Dua bulan yang lalu aku menikah dengan seorang lelaki yang aku sudah pacari selama 2 tahun yang lalu. Dia adalah sosok lelaki idaman, dia sangat baik, berbicara lembut dan juga sopan kepada orang tuanya serta juga orang tuaku. Saat kami berpacaran banyak hal-hal indah yang kami alami, hampir setiap bulan kami pergi jalan-jalan, nonton film di bioskop bahkan hanya sekedar makan saja.
Walau dia sosok seorang yang tidak terlalu ganteng, namun aku mantab ingin menikah dengannya apalagi saat dia ingin melamarku menjadi istrinya aku sangat senang sekali. Waktu itu tepat di hari ulang tahun hari jadianku bersamanya, dia melamarku disebuah taman indah di Jakarta Selatan. Hari itu aku sangat senang sekali mendengar ajakannya untuk menikah terlebih lagi saat melihat cincin yang ia berikan di hadapanku, hatiku semakin berbunga-bunga.
Dua minggu sejak lamarannya di taman itu dia membawa keluarga besarnya ke rumahku untuk melamar resmi aku kepada orang tuaku. Dia membawa keluarga besarnya dan bawa-bawaan seperti buah, makanan, pakaian, peralatan dandan dan lainnya, begitupun dengan keluarga besarku yang sudah menyiapkan balasan bawaannya seperti buah dan makanan. Kedua keluarga besar sepakat bahwa 5 bulan yang akan datang kami akan menikah secara besar-besaran. Kami mengundang tamu sebanyak 1.500 orang, perayaan pernikahan kami lakukan di sebuah gedung. Persiapan pernikahan dilakukan oleh kedua keluarga besar dan hampir semuanya terlibat. Saat resepsi Hampir 70% tamu undangan hadir di acara pernikahan kami.
Malam pertama adalah malam yang indah, malam yang sangat dinantikan oleh pasangan pengantin baru dan akan menjadi malam yang paling dikenang. Malam itu seperti orang-orang yang menikah kebanyakan, kami berhubungan seperti biasa layaknya sepasang suami istri. Sangat romantis dan begitu bergelora.
Hal ini semakin beda ketika usia pernikahan kami sudah menginjak umur sebulan. Dia mulai memperlakukanku dengan kasar bahkan semakin kasar saat aku mulai merasakan kesakitan. Terlihat wajahnya sangat datar bahkan semakin bersemangat saat aku merasakan kesakitan.
Malam itu dia berbisik di telingaku..
"Hari ini akan mau kita melakukan hubungan yang berbeda ya sayang"
"Maksudnya bagaimana?"
"Kita lihat nanti.. aku akan mengikat kaki dan tanganmu"
"Kenapa harus begitu"
"Biar ganti gaya.. ini asik kok.. kita seperti maen game"
"Apa maksudnya sih?"
Dia tidak menjawab pertanyaanku, dia langsung mengambil seutas tali dan mengikat pergelangan tanganku ke besi tempat tidurku serta kakiku pun tidak ketinggalan dia ikat. Sangat keras dia mengikat semuanya. Aku yang sudah dalam keadaan tidak berpakaian mulai digerayangi dan awal aku sangat menikmatinya namun karena semangatnya aku mulai tidak nyaman dengan keadaan ini.
Hari selanjutnya dia melakukan hal yang lebih gila lagi, akupun hanya bisa menuruti kemauannya saja. Dia mengikat kedua tanganku ke belakang kemudian menaruh tubuhku di sebuah meja panjang, sambil bermain dia menarik rambutku yang panjang dengan kedua tangannya.
Semakin hari dia semakin berutal, bahkan menggunakan ikat pinggang untuk menyambuk badanku, disaat itulah aku mulai memberontak darinya. Aku mulai membantah ajakannya, awalnya dia dengan halus membujukku namun lama kelamaan dia menjadi beringas dan tak terkontrol sikap dan ucapannya.
