Cinta

Cinta
SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA "DODHY HANDAYADI".. SELAMAT MEMBACA.. SEMOGA BISA MENJADI PELAJARAN BUAT KITA SEMUA.. PENTINGNYA MENGHARGAI ARTI CINTA, DIMANA TERKADANG KITA HARUS MENGALAH UNTUK MEMENANGKAN HATINYA NAMUN TERKADANG KITA HARUS MERELAKAN KEHILANGANNYA UNTUK HAL YANG LEBIH BAIK LAGI.. JANGAN MENYERAH TERUSLAH BERJUANG SELAGI CINTAMU MASIH BISA DIPERJUANGKAN

Jumat, 21 Desember 2018

Cinta Setelah Dia Tak Lagi Bersama

Aku seorang wanita yang telah memiliki seorang pacar, kami berpacaran sudah cukup lama yaitu 4 tahun. Disaat usiaku 24 tahun, keluargaku memanggilku untuk membicarakan mengenai pernikahanku di ruangan keluarga. Aku senang sekali mamaku membicarakan hal ini, namun setelah memasuki pembicaraan, aku baru mengetahui bahwa aku akan dijodohkan dengan seorang pria yang masih satu keluarga jauh dari mamaku. 
Awalnya aku menolak mengenai perjodohan ini, namun semua keluarga memaksaku untuk berkenalan dulu dengannya. Seminggu kemudian keluargaku dan keluarganya mempertemukan ku dengannya di rumahku. Yang ku lihat darinya adalah sosok pria yang tegap, lumayan ganteng dan sopan. Tak banyak yang aku tanyakan dengannya, kecuali masalah pendidikan dan pekerjaannya, yang ku tangkap dari obrolan kami berdua dia juga sudah memiliki rumah dan kendaraan berupa mobil dan motor sendiri. Tak heran karena memang jabatan dalam pekerjaannya sangat bagus dan pendidikannya juga sangat tinggi.
Banyak hal yang membuat ku akhirnya luluh dan meng-iyakan kemauan keluargaku, disamping suasana hari ini yang sangat ceria, terlihat dari semua keluargaku yang hadir mereka tertawa lepas dengan senyum yang lebar dan saling melemparkan candaan. 
3 bulan dari pertemuan itu kami menikah, Aku yang memang tidak mencintainya selalu memandang sinis dirinya. Syukurnya dia bisa mengerti aku dan lebih banyak diam saat aku marah dengannya. Aku selalu dimanjanya hingga apa yang aku suruh selalu dia turuti. Terlebih lagi setelah aku mengandung anaknya, semua pekerjaan rumah kebanyakan dia yang mengerjakan walau memang kita sudah mempunyai asisten rumah tangga.
Aku sangat tidak senang mengenai kehamilan ini, karena aku tidak menghendaki keadaan ini, hingga terkadang terbersit untuk keluar dari rumah dan meninggalkan seluruh keluargaku. Aku sering mengancam suami ku saat aku marah, aku mengancam akan pergi dari rumah. Hal ini akhirnya tidak aku lakukan, hingga aku melahirkan sepasang anak kembar. 
Keluargaku sangat bahagia sekali melihat kelahiran anak-anakku. Terlebih sekali suamiku, dia sangat bangga dan bahagia. Aku yang memang biasa saja melihat kelahiran ini, ada yang melihat bahwa aku tak bahagia melihat anakku lahir, namun mereka bisa menjawab sendiri tanpa harus aku katakan. 'Mungkin Febi masih lelah dan sakit setelah melahirkan, berhubung kan yang dilahirkan 2 orang anak, berat badan anaknya pun besar-besar.
Berjalannya hari, kedua bayiku lebih banyak diurus oleh pengasuh bayi, suami dan mamaku. Aku memang masih tinggal bersama dengan orang tuaku, aku yang memang tidak mau tinggal di rumah yang sudah lama dimiliki oleh suamiku. Aku selalu cuek dengan bayi ku bahkan aku tak mau menyusuinya karena banyak pembicaraan teman-temanku diluar sana dan ketakutanku mengenai payudaraku. Melihat hal ini orang tuaku sangat marah kepadaku, namun aku selalu tak peduli dengan nasehat mamaku sendiri. Sampai terkadang suami ku mendengar pertengkaranku dengan mamaku dan dia yang mendamaikannya. Terdengar mamaku sering bilang ke bapak dari anak-anakku 'kamu jangan manjain istri kamu, jangan belain di terus biar dia gak besar kepala, selama ini mama telah salah mendidik dia. Ternyata dia belum mengerti arti sebuah perkawinan dan keluarga. Mama pikir dia sudah cukup umur untuk menikah dan sudah dewasa'.
Semakin hari aku semakin cuek dengan anak-anakku serta suami yang seharusnya aku perhatikan dan aku sayangi. Namun suamiku tetap sabar menghadapi sifatku ini. Setelah anakku sudah mulai besar aku baru mau pindah ke rumah pribadi suamiku. Aku tinggal di sana berempat dengan satu orang asisten rumah tangga, jadi serumah kami ada 5 orang. Orang tuaku setidaknya sebulan sekali pasti mengunjungiku.
15 tahun sudah aku menikah, sifatku masih seperti waktu aku gadis dulu, aku masih suka berbelanja barang-barang mewah, ke salon untuk perawatan diri dan berkumpul dengan teman-temanku dalam waktu yang lama.
Suatu ketika saat aku akan melakukan pembayaran setelah perawatan di sebuah salon, aku lupa membawa dompet. Memang petugas kasirnya sudah sangat mengenal aku, dia mengatakan besok-besok juga gak apa-apa bayarnya. Namun aku tetap ingin membayar saat itu juga. Diluar hujan sangat deras, aku malas kembali ke rumah bolak - balik menggunakan mobil hanya untuk mengambil dompet. Sehingga aku terfikir untuk menelepon suamiku untuk mengambil dompetku di dalam kamar rumah. 
Saat menelepon tersebut suamiku sebenarnya sedang sibuk namun karena aku memaksa dia akhirnya meng-iyakan.

