Cinta

Cinta
SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA "DODHY HANDAYADI".. SELAMAT MEMBACA.. SEMOGA BISA MENJADI PELAJARAN BUAT KITA SEMUA.. PENTINGNYA MENGHARGAI ARTI CINTA, DIMANA TERKADANG KITA HARUS MENGALAH UNTUK MEMENANGKAN HATINYA NAMUN TERKADANG KITA HARUS MERELAKAN KEHILANGANNYA UNTUK HAL YANG LEBIH BAIK LAGI.. JANGAN MENYERAH TERUSLAH BERJUANG SELAGI CINTAMU MASIH BISA DIPERJUANGKAN

Jumat, 26 April 2019

Cinta Dan Persahabatan

Ini adalah ceritaku pada saat aku kelas 3 SMP (Sekolah Menengah Pertama). Nama ku adalah Ita, aku memiliki 4 orang teman yaitu Nurul, Mia, Retno dan Sari. Kemana-mana kami selalu bersama-sama, dari berangkat sekolah pagi hingga pulang sekolah siang harinya. Pertemanan kami di mulai dari kelas 2, setelah dari kelas 1 kami berlima secara tidak sengaja sering bertemu saat akan berangkat sekolah, rumah kami memang tidak berdekatan tetapi masih satu wilayah. Kami selalu menunggu bis di depan gang yang sama, hingga akhirnya kami berlima menjadi berteman.
Masa-masa itu adalah masa-masa kita mulai menyukai lawan jenis dan belajar apa arti cinta. Terutama saat kelas 3, saat itu aku sebenarnya tidak tahu, apa itu cinta, yang aku tahu waktu itu aku sekelas dengannya, entah kenapa aku senang memandang wajahnya bahkan bisa terbawa sampai ke rumah dan saat akan tidur malam. Aku berfikir ini biasa saja namun ketika melihat dia bersama wanita, kok perasaan ini beda, rasanya aku ingin marah kepadanya. Entah apakah ini yang dinamakan cinta atau memang bukan cinta, aku tidak tahu. Yang aku tahu cinta itu berpacaran antara seorang laki-laki dan perempuan kemudian bergandengan tangan dan berduaan kemanapun, itulah makna cinta yang ada di benakku saat itu.
 Imej yang berkaitan

Berjalannya waktu aku mulai dekat dengannya, mengerjakan tugas sekolah bareng dengannya bahkan kerja kelompok di rumah atau hanya sengaja pulang bareng dengannya saat pulang sekolah. Hanya itu yang aku bisa lakukan saat itu agar bisa selalu dekat dengannya. Lama-kelamaan temanku mulai merasakan perubahan dari diriku hingga Mia bertanya kepadaku.

     "Ta, kayaknya akhir-akhir ini lo berubah ya!"

     "Berubah apanya, gua masih seperti ini kok.. lagi pula kita kan masih tetap pergi pulang bareng"

     "Gua dan teman-teman yang laen melihat lo sekarang lebih banyak diam dan menyendiri.. klo kita melihat lo lagi suka sama Ridwan yah? ngaku deh.."
     "Iya ngaku deh" temanku yang lain kompak berkata bareng

     "Apaan sih kalian.. enggak lah"

     "Tuh kan, masih gak ngaku juga.. kalau lo masih anggap kita ada, lo harusnya cerita kepada kita-kita.. bukannya malah nutup-nutupin"

     "Iya deh.. gua sebenarnya hanya kagum sama Ridwan.. itu saja.. tapi gak tahu kenapa dia sosok yang selalu gua kangenin"

     "Itulah namanya cinta ta.."

     "kalau kita bantuin gimana! lo setuju gak?"

     "Bantuin gimana maksudnya?"

