Cinta

Cinta
SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA "DODHY HANDAYADI".. SELAMAT MEMBACA.. SEMOGA BISA MENJADI PELAJARAN BUAT KITA SEMUA.. PENTINGNYA MENGHARGAI ARTI CINTA, DIMANA TERKADANG KITA HARUS MENGALAH UNTUK MEMENANGKAN HATINYA NAMUN TERKADANG KITA HARUS MERELAKAN KEHILANGANNYA UNTUK HAL YANG LEBIH BAIK LAGI.. JANGAN MENYERAH TERUSLAH BERJUANG SELAGI CINTAMU MASIH BISA DIPERJUANGKAN

Jumat, 28 Mei 2021

Cinta Membuat Gila (Bagian 5)


Robert tiba di Bali, pagi hari keesokan harinya. Dia datang bersama bapak dan ibunya Monita. 7 hari lamanya Robert mengajukan cuti di kantornya.

     "Saya dengar diberita Monita sudah ketemu Bert"

Sore itu Robert sedang menghadap pimpinannya untuk mengajukan cuti untuk hari esok.

     "Iya pak, barusan saya dapat telepon dari pihak kepolisian Bali. Maka dari itu saya menghadap Bapak untuk mengajukan cuti kepada Bapak. Semoga bapak bisa mengizinkan saya untuk berangkat ke sana"

     "Sudah pasti perusahaan mengizinkan. Sebelumnya selamat yah, tidak sia-sia penantian dan doamu selama ini"

     "Iya pak.. terima kasih"

     "Kapan rencananya kamu akan berangkat kesana?"

     "Secepatnya pak.. jika malam ini ada pesawat, yang ke Bali, kita akan berangkat malam ini juga"

     "Oh oke, hati-hati di jalannya.. semoga semuanya baik-baik saja"

     "Aamiin.. saya pamit ya pak..!" Robert bersalaman dan keluar ruangan..

Tiket sudah dipersiapkan keluarga Monita, mereka berangkat subuh hari. Takut ketinggalan pesawat, saat jam masih menunjukkan jam 03.00 dini hari, mereka sudah berangkat menuju Bandara Soekarno Hatta. Bersyukur pesawat berangkat tepat waktu, hingga sampai bandara Bali dengan selamat.
Dari bandara mereka langsung menuju hotel tempat Monita menginap.
Ibu dan bapak Monita langsung memeluk anaknya, saat melihat anaknya membuka pintu kamar hotel. Monita langsung menyuruh mereka masuk. Semua berurai air mata bahagia, senang sekaligus kangen.

     "Alhamdulillah nak, kamu selamat.. jadi kita masih bisa bertemu" ucap Ibu Monita..

     "Apa yang kamu rasakan sekarang? Badan kamu ada yang sakit? Apa kamu disiksa?" Bapak Monita menghujani pertanyaan karena khawatir kepada anaknya..

     "Sudah Ibu.. Bapak tenang saja.. Monita sehat dan tidak kurang suatu apapun, lihat saja nih (Monita berdiri dan berputar pelan), aku tidak apa-apa kan!"

     "Syukur deh"

Robert berdiri di belakang mereka, sambil tersenyum dan sesekali meneteskan air mata.




     "Mas, maafin aku ya!" Monita mendekat sambil mencium tangan Robert..

     "Maaf kenapa?"

     "Iya, waktu itu aku menghilang karena surat yang aku terima saat berada di kamar mandi"

     "Maksudnya?"

     "Ini semua karena pacar kamu saat sekolah dulu?"

     "Pacar?"

     "Iya.."

     "Jadi ini karena mantan aku?"

      "Iyaaa"

     "Siapa? Kamu tahu namanya?"

     "Adelina"

     "Adelina?"

     "Iya"

     "Aku tidak mempunyai mantan yang bernama itu"

     "Masa kamu lupa! Emang berapa banyak kamu punya mantan?"

     "Beneran.. aku tidak tahu dia"

     "Kamu takut aku marah ya?, aku tidak marah kok"

     "Ya Allah Mon.. aku beneran. Oke berarti nanti kita ke kantor polisi untuk melihat siapa dia!"

     "Kasian dia Bert, dia kayaknya stress deh.. dia tergila-gila banget dengan kamu.. bahkan menurutku 'Cintanya itu Yang Membuat Dia Gila'.. dia terkadang ngomong sendiri, diajak ngomong saja kadang nyambung.. kadang juga tidak.. ya sekenanya dia saja"

     "Aku juga hampir gila karena kehilangan kamu Mon. Sepanjang hari yang ada hanya penantian, karena aku sudah bingung harus mencari kamu kemana lagi. Bahkan polisipun tidak bisa menemukan petunjuk keberadaaan kamu"

     "Tukan.. kamu sekarang tahu bagaimana rasanya?"

