak kita?"
"Aku tidak peduli, aku mau ke rumah orang tua ku saja"
Malam itu juga dia pergi ke rumah orang tuanya, aku yang berkeinginan mengantarnya, malah ditolaknya. Dari saat itu setahun lamanya dia tidak menemuiku dan anak-anaknya. Anak-anak diasuh oleh orang tuaku. Aku yang sudah ditinggalkannya harus pasrah kehilangan dirinya, karena memang Cintaku sudah salah kepada dirinya, aku sudah memaksanya dalam keadaan dia tidak sadar karena guna-gunaku.
Saat di tinggalkan istriku, aku memang sedikit kerepotan mengurus anak-anak karena selama ini semua Elok yang urus. Tapi memang ini semua harus aku jalani, aku belajar bagaimana menjadi seorang bapak sekaligus menjadi seorang istri.
Hari itu usai sholat jum'at aku berdoa kepada tuhan untuk memberikan jalan terbaik untuk aku, anakku, istriku, kehidupanku, rumah tanggaku, keluargaku dan pekerjaanku. Dari arah mimbar aku di datangi oleh ustad.
"Sepertinya ada masalah yang serius ya Pak? doanya sampai khusuk begitu?"
"Iya pak ustad" berbicara sambil aku menyalami Pak Ustad
Aku berbicara banyak dengan Pak Ustad, dia pun mendengarkan semua perkataanku dengan baik.
"Kalau begitu kamu harus datang ke rumah orang tuanya, bicara baik-baik dengan ke dua orang tuanya serta istrimu itu. Bagaimana hasilnya biar Allah yang menentukan"
"Iya Pak ustad terima kasih banyak atas masukan-masukannya"
Sepulang kerja aku mampir ke rumah orang tuannya dengan mengendarai motor, Aku membawakannya makanan kesukaannya dan martabak. Alhasil dia tidak mau menemuiku, hingga aku hanya bicara dengan kedua orang tuanya.
"Bu Pak.. saya minta maaf kepada Ibu Bapak, saya ingin menjemput Elok untuk pulang kembali ke rumah"
"Iya Nak Handi.. Bapak Ibu sudah banyak kasih masukan ke Elok.. namun dia masih belum bisa menerima kamu"
"Iya bu, saya sudah salah kepada dirinya.. tapi saya tidak tahu jika teman saya sudah membantu saya melakukan perbuatan ini, karena terus terang waktu saya bermain ke rumahnya hanya ngobrol biasa saja"
"Iya Bapak Ibu bisa mengerti, kami tahu kamu orang baik, selama 8 tahun bersama anak kami 'Elok', kamu sangat sopan kepada kami, kamu juga pengertian, perhatian saat kami sakit dan benar-benar peduli kepada keluarga kami. Saya sebagai orang tuanya juga sudah memberi masukan kepada Elok, akan tetapi memang dia belum bisa menerima kamu. Sepertinya memang cowok idaman dia sangat tinggi, yang bapak tahu kemarin dia cerita dia mau lelaki yang ganteng, maco, kaya, baik, sayang, sabar, imannya kuat dan sebagainya bapak lupa"
"Iya pak.. itulah penyebabnya, ya pak dia tidak mau menerima saya lagi"
"Ya sudah, Bapak Ibu terserah kalian saja"
Malam itu aku pulang dengan harapan hampa. Hingga 3 tahun lamanya kita pisah ranjang tanpa perceraian. Setelah 3 tahun berpisah, orang tua Elok menghubungiku, dia menelpon aku agar datang ke rumahnya. Bergegas aku datang ke rumah orang tua Elok dan ternyata Elok sedang sakit parah. Akupun segera membawanya ke rumah sakit terdekat. 2 minggu lamanya kau mengurusinya di rumah sakit, terkadang aku cuti dari kantor dan kadang saat pulang kerja aku baru ke rumah sakit. Aku sering bercerita saat dia sakit dan aku benar-benar mengurusinya. Saat di rumah sakit aku sering ibadah di ruang perawatannya, memang sudah 3 tahun terakhir ini aku tidak pernah meninggalkan sholat 5 waktu. Saat aku sholat dan mengaji di hadapannya, ku lihat dia menangis.
Singkat cerita, dia sehat kembali dan kamipun bersatu kembali. Dia berkata kepadaku Saat di rumah sakit itu adalah titik balik dia berfikir untuk melanjutkan rumah tangganya. Dia sadar bahwa aku adalah orang baik dan kejadian yang menimpanya adalah memang kehendak Allah.