 Hasil carian imej untuk ‪salon‬‏

Lama aku menunggu ke datangan suamiku, hingga terasa perutku sangat lapar, Sampai hari sudah mulai sore suami ku juga belum tiba di salon, hingga akhirnya Handphone ku berbunyi. Terlihat di layar mamaku meneleponku.

     "Febi.. kamu di mana?"

     "Ada apa mah.. kok kayaknya nada suaranya gelisah sekali?"

     "Emang kamu belum tahu! kalau suami kamu kecelakaan. Cepat kamu pergi ke rumah sakit, suami kamu sudah di bawa ke sana sejam yang lalu"

Aku panik, bingung, lemas dan tak tahu harus berbuat apa. Yang aku lakukan saat itu hanya berbicara kepada petugas kasir 'meminta untuk pembayarannya ditunda' dan pamit untuk segera ke rumah sakit. Ku pacu mobilku segera dengan pikiran yang sangat kacau.
Sampai di rumah sakit, ku lihat suami ku sudah terbujur kaku di atas tempat tidur. Menurut informasi yang ku dapat dari orang yang menolong suamiku, bahwa 'saat suamiku menyetir kendaraan, kendaraan tersebut mengerem mendadak dan sempat ke tepi jalan hingga akhirnya menabrak trotoar, saat itu jalanan memang sepi dan sangat licin karena hujan deras yang turun sejak siang hari. Saat kejadian itu kami mengetuk pintu dan bapak masih sempat membuka kunci dan saya langsung mengambil kendali sopir, kemudian bapak dipindahkan ke belakang. Saat perjalanan bapak masih bicara segera bawa saya ke rumah sakit dan tolong bilang istri saya yang sedang ada di salon 1 km dari tempat kejadian. Kemudian sampai di rumah sakit bapak sudah diam dan dinyatakan meninggal saat sampai di ruang IGD (Instalasi Gawat Darurat).
Aku sedih sekali akan hal ini, coba aku tidak menelponnya tadi, mungkin ini tak kan terjadi. Keluargaku semua menenangkanku. Mereka tak tahu jika ini bermula dari kesalahanku.
Dua minggu setelah penguburan, aku mulai bingung harus bagaimana, siapa yang akan menanggu seluruh biaya pendidikan anak-anakku, listrik, telepon dan makan kami. Sudah lama juga aku sudah tidak bekerja, akupun bingung harus bagaimana melamar ke sebuah perusahaan dan umur ku juga tidak muda lagi, apakah ada perusahaan yang akan menerima ku. Aku pusing sekali memikirkan semuanya. Selama ini aku hanya foya-foya, kumpul-kumpul dengan teman dan tidak perhatian dengan keluarga. Sudah 2 bulan aku memakai uang tabungan ku yang sudah hampir habis, aku pun belum juga bekerja.

Hasil carian imej untuk ‪sedih meratapi kesalahan kehilangan suami‬‏

Hingga akhirnya seorang pengacara datang menemuiku di rumah, dia mengatakan bahwa pengacara dari suami ku. Dia menyuruku menyiapkan dokumen-dokumen kematian dan data kelengkapan dari suamiku, akupun sibuk mencari dokumen yang tidak tahu ada di mana. Namun aku temukan di dalam berangkas, di dalamnya ada tulisan dari suamiku.

     "Istriku.. maafkan aku selama ini belum bisa membahagiakanmu, ini adalah semua berkas kelengkapan yang aku sudah siapkan untuk kamu mengurus ke pengacaraku setelah aku sudah tidak ada lagi di dunia. Maaf kalau sudah merepotkanmu, aku yakin kamu bingung harus bagaimana. Maka dari itu aku berinisiatif menyiapkannya untukmu, supaya kamu gampang dan tidak bingung"

Membaca sedikit tilisan darinya, aku sangat sedih. Sebegitu besar cintanya kepadaku hingga dia tidak mau membuat aku susah. Aku langsung membawa berkas tersebut dan foto copy surat kematiannya yang memang sudah ada di atas meja kamar. Banyak yang dijelaskan oleh pengecara suamiku.

