Isa tidak mampir, dia langsung pamit pulang kepada mereka bertiga.
"Saya langsung pulang yah, tidak enak sudah malam"
"Iya kak Isa, terima kasih ya" jawab Namira..
"Kak Isa ke rumah sakit lagi?" Tanya Fatma..
"Oh, iya dong.. jemput mama, papa biar mereka pulang saja"
"Oh begitu.. iya sih kak entar mereka kecapean"
"Iya biar mereka istirahat di rumah saja, kalau mau ke rumah sakit paling tidak, pagi besok kakak antar lagi ke rumah sakit"
"Iya kak, terima kasih.. hati-hati dijalan"
"Iya terima kasih, saya pamit"
Mereka melambaikan tangan ke arah mobil Isa. Setelah mobil jalan menjauh, mereka masuk ke dalam rumah, Putri dan Fatma menginap di rumah Namira.
"Gimana keadaan Kaisan Nam?" Ibunya bertanya saat membukakan pintu rumah untuk mereka..
"Iya mah, saat ini masih dirawat, ada benturan keras dikepalanya"
"Oh, begitu.. semoga cepat pulih ya!"
"Aamiin.."
"Ya sudah tidur sana?
"Tante, aku dan Putri numpang menginap ya?" Fatma bicara..
"Iya, tidak apa-apa"
"Tadi aku sudah telepon mama dan juga putri juga sudah telepon mamanya"
"Iya.. yang penting kalian sudah pada izin ke orang tua kalian"
"Iya.. pasti tante"
"Ya sudah kalian bersih-bersih terus langsung tidur ya"
"Iya terima kasih tante!"
"Iya.. sama-sama"
Setelah bersih-bersih diri, mereka berbaring di tempat tidur. Mereka masih menceritakan Kaisan, padahal hari sudah menunjukkan jam 01.00 pagi.
"Kasihan kaisan ya!"
"Gua kalau jadi pacarnya pasti tidak akan pulang, pasti terus mendampinginnya"
"Masa sih Fatma? Terus kalau sudah menikah malah cuek ya?"
"Enggak lah, selamanya gua akan selalu didekatnya"
"Yakin lo? Orang pacarnya saja ada disini santai aja?" Jawab Putri
"Iya Nam, lo bener sudah jadian?"
"Ya begitu deh"
"Begitu bagaimana?"
"Ya begitu"
"Enggak jelas nih!"
"Jelasin put?" Jawab Namira..
"Kok gua yang jelasin, kan elo yg jadian.. mana gua tahu ceritanya!"
"Yah, gua tidak ada harapan lagi dong.." sahut Fatma
"Ya sudah kali ikhlasin saja, kayak tidak ada cowok lain saja lo Fat"
"Bagi gua dia tuh, sangat sempurna.. cowok idaman yang gua inginkan selama ini, semuanya ada di dia. Dia pokoknya segalanya deh. Tapi gua masih boleh deketin dia kan Nam?"
"Ya enggak lah!" Jawab Putri
"Kok, elo yang jawab! Kan gua tanya Namira"
"Kalau lo punya cowok, terus dideketin oleh Namira.. lo mau enggak? Bisa jawab sendiri kan!" Putri sedikit sewot..
"Tapi gua tidak bisa liat Kaisan deket sama siapapun"
"Makanya lo belajar ngelupain dia.. ikhlasin dia!"
"Tidak bisa!"
"Kalau begitu lo bukan temen kita lagi!"
"Kok.. lo ngomongnya begitu sih?"
"Habis, pacar temen lo masih mau direbut juga"
"Kan selama janur kuning belum melengkung"
"Gila lo yah!"
"Iya memang gua sudah tergila-gila dengan dia. Bayangannya selalu ada dipikiran gua"
"Gua saja, yang suka dia, tidak kayak lo banget.. gua masih bisa memandang teman. Apa sih arti persahabatan buat lo? Bagi gua sahabat itu bisa untuk selamanya tetapi kalau pacar belum tentu. Coba lo pikirin deh!"
