Aku seorang mahasiswi semester 3 yang kuliah di universitas swasta daerah Jakarta Selatan. Aku tinggal di daerah Setia Budi yang merupakan daerah padat penduduk. Setiap hari aktifitasku antara rumah dan kampus dengan menaiki bis Patas.
Saat ini bis patas sudah jarang kita lihat, memang saat aku kuliah waktu itu jumlah busnya juga tidak banyak dan selalu penuh. Di pagi itu aku menaiki bis menuju kampusku, tak ada yang spesial dimataku saat menaikinya. Namun lama kelamaan aku mulai memperhatikan bahwa aku selalu menaiki bis yang sama hampir setiap hari dengan wajah dan kondektur bis yang sama pula.
Semakin lama aku melihat dia (kondektur bis), entah kenapa aku sangat simpati kepadanya. Mungkin karena sifatnya yang baik, lembut cara dia berbicara. Pada suatu hari aku pernah melihatnya, menolong seorang nenek-nenek tua yang akan menaiki bisnya. Nenek itu kesulitan melangkah meniti tangga bis, dia papah nenek tersebut sampai naik ke dalam bis dan meminta penumpang pria untuk memberikan tempat duduk ke nenek tersebut. Di hari berikutnya aku juga melihat dia membantu orang yang tidak ada ongkos, dia membiarkan orang menaiki bisnya secara gratis, karena orang tersebut mengaku tidak mempunyai uang lagi. Berikutnya aku juga melihat dia menolong orang yang sakit saat orang tersebut berada di dalam bisnya. Bukan hanya itu saja, aku juga pernah melihat dia menolong kucing yang akan menyebrang jalan dan banyak lagi hal lainnya.
Hal itulah yang membuat aku melihat ada yang berbeda dari sosok kondektur bis ini. Semakin hari aku semakin kagum dengan sosok dia. Hari-hari berikutnya aku lebih memilih duduk di depan dan mengakrabkan diri dengan dia. Alhamdulillah ada respon dari dia, yang membuat aku merasa tidak bertepuk sebelah tangan. Suatu hari saat aku tidak ada jadwal kuliah aku tetap keluar rumah dan mengikuti bis tersebut kemanapun tentunya dengan seizin dia. Syukur sekali dia memperbolehkannya, walau sepintas dari raut wajahnya dia merasa heran terhadap saya.
Sejak saat itu setiap aku menaiki bisnya, dia tidak pernah mau menerima ongkos dariku. Entah kenapa aku yang cantik ini (menurut teman dan tetangga serta keluarga ku loh), bisa terpanah dan kagum oleh sosok kondektur bus dan tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA) seperti itu yah. Hatiku begitu bergelora saat berada dekatnya. Terlebih lagi saat aku di kampus maupun di rumah, wajahnya tak pernah lari dalam anganku, sosoknya selalu hadir dalam setiap langkahku bahkan saat aku terlelap tidurpun dia pernah hadir dalam mimpiku, walau hanya sekali.
Saat hal ini aku ceritakan dengan temanku, mereka mencemo'ohkan ku begitupun saat aku cerita dengan keluargaku, mereka bilang 'Lo tuh ya.. udah cantik, baik, orang kuliahan tapi kok cari orang yang kerjanya hanya seperti itu, sudah gitu pendidikannya masih di bawah lo.. coba deh dipikir lagi'. Beda halnya dengan orang tuaku yang mendukung apa yang menjadi keputusan anaknya.
Pada hari itu, aku coba bercerita sama dia.
"Hai, Muh.. kamu sudah punya pacar belum?
"Belum, lagi pula aku belum mikirin mau pacaran, karena penghidupanku yang masih seperti ini.. mana berani aku pacaran" dia berbicara pelan dan lesu..
"Muh, kalau aku mau serius sama kamu boleh gak?"
"Waduh, jangan nenk.. kita berbeda segalanya, lagi pula kamu calon sarjana, apa kata orang nanti"
"Aku sih gak peduli kata orang.. yang aku pikirkan asal kita bisa bahagia bersama"
"Masih banyak yang kita harus pikirkan loh.. aku jadi pusing nih mikirinnya"
"Kita jalanin aja dulu hubungan kita ini.. nah untuk kedepannya gimana nanti deh.."
"Mana bisa begitu.. kecuali kamu mau menikah yang sederhana dan tidak menuntut banyak dari aku"
"Iya, aku akan terima kamu apa adanya"
Kami menjalani masa-masa pacaran kurang lebih 3 tahunan sampai akhirnya aku lulus kuliah dan dia sudah bekerja sebagai office boy di perusahaan besar di daerah Thamrin. Kita menikah dengan sangat sederhana di masjid dekat rumahku dan menggelar pesta resepsi biasa saja.
setahun setelah itu kami diberikan seorang anak wanita, dilahir dengan sempurna dan cantik seperti aku (ibunya). Masa-masa indah mulai hilang setelah usia pernikahan kami 4 tahun, mas Emuh mulai sakit-sakitan. Saking seringnya kontrol ke dokter dia banyak izin ke kantornya dan karena tidak enak dia lebih memilih berhenti dari pekerjaannya.
setahun sudah dirinya digerogoti penyakit, hingga badannya menjadi kurus dan kami kehabisan banyak biaya. Mas Emuh akhirnya tidak sanggup lagi bertahan, setelah setahun lebih mengidap penyakit tersebut.
Selamat jalan mas, semoga kamu mendapatkan tempat yang layak di sisi Allah, dilapangkan kuburnya dan diberikan ampunan atas kehilafan kamu..
Kenanganmu yang indah akan selalu aku kenang dan ku ceritakan ke anak cucumu kelak.. (KNK)