     "Bu.. Sebelum meninggal bapak sudah banyak bercerita mengenai ibu.. Dia bilang 'istri saya cantik sekali, dia tidak biasa mandiri dan saya yakin dia juga membutuhkan biaya yang banyak untuk melanjutkan hidupnya beserta kedua anak-anakku. Aku tidak mau menyusahkan dia, aku mau dia memberikan pendidikan terbaik untuk anak-anakku dan mereka bisa melanjutkan kehidupan seperti biasanya'. Dia meninggalkan warisan yang banyak buat ibu.. Bapak menitipkan sertifikat rumah ini kepada saya dan sudah mengganti namanya menjadi nama ibu, Tanah yang di Bogor seluas 1 Ha, Perusahaan tekstil di karawang yang juga diserahkan untuk ibu pimpin serta uang di tabungan bapak sebesar 10 Milyar."

     "Dari mana bapak punya uang dan perusahaan?" saya bertanya sambil menangisi tentang kebaikan-kebaikan suamiku ini

     "Saat bapak bekerja, bapak menyisihkan uangnya dan sedikit demi sedikit membangun perusahaannya di karawang. Ini semua dia siapkan karena dia sayang dengan ibu dan tidak mau menyusahkan ibu dan anak-anaknya"

     "Terima kasih ya pak, sudah membantu saya dan suami saya, saya harus tanda tangan di mana?"

     "Di sini saja bu hanya surat bukti penyerahan saja kok yang harus ditandatangani"

Setelah itu, aku pergi ke kamar menaruh bekas tersebut. Aku melangkah menuju tempat tidurku bersama suamiku dulu, aku tiduran di atasnya dan terbayang akan kebodohan ku saat bersamanya dulu. Dulu aku tidak perduli suamiku kerja pakai baju apa, celana apa, semua sudah disiapkan pembantu. Begitupun dengan makanannya, saat dia pulang malam dia memasak mie instan tanpa aku peduli. Saat dia sakit aku hanya bisa memarahinya dan dia pergi ke dokter sendiri. Berbanding terbalik dengan dia yang sudah menyiapkan segalanya untuk aku dan anak-anakku.
Kenapa aku waktu itu begitu bodoh, tidak bisa mencintainya sedikitpun. Tetapi disaat dia sudah tidak ada aku baru sadar betapa dia sangat mencintaiku dan akupun mulai mencintainya dan tak akan berhenti mencintainya sampai akhir hidupku. Aku tidak mungkin mencari pengganti dirinya dan tak yakin ada seseorang yang sebaik dirinya.

 Hasil carian imej untuk ‪sedih meratapi kesalahan kehilangan suami‬‏

Saat anak-anakku sudah mulai dewasa dan siap akan menikah dia berkata kepadaku.

     "Ibu hebat sudah lama ayah meninggal, namun ibu masih sangat mencintainya dan tidak mau mencari pengganti ayah di hati ibu"

     "Iya nak, kamu harus menjadi seperti ayah kamu.. yang selalu mencantai ibu bahkan teramat sangat mencintai ibu. Sayangilah istrimu kelak dan jangan sekali-kali kamu memarahi atau menyakiti istri kamu. Seperti yang dilakukan ayahmu kepada ibu"

     "Iya bu, aku akan ingat pesan dan nasehat dari ibu tersebut. Karena ibu sudah berulang-ulang kali mengatakannya kepada kami. Terima kasih bu, sudah mendidik dan menjaga kami dengan baik."

Aku yang selalu dilanda kesedihan dan sangat mencintaimu setelah kamu tiada dan sampai nanti ajal memjemputku aku akan tetap mencintaimu. Maafkan aku Tuhan dan maafkan aku juga wahai suamiku yang jauh disana. Semoga kita dipertemukan nanti di surganya Allah.. (KS)

-- DH --

Jumat, 14 Desember 2018

Cinta Hilang Berganti Indah

Sudah 5 tahun aku menjalani hubungan dengan pacarku, walau selama bersamanya sering terjadi putus nyambung. Tetapi aku sangat dekat dan berhubungan baik dengan keluarganya begitu juga dia dengan keluargaku. Bermula dari perjumpaan secara tidak sengaja diacara musik antar sekolahan di Jakarta Timur. Aku yang waktu itu menjadi tamu untuk bermain di sekolahnya, waktu itu aku melihat dirinya tersenyum menatap ke arahku, dengan percaya diri aku mendekati dan berkanalan dengannya. Aku coba dengan perkataan santai, agar tidak terkesan gugup walau waktu itu rasa itu tidak bisa dihindari.
Hingga kemudian kami sering SMS-an dan telepon-teleponan. Pahit manisnya perjalanan cinta kita lalui bersama, Tak peduli ada badai menerjang.. tak perduli banyak pembicaran negatif yang aku perduli kita menjalani hubungan ini dengan keikhlasan, Perhatian, kejujuran dan restu orang tua serta selalu dalam lindungan Allah.
Menurutku 5 tahun adalah waktu yang cukup untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan, karena jika kita umpamakan anak kecil, umur lima tahun itu sudah bisa segalanya, dia sudah bisa mengingat, bicara, berjalan, komunikasi, belajar dan sebagainya.
Aku ingat benar bagaimana aku menjalani kisah-kisah romantis bersamanya. Keceriaan kita berdua sangat membuat orang iri terhadap kami.