Yang paling ku ingat adalah pada saat dia menarik rambutku yang sedang ku kuncir kuda, dia menarik rambutku ke arah kamar kemudian mengakat kedua tanganku dan diikatnya tanganku ke atas flapon rumah, ikatan rambutku dia buka dan dia buat kuncir 2. Satu ikatan rambutku dia ikat ke jari kakiku, di tekuk kakiku kemudian diikat ke rambutku. Jadilah tinggal menggunakan 1 kaki aku berdiri sedangkan satu ikatan rambutku dia biarkan. dia mencambuk aku dengan ikat pinggangnya dan aku pun menangis, sakit semua rasa badanku ini. Tak puas hanya disitu, ikatan rambutku yang lain dia masukkan ke dalam duburku dengan menggunakan jarinya dan terlihat dia memainkanku dari depan, dia sangat senang melihat aku seperti ini. Bahkan dia terlihat tertawa. Aku yang dari tadi menahan sakit, dia tidak perdulikan. Ingin rasanya berteriak namun aku tidak mau tetangga mengetahui hal ini, hingga aku hanya bisa terdiam menahan sakit sambil menangis.
Aku tak menyangka aku bisa merasakan hal ini, aku juga tidak menduga orang yang aku pacari selama 2 tahun bisa seperti ini. Dulu tidak terlihat olehku sifatnya akan seperti ini, bahkan cara bicara dan memperlakukanku sangatlah sopan.
Memang ada yang beda dengannya, setiap dia selesai bermain denganku, dia selalu meminta maaf kepadaku dan sangat lembut kepadaku. Namun aku tidak peduli saat terakhir dia memperlakukan seperti binatang. Akupun pergi meninggalkan rumah dan tinggal bersama kedua orang tuaku.
Banyak yang terjadi selama sebulan terakhir bersamanya, yang aku tidak bisa ceritakan semuanya namun hal yang suamiku lakukan sangatlah tidak manusiawi. Akupun trauma saat melihat dirinya ada di hadapanku.
Saat suamiku akan menjemputku, aku tegas menolaknya..
"Kita pulang ya sayang"
"Aku sudah tidak mau tinggal bersama kamu, kamu orangnya kasar.. aku tidak suka"
"Kok kamu begitu sih ngomongnya? ayo dong Chafia.. aku tuh sayang banget sama kamu"
"Kalau sayang tuh tidak begitu memperlakukan aku.. kamu coba deh berfikir.. coba fikir yang jernih.. atau kamu sudah tidak ada pikiran lagi yah. Kamu tahu tidak Rizwan! aku sekarang ini sedang mengandung anak kamu, aku sudah telat 2 minggu, tadi pagi aku sudah cek ke dokter dan ternyata hasilnya positif"
"Alhamdulillah.." aku melihat dia sangat senang dan sedikit berdoa.. entah doa apa yang diapanjatkan
"Aku janji tidak akan menyakiti kamu lagi! dan akan selalu menyayangi anak kita yang saat ini kamu kandung"
"Tuh kan kamu hanya menyayangi anak kamu saja.. aku tuh trauma banget sama kamu.. melihat kamu saja aku sudah sangat takut"
"Aku janji aku tidak akan mengulangi perlakuan kasarku kepada kamu seperti kemarin lagi.. jika aku nanti berbuat jahat lagi sama kamu.. kamu boleh tinggalin aku selamanya"
"Oke.. kalau gitu kamu bilang sama kedua orang tuaku"
"Bilang apa?"
"Tadi kamu banyak banget janji sama aku.. sekarang tanya lagi.. sekarang aja sudah tidak konsisten apa lagi nanti.. kalau begitu aku tidak mau ikut sama kamu lagi"
"Iya.. iya.. sekarang juga aku akan bicara dengan kedua orang tua kamu"
Aku memanggil kedua orang tuaku yang sedang menonton televisi di ruang tengah, Rizwan pun berbicara banyak setelah orang tuaku datang dari ruang tengah dan duduk bersama di ruang tamu. Dia berjanji sesuai dengan yang dia katakan kepadaku tadi dan meminta maaf atas perlakuan dia selama ini kepadaku.
Malam itu aku tidak mau pulang ke rumah, aku mengajaknya menginap di rumah orang tuaku. Karena aku ingin membuktikan seberapa sayangnya dia kepadaku. Benar saja saat aku berdua tidur di dalam kamarku, dia memperlakukan aku sangat lembut dan di usap perutku kemudian dia berkata bersama anaknya..
"Nak.. cepat besar yah papa menunggu kamu"
"Iya pah.. papa sayang aku tidak?" aku berkata seolah menjadi anakku..