Kami pun melanjutkan kehidupan kami, seperti tidak terjadi apa-apa, dia mulai mencintaiku apa adanya dan merawat anak-anaknya dengan penuh kasih sayang. (KK)
-- DH --
Aku adalah seorang yang pendiam, mudah bergaul dan sangat pemalu. Saat sekolah SMP (Sekolah Menengah Pertama), aku dekat dengan banyak orang dan beberapa orang sangat dekat sebagai sahabat. Saat itu aku diajak ikut extra kulikuler, yaitu mengikuti kegiatan pramuka, disitu aku mulai banyak dekat dengan wanita, walau yang sangat dekat denganku hanya 3 orang saja. Di situ aku belajar bergaul dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang membawa nama sekolah dan lomba-lomba tingkat nasional. 3 Tahun terlewatkan, tidak ada yang menjadi pacarku saat masa itu.
Memasuki tingkat sekolah selanjutnya, aku semakin tertutup, aku hanya menyukai seseorang dari kejauhan dan mengaguminya dengan hanya memperhatikannya saja. Mencuri pandangan dan memperhatikannya, sudah sangat cukup bagiku. Saat kelas 2 SMA (Sekolah Menengah Atas), aku pindah sekolah ke Jakarta. Kepindahanku di karenakan mengikuti Bapakku yang pindah dinas di ibu kota Jakarta, hingga mau tidak mau sekolahku pindah di dekat rumah dinas Bapakku. Saat pertama kali sekolah, ternyata ada 9 orang lainnya yang sama denganku, mereka pindah dari berbagai daerah di Indonesia. 1 orang yang aku kenal waktu itu adalah pindahan dari Tangerang. Dia sangat ramah, baik dan sopan, rumahnya tak jauh dari sekolahan, cukup berjalan kaki saja, beda denganku yang harus naik angkutan dulu biar bisa sampai ke sekolah. Supri adalah nama panggilan temanku itu, hampir setiap hari aku bersamanya, ke kantin, perpustakaan bahkan aku sering mampir ke rumahnya saat pulang sekolah.
Di saat sekolah SMA itu, ada wanita yang sangat aku sukai, namun aku tidak berani mendekatinya karena dia sangat cantik dan teman laki-lakinya sangat ganteng-ganteng. Jadilah aku hanya sebagai penonton dirinya saja. Saat di kelas aku juga tidak banyak bercerita mengenai wanita dengan teman sebangku ku, melainkan hanya bercerita mengenai pelajaran dan aktifitas di sekolah. Supri yang memang tidak sekelas denganku lebih banyak mengetahui tentang diriku dibandingkan Farhan teman sebangku ku itu.
Walau aku mempunyai wajah biasa saja, akan tetapi masih juga ada wanita yang menyukaiku. Namun aku tidak bisa membalas cintanya karena tidak ada yang yang masuk dalam kategori wanita idamanku. Hingga 1 tahun pun terlewatkan, aku juga belum bisa mendekati wanita impianku. Saat kelas 3 ini aku menyukai seorang wanita lagi di kelas IPA, aku sangat menyukainya karena sikapnya yang periang, murah senyum, rambutnya yang hitam lurus panjang selalu tergerai indah serta badannya yang berisi (tidak kurus tidak juga gemuk), kulitnya yang putih semakin melengkapi dari kecantikannya.
Akupun memberanikan diri mendekatinya namun selalu gagal karena rasa malu serta bingung harus berbicara apa. Saat itu yang aku tahu dia tidak mempunyai pacar namun memiliki banyak teman pria. Berjalannya waktu, aku coba mencari tahu kegiatannya di sekolah, ternyata dia tidak menikuti kegiatan extra kulikuler di sekolah. Lalu aku coba mencari arah jalan pulang dia saat pulang sekolah, aku yang sering berjalan di belakangnya, mencoba berfikir dan mencari cara agar segera bisa berkenalan dengannya. Namun tetap saja tidak bisa aku mendekatinya, hingga akhirnya ada suatu peristiwa tidak sengaja antara aku dengannya.
Hari itu aku agak telat pulang sekolah, aku pergi ke rumah Supri dahulu, saat menunggu angkutan umum setelah pulang dari rumah Supri, aku melihatnya di pinggir saluran air yang lumayan lebar salurannya kira-kira berdiameter 3m dengan dalam 2,5 meter, dia berdiri dengan menggenggam sebuah kayu kecil. Aku pun mendekatinya..