     "Bantuin supaya lo jadian dengan dia"

     "Gak usah lah.. biarin mengalir aja, gua gak percaya diri nih bisa jadi dengan dia"

     "Dari pada lo bengong terus atau kepikiran dia terus mending lo ungkapin perasaan loh"

     "Ah.. sudah lah.. gak gitu juga kali.. gua sekarang sudah biasa saja kok"

Keesokan harinya aku bersikap senormal mungkin seperti dahulu, aku ceria dan gembira. Aku ini sifatnya adalah seorang yang mudah bergaul, orang yang rame, suka ketawa tetapi jangan bikin aku sakit hati, karena aku adalah orang pendendam. Kalau aku sudah tidak suka sama orang maka, orang tersebut sudah aku anggap tidak lagi ada di dunia ini, memang ini adalah sifat yang tidak baik tetapi aku akan berusaha menjadi orang yang lebih baik lagi.
Hari itu seperti biasa kita ngobrol, tetapi obrolan kita kali ini beda yaitu sosok Ridwan yang aku kagumi, mereka banyak berkomentar mengenai dia. Akupun menerima setiap omongan dari mereka, karena menurutku asal tidak memojokkan aku ya terima saja, terserah mereka mau berbicara apa.
Nih yah, aku akan kasih tahu ciri dan sifat ke empat temanku itu. Pertama Nurul, dia adalah seorang pendiam, baik hati, berambut hitam pendek kriting, namun tidak mempunyai pacar. Selanjutnya Mia, dia selalu memakai jilbab jika ke sekolah, tetapi kalau di rumah sih enggak pakai jilbab, orangnya penurut, murah senyum, baik hati dan katanya sih dia sudah punya pacar tetapi tidak pernah menceritakan kepada kita-kita, ke tiga Retno, dia satu-satunya yang beragama kristen di kelompok kita, orangnya bertubuh tinggi, berambut lurus panjang dan sudah memiliki pacar (katanya sih pacarnya masih saudaraan), terakhir adalah Sari, dia orangnya cukup rame seperti aku, baik, suka memberi, berbadan putih, tinggi sedang, hidung mancung, berambut panjang dan sering dikepang satu dan punya banyak teman cowok tetapi tidak ada yang dijadikan pacar. Itulah sekilas mengenai teman-temanku.
Selanjutnya aku mau cerita ketika perpisahan sekolah, saat itu kami pergi jalan-jalan ke Yogyakarta, dari total 9 kelas yang ada, yang ikut jalan-jalan hanya 5 kelas saja. Kami pergi dengan menggunakan bis Hiba Utama, saat itu Hiba Utama adalah satu-satunya mobil bis yang menjadi primadona di masa itu. Kami berlima pergi semua ke Yogyakarta dan Jawa Tengah. Aku dan temanku menaiki bus terakhir dan duduk di kursi tengah dengan berjejer. Awal perjalanan biasa saja, namun ada yang berbeda dari Nurul saat setelah pulang dari candi prambanan sampai akhirnya kembali lagi ke Jakarta.
Aku bingung dengan sikapnya yang cuek kepadaku, hingga akhirnya aku menceritakan hal ini kepada Retno, Ternyata saat di Candi Prambanan aku duduk bareng dengan cowok idamannya. Dia bicara ke Retno jika aku terlalu dekat dengan cowok idamannya, duduk bareng, makan bareng sampai foto-foto cuma berdua saja. Mendengar hal ini aku langsung main ke rumahnya dan menjelaskan kejadian yang sebenarnya saat perjalanan perpisahan kemarin. Namun Nurul tidak mau menemuiku dan terus menghindar dariku.
Saat pengambilan ijazah aku bertemu dengannya di sekolah, aku mendekati Nurul dan berkata dengan baik kepadanya serta menjelaskan kejadian yang sebenarnya saat jalan-jalan perpisahan sekolah kemarin. Tak lupa aku meminta maaf kepadanya mengenai hal ini. Terlihat dia masih sedikit marah selesai mendengar penjelasan dariku namun sudah sedikit tersenyum.