"Iya lah papa sayang banget sama kamu, semoga kamu menjadi anak yang baik dan ganteng kayak papah yah"
"Papah sayang sama mamah tidak? aku kan cewek masak dibilang ganteng!"
"Ya iyalah papa sayang juga sama mama kamu.. kalau kamu cewek pastinya akan cantik seperti mama kamu.. pokoknya mau cewek.. mau cowok.. papa sayang kamu"
Malam itu aku sangat senang sekali rasanya kebahagiaan ku kembali lagi, semoga hari ini menjadi awal kebahagiaan untuk kebahagian-kebahagiaan selanjutnya. Aku sangat berharap suamiku bisa berubah seperti saat pacaran dulu, bahkan bisa lebih baik lagi.
Keesokan paginya aku pulang bersama dia ke rumahku, diapun menjadi terlambat sampai kantor. Namun aku melihat dia santai-santai saja dengan hal ini. 2 hari ini aku sudah merasakan perubahan dirinya, semoga selamanya akan seperti ini.. Aamiin.
Benar saja berjalannya waktu dia sangat perhatian dengan ku dan kandunganku dan kasih sayangnya kepadaku juga baik. sekarang usia kandunganku sudah 6 bulan. Saat sebulan dari dia menjemputku, dia pernah kembali kasar, namun aku ingatkan bahwa aku sedang mengandung, sehingga dia berlalu pergi meninggalkanku, dan kembali lagi saat jiwanya sudah tenang.
Aku tahu sebenarnya dia tidak mau berbuat seperti itu, namun dia tidak bisa melawan kehendak hatinya, saat ini lebih terkontrol karena saat aku hamil dokter mengajurkan tidak boleh berhubungan dulu. Dia juga sering curhat (curahan hati / berbicara) kepadaku ingin menghilangkan penyakit kasar yang bersemayam di badannya ini, namun dia bingung harus kemana.
Kulihat dia mulai rajin ibadah dan mengikuti ceramah serta pengajian-pengajian. Hingga membuat rasa tenang di hatinya.
Akhirnya anakku lahir, pas di saat orang sedang merayakan idul fitri atau lebaran. Aku, dia serta kedua keluarga kami sangat bahagia, suasana rumah sakit menjadi ramai sekaligus menjadi ajang kumpul keluarga dan semua bersalam-salaman serta bermaaf-maafan.
Benar saja, aku melahirkan seorang anak laki-laki, wajahnya mirip sekali seperti papahnya, sangat lucu dan ganteng. Seiring waktu dengan hadirnya seorang anak ditengah keluarga kecilku, dia sekarang benar-benar sudah berubah.
Suamiku sering bermain dengan pangeran kecilnya, dia menggendong serta bermain bersamanya. Melihat keadaan seperti ini aku semakin bahagia, rasanya kebahagiaan ini sudah komplit. (KK)
-- DH --
Banyak yang terjadi selama sebulan terakhir bersamanya, yang aku tidak bisa ceritakan semuanya namun hal yang suamiku lakukan sangatlah tidak manusiawi. Akupun trauma saat melihat dirinya ada di hadapanku.
Saat suamiku akan menjemputku, aku tegas menolaknya..
"Kita pulang ya sayang"
"Aku sudah tidak mau tinggal bersama kamu, kamu orangnya kasar.. aku tidak suka"
"Kok kamu begitu sih ngomongnya? ayo dong Chafia.. aku tuh sayang banget sama kamu"
"Kalau sayang tuh tidak begitu memperlakukan aku.. kamu coba deh berfikir.. coba fikir yang jernih.. atau kamu sudah tidak ada pikiran lagi yah. Kamu tahu tidak Rizwan! aku sekarang ini sedang mengandung anak kamu, aku sudah telat 2 minggu, tadi pagi aku sudah cek ke dokter dan ternyata hasilnya positif"
"Alhamdulillah.." aku melihat dia sangat senang dan sedikit berdoa.. entah doa apa yang diapanjatkan
"Aku janji tidak akan menyakiti kamu lagi! dan akan selalu menyayangi anak kita yang saat ini kamu kandung"
"Tuh kan kamu hanya menyayangi anak kamu saja.. aku tuh trauma banget sama kamu.. melihat kamu saja aku sudah sangat takut"
"Aku janji aku tidak akan mengulangi perlakuan kasarku kepada kamu seperti kemarin lagi.. jika aku nanti berbuat jahat lagi sama kamu.. kamu boleh tinggalin aku selamanya"
"Oke.. kalau gitu kamu bilang sama kedua orang tuaku"
"Bilang apa?"