Hasil carian imej untuk ‪puncak‬‏

Saat itu aku bersama dengan keluargaku pergi bertamasya ke daerah puncak atau Cibodas. Bagai petir di siang bolong, walau waktu itu memang hari masih siang, aku melihat dia bergandengan tangan dengan seorang laki-laki berjalan dan menaiki mobil mewah. Aku bingung menghadapi kondisi ini dan keluargaku pun melihat semua akan hal ini. Hingga aku pusing, bingung dan lemas di buatnya. 
Aku coba menelpon dia, dan luar biasa dia berani mengangkatnya.

     "Hai Dewi.. kamu di mana?"

     "Aku di rumah, lagi tidur-tiduran aja di kamar"

     "Oh, gitu.. gak lagi ke puncakkan?"

     "Eeengggak kok" terdengar suaranya yang agak gugup

     "Aku gak suka dibohongi yah.."

     "Memang sekarang kamu ada di mana Surya?"

     "Aku lagi jalan dengan keluargaku.. sebentar lagi aku jalan ke rumah kamu yah"

     "Jangan sekarang ke rumahkunya yah, di rumahku lagi banyak saudara"

     "Lah tadi kamu bilang lagi tiduran di kamar?"
      "Ya sudah terserah kamu deh, pokoknya nanti aku akan ke rumah kamu"

Telepon aku tutup, aku dan keluarga segera menuju Jakarta. Setelah aku mengantar keluargaku, aku langsung meluncur ke rumah pacarku itu di Depok. Sampai di sana memang dia sudah berada di rumah. Namun saat aku tanyakan ke orang tuanya mengenai kebenaran adanya saudaranya yang datang tadi siang. Orang tuanya berkata 'ada tapi saudaranya yang memang tetangga dekat rumahnya'. Aku langsung mendekatinya dan berbicara di ruang tamu.

     "Dew.. buat apa sih kamu bohong"

     "Bohong yang mana sih? Masalah saudara yang datang ke rumahku? Ya kalau itu aku lagi malas aja kamu datang ke sini"

     "Oh gitu.. jadi gak mau aku datang ke sini lagi?"

     "Bukan begitu.. hari ini aku lagi pengen sendiri aja"

     "Lagi pengen sendiri atau pengen seneng-seneng sendiri dengan yang lain"

     "Kamu apaan sih Sur.. kok ngomongnya begitu"

     "Aku pengennya segala sesuatu kamu itu jujur.. kalau memang sudah gak sayang lagi bilang.. Aku sih gak papa jika kamu sudah dapat yang lebih baik dari aku. Aku ikhlas, mungkin kamu memang bukan jodohku.. buat apa hubungan kita, kita paksakan"

Terlihat dia menangis dan berlari ke arah kamarnya yang memang tak jauh dari ruang tamu. Aku berdiri mendekati ibunya yang sedang menonton televisi di ruang keluarga. Aku banyak berbicara dengan ibunya.

     "Sur, hari ini kamu pergi ke mana sama Dewi?"

     "Gak ke mana-mana bu.. Emang Dewi sudah cerita apa saja"

     "Kok gak ke mana-mana.. Dewi bilang mau jalan ke puncak berdua dengan kamu. Kamu benerkan jalan sama Dewi hari ini. Karena ibu tadi pagi liat yang jemput dewi mobilnya beda dengan mobil kamu. Tapi kok pulangnya bareng sama kamu. Setelah Dewi masuk, mobil kamu parkir di depan rumah kemudian kamu masuk juga"

     "Oh gitu ya bu.. Ibu coba tanyakan sama Dewi dia jalan sama siapa hari ini!"

Aku akhiri pembicaraan ku dengan ibunya dan pamit pulang. Di jalan aku sudah sangat pusing memikirkan kejadian hari ini, ditambah pula rasa capek karena perjalanan dari pagi yang menyopir mobil dari pagi ke puncak pulang pergi dan sampai saat ini.
Sejak saat itu kami sudah tidak berhubungan lagi, baik melalui telpon maupun ketemu langsung.

Aku benar-benar dalam kesendirian. Yang aku bingung sampai saat ini adalah 'kenapa cinta yang berjalan sudah sekian lama dan sudah saling akrab dengan keluarga masing-masing, bisa bubar begitu saja tanpa penjelasan dan tanpa kata'. Kata orang 'cinta harus diperjuangkan', namun aku tidak selamanya setuju akan hal itu.. menurutku cinta jika sudah ada orang ketiga, adalah cinta yang salah dan tidak perlu diperjuangkan lagi.. karena apa? karena jika dia sudah berpaling dia berarti sudah membandingkan kita dengan orang lain dan berarti cintanya terhadap kita sudah berkurang atau bahkan sudah tidak ada lagi atau bisa jadi karena ada sesuatu yang lebih dari orang tersebut yang memang dia sangat harapkan sebelumnya. Dalam prinsipku saat cinta itu terbangun yaitu seperti alam saja yang di dalamnya mengalir air mengikuti kelokan parit atau jalan air kemudian mengalir menurun mengikuti kondisi tanah dan angin berhembus dengan kencang kadang juga pelan atau bisa jadi hening tanpa hembusan, begitupun cinta disaat rasa sayang tidak mengalir dan kejujuran sudah tidak berhembus lagi diantara kita.. Disitu kita harus berfikir jernih ada apa ini? kenapa? bagaimana? Jika bisa diselesaikan maka selesaikanlah jika tidak maka hanya 2 yang harus di pegang 'Sabar & Ikhlas'. Kecuali pertengkaran karena orang ke tiga adalah sesuatu yang tidak bisa ditawar lagi kecuali kata 'Akhiri' karena suatu saat nanti bukan tidak mungkin hal ini akan terulang lagi. Yang lebih fatal jika terjadi saat kita sudah menikah.