 Hasil carian imej untuk ‪lima sahabat wanita‬‏

Saat SMA (Sekolah Menengah Atas), kami semua berpisah 2 dari kami melanjutkan ke SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) dan sisanya melanjutkan ke SMA (Sekolah Menengah Atas).
Inilah sedikit ceritaku, saat ini kami semua sudah menikah dan masing-masing sudah dikaruniai anak. Pesanku "dahulukan persahabatan dibandingkan cinta karena Cinta bisa merusak persahabatan tetapi Persahabatan akan membuahkan cinta" (KK)

-- DH --

Jumat, 12 April 2019

Cinta Yang Salah

Sejak kecil aku tinggal di sebuah desa di daerah Bogor, kota yang sangat sejuk dengan pekerjaan penduduknya yang beragam dan tingkat kehidupan yang beragam pula. Saat kecil aku sangat suka bermain, aku sering bermain bersama teman-temanku galaksin kotak atau gawang, bola kasti, petak umpet, tap lari jongkok bahkan sepak bola. Masa kecil adalah masa-masa yang sangat menyenangkan, adakalanya aku pergi ke sungai mencari liling (keong sawah), ikan, udang dan sebagainya. Jika hasil tangkapan yang didapat sudah banyak.. bergegas kita masak di rumah atau kita bakar di pinggir sungai saat itu juga dengan menggunakan daun pisang. Aku juga biasa mandi di sungai bersama teman-teman saat pulang sekolah atau sore hari, kami berenang atau hanya mandi saja, waktu itu air sungai sangatlah bening tidak seperti sekarang yang banyak limbah dan sampah plastik.


Imej yang berkaitan

Waktu itu di sekitar rumahku masih banyak perkebunan buah seperti jambu, rambutan, pepaya, kelapa, dan sebagainya. Hingga kami sering kali memetiknya, ya memang aku akui itu namanya nyolong atau mencuri namun begitulah masa kecil yang hanya memikirkan kesenangan dan bermain. Semakin remaja aku mulai menyukai lawan jenis. Saat awal aku menyukai wanita yaitu saat aku berumur 13 tahun, waktu itu aku tidak tahu jika itu yang dinamakan cinta, yang aku tahu aku sangat ingin melihat wajahnya dan sangat ingin selalu bertemu dengannya.