"Hai, Elok!" Elok adalah nama panggilannya..
"Hai"
"Sedang apa? mungkin bisa aku bantu?"
"Tadi aku memainkan cincin di jariku kemudian aku kesandung dan cincinku tak sengaja terlepas dari jariku kemudian jatuh di saluran air ini. Aku sekarang lagi mencarinya, kira-kira di sekitar sini jatuhnya" Dia menunjukkan area tempat jatuh cincin tersebut dengan menggunakan kayu yang dipegangnya..
"Boleh aku bantu cari yah!"
Dia hanya menganggukkan kepalanya saat setuju aku ikut mencari cincinnya. Alhamdulillah aku menemukannya di balik semak dan sampah plastik dekat lumpur pinggir saluran air tersebut. Aku melihatnya dia tersenyum bahagia, tak lama setelah itu pemilik rumah yang ada di depan saluran air tersebut keluar dan bertanya kepada kami sedang apa?, Elok pun bercerita dengan singkat peristiwa yang barusan dia alami. Alhamdulillah dia menawarkan air di kran depan rumahnya untuk aku bersih-bersih. sambil jalan menuju keran yang dimaksud dia bercerita 'takut di marahi oleh orang tuanya jika saja cincin ini tidak ditemukan'. Saat mencuci sepatuku yang penuh lumpur dan baju seragamku sedikit terkena cipratan lumpur saat akan turun ke saluran air tadi. Dia pun coba membantu membersihkan seragamku..
"Terima kasih yah sudah membantuku dan maaf banget sudah membuat kotor dan basah sepatu, baju dan celana kamu"
"ooh.. gak papa kok"
"Ngomong-ngomong rumah kamu di mana?"
"Aku tinggal di Cibubur"
"Wah jauh yah.. bisa 2 kali naik angkutan umum yah?"
"Iya 2 kali naik angkutan, yah dijalanin aja.. paling 1 jam perjalanan. Kamu rumahnya di mana?"
"Aku dekat sini, jadi aku hanya jalan kaki ke sekolahan"
"Oh gitu yah.. enak yah deket.. gak takut terlambat sampai sekolahan jadinya"
Aku membersihkan sepatu dan pakaianku secara cepat saja, takut malah mengotori rumah pemilik air ini, setelah semuanya bersih aku langsung pamit pulang dan mengucapkan terima kasih kepada pemilik rumah serta aku pamit dengan Elok. Keesokan harinya aku bertemu lagi dengannya saat istirahat siang.
"Hai.. kemarin kita belum berkenalan yah!"
"Ooh.. namaku Handi"
"Oke Handi.. aku buru-buru nih.. sampai ketemu yah Han"
"Ya.. terima kasih"
Walau kita sudah saling kenal, namun aku belum bisa sangat dekat dengannya, aku tidak percaya diri bisa sangat dekat dengannya. Tak terasa aku sudah lulus sekolah SMA dan aku langsung melanjutkan mengambil kuliah di daerah Jakarta Barat, saat ini aku sudah mempunyai pacar bernama Santi, dia sangat baik, sabar dan penyayang. Namun aku belum bisa benar-benar mencintainya, wajah Elok masih teringat di pikiranku.
Saat pulang kuliah, sore hari aku secara tak sengaja melihat Elok di atas bus yang sedang ku naiki juga. Akupun menegurnya..
"Hai Lok.. masih kenal aku gak?"
"Oh, kamu Handi yah.. apa kabar kamu.. dari mana nih?"
"Kabarku baik.. aku habis pulang kuliah.. kamu dari mana?"
"Aku pulang kerja Han.."
"Lah kamu lulus SMA langsung kerja?.. terus gak kuliah?"
"Aku kuliah malam sama hari sabtu.. hari ini kebeneran lagi libur jadi bisa langsung pulang ke rumah"
"Oh, begitu.."
Aku berbicara sambil berdiri di bus, kemudian duduk di sebelahnya setelah orang di sebelahnya turun di UKI. Aku berbicara banyak dengannya, ku lihat dirinya semakin cantik. Kamipun saling bertukar nomor telepon genggam, hingga kami sering SMSan.
Teringat olehku saat akan tidur malam di rumah, sudah lama sekali aku tidak bertemu dengan temanku Supri, saat hari kamis sebelum kuliah aku mampir ke rumahnya. Ku lihat tidak banyak perubahan pada dirinya namun ada yang mengherankan dari sosok dirinya yaitu dia mempunyai kebisaan seperti supranatural. Seiring waktu kami sering bertemu, diapun sering menunjukkan kemampuannya di depanku, tapi aku masih tidak perduli dengan kebisaannya itu.