Aku jalani hari dengan berbagai kegiatan, hingga hari itu saat aku berjalan di pusat berbelanjaan ada wanita yang memanggil namaku dari kejauhan.

     "Surya.. Sur.. Suryaaaaaaaaaaaaaa....." Dia memanggil dengan lambaian tangan ke arahku..

Aku terdiam melihat sosok wanita cantik yang berjalan ke arahku, dalam hatiku 'siapakah gerangan?' wanita berkulit putih, berperawakan sedang dan berbadan tinggi dengan muka oval serta berambut panjang melambai-lambai saat dia berlari. Aku masih mengingat saat dia mulai dekat dan berhenti tepat di depanku, namun aku tetap tidak mengenali siapa sosok wanita yang berdiri di hadapanku.
Dia menyodorkan tangan dan berjabatan tangan dengan ku.

     "Hai, Sur apa kabar?"

     "Maaf, aku lupa dengan kamu.. siapa ya? maaf.."

     "Ah, kamu mah gitu.. teman satu SMA dilupakan"

     "Beneran.. Aku lupa banget.. Tapi memang muka kamu serasa pernah liat. Kayaknya di TV ya.. kamu artis yah"

     "Ah, dia mah begitu, aku cantik banget ya kayak artis sampai-sampai kamu tidak kenal aku lagi"

     "Iya"

     "Dulu kita saat kelas 2 pernah jalan kaki dari Kali sari sampai Pasar Rebo, saking enak dan serunya kita bercerita saat itu. sampai kita lupa kalau sudah berjalan terlalu jauh hingga akhirnya kita makan di warung bakso di dalam pasar"

     "Oh iya-iya, kamu Hesti toh.. Ya ampun kamu cantik banget sekarang.. beda banget saat sekolah dulu.. sampai-sampai aku gak bisa mengenali kamu, kalau kamu gak menegurku pasti aku gak akan tahu ini kamu"

     "Bisa aja kamu Sur, Kamu mau kemana?"

     "Iya beneran.. aku cuma mau ke toko buku, mau baca-baca buku. Kamu mau kemana Hes?"

     "Aku mau cari baju untuk acara 'Peragaan busana' besok. Tapi aku bukan artis lo.."

     "Oh, gitu"

Setelah itu kami berjalan berdua, aku menemani dia mencari baju kemudian makan di sebuah tempat makan dalam mall tersebut. Sedang acaraku yang mau ke toko buku sementara batal. banyak yang kami bicarakan saat makan siang itu. Hingga aku tahu bahwa dia juga baru putus dengan pacarnya karena cemburu saat pemotretan 3 bulan lalu.
Malamnya saat akan tidur aku masih teringat akan perjumpaan tadi, aku sangat sejuk memperhatikan wajahnya, cara bicaranya dan prilakunya yang sopan.
Hingga akhirnya kami sering berbicara lewat SMS, bahkan kami sering telepon-teleponan dan janjian ketemuan. Keakraban kami sangat membuat aku bahagia namun aku belum memikirkan hubungan yang lebih jauh karena pekerjaannya yang mungkin akan menimbulkan kecemburuan, karena terus terang aku tidak suka pekerjaannya yang jalani.
Kami menjadi sangat dekat, namun kami belum mengenalkan ke keluarga kami masing-masing dan seperti sebelumnya aku katakan bahwa aku belum memikirkan hubungan yang serius.
Suatu ketika, di hari sabtu di bulan Desember, aku dengannya jalan ke Dufan, Ancol. Kami menaiki hampir segala wahana, bercanda, tertawa dan bergembira. Sore harinya jam 17.00 kami duduk di tepi laut ancol sambil memandangi laut lepas.

 Hasil carian imej untuk ‪dufan‬‏

     "Sur, sudah 4 bulan ini kita menjadi akrab dan saling kenal serta kita juga saling curhat. Adakah kamu memandang aku lebih dari hanya sebagai seorang teman?. Jujur sejak SMA dulu aku sangat suka dengan kamu. Terlebih saat kita bertemu 4 bulan lalu, malam setelah pertemuan itu aku sangat senang sekali, bahkan aku terus mengenang kejadian itu sebelum tidurku"

      "Hes, aku juga ingin hubungan yang serius dengan kamu, aku tahu cinta juga seharusnya tanpa syarat apapun, namun aku tidak begitu suka dengan pekerjaan kamu, karena menurutku tidak bagus dalam segi agama serta kamu juga banyak bersentuhan dengan pria. Maaf aku tidak ada maksud menyinggung kamu. Aku mau kita kedepannya baik dan hubungan kita bisa langgeng. Jika kita saling jujur sebelumnya serta kita gak boleh memaksakan karena suatu hubungan yang baik adalah saling menerima dan saling mendukung"

     "Iya Sur, aku ngerti.. aku ingin serius dengan kamu dan aku akan coba mencari pekerjaan yang lain"

     "Syukurlah, kamu bisa mengerti aku.. aku janji aku akan serius dengan kamu. Besok minggu aku akan perkenalkan kamu kepada mama dan papaku"