Hasil carian imej untuk ‪desa buah‬‏






















Aku adalah seorang yang pendiam, mudah bergaul dan sangat pemalu. Saat sekolah SMP (Sekolah Menengah Pertama), aku dekat dengan banyak orang dan beberapa orang sangat dekat sebagai sahabat. Saat itu aku diajak ikut extra kulikuler, yaitu mengikuti kegiatan pramuka, disitu aku mulai banyak dekat dengan wanita, walau yang sangat dekat denganku hanya 3 orang saja. Di situ aku belajar bergaul dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang membawa nama sekolah dan lomba-lomba tingkat nasional. 3 Tahun terlewatkan, tidak ada yang menjadi pacarku saat masa itu.
Memasuki tingkat sekolah selanjutnya, aku semakin tertutup, aku hanya menyukai seseorang dari kejauhan dan mengaguminya dengan hanya memperhatikannya saja. Mencuri pandangan dan memperhatikannya, sudah sangat cukup bagiku. Saat kelas 2 SMA (Sekolah Menengah Atas), aku pindah sekolah ke Jakarta. Kepindahanku di karenakan mengikuti Bapakku yang pindah dinas di ibu kota Jakarta, hingga mau tidak mau sekolahku pindah di dekat rumah dinas Bapakku. Saat pertama kali sekolah, ternyata ada 9 orang lainnya yang sama denganku, mereka pindah dari berbagai daerah di Indonesia. 1 orang yang aku kenal waktu itu adalah pindahan dari Tangerang. Dia sangat ramah, baik dan sopan, rumahnya tak jauh dari sekolahan, cukup berjalan kaki saja, beda denganku yang harus naik angkutan dulu biar bisa sampai ke sekolah. Supri adalah nama panggilan temanku itu, hampir setiap hari aku bersamanya, ke kantin, perpustakaan bahkan aku sering mampir ke rumahnya saat pulang sekolah.
Di saat sekolah SMA itu, ada wanita yang sangat aku sukai, namun aku tidak berani mendekatinya karena dia sangat cantik dan teman laki-lakinya sangat ganteng-ganteng. Jadilah aku hanya sebagai penonton dirinya saja. Saat di kelas aku juga tidak banyak bercerita mengenai wanita dengan teman sebangku ku, melainkan hanya bercerita mengenai pelajaran dan aktifitas di sekolah. Supri yang memang tidak sekelas denganku lebih banyak mengetahui tentang diriku dibandingkan Farhan teman sebangku ku itu.
Walau aku mempunyai wajah biasa saja, akan tetapi masih juga ada wanita yang menyukaiku. Namun aku tidak bisa membalas cintanya karena tidak ada yang yang masuk dalam kategori wanita idamanku. Hingga 1 tahun pun terlewatkan, aku juga belum bisa mendekati wanita impianku. Saat kelas 3 ini aku menyukai seorang wanita lagi di kelas IPA, aku sangat menyukainya karena sikapnya yang periang, murah senyum, rambutnya yang hitam lurus panjang selalu tergerai indah serta badannya yang berisi (tidak kurus tidak juga gemuk), kulitnya yang putih semakin melengkapi dari kecantikannya.
Akupun memberanikan diri mendekatinya namun selalu gagal karena rasa malu serta bingung harus berbicara apa. Saat itu yang aku tahu dia tidak mempunyai pacar namun memiliki banyak teman pria. Berjalannya waktu, aku coba mencari tahu kegiatannya di sekolah, ternyata dia tidak menikuti kegiatan extra kulikuler di sekolah. Lalu aku coba mencari arah jalan pulang dia saat pulang sekolah, aku yang sering berjalan di belakangnya, mencoba berfikir dan mencari cara agar segera bisa berkenalan dengannya. Namun tetap saja tidak bisa aku mendekatinya, hingga akhirnya ada suatu peristiwa tidak sengaja antara aku dengannya.
Hari itu aku agak telat pulang sekolah, aku pergi ke rumah Supri dahulu, saat menunggu angkutan umum setelah pulang dari rumah Supri, aku melihatnya di pinggir saluran air yang lumayan lebar salurannya kira-kira berdiameter 3m dengan dalam 2,5 meter, dia berdiri dengan menggenggam sebuah kayu kecil. Aku pun mendekatinya..

 


     "Hai, Elok!" Elok adalah nama panggilannya..

     "Hai"

     "Sedang apa? mungkin bisa aku bantu?"

     "Tadi aku memainkan cincin di jariku kemudian aku kesandung dan cincinku tak sengaja terlepas dari jariku kemudian jatuh di saluran air ini. Aku sekarang lagi mencarinya, kira-kira di sekitar sini jatuhnya" Dia menunjukkan area tempat jatuh cincin tersebut dengan menggunakan kayu yang dipegangnya..

     "Boleh aku bantu cari yah!"

Dia hanya menganggukkan kepalanya saat setuju aku ikut mencari cincinnya. Alhamdulillah aku menemukannya di balik semak dan sampah plastik dekat lumpur pinggir saluran air tersebut. Aku melihatnya dia tersenyum bahagia, tak lama setelah itu pemilik rumah yang ada di depan saluran air tersebut keluar dan bertanya kepada kami sedang apa?, Elok pun bercerita  dengan singkat peristiwa yang barusan dia alami. Alhamdulillah dia menawarkan air di kran depan rumahnya untuk aku bersih-bersih. sambil jalan menuju keran yang dimaksud dia bercerita 'takut di marahi oleh orang tuanya jika saja cincin ini tidak ditemukan'. Saat mencuci sepatuku yang penuh lumpur dan baju seragamku sedikit terkena cipratan lumpur saat akan turun ke saluran air tadi. Dia pun coba membantu membersihkan seragamku..

     "Terima kasih yah sudah membantuku dan maaf banget sudah membuat kotor dan basah sepatu, baju dan celana kamu"

     "ooh.. gak papa kok"

     "Ngomong-ngomong rumah kamu di mana?"

     "Aku tinggal di Cibubur"

     "Wah jauh yah.. bisa 2 kali naik angkutan umum yah?"