     "Ya gitu deh.. aku merasa bersalah, kangen, bingung, khawatir, ikhlas, doa.. menjadi satu semua"

     "Ya sudah nanti kamu minta maaf sama Adelina.. semoga dia bisa sehat"

     "Kenal juga enggak!"

     "Jangan pura-pura enggak kenal deh"

     "Beneran! Jadi penasaran siapa sih dia!"

     "Oh iya, sudah pada makan belum?"

     "Ya belum lah" Ibu Monita menjawab..

      "Ya sudah kita ke tempat makan di bawah yuk"

Selesai mandi, mereka keluar kamar menuju lobby. Mereka makan bersama dengan sedikit keceriaan.
Kemudian pada siang harinya Monita dan Robert pergi bersama menuju kantor polisi. Sedangkan kedua orang tua Monita hanya menunggu di hotel.
Sampai di kantor polisi, Monita meminta izin mempertemukan Robert dengan Lina.

     "Selamat siang pak.. boleh saya ketemu dengan Adelina pak?"

      "Kenapa Ibu ingin bertemu dengan orang yang telah menculik Ibu?"

     "Karena penculikan ini ada kaitannya dengan suami saya, seperti yang saya ceritakan waktu itu pak"

     "Oh, ini pak Robert.. selamat datang pak!" Pak polisi bersalaman dengan Robert..

     "Terima kasih pak"

     "Pak Robert penampilannya beda sekali! Kayaknya agak kurusan sekarang"

     "Iya pak, ya maklum kasus ini banyak sekali menyita pikiran saya dan membuat nafsu makan saya berkurang selama ini"

     "Oh begitu ya pak.."

     "Iya"

     "Tunggu ya, saya panggilkan dulu Ibu Linanya"

Pak polisi menyuruh rekannya untuk memanggilkan Lina di dalam sel tahanan kantor kepolisian. Sepuluh menit berselang, rekannya itu kembali namun tidak terlihat bersama Lina.

     "Ibu Lina tidak bersedia bertemu saat ini Pak" 

     "Sudah kamu paksa?"

     "Sudah pak.. sepertinya dia kurang enak badan, dia terlihat seperti menggigil"

     "Oh, jika begitu tolong kamu bawa dia ke ruang perawatan kesehatan di belakang dan segera kamu hubungi dokter kepolisian"

    "Siap pak!"

Selesai mereka berbicara, Robert langsung bertanya kepada polisi.

     "Boleh saya melihatnya langsung ke dalam sel tahanan pak?"

     "Maaf pak, saya tidak berani memberikan izin tanpa persetujuan kepala kepolisian"

     "Oh, seperti itu ya pak?"

     "Iya"

     "Oke, saya akan ikuti semua peraturan yang ada di sini"

Siang itu Robert gagal untuk bertemu Lina. Sehingga membuatnya semakin penasaran. Siapa sih sebenarnya Adelina?
Robert berbicara banyak dengan pihak kepolisian, dari penjelasan yang dia dapatkan, ceritanya sama dengan yang diceritakan istrinya. Polisi juga sudah menjadwalkan pertemuan Robert dan Lina, namun tetap menunggu kesehatan dari Lina. Polisi berjanji akan menghubunginya jika situasinya sudah membaik.
Robert tidak berani kemana-mana, karena banyak wartawan yang mengintai mereka. Di kantor polisi saja mereka kesulitan untuk masuk langsung ke ruang pemeriksaan. Berita mereka sudah tersebar dan menjadi topik hangat. Di kantor kepolisian dan hotel mereka menginap akhirnya dijaga ketat dari serangan wartawan, karena pernah wartawan lolos sampai ke kamar hotel.
Sekembalinya dari kantor kepolisian, mereka berbicara di kamar hotel.

     "Jadi selama ini kamu hanya makan sekali sehari Mon?"

     "Iya, tapi di 3 bln pertama saja, selanjutnya aku bebaskan. Jadi aku bisa masak apapun yang ada di rumah itu. Yaaa.. paling tidak bisa keluar rumah saja."

      "Terus, bagaimana dengan rambut kamu.. kok jadi gak beraturan begitu potongannya? Ini ada yang sebahu, ada yang masih panjang sepantat, ada yang seketek" sambil Robert memegang rambut istrinya..

     "Tapi aku tetep maniskan? Juga tetep harum dong!"