Akupun akhirnya menceritakan kepada Supri mengenai Cintaku dengan Santi serta Elok yang hadir lagi ke dalam kehidupanku. Supri mendengarkan ku dengan baik hingga dia menawarkan untuk membantuku. Akupun setuju dengan apa yang dia katakan, karena dia tidak memberikan syarat apapun kepadaku.
Benar saja semenjak hari itu, Elok semakin dekat denganku dan akupun jadian dengannya. Tak disangka sudah 6 bulan aku menjalani 2 cinta, hingga akhirnya aku melamar Elok dan memutuskan cintaku dengan Santi. Santi yang diputuskan secara sepihak dan secara begitu saja tanpa ada salah dan sangat mendadak, dia menjadi sangat marah kemudian menangis. Aku menjadi tidak enak melihat ini, mau tak mau harus tega demi mendapatkan wanita impianku sejak SMA dulu. 6 bulan setelah itu aku menikahi Elok, saat pernikahan kami berumur 8 tahun.. kami telah dikaruniai 3 orang anak, kami sangat bahagia, namun hati ini selalu ada ganjalan dan tidak tenang saat menjalani pernikahan ini. Aku juga mudah emosi dan rezeki susah di dapat.
Aku teringat Supri teman SMA ku yang sudah lama tidak aku temui, aku menelponnya.. syukur nomor teleponnya masih aktif..
"Pri apa kabar? Gua mau ketemu dengan lo segera, lo kapan ada waktu?"
"Ya sudah datang aja ke rumah gua, di Jakarta Barat.. kapan aja gua ada kok"
Keesokan harinya aku pergi ke rumahnya setelah pulang kerja. Aku mengatakan keresahan di dadaku, pikiran dan sebagainya.
"Pri.. gua bingung ni, kenapa ya hati gua gak pernah tenang, padahal gua gak ada masalah apapun di kantor, rumah tangga ataupun di lingkungan"
"Menurut lo kenapa kira-kira ya!"
"Lah gua mau minta masukan.. malah lo tanya balik.. gimana sih Pri?"
"Oh ya gua inget, gua kan pernah bantuin lo dapetin si Elok.. mungkin karena itu kali yah!"
"Bisa jadi yah Pri.. Emang lo apain tu Elok hingga bisa sangat mencintai gua, lagi pula gua kan gak pernah ngasih lo apa-apa Pri"
"Waktu itu gua kerjain lewat fotonya, yang kemudian mengalir begitu aja, gua aja sebenarnya sudah lupa peristiwa itu.. baru keingetan sekarang setelah lo datang"
"Lo dapet foto dia dari mana? gua aja yang waktu itu dekat dengannya gak punta fotonya.. lo bisa-bisaan dapet fotonya!"
"Emang lo gak pernah buka album kenangan SMA, disitukan ada biodata dan foto setiap siswa, gimana sih lo"
"Oh.. iya yah.. baru kepikiran gua.. ya sudah lo tolongin gua deh bersihin guna-guna lo dalam pernikahan gua"
"Tapi bisa jadi ada 2 kemungkinan nih.. yang paling buruk dia akan meninggalkan lo dan yang baik karena lo sudah punya anak, maka dia akan menerima lo apa adanya. Lo siap menghadapi kondisi terburuknya yah.. dan jangan pernah nyalahin gua atau menyesal!"
"Apa boleh buat Pri, demi ketentraman hati keluarga gua.. lakukan yang terbaik aja"
Supri pun membantuku melepaskan semuanya, dan benar saja saat aku pulang ke rumah malam itu. Dia sudah bersikap dingin kepadaku, bahkan dia memarahiku.
"Kok bisa gua delapan tahun menikahi orang jelek seperti lo yah!"
"Lok, kenapa waktu itu kamu menerima lamaranku dan mau menikah dengan ku, hingga saat ini kamu sudah memiliki 3 orang anak"
"Gak tahu kenapa, karena saat itu aku melihat muka kamu bukan seperti yang sekarang ini! pokoknya aku mau kita sudahan Han"
"Lah trus gimana dengan perkawinan dan anak kita?"