     "Iya 2 kali naik angkutan, yah dijalanin aja.. paling 1 jam perjalanan. Kamu rumahnya di mana?"

     "Aku dekat sini, jadi aku hanya jalan kaki ke sekolahan"

     "Oh gitu yah.. enak yah deket.. gak takut terlambat sampai sekolahan jadinya"

Aku membersihkan sepatu dan pakaianku secara cepat saja, takut malah mengotori rumah pemilik air ini, setelah semuanya bersih aku langsung pamit pulang dan mengucapkan terima kasih kepada pemilik rumah serta aku pamit dengan Elok. Keesokan harinya aku bertemu lagi dengannya saat istirahat siang.

     "Hai.. kemarin kita belum berkenalan yah!"

     "Ooh.. namaku Handi"

     "Oke Handi.. aku buru-buru nih.. sampai ketemu yah Han"

     "Ya.. terima kasih"

Walau kita sudah saling kenal, namun aku belum bisa sangat dekat dengannya, aku tidak percaya diri bisa sangat dekat dengannya. Tak terasa aku sudah lulus sekolah SMA dan aku langsung melanjutkan mengambil kuliah di daerah Jakarta Barat, saat ini aku sudah mempunyai pacar bernama Santi, dia sangat baik, sabar dan penyayang. Namun aku belum bisa benar-benar mencintainya, wajah Elok masih teringat di pikiranku.
Saat pulang kuliah, sore hari aku secara tak sengaja melihat Elok di atas bus yang sedang ku naiki juga. Akupun menegurnya..

     "Hai Lok.. masih kenal aku gak?"

     "Oh, kamu Handi yah.. apa kabar kamu.. dari mana nih?"

     "Kabarku baik.. aku habis pulang kuliah.. kamu dari mana?"

     "Aku pulang kerja Han.."

     "Lah kamu lulus SMA langsung kerja?.. terus gak kuliah?"

     "Aku kuliah malam sama hari sabtu.. hari ini kebeneran lagi libur jadi bisa langsung pulang ke rumah"

     "Oh, begitu.."

Aku berbicara sambil berdiri di bus, kemudian duduk di sebelahnya setelah orang di sebelahnya turun di UKI. Aku berbicara banyak dengannya, ku lihat dirinya semakin cantik. Kamipun saling bertukar nomor telepon genggam, hingga kami sering SMSan.
Teringat olehku saat akan tidur malam di rumah, sudah lama sekali aku tidak bertemu dengan temanku Supri, saat hari kamis sebelum kuliah aku mampir ke rumahnya. Ku lihat tidak banyak perubahan pada dirinya namun ada yang mengherankan dari sosok dirinya yaitu dia mempunyai kebisaan seperti supranatural. Seiring waktu kami sering bertemu, diapun sering menunjukkan kemampuannya di depanku, tapi aku masih tidak perduli dengan kebisaannya itu.
Akupun akhirnya menceritakan kepada Supri mengenai Cintaku dengan Santi serta Elok yang hadir lagi ke dalam kehidupanku. Supri mendengarkan ku dengan baik hingga dia menawarkan untuk membantuku. Akupun setuju dengan apa yang dia katakan, karena dia tidak memberikan syarat apapun kepadaku.
Benar saja semenjak hari itu, Elok semakin dekat denganku dan akupun jadian dengannya. Tak disangka sudah 6 bulan aku menjalani 2 cinta, hingga akhirnya aku melamar Elok dan memutuskan cintaku dengan Santi. Santi yang diputuskan secara sepihak dan secara begitu saja tanpa ada salah dan sangat mendadak, dia menjadi sangat marah kemudian menangis. Aku menjadi tidak enak melihat ini, mau tak mau harus tega demi mendapatkan wanita impianku sejak SMA dulu. 6 bulan setelah itu aku menikahi Elok, saat pernikahan kami berumur 8 tahun.. kami telah dikaruniai 3 orang anak, kami sangat bahagia, namun hati ini selalu ada ganjalan dan tidak tenang saat menjalani pernikahan ini. Aku juga mudah emosi dan rezeki susah di dapat.
Aku teringat Supri teman SMA ku yang sudah lama tidak aku temui, aku menelponnya.. syukur nomor teleponnya masih aktif..