     "Iya.. tapi kamu kurusan sekarang terus aura wajah kamu belum fres dan ceria"

     "Masa sih!"

     "Iya, mungkin karena banyak mikirin aku ya?"

     "Ah, kamu bisa saja!"

     "Tapi.. bener kan?"

     "Ya mikirin semua lah, mikirin mama, papa, kamu.. ya pokoknya semua lah. Masa gak mikirin apa-apa.. berarti gila dong, kayak mantan pacar kamu itu!"

     "Ih, apaan sih kamu.. dibilang aku tidak kenal!" Mereka bercanda dan tertawa lepas sambil sesekali bercumbu..




     "Tidak kenal atau malu?"

      "Malu kenapa?"

     "Maluuu.. kalau mantan pacarnya gila"

     "Ah kamu..! Kita liat besok deh, apakah aku kenal dia atau tidak?"

     "Iya yah.. kita lihat ya.. tapi kalau dilihat-lihat Lina cantik kok!"

     "Terus.. masalahnya dimana kalau cantik?"

     "Ya, enggak sih.. berarti dari dulu kamu memang matanya sudah bagus"

     "Apa sih kamu Mon.. di seluruh dunia ini yang paling cantik cuma kamu kok.. cintaku.. sayangku. Makanya aku tetap setia mencari dan menunggu kamu"

     "Ah, gombal.. bilang saja belum dapat yang cantik!.. atau takut ke cium media jadi makin heboh. Judul berita utamanya 'istri hilang suaminya nikah lagi', akhirnya diserang nitizen deh" hahaha.. Monita tertawa puas.. 

     "Puas..puas.. sekarang sudah bisa ngeledek nih.." mereka tertawa lepas dan saling berkelitik tangan..

     "Iya dong"

Tidak terasa hari sudah sore menjelang malam, kedua orang tua Monita mengetuk pintu untuk mengajak makan malam. (KK)

--- DH ---

Jumat, 21 Mei 2021

Puisi Cinta 10

SAHABAT TAPI CINTA

Tak kusadari jika kau mencintaiku..
Awalnya yang aku tahu kita adalah seorang sahabat..
Tidak lebih dan juga tidak kurang..
Persahabatan selama 2 tahun kau pendam di dada..
Ternyata kau sangat mencintaiku..

Kini setelah aku menikah dengan yang lain..
14 tahun lamanya..
Aku baru sadar jika waktu itu kamu sangat mencintaiku..
Aku saja yang tidak peka dengan semua ucapanmu..

Kenapa dulu engkau tidak berterus terang kepadaku..
Kenapa engkau tidak mengatakannya..
Hingga aku terlabat menyadarinya saat ini..

Jika saja aku peka..
Jika saja engkau katakan sesungguhnya..
Waktu itu..
Pasti hari ini bisa saja kita sudah bersama..

Apa mungkin waktu itu kamu takut..
Takut akan cinta yang bertepuk sebelah tangan..
Atau kamu malu..
Malu sebagai wanita yang mengatakan cinta duluan..

Sekarang entah dimana dirimu berada..
Aku terbayang saat masa-masa kita berdua dulu..
Kangen akan senyumanmu..
Candamu..
Dan semua tentang dirimu..

Berharap kita akan bertemu kembali..
Tegur aku bila kau melihatku..
Dimanapun..
Dan kapanpun..

Salam hangat dariku..
Aku yang merindukanmu..

--- DH ---

Jumat, 07 Mei 2021

Cinta Membuat Gila (Bagian 4)

Perjumpaan mereka di tempat makan itu, merupakan awal ke akraban mereka berdua. Namun sebelum mereka begitu sangat dekat, Robert sempat kecewa dengan Monita.
Malam saat setelah pertemuan itu, Robert tidak sabar untuk menghubungi Monita, rasa kangennya teramat sangat. Padahal baru berjumpa tadi siang. Robert mulai memencet nomor telepon yang dia dapat langsung dari Monita saat perjumpaan mereka tadi siang. Berulang kali dicoba dihubungi tetap tidak bisa, seminggu lamanya dia mencoba menghubungi tetap tidak bisa juga dihubungi teleponnya, diapun sempat berfikir untuk main langsung ke rumahnya, namun yang dia ingat hanyalah daerah rumahnya di Cinere.
Dalam keputus'asaan Robert galau dan akhirnya memutuskan untuk menunggu Monita yang telepon dia. Sebulan berlalu, saat itu Robert mengajak Susi makan siang di tempat Robert pertama kali bertemu gadis manis bernama Monita. Robet makan di jam yang sama seperti perjumpaanya 1 bulan yang lalu. Namun usahanya gagal, Monita tidak juga terlihat oleh pandangan mata Robert.