Malam itu setelah aku mengantarnya pulang. aku berbicara dengan mama dan papaku mengenai Hesti, pekerjaannya dan segalanya. Kedua orang tuaku merasa semua terserah aku asal aku bisa bahagia bersamannya dan dia bisa dekat dan baik dengan keluargaku.
Minggu pagi aku menjemput Hesti di rumahnya, aku dengan keluarganya sudah kenal dekat karena aku sudah sering mengantar dan menjemput Hesti di rumahnya. Kali pertama Hesti datang ke rumah ku, keluargaku sangat kaget melihatnya kecantikan Hesti dan Untungnya Hesti tidak canggung masuk ke dalam keluargaku.
3 bulan kemudian, Hesti meninggalkan pekerjaan modelnya dan beralih bekerja di sebuah perusahaan property. Perjalanan cinta kita berdua sangat baik dan manis bakan kita sangat klop berdua. 6 Bulan kemudian aku melamar Hesti untuk aku nikahi 4 bulan kemudian.

Saat mendekati hari pernikahan, Mantanku dulu (Dewi) datang lagi menemuiku, dia mengajakku untuk balikan lagi. Dengan tegas aku menolak keinginannya, kenapa tidak waktu itu dia menjelaskan semuanya. Sekarang saat dia juga dihianati pacarnya dia malah beralih ke aku. 2 tahun lamanya dia menjauh, sekarang tiba-tiba dia hadir untuk mengajak kembali bersama. Wow.. gak mungkin banget kan.. aku sudah mendapat kebahagiaan sekarang.. cintaku indah.. Indah seperti dirinya.. (KK)

-- DH --

Jumat, 07 Desember 2018

Cinta Tak Selamanya Salah

September 2016, aku harus meninggalkan negara Amerika untuk kembali ke tanah kelahiranku yaitu negara Indonesia. Perjalanan yang panjang selama lebih dari 30 jam aku harus lalui dan pesawatku juga harus transit terlebih dahulu. Aku kangen sekali dengan negara tercintaku ini, dari makanannya yang khas dan pesona pemandangannya yang memang sangat indah. Ingin rasanya cepet sampai di Jakarta, menghirup udara kota Jakarta.

 Hasil carian imej untuk ‪pesawat garuda di bandara amerika‬‏
Sesampainya di Jakarta, aku langsung menggunakan taxi menuju tempat tinggalku di daerah Lenteng Agung (Jakarta Selatan). Turun dari taksi aku melihat sekeliling rumahku yang sudah begitu padat dengan rumah-rumah mewah. Dari depan pintu pagar kulihat mama dan papaku sudah menunggu di kursi teras rumah dengan ke 2 adikku serta keluarga terdekatku. Ku salami semua yang ada dan berbincang mengenai kabar mereka dan kesehatan mereka. 
Yang ku ingat saat itu aku sangat lapar sekali, hingga akhirnya aku diarahkan menuju meja makan. Ternyata mamaku sudah banyak sekali masak dengan lauk khas Indonesia yaitu soto ayam, tempe dan tahu goreng serta sambal limau khas buatan mamaku. Aku merasa bahagia bisa dekat lagi dengan seluruh keluarga besarku.
Seminggu sudah aku berada di Jakarta, aku mulai mencari waktu untuk membuat surat lamaran. Aku berencana secepatnya bekerja di perusahaan yang sesuai dengan kemampuanku. Semua lamaran kerja ku kirimkan melalui alamat email HRD perusahaan yang memang sedang membutuhkan karyawan. Sudah 2 minggu aku menanti kabar dan sudah ratusan email yang aku kirim, akhirnya aku dipanggil juga di perusahaan BUMN.
Seperti halnya para pembaca di sini, aku mengalami test pesikotes, tes kemampuan dan wawancara. Hingga akhirnya aku diterima menjadi staff administrasi. Di bagian unit kerjaku kebanyakan karyawan adalah wanita, bisa dikatakan sekitar 90% wanita. Hari pertama aku masuk kerja, aku dikenalkan oleh atasanku kepada seluruh karyawan yang ada di ruangan kerjaku kemudian mengenai daftar pekerjaan yang harus aku kerjakan pada setiap harinya.
Seminggu di kantor, aku mulai akrab dengan beberapa orang di sana, namun yang aku bingung mengenai tempat makan di sekitar kantorku. Selama ini aku selalu membawa makanan dari rumah dan makan di ruang kerja bersama yang lainnya. Hari senin di minggu berikutnya aku kebingungan akan mencari makan di mana. Siang itu jam 11.50, aku turun menggunakan lift dari lantai 20. Saat di lobi aku bingung harus berjalan ke arah mana, hingga akhirnya aku berjalan ke jalan besar dan melihat di sekelilingku apakah ada penjual makanan atau restoran. Saat kebingungan itu, ada seseorang yang menepuk pundakku, ku lihat ke belakang ternyata seorang lelaki yang kelihatannya satu ruangan kerja denganku.

     "Hai, Lin.. mau kemana? kayak orang bingung gitu sih?"

     "Hai, enggak kok.. aku lagi cari tempat makan ni.."

     "Oh, lagi bingung cari  tempat makan toh. Ikut sama aku aja yuk"

     "Makan di mana?"