     "Pri apa kabar? Gua mau ketemu dengan lo segera, lo kapan ada waktu?"

     "Ya sudah datang aja ke rumah gua, di Jakarta Barat.. kapan aja gua ada kok"

Keesokan harinya aku pergi ke rumahnya setelah pulang kerja. Aku mengatakan keresahan di dadaku, pikiran dan sebagainya.

     "Pri.. gua bingung ni, kenapa ya hati gua gak pernah tenang, padahal gua gak ada masalah apapun di kantor, rumah tangga ataupun di lingkungan"

     "Menurut lo kenapa kira-kira ya!"

     "Lah gua mau minta masukan.. malah lo tanya balik.. gimana sih Pri?"

     "Oh ya gua inget, gua kan pernah bantuin lo dapetin si Elok.. mungkin karena itu kali yah!"

     "Bisa jadi yah Pri.. Emang lo apain tu Elok hingga bisa sangat mencintai gua, lagi pula gua kan gak pernah ngasih lo apa-apa Pri"

     "Waktu itu gua kerjain lewat fotonya, yang kemudian mengalir begitu aja, gua aja sebenarnya sudah lupa peristiwa itu.. baru keingetan sekarang setelah lo datang"

     "Lo dapet foto dia dari mana? gua aja yang waktu itu dekat dengannya gak punta fotonya.. lo bisa-bisaan dapet fotonya!"

     "Emang lo gak pernah buka album kenangan SMA, disitukan ada biodata dan foto setiap siswa, gimana sih lo"

     "Oh.. iya yah.. baru kepikiran gua.. ya sudah lo tolongin gua deh bersihin guna-guna lo dalam pernikahan gua"

     "Tapi bisa jadi ada 2 kemungkinan nih.. yang paling buruk dia akan meninggalkan lo dan yang baik karena lo sudah punya anak, maka dia akan menerima lo apa adanya. Lo siap menghadapi kondisi terburuknya yah.. dan jangan pernah nyalahin gua atau menyesal!"

     "Apa boleh buat Pri, demi ketentraman hati keluarga gua.. lakukan yang terbaik aja"

Supri pun membantuku melepaskan semuanya, dan benar saja saat aku pulang ke rumah malam itu. Dia sudah bersikap dingin kepadaku, bahkan dia memarahiku.

     "Kok bisa gua delapan tahun menikahi orang jelek seperti lo yah!"

     "Lok, kenapa waktu itu kamu menerima lamaranku dan mau menikah dengan ku, hingga saat ini kamu sudah memiliki 3 orang anak"

     "Gak tahu kenapa, karena saat itu aku melihat muka kamu bukan seperti yang sekarang ini! pokoknya aku mau kita sudahan Han"

     "Lah trus gimana dengan perkawinan dan anak kita?"

     "Aku tidak peduli, aku mau ke rumah orang tua ku saja"

Malam itu juga dia pergi ke rumah orang tuanya, aku yang berkeinginan mengantarnya, malah ditolaknya. Dari saat itu setahun lamanya dia tidak menemuiku dan anak-anaknya. Anak-anak diasuh oleh orang tuaku. Aku yang sudah ditinggalkannya harus pasrah kehilangan dirinya, karena memang Cintaku sudah salah kepada dirinya, aku sudah memaksanya dalam keadaan dia tidak sadar karena guna-gunaku.
Saat di tinggalkan istriku, aku memang sedikit kerepotan mengurus anak-anak karena selama ini semua Elok yang urus. Tapi memang ini semua harus aku jalani, aku belajar bagaimana menjadi seorang bapak sekaligus menjadi seorang istri.
Hari itu usai sholat jum'at aku berdoa kepada tuhan untuk memberikan jalan terbaik untuk aku, anakku, istriku, kehidupanku, rumah tanggaku, keluargaku dan pekerjaanku. Dari arah mimbar aku di datangi oleh ustad.