     "Lo tumben ngajak gua ke sini lagi? Ada apa lo? Lo mau curhat sama gua?"

     "Diem saja lo, gua lagi pusing nih!"

     "Lo kenapa sih? Ya sudah cerita saja!"

     "Tadinya gua pikir jika ke sini, bisa ketemu dengan Monita"

     "Aamiin"

     "Kok aamiin sih?"

     "Ya kali saja, apa yang lo pikirin itu bisa bener terkabul"

     "Iya gua pikir kali saja dia ke sini dengan jam yang sama seperti waktu itu"

     "Ya.. kali!"

     "Iya kan?"

     "Nih yah, kalau bener ini terjadi lagi.. berarti lo berdua punya mata batin yang sama.. jadi bisa kontak batin.. kata orang punya telepati.. berarti selanjutnya lo tidak usah pakai telepon-teleponan tuh, langsung aja bicara pakai telepati"

     "Iya yah.. bener juga tuh kata lo"

     "Bener yang mana? Lo tuh yah.. bukannya telepon si Monita, malah kayak begini!"

     "Sudah Sus, tapi nomornya gak nyambung"

     "Lo yakin?"

     "Yakin lah"

     "Nomor yang lo pencet sudah bener?"

     "Benerlah"

     "Berapa kali lo sudah coba telepon?"

     "Berkali-kali, sudah tidak terhitunglah jumlahnya"

     "Kapan itu lo telepon?"

     "Malam waktu sehabis ketemu.. gua telepon terus-terusan selama seminggu, tapi tetep saja tidak nyambung"

     "Terus hari ini lo sudah coba lagi?"

     "Belom! Percumalah, mungkin dia tidak mau gua telepon.. sudah punya pacar kali dia jadi takut ketahuan sama pacarnya nanti kalau bertemen dengan gua"

     "Ah, lo suudzon aja sih.. mana sini gua yang telepon Monita"

     "Sudah deh, tidak usah"

     "Mana sini telepon genggam lo"

Robert memberikan teleponnya ke Susi  kemudian Susi dengan segera memencet nomor yang dimaksud. Ternyata kali ini Susi benar, nomor itu tersambung.

     "Halo"

     "Iya"

     "Ini Monita ya?"

     "Iya.. ini siapa ya?"

Susi memberikan telepon genggam Robert kepadanya.

     "Ini Monita.. gimana sih lo  katanya tidak nyambung" ngomong dengan pelan seraya berbisik..

Robert segera mengambil teleponnya dan berbicara dengan Monita lewat telepon

     "Hai Monita, apa kabar?"

     "Ini Robert ya?"

     "Iya.. ternyata kamu masih kenal ya!"

     "Ya iya lah, kan nomor kamu aku simpan.. waktu kita terakhir bertemu.. itu tadi Siapa yang telepon pertamanya?"

     "Itu Susi.. masih ingat gak?"

     "Masih dong.. aku kira siapa!"

     "Siapa?"

     "Ya gak tau!"

     "Kok gak tahu?"

      "Bisa sajakan pacar kamu atau ibu kamu"

     "Aku belum punya pacar!.. kemarin-kemarin aku telepon kamu kenapa tidak bisa Mon? Aku panggil Mon saja tidak apa-apa ya?"

     "Iya tidak apa-apa.. kapan kamu teleponnya? Kalau sore hari setelah ketemu, ya memang hp ku jatuh di kolam berenang rumah"

     "Iya malam hari setelah kita ketemuan itu aku langsung coba hubungi kamu.. eh tidak bisa. Padahal aku coba terus menghubungi kamu"

     "Masa? Kok baru telepon sekarang lagi.. sudah begitu harus lewat Susi pula!"

     "Waktu itu aku sampai seminggu loh hubungi kamu.. aku pikir kamu sengaja kasih nomor ke aku, nomor yang salah"

     "Ya kali deh"

     "Kok bisa tercebur, bagaimana ceritanya?"




     "Iya, waktu itu adikku pakai hp ku untuk main game.. begitu aku mau ambil tuh hp..dia malah lari ke arah kolam renang.. kemudian terpelesetlah dia dipinggir kolam dan hp ku terlempar masuk ke kolam.. plung.. aku yang melihatnya langsung histeris berteriak.. akupun langsung nyebur ketika itu.. berharap hp nya masih bagus, akupun mengeringkannya pakai pengering rambut. Namun usahaku gagal.. saat itu aku langsung menuju sebuah mall di daerah Jakarta Selatan untuk membenarkan hp nya..  saat di service center, aku ceritakan semua dengan jujur kepada petugasnya.. ternyata semua kerusakan tersebut tidak ada garansi, itu karena faktor keteledoran bukan karena ketidak disengaja, jadi aku harus membayar hampir 2 juta untuk itu"

     "Terus sekarang sudah bener?"