     "Ada di belakang kantor, yuk ikutin aku aja"

Aku berjalan disampingnya, melewati jalanan lebar di samping kantor namun jalan tersebut sangat sepi dan buntu, di kiri kanan jalan hanya ada seng sepanjang jalan tersebut. Perasaanku agak takut saat berjalan hingga ujung gang terlihat pintu kecil, dibukalah pintu tersebut oleh Erik. Di balik pintu tersebut ku lihat banyak sekali tempat makan di sepanjang jalan yang lumayan besar serta jalanannya pun  ramai dengan kendaraan, letaknya persis di belakang kantor ku. Erik langsung mengajak aku makan di sebuah warteg besar dengan menu makanan yang banyak pula.

     "Linda cobain deh makanan disini enak-enak kok. Kalau gak biasa setidaknya makan sekali ini saja. dari pada kelaparan"

     "Ah, kamu bisa aja Rik, ya sudah kali ini aku ikut kamu aja"
 
     "Silahkan, kamu duluan deh yang pesan"

     "Oke"

 Hasil carian imej untuk ‪warteg belakang harmoni‬‏

Aku bingung melihat lauk yang di sajikan di sana, hingga aku memilih ayam goreng saja, sayur sop dan sambel. Hal berbeda dengan Erik dia ku lihat memilih menu yang sangat sederhana yaitu tempe orek, sambel kentang yang dipotong kotak-kotak, usus goreng serta kikil. Tadinya aku tidak tahu apa nama makanan yang dia makan, namun setelah dia akan memakannya dia menjelaskan kepadaku dulu nama makanan yang belum pernah aku lihat tersebut.
Dia memberikan ku orek ke dalam piringku, sambil dia berkata

     "Maaf ya Lin, kamu harus coba ni tempe oreknya. ini menu terenak di sini"

     "Enggak usah Rik, besok kalau ke sini lagi aku akan coba"

     "Tapi aku maksa boleh ya.. maaf lo"

Akhirnya aku menerimanya dan langsung mencobanya, dan memang benar rasanya sangat istimewa manis, asin dan gurihnya sangat pas di lidah. Dalam hati 'ini pas buat menu gua besok'. Usai makan Erik banyak cerita mengenai tempat makan ini, yang ternyata menjadi tempat makan kesukaannya saat bekerja di kantor. Hari itu Erik membayariku makan, walau sudah sekuat tenaga aku tolak, namun sekuat tenaga juga dia mau membayariku makan hingga aku hanya bisa berucap 'terima kasih ya Rik'.
Pengalaman hari ini sangat ku ingat, sampai saat aku berada di dalam bus TransJakarta dan saat akan tidur, masih terbayang akan kejadian tadi siang. Besok paginya aku sudah disiapkan ibuku makan untuk aku bawa ke kantor.

     "Lin, mama sudah siapkan untuk makan siang kamu nanti di kantor yah"

     "Gak usah mah.. aku makan di restoran dekat kantor aja, menu makanan di sana banyak dan enak-enak kok. Walau masih enakan masakan mama sih"

     "Kok tumben sih, kemarin kamu marah-marah saat tidak mama siapkan makan, sekarang malah nolak makanan mama"

     "Bukannya nolak, kalau kemarin aku marah karena aku belum tahu tempat makan di sekitar kantor, sekarang mah sih aku sudah tau"

Aku pergi meninggalkan rumah dengan berpamitan dengan ke dua orang tua ku. Sampai di kantor jam masih menunjukkan pukul 8 kurang, aku masih bisa dandan dulu di toilet dan menyiapkan berkas yang akan ku kerjakan. Seperti halnya kemarin saat makan siang aku langsung ke tempat makan kemarin, aku celingak-celinguk  mencari Erik namun tidak aku dapatkan di tempat itu hingga aku akhirnya selesai makan, dia baru datang dan langsung menegurku.

     "Waduh, sudah selesai aja Lin!"

     "Iya nih, kok baru makan kamu?"

     "Iya baru habis meeting dengan bos.. tuh piring bersih amat! kayaknya dah cocok makan disini ya atau memang lagi keleparan! hehehe.. becanda Lin" sambil tersenyum lebar..

     "Iya nyobain orek dan menu kamu kemarin, ternyata enak banget"

     "Tunggu yah, aku pesan dulu"

Erik langsung maju untuk memesan makanan, sambil dia makan kami sambil bercerita banyak dengannya. Kamipun kembali ke kantor bersama. 

Kami semakin sering makan siang bersama bahkan kami sering janjian keluar kantor bersama, pernah aku disuruh pesan menu semur jengkol, sempat menolak karena takut rasanya aneh, namun setelah aku rasakan 'seperti makan kentang saja dan rasa manis kecapnya pas banget'. Kemudian saat libur hari minggu aku coba membeli nasi uduk dekat rumah dan ternyata ada menu semur jengkol juga, aku coba membelinya karena aku pikir di kantorkan rasanya enak dan empuk seperti kentang. Namun yang ini rasanya beda, rasa khas jengkolnya kerasa banget dan masih bau khas jengkolnya. Yah begitulah.. ternyata beda yang masak beda juga rasanya.