"Aku tidak peduli, aku mau ke rumah orang tua ku saja"
Malam itu juga dia pergi ke rumah orang tuanya, aku yang berkeinginan mengantarnya, malah ditolaknya. Dari saat itu setahun lamanya dia tidak menemuiku dan anak-anaknya. Anak-anak diasuh oleh orang tuaku. Aku yang sudah ditinggalkannya harus pasrah kehilangan dirinya, karena memang Cintaku sudah salah kepada dirinya, aku sudah memaksanya dalam keadaan dia tidak sadar karena guna-gunaku.
Saat di tinggalkan istriku, aku memang sedikit kerepotan mengurus anak-anak karena selama ini semua Elok yang urus. Tapi memang ini semua harus aku jalani, aku belajar bagaimana menjadi seorang bapak sekaligus menjadi seorang istri.
Hari itu usai sholat jum'at aku berdoa kepada tuhan untuk memberikan jalan terbaik untuk aku, anakku, istriku, kehidupanku, rumah tanggaku, keluargaku dan pekerjaanku. Dari arah mimbar aku di datangi oleh ustad.
"Sepertinya ada masalah yang serius ya Pak? doanya sampai khusuk begitu?"
"Iya pak ustad" berbicara sambil aku menyalami Pak Ustad
Aku berbicara banyak dengan Pak Ustad, dia pun mendengarkan semua perkataanku dengan baik.
"Kalau begitu kamu harus datang ke rumah orang tuanya, bicara baik-baik dengan ke dua orang tuanya serta istrimu itu. Bagaimana hasilnya biar Allah yang menentukan"
"Iya Pak ustad terima kasih banyak atas masukan-masukannya"
Sepulang kerja aku mampir ke rumah orang tuannya dengan mengendarai motor, Aku membawakannya makanan kesukaannya dan martabak. Alhasil dia tidak mau menemuiku, hingga aku hanya bicara dengan kedua orang tuanya.
"Bu Pak.. saya minta maaf kepada Ibu Bapak, saya ingin menjemput Elok untuk pulang kembali ke rumah"
"Iya Nak Handi.. Bapak Ibu sudah banyak kasih masukan ke Elok.. namun dia masih belum bisa menerima kamu"
"Iya bu, saya sudah salah kepada dirinya.. tapi saya tidak tahu jika teman saya sudah membantu saya melakukan perbuatan ini, karena terus terang waktu saya bermain ke rumahnya hanya ngobrol biasa saja"
"Iya Bapak Ibu bisa mengerti, kami tahu kamu orang baik, selama 8 tahun bersama anak kami 'Elok', kamu sangat sopan kepada kami, kamu juga pengertian, perhatian saat kami sakit dan benar-benar peduli kepada keluarga kami. Saya sebagai orang tuanya juga sudah memberi masukan kepada Elok, akan tetapi memang dia belum bisa menerima kamu. Sepertinya memang cowok idaman dia sangat tinggi, yang bapak tahu kemarin dia cerita dia mau lelaki yang ganteng, maco, kaya, baik, sayang, sabar, imannya kuat dan sebagainya bapak lupa"
"Iya pak.. itulah penyebabnya, ya pak dia tidak mau menerima saya lagi"
"Ya sudah, Bapak Ibu terserah kalian saja"
Malam itu aku pulang dengan harapan hampa. Hingga 3 tahun lamanya kita pisah ranjang tanpa perceraian. Setelah 3 tahun berpisah, orang tua Elok menghubungiku, dia menelpon aku agar datang ke rumahnya. Bergegas aku datang ke rumah orang tua Elok dan ternyata Elok sedang sakit parah. Akupun segera membawanya ke rumah sakit terdekat. 2 minggu lamanya kau mengurusinya di rumah sakit, terkadang aku cuti dari kantor dan kadang saat pulang kerja aku baru ke rumah sakit. Aku sering bercerita saat dia sakit dan aku benar-benar mengurusinya. Saat di rumah sakit aku sering ibadah di ruang perawatannya, memang sudah 3 tahun terakhir ini aku tidak pernah meninggalkan sholat 5 waktu. Saat aku sholat dan mengaji di hadapannya, ku lihat dia menangis.
Singkat cerita, dia sehat kembali dan kamipun bersatu kembali. Dia berkata kepadaku Saat di rumah sakit itu adalah titik balik dia berfikir untuk melanjutkan rumah tangganya. Dia sadar bahwa aku adalah orang baik dan kejadian yang menimpanya adalah memang kehendak Allah.
Kami pun melanjutkan kehidupan kami, seperti tidak terjadi apa-apa, dia mulai mencintaiku apa adanya dan merawat anak-anaknya dengan penuh kasih sayang. (KK)
-- DH --
Tidak ada komentar:
Posting Komentar