"Iya tahu, tapi kalau sudah cinta mau gimana dong?"
"Ya gimana ya! Tadi sudah gua jelasin panjang lebar.. susah ya kalau ngomong dengan lo"
"Sudah.. sudah.. yuk tidur.. sudah jam 2 lewat tuh"
Mereka pun tidur, hingga besok paginya mereka semua bangun kesiangan.
Kaisan berangsur-angsur membaik, 5 hari lamanya di rumah sakit kemudian diperbolehkan pulang. Namun dia tidak boleh terlalu capek dan banyak berjalan dulu.
Hubungan Kaisan dan Namira menjadi semakin dekat dan baik. Kedua keluarga juga saling mendukung hubungan mereka. Hingga akhirnya keluarga Kaisan pun kembali pindah ke Jakarta sehubungan kepindahan tugas papanya dari Bandung ke Jakarta.
Selesai Namira Kuliah dia langsung dilamar oleh Kaisan. Kaisan juga sudah bekerja sebagai TNI (Tentara Nasional Indonesia) mengikuti jejak papanya.
Sebenarnya papanya tidak ingin anak-anaknya ada yang mengikuti jejaknya. Namun apa boleh buat, tekat dari Kaisan sangat kuat untuk menjadi tentara.
4 Tahun berpacaran, hingga akhirnya mereka menikah di masjid Kubah Mas, Depok, Jawa Barat. Pernikahan yang megah dengan dihadiri ribuan undangan yang datang. Sahabatnya hanya Putri yang datang sedangkan Fatma tidak bisa datang karena mendapat kerja di Kedutaan Besar Indonesia di Rusia.
Sebenarnya bukan Fatma tidak bisa cuti, tapi karena dia tidak sanggup melihat acara tersebut. Atasan Farma sudah mengingatkan untuk segera terbang ke Jakarta, mengingat itu adalah pernikahan sahabat dekatnya. Namun rasa yang masih ada di hatinya yang membuat dia harus menentukan yang mana yang harus dia ambil walau itu terasa sangat berat.
Selesai Namira menikah, Fatma menelepon dari Rusia.
"Nam, selamat ya? Mungkin gua selamanya tidak akan ketemu lo lagi.. tapi gua sudah ikhlas kok.. tenang saja"
"Terus kenapa lo tidak datang?"
"Gua tidak dapat cuti!"
"Ah, lo bohong kan?bilang saja lo belum ikhlas menerima semua ini!"
"Iya"
"Tuh kan!, kalau gua bisa memilih, gua pasti kasih dia untuk lo.. tapi cinta kan tidak bisa bohong dan juga tidak bisa dipaksakan! Seandainya dia lebih memilih lo, gua pasti akan ikhlas kok.. tapi kan memang dia hanya memilih gua. Sekarang gua bisa apa?"
"Iya, tidak apa-apa.. maafin gua ya?"
"Iya Fat, gua dan Putri berharap kita masih bisa bertemu suatu saat nanti. Gua berharap lo bisa mendapat pengganti Kaisan yang jauh lebih baik darinya"
"Aamiin.. terima kasih ya.. sekali lagi gua minta maaf yang sebesar-besarnya"
"Iya.. sama-sama Fat.. gua juga minta maaf ya!"
"Sudah dulu ya.. salam buat semuanya!"
"Oke.. terima kasih ya"
Itu adalah terakhir kali Namira berhubungan dengan Fatma. Semenjak itu Fatma tidak pernah ada kabarnya lagi. Hingga setahun kemudian Keluarga Fatma pindah ke Lampung dan menjadi terputuslah semuanya.
Namira kemudian melahirkan hingga dikaruniai 3 orang anak, 1 cowok dan 2 cewek. Putripun akhirnya menyusul menikah dengan teman kursus Bahasa Inggrisnya dan memiliki seorang anak.
Mereka berdua tetap sering bertemu dan bersahabat baik dengan keluarga kecilnya. (KK)
--- DH ---