     "Ini buktinya kamu bisa telepon aku"

     "Enggak.. maksudku apakah masih ada kendala di hp-nya?"

     "Alhamdulillah, bagus semua"

     "Syukurlah! Terus kamu kenapa tidak telepon aku saat itu hp sudah bener?"

     "Ogah.. masa cewek telepon duluan!"

     "Yah kan aku tidak tahu, kalau hp kamu rusak!.. setidaknya kamu..."

     "Kamu apa?"

     "Tidak-tidak.."

Robert berbicara banyak saat siang itu, tetapi tidak begitu lama juga karena disebelahnya, Susi sudah menarik lengan Robert untuk sama-sama kembali ke kantor.

     "Bert, sudah sore nih.. yuk bareng jalan ke kantor"

Robert memberikan isyarat 5 menit lagi, namun Susi tetap menarik lengannya Robert.

     "Mon, sudah dulu yah.. mau kembali ke kantor nih!"

     "Memang kamu ada di mana sekarang?"

     "Ditempat pertama kali kita bertemu"

     "Tadinya hari ini aku mau ke sana loh!"

     "Ya sudah ke sini saja"

     "Tidak jadi, karena teman pada tidak bisa"

     "Berarti kalau tadi jadi ke sini, kita bisa ketemuan ya!"

     "Iya yah"

Kembali lagi dengan keadaan Monita di Bali, semakin hari dia semakin jenuh. Dia pun mengajak Lina untuk pergi makan di mall. Karena sudah akrab merekapun pergi bersama ke Kuta Beachwalk.




Disitulah Lina tertangkap oleh aparat kepolisian. Mereka berdua dibawa ke kantor kepolisian.
Rupanya karena pemberitaannya yang sangat heboh beberapa bulan lalu, supir taksi yang di naiki mereka menelepon polisi sehingga polisi dengan sigap bertindak. Polisi pun menelepon pihak mall untuk mengawasi mereka berdua.
Di kantor polisi, Lina dan Monita diintrogasi.

     "Selama ini Anda (Adelina) kami cari dan anda adalah buronan polisi.. lalu apa motif anda menculik Monita?"

     "Saya tidak menculik Monita, dia hanya main di rumah saya"

     "Mohon kerja samanya yang baik.. ini yang akan meringankan hukuman anda nanti"

     "Bener pak, Monita yang main ke tempat saya"

     "Memang Monita kenal baik dengan kamu?"

Banyak yang polisi tanyakan kepada Lina sehingga membuat dia pusing serta sesekali menangis. Lina memang tidak menyangka apa yang telah dia lakukan akan berakhir seperti ini. Tidak henti-hentinya dia memohon ampunan dan meminta maaf kepada Pak Polisi.
Sedangkan diluar wartawan sudah ramai menunggu pengumuman resmi dari pihak kepolisian. Memang sejak awal Monita diculik berita ini sudah heboh ditambah lagi saat ini pelaku yang ditangkap seorang wanita.
Monita di introgasi di ruang terpisah, banyak yang di dapat polisi dari keterangan Monita. Polisi bersyukur Monita dalam kondisi sehat dan baik-baik saja

     "Bagaimana keadaan Ibu Monita saat ini?"

     "Saya baik pak!"

     "Apa ada keluhan?"

     "Tidak ada pak"

     "Yakin yah! Karena saya akan mengirim anda ke rumah sakit terdekat jika ada keluhan di diri anda"

     "Benar pak, saya sehat dan dalam keadaan baik-baik saja"

     "Selama ini suami anda selalu menelepon anda.. kenapa tidak pernah aktif?"

     "Kartu perdananya sudah lewat masa tenggang pak, jadinya saya tidak bisa memakainya"

     "Tadi suami ibu sudah saya telepon, dia dalam perjalanan ke sini"

     "Terima kasih pak"

Monita akhirnya dirujuk untuk beristirahat di hotel terdekat dengan kantor kepolisian. Sedangkan Adelina masih diproses dan diintrogasi hingga pagi hari esoknya. (KK)

--- DH ---




RINGKASAN DAFTAR CERITA

                                                     DAFTAR CERITA Berikut adalah ringkasan judul cerita yang saya sudah terbitkan: CINTA PE...