Tak terasa sudah setengah tahun aku bekerja di sana, aku dan Erik sudah sangat dekat. Bahkan sudah seminggu terakhir aku selalu pulang bareng menggunakan motor Erik sampai depan Halte taman Lenteng Agung (seberang kampus IISIP).
Ke dekatan kami berdua, semakin lama semakin menjadi omongan orang seruangan kerjaku, namun kami cuek saja karena kami memang benar tidak ada hubungan apa-apa kecuali pertemanan. Pekerjaanku lancar-lancar saja dan baik, atasanku puas dengan hasil kerjaku selama satu tahun ini. Namun ada hubungan ku dengan teman sekelilingku yang tidak enak. Mereka banyak berpandangan sinis terhadapku. Aku yang merasa tidak sangup mendengarkan omongan mereka akhirnya berusaha menjauh dengan Erik mulai dari membawa makan siang dari rumah dan tidak pulang bareng lagi dengan Erik.
Sebulan lamanya aku berbuat begitu, sampai akhirnya Erik berbicara banyak lewat WA (WhatsApp). Dia berkata 'coba lihat sebulan ini, mereka tetap saja membicarakanmu padahal kita sudah tidak dekat lagi, itu berarti mereka hanya mencari bahan omongan saja. Karena kamu cantik dan aku ganteng mereka jadi iri melihatnya'. Setelah ku pikir-pikir lagi omongan di dalam WA Erik 'ada benarnya juga perkataannya' hingga akhirnya kita berdekatan kembali, bahkan semakin dekat karena berangkatpun kami bareng.
Aku tahu Erik sudah mempunyai istri dan seorang anak laki-laki. Tak ada rasa spesial di hatiku mengenai dia, kecuali hanya teman makan siang bareng, teman curhat di WA dan teman pergi pulang bareng karena kita searah, dia pulang ke Depok sedangkan aku Lenteng Agung.
Memasuki tahun kedua, pembicaraan di kantor semakin lebar bahkan sampai ke lantai-lantai lain bahkan atasanku pun sampai memanggilku dan mengingatkanku. Aku semakin bingung harus bersikap apa.. dan harus bilang apa lagi hingga mereka percaya bahwa aku juga seperti mereka yang hanya berteman saja. Memang Erik semakin dekat denganku bahkan dia sering menanyakan di WA 'sudah sampai rumah belum?'.
Aku sempat sakit memikirkan hal ini, 3 hari lamanya aku istirahat di rumah, diapun di hari ke dua sempat mampir ke rumah menanyakan keadaanku membawakan aku buah.

     "Lin, gimana sudah enakan? kamu sakit apa sih? Nih aku bawakan buah"

     "Makasih ya Rik.. kamu gak usah repot-repot"

     "Enggak kok, aku kan cuma sambilan lewat saja saat pulang kantor"

     "Sekali lagi terima kasih ya Rik"

Erik tidak lama berada di rumahku, dia segera pamit karena sudah maghrib.
Dia beranjak pulang dan aku terus berfikir 'bagaimana untuk mengembalikan suasana kantor menjadi nyaman kembali'. Hingga akhirnya aku benar-benar menjauh darinya, Erik pun memahami maksudku. Saat bener-benar jauh darinya aku merasa ada yang hampa dalam diriku dan seperti ada yang hilang saja. Mungkin cara bicara dia berbeda dengan teman perempuan di kantorku.


Selama 12 tahun lamanya aku berada di negeri orang, sampai akhirnya aku menamatkan S2 ku di sana. Negara Indonesia yang sudah aku tinggalkan sejak akan masuk ke SMP (Sekolah Menengah Pertama), membuat aku tidak mempunyai banyak teman terutama teman laki-laki. Tetangga aku pun banyak yang tidak mengenaliku. Banyak juga lelaki yang merasa bahwa aku terlalu cantik sehingga mereka enggan dekat denganku, mungkin mereka takut aku cuekin atau gimana aku tak tahu. Teman lelaki kebanyakan berasal dari saudara bapak dan ibuku saja.
Semakin lama waktu berjalan dan jauh dari Erik, aku semakin teringat dan terbayang saat dekat dengannya. Hingga akhirnya aku terlalu pusing dengan keadaan ini dan memutuskan berhenti dari perusahaan. Agar aku benar-benar bisa jauh dengannya dan tidak melihatnya lagi. Sosoknya sangat ku kagumi, kedekatan dengannya, cara bicaranya, canda tawanya yang membuatku kagum dengannya. Namun aku harus tahu diri dan ingat bahwa 'Dia sudah ada yang punya dan tak ada kata lain selain menjauh'.
Setelah surat pengunduran diriku ke perusahaan aku diberikan, aku diberikan waktu satu bulan untuk menyelesaikan sisa pekerjaanku.
Ke luar dari sana aku istirahat di rumah dahulu, baru akhirnya aku berkutat kembali dengan lamaran-lamaran kerja. Saat ini aku sudah bekerja kembali di Perusahaan minyak negara. Pengalaman yang lalu sangat aku pegang, hingga berteman dengan laki-laki saja aku lebih selektif dan berusaha berteman dengan semua orang. (KK)

-- DH --


RINGKASAN DAFTAR CERITA

                                                     DAFTAR CERITA Berikut adalah ringkasan judul cerita yang saya sudah terbitkan: CINTA PE...