"Tadi kamu banyak banget janji sama aku.. sekarang tanya lagi.. sekarang aja sudah tidak konsisten apa lagi nanti.. kalau begitu aku tidak mau ikut sama kamu lagi"
"Iya.. iya.. sekarang juga aku akan bicara dengan kedua orang tua kamu"
Aku memanggil kedua orang tuaku yang sedang menonton televisi di ruang tengah, Rizwan pun berbicara banyak setelah orang tuaku datang dari ruang tengah dan duduk bersama di ruang tamu. Dia berjanji sesuai dengan yang dia katakan kepadaku tadi dan meminta maaf atas perlakuan dia selama ini kepadaku.
Malam itu aku tidak mau pulang ke rumah, aku mengajaknya menginap di rumah orang tuaku. Karena aku ingin membuktikan seberapa sayangnya dia kepadaku. Benar saja saat aku berdua tidur di dalam kamarku, dia memperlakukan aku sangat lembut dan di usap perutku kemudian dia berkata bersama anaknya..
"Nak.. cepat besar yah papa menunggu kamu"
"Iya pah.. papa sayang aku tidak?" aku berkata seolah menjadi anakku..
"Iya lah papa sayang banget sama kamu, semoga kamu menjadi anak yang baik dan ganteng kayak papah yah"
"Papah sayang sama mamah tidak? aku kan cewek masak dibilang ganteng!"
"Ya iyalah papa sayang juga sama mama kamu.. kalau kamu cewek pastinya akan cantik seperti mama kamu.. pokoknya mau cewek.. mau cowok.. papa sayang kamu"
Malam itu aku sangat senang sekali rasanya kebahagiaan ku kembali lagi, semoga hari ini menjadi awal kebahagiaan untuk kebahagian-kebahagiaan selanjutnya. Aku sangat berharap suamiku bisa berubah seperti saat pacaran dulu, bahkan bisa lebih baik lagi.
Keesokan paginya aku pulang bersama dia ke rumahku, diapun menjadi terlambat sampai kantor. Namun aku melihat dia santai-santai saja dengan hal ini. 2 hari ini aku sudah merasakan perubahan dirinya, semoga selamanya akan seperti ini.. Aamiin.
Benar saja berjalannya waktu dia sangat perhatian dengan ku dan kandunganku dan kasih sayangnya kepadaku juga baik. sekarang usia kandunganku sudah 6 bulan. Saat sebulan dari dia menjemputku, dia pernah kembali kasar, namun aku ingatkan bahwa aku sedang mengandung, sehingga dia berlalu pergi meninggalkanku, dan kembali lagi saat jiwanya sudah tenang.
Aku tahu sebenarnya dia tidak mau berbuat seperti itu, namun dia tidak bisa melawan kehendak hatinya, saat ini lebih terkontrol karena saat aku hamil dokter mengajurkan tidak boleh berhubungan dulu. Dia juga sering curhat (curahan hati / berbicara) kepadaku ingin menghilangkan penyakit kasar yang bersemayam di badannya ini, namun dia bingung harus kemana.
Kulihat dia mulai rajin ibadah dan mengikuti ceramah serta pengajian-pengajian. Hingga membuat rasa tenang di hatinya.
Akhirnya anakku lahir, pas di saat orang sedang merayakan idul fitri atau lebaran. Aku, dia serta kedua keluarga kami sangat bahagia, suasana rumah sakit menjadi ramai sekaligus menjadi ajang kumpul keluarga dan semua bersalam-salaman serta bermaaf-maafan.
Benar saja, aku melahirkan seorang anak laki-laki, wajahnya mirip sekali seperti papahnya, sangat lucu dan ganteng. Seiring waktu dengan hadirnya seorang anak ditengah keluarga kecilku, dia sekarang benar-benar sudah berubah.
Suamiku sering bermain dengan pangeran kecilnya, dia menggendong serta bermain bersamanya. Melihat keadaan seperti ini aku semakin bahagia, rasanya kebahagiaan ini sudah komplit. (KK)
-- DH --