     "Sepertinya ada masalah yang serius ya Pak? doanya sampai khusuk begitu?"

     "Iya pak ustad" berbicara sambil aku menyalami Pak Ustad

Aku berbicara banyak dengan Pak Ustad, dia pun mendengarkan semua perkataanku dengan baik.

     "Kalau begitu kamu harus datang ke rumah orang tuanya, bicara baik-baik dengan ke dua orang tuanya serta istrimu itu. Bagaimana hasilnya biar Allah yang menentukan"

     "Iya Pak ustad terima kasih banyak atas masukan-masukannya"

Sepulang kerja aku mampir ke rumah orang tuannya dengan mengendarai motor, Aku membawakannya makanan kesukaannya dan martabak. Alhasil dia tidak mau menemuiku, hingga aku hanya bicara dengan kedua orang tuanya.

     "Bu Pak.. saya minta maaf kepada Ibu Bapak, saya ingin menjemput Elok untuk pulang kembali ke rumah"

     "Iya Nak Handi.. Bapak Ibu sudah banyak kasih masukan ke Elok.. namun dia masih belum bisa menerima kamu"

     "Iya bu, saya sudah salah kepada dirinya.. tapi saya tidak tahu jika teman saya sudah membantu saya melakukan perbuatan ini, karena terus terang waktu saya bermain ke rumahnya hanya ngobrol biasa saja"

     "Iya Bapak Ibu bisa mengerti, kami tahu kamu orang baik, selama 8 tahun bersama anak kami 'Elok', kamu sangat sopan kepada kami, kamu juga pengertian, perhatian saat kami sakit dan benar-benar peduli kepada keluarga kami. Saya sebagai orang tuanya juga sudah memberi masukan kepada Elok, akan tetapi memang dia belum bisa menerima kamu. Sepertinya memang cowok idaman dia sangat tinggi, yang bapak tahu kemarin dia cerita dia mau lelaki yang ganteng, maco, kaya, baik, sayang, sabar, imannya kuat dan sebagainya bapak lupa"

     "Iya pak.. itulah penyebabnya, ya pak dia tidak mau menerima saya lagi"

     "Ya sudah, Bapak Ibu terserah kalian saja"

Malam itu aku pulang dengan harapan hampa. Hingga 3 tahun lamanya kita pisah ranjang tanpa perceraian. Setelah 3 tahun berpisah, orang tua Elok menghubungiku, dia menelpon aku agar datang ke rumahnya. Bergegas aku datang ke rumah orang tua Elok dan ternyata Elok sedang sakit parah. Akupun segera membawanya ke rumah sakit terdekat. 2 minggu lamanya kau mengurusinya di rumah sakit, terkadang aku cuti dari kantor dan kadang saat pulang kerja aku baru ke rumah sakit. Aku sering bercerita saat dia sakit dan aku benar-benar mengurusinya. Saat di rumah sakit aku sering ibadah di ruang perawatannya, memang sudah 3 tahun terakhir ini aku tidak pernah meninggalkan sholat 5 waktu. Saat aku sholat dan mengaji di hadapannya, ku lihat dia menangis.
Singkat cerita, dia sehat kembali dan kamipun bersatu kembali. Dia berkata kepadaku Saat di rumah sakit itu adalah titik balik dia berfikir untuk melanjutkan rumah tangganya. Dia sadar bahwa aku adalah orang baik dan kejadian yang menimpanya adalah memang kehendak Allah.

Hasil carian imej untuk ‪kartun keluarga 3 anak tanpa ibu‬‏

Kami pun melanjutkan kehidupan kami, seperti tidak terjadi apa-apa, dia mulai mencintaiku apa adanya dan merawat anak-anaknya dengan penuh kasih sayang. (KK)

-- DH --

RINGKASAN DAFTAR CERITA

                                                     DAFTAR CERITA Berikut adalah ringkasan judul cerita yang saya sudah terbitkan: CINTA PE...